Anda di halaman 1dari 12

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

KOSAKATA BAHASA MINANGKABAU YANG BERPOTENSI ARKAIS


DALAM KABA CINDUA MATO
(Minangkabau Vocabularies that Potentially Being Archaic
in Kaba Cindua Mato)

Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi


Pascasarjana Program Studi Linguistik
FIB Universitas Andalas
Hp. 085274452216; Pos-el dewi_kinari@yahoo.com
(Diterima tanggal 23 Agustus 2017; Disetujui tanggal 27 Oktober 2017)

Abstract
The language changes may cause a word to be no longer used or called archaic. This study
aims to describe the vocabulary of Minangkabau language that potentially archaic found in
the Kaba Cindua Mato script. This study was analyzed by diachronic dialectology theory and
the method of matching with the technique of decisive element as the basic technique and
differential interfacing technique as an advanced technique. Based on the results of the study
found 122 vocabularises of potential archaic in Kaba Cindua Mato script which are divided
into 43 verbs, 7 adjectives, 5 adverbs, and 68 nouns. Based on the opinion of the respondents
(active speakers of Minangkabau language domiciled in Padang City) it is concluded that
from 122 vocabularies potentially archaic in Kaba Cindua Mato script there are 22 active
vocabularies, 46 semi-archaic vocabularies, and 56 archaic vocabularies.
Keywords: term; vocabulary; arkais, Kaba Cindua Mato

Abstrak
Perubahan bahasa antara lain menyebabkan suatu kata menjadi tidak digunakan lagi atau disebut
arkais. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kosakata bahasa Minangkabau yang berpotensi
arkais yang ditemukan dalam naskah Kaba Cindua Mato. Penelitian ini menggunakan metode
simak dan teknik catat dalam mengumpulkan data, selanjutnya data dianalisis dengan teori dialektologi
diakronis dan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu sebagai teknik dasar dan teknik
hubung banding membedakan sebagai teknik lanjutan. Hasil analisis data disajikan dengan metode
informal dan formal. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 122 kosakata yang berpotensi arkais
dalam naskah Kaba Cindua Mato yang terbagi dalam 68 kata benda, 43 kata kerja, 7 kata sifat,
dan 5 kata keterangan. Berdasarkan pendapat responden (penutur aktif bahasa Minangkabau yang
berdomisili di Kota Padang) diperoleh simpulan bahwa dari 122 kosakata yang berpotensi arkais
dalam naskah Kaba Cindua Mato terdapat 22 kosakata yang masih aktif, 46 kosakata semi arkais,
dan 56 kosakata yang arkais.
Kata kunci: istilah; kosakata; arkais, Kaba Cindua Mato

99
SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

1. Pendahuluan Minangkabau menduduki peringkat kedelapan


Kosakata arkais dipahami sebagai dibandingkan penutur bahasa Austronesia
kosakata lama yang sudah tidak digunakan lagi. lainnya (Tyron dalam Nadra, 2006:3). Di
Sebuah kosakata dapat menjadi arkais karena Indonesia, penutur bahasa Minangkabau
penutur sudah tidak memamakainya lagi dalam menduduki peringkat kelima dari sepuluh
komunikasi sehari-hari. Hal itu dikarenakan sifat bahasa daerah terbesar (Muhajir dalam Nadra,
bahasa yang dinamis, yakni berkembang sesuai 2006:3), sedangkan di Sumatra, bahasa
dengan kebutuhan pemakainya. Sifat bahasa Minangkabau adalah bahasa kedua terbesar
yang demikian mendasari terjadinya perubahan setelah bahasa Melayu (Nadra, 2006:3).
bahasa. Hal itu sejalan dengan pendapat Trask Perubahan pada bahasa Minangkabau
(2000:182) bahwa setiap bahasa yang hidup mengikuti perubahan bahasa yang pada
di dunia senantiasa dalam keadaan sedang dasarnya adalah alami, normal, dan tidak
berubah. Perubahan bahasa adalah proses terhindarkan (Charles:2009). Setiap penutur
perubahan yang terjadi dalam elemen bahasa tidak dapat menghindari adanya
kebahasaan seiring berjalannya waktu perubahan bahasa. Bukti perubahan tersebut
(Lyons,1981). Perubahan bahasa itu dapat dapat dengan mudah diobservasi apabila
dilihat dari adanya perubahan kaidah yang pemakai bahasa tersebut memiliki tradisi tulis
terjadi pada semua tataran linguistik, seperti dan mempunyai dokumen-dokumen yang ditulis
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. dengan bahasa tersebut (Labov, 2001:4).
Salah satu cara mengamati proses Perubahan yang terjadi dalam bahasa
perubahan bahasa adalah dengan Minangkabau dapat diamati, salah satunya
membandingkan penggunaan bahasa tersebut dengan membandingkan kosakata yang
pada dua periode waktu penggunaannya. digunakan dalam naskah dan kosakata yang
Perbandingan waktu penggunaan bahasa digunakan penutur saat ini, naskah yang
didasarkan pada sifat pengkajian perubahan dimaksud adalah naskah kaba.
bahasa yang bergerak dari masa lampau ke Kaba adalah salah satu naskah yang ditulis
masa kini (Lyons, 1981). Dengan kata lain, dalam bahasa Minangkabau. Kaba merupakan
proses perubahan suatu bahasa dapat diamati karya sastra Minangkabau yang utama dan
dengan membandingkan penggunaan bahasa di yang paling populer dalam sastra Minangkabau
masa lampau dengan penggunaan bahasa pada dibandingkan dengan pantun, pepatah-petitih,
saat ini. Penggunaan bahasa di masa lampau dan mantra (Djamaris, 2004:1). Kaba
akan lebih mudah ditelusuri pada bahasa- didefinisikan sebagai cerita prosa berirama,
bahasa yang sudah dituliskan. Dengan kata lain, berbentuk narasi (kisahan), dan tergolong cerita
pemakai bahasa tersebut sudah mengenal tradisi panjang, sama dengan pantun Sunda.
tulis sehingga sudah membuat dokumen atau Berdasarkan isi cerita, kaba sama dengan
naskah tertulis dengan bahasa tersebut. Hal itu hikayat dalam sastra Indonesia lama atau novel
sejalan dengan pendapat Chaer (2004:134) dalam sastra Indonesia modern (Djamaris,
yang mengatakan bahwa perubahan bahasa 2002:78). Sebagai karya sastra Minangkabau,
dapat ditelusuri, terutama pada bahasa-bahasa kaba mengandung nilai-nilai kebudayaan milik
yang pemakainya telah mengenal tradisi tulis dan masyarakat Minangkabau. berdasarkan tema
mempunyai dokumen tertulis dari masa lampau. cerita, kaba dibagi menjadi kaba klasik dan kaa
Bahasa Minangkabau sebagai bahasa yang moern. Kaba klasik bertemakan seorang
digunakan oleh sebagian besar masyarakat di manusia dengan kekuatan adikodrati dan
Sumatra Barat, juga tidak terlepas dari dianggap terjadi pada masa lampau yang jauh.
perubahan tersebut. Penutur bahasa Kaba modern bertemakan manusia biasa dan
Minangkabau berjumlah 6.500.000 orang dianggap terjadi pada masa lampau yang dekat
(Nadra, 2006:3). Jumlah penutur bahasa (Djamaris, 2004).

100
Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

Kaba Cindua Mato termasuk salah satu Secara umum, penelitian ini bermaksud
kaba klasik yang mengisahkan petualangan mengkaji bentuk-bentuk kosakata bahasa
tokoh utamanya, Cindua Mato, dalam membela Minangkabau yang berpotensi arkais yang
kebenaran. Cerita ini masih digemari dan telah ditemukan dalam naskah Kaba Cindua Mato,
banyak dibahas para peneliti (Djamaris, 2002). selanjutnya disebut (KCM). Secara khusus,
Kaba Cindua Mato menggambarkan keadaan penelitian ini membahas beberapa masalah,
ideal Kerajaan Pagaruyung menurut pandangan yakni (1) Apa saja bentuk kosakata yang
orang Minangkabau (Abdullah). Edisi cetak berpotensi arkais yang ditemukan dalam
tertua kaba ini adalah yang dicatat oleh Van naskah KCM?; (2) Bagaimana tingkat
Der Toorn, Tjindur Mato, Minangkabausch- kearkaisan kosakata tersebut menurut penutur?
Maleische Legende. Edisi ini hanya memuat Dengan demikian, maka tujuan penelitian ini
sepertiga saja dari manuskrip asli yang tebalnya adalah untuk (1) mendeskripsikan bentuk-
500 halaman. Pada tahun 1904, Datuk Garang bentuk kosakata yang berpotensi arkais yang
menerbitkan edisi lengkap kaba ini di ditemukan dalam naskah KCM dan (2)
Semenanjung Malaya dalam aksara Jawi. Edisi mendeskripsikan tingkat kearkaisan kosakata
ini mirip dengan versi Van Der Toorn. Edisi tersebut menurut pendapat penutur.
Datuk Garang didasarkan pada manuskrip milik Hadirnya sebuah penelitian ilmiah pada
keluarga seorang Tuanku Laras di daerah hakikatnya tidak terlepas dari penelitian-
Minangkabau timur (Abdullah). Edisi lain penelitian lainnya. Penelitian tersebut
dituliskan oleh Saripado (1930), Madjoindo merupakan pelengkap dari rantai panjang
(1964), Endah (1967), Singgih (1972) dan penelitian yang telah ada dan penyambung jalan
Penghulu (1982). Cerita ini juga telah disadur bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini merujuk
ke dalam bentuk sandiwara oleh Moeis (1924), pada beberapa penelitian mengenai perubahan
Penghulu (1955), dan Hadi (1977 dan dalam bahasa yang pernah dilakukan oleh peneliti
Esten, 1992) (Djamaris, 2002). Naskah kaba sebelumnya. Penelitian pertama dilakukan oleh
ini tersimpan di berbagai perpustakaan, antara Djonnaidi (2015) yang dipaparkan dalam
lain Jakarta (Juynboll, 1899) dan Leiden (Van tesisnya berjudul “Variasi Bahasa Minangkabau
Ronkel, 1921) (Abdullah). pada Lirik Lirik Lagu Minang: Sebuah
Abdullah (2009:118) menyatakan bahwa Gambaran Retensi dan Inovasi Bahasa”.
kaba merupakan percampuran berbagai Penelitian itu bertujuan mengungkapkan variasi
konsep universal yang sejalan dengan tradisi bahasa Minangkabau yang ditemukan dalam
masyarakat Minang. Hubungan kaba dengan lirik-lirik lagu Minang klasik era 50-an dan lagu-
masyarakat Minangkabau sebagai pendukung lagu Minang kontemporer di era 90-an. Hasil
nilai-nilai kebudayaan tidak dapat dipisahkan analisis data menunujukkan adanya variasi
karena kaba menyuguhkan fenomena sosial fonologis, morfologis, leksikal, dan semantis.
yang ada dalam kehidupan masyarakat Era 90-an memiliki variasi leksikal dan semantis
Minangkabau sehari-hari. Hal itu sejalan dengan lebih banyak dibandingkan era 50-an.
pendapat Jobrahim (1994:221) bahwa sastra Penelitian kedua dilakukan oleh
menampilkan gambaran kehidupan dan Darmayanti, dkk. (2014) yang dipaparkan
kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan dalam artikel berjudul “Inovasi Leksikal Penuh
sosial. Seluruh fenomena kehidupan sosial Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar: Kajian
masyarakat Minangkabau yang disuguhkan Dialek Geografi”. Penelitian itu mengkaji
dalam kaba dikisahkan melalui bahasa keterkaitan perubahan bahasa dengan
Minangkabau. Oleh karena itu, penggunaan munculnya variasi bahasa. Penelitian tersebut
bahasa Minangkabau dalam kaba juga dapat bertujuan untuk mengetahui bentuk leksikal
ditelisik untuk mengamati perubahan yang penuh, medan makna yang menampilkan
terjadi pada bahasa Minangkabau. leksikal penuh, dan bentuk leksikal penuh yang

101
SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

mengalami variasi dalam bahasa Melayu Riau penelitian itu menunjukkan kearkaisan kata
di Kabupaten Kampar. lebih cepat terjadi pada penutur bilingual
Penelitian ketiga dilakukan oleh Yulis dibandingkan pada penutur monolingual. Dari
(2013) berjudul “An Analysis of Dead Words tingkat usia, kearkaisan kata lebih banyak
of Minangkabauness in Koto Tabang- terjadi pada usia muda, baik pada penutur
Pariaman Dialect”. Penelitian itu merupakan monolingual maupun penutur bilingual.
tesis di Pascasarjana Universitas Negeri Kearkaisan kata terjadi karena faktor linguistik
Padang. Penelitian tersebut menggunakan meliputi aspek fonologi, aspek morfologi, dan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan tujuan aspek semantis. Selain itu, kearkaisan kata juga
menemukan kosakata bahasa Minangkabau dapat terjadi karena faktor sosiolinguistis.
dialek Pariaman yang sudah tidak digunakan Penelitian-penelitian itu memiliki relevansi
lagi oleh penutur berusia muda di Koto Tabang. dengan penelitian ini. Persamaan yang paling
Penelitian keempat dilakukan oleh Harwati mendasar adalah sama-sama menganalisis
(2012) yang dipaparkan dalam artikelnya perubahan bahasa. Sepanjang penelusuran
berjudul “Perubahan Bahasa Indonesia; Sebuah kepustakaan yang penulis lakukan, dapat
Bentuk Kreativitas Sekaligus Fenomena disimpulkan bahwa penelitian mengenai
Melemahnya Karakter Bangsa”. Artikel kosakata bahasa Minangkabau yang berpotensi
tersebut membahas dampak positif dan arkais dengan membandingkan penggunaan
dampak negatif akibat perubahan yang terjadi kosakata yang ditemukan dalam naskah KCM
pada bahasa Indonesia. Sumber data penelitian dan penutur bahasa Minangkabau di masa
adalah bahasa tulis di media internet, seperti sekarang belum pernah dilakukan.
twitter, facebook, dan detik forum. Pengkajian mengenai perubahan bahasa
Penelitian kelima dilakukan oleh Nadra Minangkabau dengan mengamati kosakata
dkk. (2010) yang dipaparkan dalam artikel yang digunakan dalam dua periode waktu diteliti
berjudul “Perbandingan Konsep Warna antara melalui pendekatan dialektologi. Francis dalam
Kelompok Penutur Berusia Tua dan Kelompok Nadra (2009:1) menyatakan bahwa
Penutur Berusia Muda dalam Dialek Rao dialektologi adalah ilmu yang mempelajari suatu
Mapat Tunggul”. Penelitian itu mengkaji variasi bahasa yang digunakan oleh
perkembangan bahasa, khususnya pada sekelompok kecil penutur suatu bahasa. Dalam
konsep warna. Perkembangan itu diamati pengkajiannya, dialektologi dapat
dengan membandingkan penggunaan konsep dikelompokkan menjadi dialektologi diakronis
warna oleh penutur. Kearkaisan kata dalam dan dialektologi sinkronis. Kata diakronis
penelitian ini juga diamati dengan didefinisikan bersifat historis: berkenaan dengan
membandingkan penggunaan bahasa oleh pendekatan terhadap bahasa dengan melihat
penutur. perkembangannya sepanjang waktu
Penelitian keenam dilakukan oleh (Kridalaksana, 2008:48). Berdasarkan
Lumbantoruan (2005) berjudul “Kajian pengertian itu, istilah dialektologi diakronis
Kosakata Arkais Bahasa Batak Toba”. dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
Penelitian tersebut merupakan tesis di mempelajari variasi bahasa yang digunakan oleh
Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. sekelompok penutur dengan melihat
Penelitian itu bertujuan menemukan kata-kata perkembangannya sepanjang waktu.
arkais dan faktor-faktor kearkaisan kata pada Pemahaman mengenai perubahan bahasa
bahasa Batak Toba. Penelitian itu berfokus dalam penelitian ini didasarkan pada analisis
pada 484 kata yang diambil dari beberapa yang dikemukakan Nida (1949:3) yang
sumber tertulis. Data diajukan kepada penutur menyatakan bahwa bahasa-bahasa berada
monolingual sebanyak 60 angket dan kepada dalam suatu proses perubahan secara terus-
penutur bilingual sebanyak 60 angket. Hasil menerus. Perubahan bahasa terjadi pada seluruh

102
Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

bahasa dan tingkat perubahan itu bervariasi masyarakat dan budaya Minangkabau, dan
pada waktu yang berbeda-beda pula dalam menggunakan bahasa Minangkabau sebagai
sejarah suatu bahasa. Perubahan bahasa lazim mediumnya. Sebagai cerita rakyat, kaba adalah
diartikan sebagai perubahan kaidah, baik milik masyarakat, bukan milik individual.
kaidah yang direvisi maupun kaidah yang Pengarang kaba umumnya anonim, hanya ada
menghilang, atau dapat pula muncul kaidah baru beberapa nama yang disebut sebagai penulis
dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, kaba, di antaranya Sultan Pangaduan,
semantik, dan leksikon. Dalam tataran leksikon, Sjamsuddin St. Radjo Endah, dan Selasih.
perubahan kosakata dapat diartikan sebagai Teori dialektologi yang dirujuk dalam
pertambahan kosakata baru, hilangnya penelitian ini digunakan untuk memahami
kosakata lama, dan berubahnya makna kata. perubahan yang terjadi dalam bahasa
Perubahan kosakata inilah yang paling mudah Minangkabau. Perubahan bahasa itu dipahami
untuk diamati. melalui adanya perbedaan bentuk istilah dan
Perubahan kosakata yang digunakan oleh kosakata yang ditemukan dalam naskah kaba.
pemakai bahasa juga disebabkan oleh Selain itu, perubahan tersebut juga dapat dilihat
pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa, dari munculnya kosakata baru sehingga ada
didefinisikan oleh Weinreich (1953:68) sebagai kosakata lama yang tidak dipakai lagi. Kosakata
penggantian suatu bahasa oleh bahasa lain yang ditemukan dalam naskah kaba, tetapi
secara berangsur-angsur akibat adanya kontak tidak digunakan lagi oleh penutur saat ini
bahasa dalam situasi imigrasi. Pergeseran dipahami sebagai kosakata arkais. Pemahaman
bahasa dapat dipahami sebagai peristiwa yang mengenai perubahan, pergeseran, dan
biasanya terjadi pada pelaku tutur yang pemertahanan bahasa diperlukan untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain menemukan kosakata lama yang sudah tidak
dengan bahasa yang lain pula. Selain mengalami digunakan lagi dan kosakata yang masih
perubahan dan pergeseran, bahasa juga dapat bertahan dan tetap digunakan sampai sekarang.
bertahan. Hal itu tergambar pada adanya Seluruh perubahan, pergeseran, dan
kosakata yang masih tetap digunakan sampai pemertahanan bahasa itu diamati dalam naskah
sekarang. Namun yang pasti, perubahan kaba sebagai salah satu dokumen tertulis yang
bahasa dapat menyebabkan suatu kosakata dimiliki masyarakat Minangkabau.
menjadi tidak digunakan lagi atau disebut arkais. Penelitian ini bersifat deskriptif karena
Arkais berasal dari bahasa Yunani archais bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan
yang artinya ‘dari sebuah masa yang lebih awal bentuk-bentuk kosakata arkais yang ditemukan
dan tidak dipakai lagi’ atau ‘sesuatu yang dalam naskah kaba. Penelitian ini juga bersifat
memiliki ciri khas kuna atau antik’. Definisi arkais kualitatif karena data penelitian tidak
yang dipaparkan dalam KBBI (2008) ialah berhubungan dengan angka-angka, tetapi
sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu berupa kata, frasa, dan kalimat. Arikunto
atau kuno dan tidak lazim dipakai lagi (1998:193) menyebutkan bahwa penelitian
(ketinggalan zaman), sedangkan arkaisme kualitatif merupakan penelitian deskriptif karena
adalah penggunaan kata atau bentuk kata yang penelitian ini berusaha menggambarkan data
bersifat arkais. Pendapat lain mengenai dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan
pengertian arkais disampaikan oleh Martinus menurut kategorinya untuk memperoleh suatu
(2001:60) yang menyatakan bahwa arkais simpulan. Penelitian ini dilakukan dengan
adalah kata-kata yang sudah tidak digunakan mengumpulkan data berupa data deskriptif
lagi dan ketinggalan zaman atau kuno. tentang kosakata arkais dalam bahasa
Kaba disebut juga cerita rakyat Minangkabau yang ditemukan dalam naskah
Minangkabau, yakni cerita yang hidup di kaba. Hal itu didasarkan pada pemahaman
kalangan rakyat Minangkabau, membicarakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu

103
SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

prosedur penelitian yang menghasilkan data Sebagaimana yang dikatakan Sudaryanto


deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan (2015:207) bahwa dalam wujudnya sebagai
perilaku orang-orang yang diamati (Bodgan dan teks tertulis itu, bahasa yang bersangkutan pun
Taylor, 1992). dalam kerangka penelitian ilmiah secara
Penelitian ini dapat digolongkan pada linguistis, dapat dikatakan “disimak” pula jika
penelitian kepustakaan karena peneliti teks itu dicermati sosoknya; karena
mengumpulkan data dari sumber tertulis sebenarnyalah setiap pembacaan terhadap teks
berbentuk buku (naskah kaba yang sudah pada hakikatnya si pembaca pun “mengulangi”
dibukukan). Namun, untuk membuat simpulan, mengucapkan bacaan itu pula meskipun tidak
peneliti juga melakukan penelitian lapangan terucapkan lewat alat bicara yang media
dengan menyebarkan kuesioner kepada primernya adalah organ mulut beserta dengan
sejumlah responden untuk mengetahui tingkat bagian-bagiannya, melainkan hanya “di dalam
kearkaisan kosakata tersebut. Data penelitian hati”. Dengan demikian, penyediaan data
ini adalah seluruh klausa yang di dalamnya penelitiaan ini dari sumber tertulis berupa naskah
terdapat kosakata arkais. Objek penelitian ini kaba dapat dilakukan dengan metode simak.
adalah kosakata arkais yang ditemukan dalam Salah satu metode yang digunakan dalam
naskah KCM. Kosakata arkais yang dimaksud upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis
dalam penelitian ini adalah kosakata yang data adalah metode padan. Menurut
ditemukan dalam naskah KCM, tetapi sudah Sudaryanto (2015:15) alat penentu dalam
tidak digunakan lagi oleh penutur bahasa metode padan ada di luar, terlepas, dan tidak
Minangkabau saat ini. menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan.
Metode adalah cara yang harus Dalam penelitian ini, alat penentunya adalah
dilaksanakan, sedangkan teknik adalah cara penutur bahasa itu sendiri. Berdasarkan
melaksanakan metode. Sebagai cara, identitas pemahaman itu, alat penentu dalam mengukur
teknik ditentukan oleh alat yang dipakai tingkat kearkaisan kosakata Minangkabau yang
(Sudaryanto, 2015:9). Dalam penelitian ini, berpotensi arkais adalah penggunaannya oleh
metode dan teknik diterapkan pada tahap penulis karya dan penggunaannya oleh penutur
penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap bahasa Minangkabau itu sendiri. Adapun teknik
penyajian hasil analisis data. Dalam tahap dasar yang digunakan dalam tahap analisis data
penyediaan data, ada tiga hal yang dilakukan, adalah teknik pilah unsur penentu dan teknik
yaitu 1) mengumpulkan data yang ditandai hubung banding membedakan sebagai teknik
dengan pencatatan, 2) memilih dan memilah- lanjutan. Secara rinci, langkah-langkah analisis
milah data yang diperlukan sesuai dengan tujuan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
penelitian, dan 3) menata atau Pertama, penulis memilah bentuk kosakata yang
mengelompokkan data menurut kategori yang berpotensi arkais yang ditemukan dalam
telah ditentukan. Untuk menyediakan data naskah KCM. Langkah kedua, penulis
kosakata bahasa Minangkabau yang berpotensi mengelompokkan kosakata tersebut
arkais dalam naskah KCM, peneliti berdasarkan kelas kata, yakni kelas kata
menggunakan metode simak dan teknik catat. benda, kelas kata kerja, kelas kata sifat, dan
Menurut Sudaryanto (2015:203), metode kelas kata keterangan. Langkah ketiga, penulis
simak atau penyimakan dilakukan dengan memuat kosakata itu dalam bentuk tabel.
menyimak penggunaan bahasa. Sumber data Langkah keempat, penulis memuat daftar kata
penelitian ini adalah teks tertulis berupa naskah dalam kuesioner untuk diujikan pada penutur
KCM. Oleh karena itu, penyimakan yang aktif bahasa Minangkabau yang berdomisili di
dimaksud dalam proses penyediaan data adalah Kota Padang. Langkah kelima, penulis
menyimak penggunaan kosakata dalam naskah mengelompokkan pendapat penutur untuk
KCM. menentukan tingkat kearkaisan kosata tersebut.

104
Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

Kuesioner yang dimaksud berisi tiga dalam bahasa Minangkabau terlihat dari
pernyataan, yaitu a) kosakata masih didengar penggunaan kosakata oleh pemakainya.
dan masih digunakan, b) kosakata pernah Kosakata yang digunakan dalam naskah KCM,
didengar, tetapi tidak pernah digunakan, dan sebagai salah satu dokumen yang ditulis pada
c) kosakata tidak pernah didengar dan tidak masa lalu menunjukkan perubahan dengan
pernah digunakan. Apabila responden memilih kosakata yang digunakan oleh penutur saat ini.
jawaban (a) berarti kosakata tersebut masih Hal itu memperkuat pendapat Labov (2001:4)
aktif, apabila responden memilih jawaban (b) yang mengatakan bahwa bukti perubahan
berarti kosakata tersebut tergolong semi arkais, bahasa dapat dengan mudah diobservasi
dan apabila responden memilih jawaban (c) apabila pemakai bahasa tersebut mempunyai
berarti kosakata tersebut arkais. Berdasarkan dokumen-dokumen yang ditulis dengan bahasa
pendapat responden didapat gambaran tersebut.
mengenai tingkat kearkaisan kosakata tersebut Pemahaman terhadap dialektologi
menurut penutur bahasa Minangkabau saat ini. diakronis digunakan untuk mengamati
Responden yang diminta pendapatnya dalam perubahan yang terjadi pada bahasa
penelitian ini berjumlah 60 orang. Responden Minangkabau di masa lalu dan masa sekarang.
dikelompokkan berdasarkan usia, yaitu berusia Pengamatan itu dilakukan dengan
di bawah 20 tahun (20 orang), berusia antara membandingkan kosakata yang digunakan
20 — 40 tahun (20 orang), dan berusia antara dalam naskah KCM dan kosakata yang
40 — 60 tahun (20 orang). Responden adalah digunakan penutur bahasa Minangkabau saat
penutur aktif bahasa Minangkabau yang ini. Berdasarkan pengamatan itu diperoleh
berdomisili di Kota Padang. gambaran perubahan yang terjadi dalam bahasa
Tahap terakhir penelitian ilmiah adalah Minangkabau.
tahap penyajian hasil analisis data. Metode Gambaran perubahan yang terjadi dalam
penyajian hasil analisis data yang digunakan bahasa Minangkabau seperti adanya kosakata
dalam penelitian ini adalah metode informal dan yang digunakan pada naskah KCM, tetapi tidak
metode formal. Sudaryanto (2015) digunakan lagi oleh penutur Bahasa
menjelaskan bahwa metode penyajian informal Minangkabau pada masa sekarang. Kosakata
adalah perumusan dengan kata-kata biasa, itu disebut arkais merujuk pendapat Martinus
walaupun dengan terminologi yang teknis (2001:60) bahwa kosakata arkais adalah kata-
sifatnya, sedangkan penyajian formal adalah kata yang sudah tidak digunakan lagi dan
perumusan dengan apa yang umum dikenal ketinggalan zaman atau kuno. Pembahasan
sebagai tanda dan lambang-lambang. Kedua kosakata yang berpotensi arkais yang
metode tersebut berguna untuk menyajikan ditemukan dalam naskah KCM
kaidah-kaidah yang ada pada bahasa yang dikelompokkan berdasarkan kelas kata sebagai
diteliti. berikut.

2. Hasil dan Pembahasan 2.1.1 Kata benda


2.1 Kosakata yang Berpotensi Arkais Kata benda adalah semua kata yang dapat
dalam KCM diterangkan dengan menambahkan yang
Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebelum kata sifat (keraf, 1991:58).
bahasa Minangkabau juga mengalami proses Berdasarkan hasil penelitian, kosakata yang
perubahan seiring dengan berjalannya waktu. berpotensi arkais dalam kelompok kata benda
Hal itu sejalan dengan pendapat Nida (1949:3) ditemukan sebanyak 68 kosakata. Kosakata
yang menyatakan bahwa bahasa-bahasa itu adalah kata yang ditemukan dalam naskah
senantiasa berada dalam suatu proses KCM, tetapi sudah mulai ditinggalkan oleh
perubahan secara terus-menerus. Perubahan penutur bahasa Minangkabau di masa

105
SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

sekarang. Kata benda yang berpotensi arkais ‘petaruh; titipan’, carano ‘cerana’, pitunang
itu antara lain adalah kata sampureh yang dalam ‘petunang’, ganto ‘genta’, inang ‘ibu
naskah KCM bermakna ‘ampas kelapa’, pengasuh’, duli ‘daulat; yang mulia’, ringgik
sampureh hampir tidak digunakan lagi oleh ‘mata uang dari perak yang harganya Rp 2,50’,
penutur di masa sekarang karena ada kata rupiah ‘satuan mata uang RI yang bernilai 100
sampalah untuk menyatakan makna ‘ampas sen’, wang timbago ‘uang’, pitih garih ‘uang’,
kelapa’. Kata sakin juga ditemukan dalam dan pitih rimih ‘uang’.
naskah KCM untuk menyatakan ‘bilah besi Alamaik ‘alamat; pertanda’, miang;
tipis dan tajam yang bertangkai sebagai alat samiang ‘miang; semiang’, amparo ‘bara’,
pengiris dan sebagainya, ada banyak macam heto; saheto ‘hasta; sehasta’, jamang;
dan namanya; pisau’, kata itu tidak digunakan sajamang ‘sebentar’, parian ‘perian’, pintak
lagi oleh penutur saat ini karena ada kata pisau ‘pinta’, pipia; sapipia ‘secuil’, palik; sapalik
yang menggantikannya. Begitupun kata labuah ‘sedikit’, kapuak; sakapuak ‘selumbung’,
yang bermakna ‘jalan raya’dalam naskah garak ‘takdir Yang Maha Kuasa’, langkah;
KCM, kata sakin sudah tidak digunakan lagi palangkahan ‘permulaan melakukan sesuatu
karena penutur di masa sekarang memakai kata (pekerjaan, perjalanan dsb), padan ‘banding;
jalan untuk menyatakan makna ‘jalan raya’. imbang’, ragi ‘warna (kain) corak (batik,
Selain itu, kata benda yang berpotensi anyaman, dsb), dalamak ‘delamak’, kuman;
arkais yang ditemukan dalam naskah KCM sakuman ‘sedikit’, padi; sapadi ‘sedikit’,
adalah kata nangkodoh ‘nakhoda’, ustano kuku; sakuku ‘sedikit’, kalang ‘bantal’,
‘istana’, banua ‘benua’, karih ‘keris’, dubalang ‘hulubalang’, cangkuak ‘sesuatu
balairuang ‘bangunan yang digunakan sebagai yang melengkung menyerupai kait, ujungnya
tempat para penghulu mengadakan rapat bengkok atau dibengkokkan untuk
tentang urusan pemerintahan nagari dan menyangkutkan atau mengaitkan sesuatu’,
menyidangkan suatu perkara’, anjuang ‘bagian cambuik ‘cambuk; cemeti’, paran ‘balok di
rumah (bilik) di sisi atau di tengah rumah yang atas dinding rumah tempat bertumpu kasau-
lantainya lebih tinggi daripada lantai rumah’, kasau’, tabia ‘tabir’, lantak ‘pancang’,
saliguri ‘seleguri’, kutiko; sakutiko ‘ketika; supadan ‘sepadan’, umanaik ‘amanat’,
seketika’, param ‘bedak basah yang untuang; paruntuangan ‘peruntungan’, dan
dilumurkan pada tubuh’, kasai ‘bedak basah’, baur; pambauran ‘pembauran’.
naniang ‘serangga (tabuhan) yang berbisa dan
berwarna kuning’, piganta ‘ilmu yang dapat 2.1.2 Kata Kerja
menjadikan musuh gentar; takut; dan tunduk’, Kata kerja adalah kata-kata yang
tangguli ‘air gula’, ukatu ‘waktu’, salindik menyatakan perbuatan atau tindakan.
‘burung bayan kecil’, dasun ‘bawang putih’, Berdasarkan pembacaan saksama terhadap
kucindan ‘senda gurau; kelakar’, surambi naskah KCM ditemukan 43 kosakata pada
‘serambi; teras’, taraju ‘alat penimbang yang kelas kata kerja yang berpotensi arkais, artinya,
terdiri dari dua buah piringan yang digantungkan kosakata itu hampir tidak digunakan oleh
dengan rantai atau tali pada kedua belah ujung penutur saat ini. Kosakata tersebut antara lain
lengannya; neraca’, bungka ‘anak timbangan adalah kata rasian yang berarti ‘mimpi;
yang terbuat dari tembaga’, tahia ‘ukuran terutama yang mengandung arti atau alamat’
berat (emas, perak, dsb); tahil’, barumbuang; (KBBI). Kata rasian mulai jarang digunakan
sabarumbuang ‘berumbung; seberumbung’, oleh penutur saat ini karena penutur sudah
tintiangan; satintiangan ‘tintingan; menggunakan kata mimpi untuk menyatakan
setintingan’, deta ‘destar’, sanan ‘sana’, makna ‘mimpi; terutama yang mengandung arti
rando ‘janda’, bulang ‘tali atau taji yang atau alamat’. Kata titah; manitah dalam
diikatkan di kaki ayam aduan’, pitaruah naskah KCM digunakan untuk menyatakan

106
Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

makna ‘menyuruh; memerintah’ (KBBI), kata mangirah ‘membuka (tentang mata, kain, dsb),
titah; manitah sekarang sudah tidak digunakan dan amba; mamba ‘membumbun (tanah);
lagi karena penutur memakai kata suruah; menimbun (tanah).
manyuruah untuk makna yang sama.
Begitupun kata curaipapakan untuk 2.1.3 Kata Sifat
menyatakan makna ‘uraikan; tuturkan’ Kata sifat merupakan kata yang
dikatakan sudah arkais karena penutur menyatakan sifat atau keadaan dari suatu
sekarang menggunakan kata caritokan untuk nomina (kata benda) atau suatu pronominal
makna yang sama. Kata kati; mangati untuk (kata ganti) (Keraf, 1991:88). Hasil
menyatakan makna ‘menimbang’ dapat pengamatan terhadap kosakata dalam kelas
dikatakan arkais karena tidak lagi digunakan kata sifat yang ditemukan dalam naskah KCM
oleh penutur sekarang ini karena ada kata menunjukkan enam kata sifat yang berpotensi
manimbang untuk menyatakan makna yang arkais. Kata itu adalah kata kiramaik, lakang,
sama. jombang, jinih, sati, dan taratik.
Kata lain dalam kata kerja yang Kata kiramaik dalam KBMI bermakna
berpotensi arkais adalah kata timbalan ‘suci dan bertuah yang dapat memberikan efek
‘sesuatu yang ditimbang; padanan’, erak; magis dan psikologis kepada pihak lain (tentang
dierak ‘ditantang’, dayuah; tadayuah barang atau tempat suci)’. Kata itu sudah tidak
‘terdayuh; bersedih’, rewan; marewan digunakan lagi oleh penutur pada masa
‘menyedihkan’, lambang ‘berlekuk (pada sekarang karena kepercayaan akan barang atau
tanah seperti bekas ditimpa sesuatu yang berat); tempat suci itu juga sudah memudar. Kata
lembang’, bunta ‘bundar’, linduang ‘lindung’, lakang yang berarti ‘belah (seperti tanah
takuak; ditakuak ‘ditekuk’, tulah; katulahan kepanasan); retak’ (KBMI) juga sudah tidak
‘kena tulah’, sabuang; basabuang ‘berlaga; digunakan lagi oleh penutur di masa sekarang
beradu’, kakok; dikakok ‘dikerjakan’, karena ada kata ratak untuk menyatakan
rembang; barembang ‘bergerak setinggi- makna ‘belah (seperti tanah kepanasan); retak’
tingginya (tentang matahari); kanak; takanak itu. Begitupun untuk menyatakan ungkapan
‘dikenakan; dipakai (tentang pakaian), junjam; ‘elok; cantik; tampan’, penutur sekarang
dijunjam ‘dihunjamkan’, bangih; mambangih memakai kata rancak (perempuan) atau kata
‘memarahi’, kajang; dikajangi ‘ diberi atap gagah (laki-laki) dan bukan lagi kata
kajang’, pupuah; mamupuah ‘menyabung’, jombang.
kisa; dikisa ‘beralih; berpindah’, rimih; Kata jinih yang berarti ‘bersih’ sudah
barimih ‘memiliki uang rimis’, guguah ‘pukul’, tidak digunakan lagi karena penutur di masa
lipua; talipua ‘terlipur; terkikis’, kumbali sekarang memakai kata barasiah untuk
‘kembali’, lewa; malewakan menyatakan makna ‘bersih’. Kata sati di dalam
‘memberitahukan sesuatu hal kepada orang naskah KCM digunakanuntuk menyatakan
banyak’, kumpa; dikumpa ‘digulung’, sungu; ‘seorang yang bertuah; mempunyai kuasa gaib’,
disungu ‘dibakar ’, hunjun; dihunjun kata itu tidak lagi terdengar diucapkan oleh
‘dihunjam’; karijok ‘gerak kelopak mata; penutur di masa sekarang karena kepercayaan
kejap”, alun; baralun ‘beralun’, dayuak; akan hal itu sudah memudar. Kata taratik yang
tadayuak ‘terliuk’, kain; bakain ‘memakai bermakna ‘sopan santun’ untuk menyatakan
kain’, kuduang; dikuduang ‘dipotong’, laleh; ‘seseorang yang berkelakuan baik dan
dilaleh ‘dilepas’, ganjua; diganjua ‘ditarik; bersikap santun’ sudah mulai ditinggalkan oleh
dihela; diganjur’, sosoh; basosoh ‘berbuat penutur di masa sekarang karena penutur lebih
sesuatu dengan gigih dan giat’, suji; basuji memilih menggunakan kata sopan untuk
‘diisulam; disuji’, tarawang; manarawang menyatakan makna yang sama.
‘membuat terawang (pada kain dsb), kirah;

107
SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (99—110)

2.1.4 Kata Keterangan oleh penutur, tetapi sudah tidak digunakan lagi
Kata keterangan merupakan kata yang dalam berkomunikasi sehari-hari. Ketiga adalah
memberikan penjelasan pada kalimat atau kelompok kosakata arkais, yakni kosakata
bagian kalimat lain (Chaer, 2006:162-163). yang sudah tidak didengar dan sudah tidak
Hasil pengamatan terhadap kosakata yang digunakan lagi oleh penutur.
digunakan dalam naskah KCM ditemukan lima Penutur yang menjadi responden dalam
kata keterangan yang berpotensi arkais. penelitian ini adalah penutur aktif bahasa
kosakata tersebut adalah kata barisuak, Minangkabau yang berdomisili di Kota Padang.
sugiro, satu, ampiang, dan garan. Responden berjumlah 60 orang. Responden
Kata barisuakyang dalam naskah KCM dikelompokkan berdasarkan usia, yaitu berusia
bermakna ‘hari sesudah hari ini’ oleh penutur di bawah 20 tahun (20 orang), berusia antara
sekarang sudah diganti dengan kata bisuak. 20—40 tahun (20 orang), dan berusia antara
Kata sugiro yang dalam naskah KCM 40—60 tahun (20 orang). Kepada setiap
digunakan untuk menyatakan makna ‘lekas; responden diberikan kuesioner yang memuat
segera’ sudah tidak digunakan lagi oleh penutur daftar kosakata yang diasumsikan arkais yang
sekarang karena dipakai kata lakeh untuk ditemukan dalam naskah KCM. Responden
menyatakan makna yang sama. Kata satu yang diminta mengisi kolom yang sudah disediakan
dalam naskah KCM digunakan untuk sesuai dengan pengetahuan mereka terhadap
menyatakan ‘keterangan keadaaan’ sudah tidak kosakata tersebut. Kuesioner memuat tiga
digunakan lagi oleh penutur di masa sekarang kolom pilihan jawaban, yakni kolom A untuk
karena digunakan kata baitu untuk menyatakan kosakata aktif (kosakata masih didengar dan
makna yang sama. Begitupun kata ampiang masih digunakan oleh respoden), kolom B
yang dalam naskah KCM bermakna ‘dekat; untuk kosakata semi arkais (kosakata masih
hampir’ tidak lagi digunakan oleh penutur di atau pernah didengar, tetapi sudah tidak
masa sekarang karena digantikan dengan kata digunakan lagi oleh responden), dan kolom C
ampia untuk menyatakan makna ‘dekat; untuk kosakata arkais (kosakata sudah tidak
hampir’. Kata garan yang dalam naskah KCM pernah didengar dan tidak pernah lagi
digunakan untuk menyatakan makna ‘gerangan; digunakan oleh responden).
agaknya’ sudah digantikan dengan ko lah oleh Jawaban responden terhadap tingkat
penutur di masa sekarang untuk menyatakan kearkaisan kosakata tersebut ternyata
makna ‘gerangan; agaknya’ itu. berbeda-beda. Secara umum, perbedaan itu
dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia.
2.2 Tingkat Kearkaisan Kosakata Dari 122 kosakata yang berpotensi arkais yang
Menurut Penutur diujikan kepada responden, responden yang
Seluruh kosakata yang berpotensi arkais berusia di bawah 20 tahun memilih 20 kosakata
yang ditemukan dalam naskah KCM diujikan yang masih aktif, 37 kosakata yang semi arkais,
kepada penutur aktif bahasa Minangkabau dan 65 kosakata yang arkais. Responden yang
yang berdomisili di Kota Padang. Pengujian itu berusia antara 20—40 tahun memilih 36
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kosakata yang masih aktif, 44 kosakata yang
kearkaisannya. Tingkat kearkaisan yang semi arkais, dan 42 istilah arkais. Adapun
dimaksud dalam penelitian ini adalah responden yang berusia antara 40—60 tahun
pengelompokan penggunaan kosakata itu memilih 46 kosakata yang masih aktif, 44
menurut penutur saat ini. Pertama adalah kosakata yang semi arkais, dan 31 kosakata
kelompok kosakata aktif, yaitu kosakata yang arkais.
masih didengar dan masih digunakan oleh Setelah diperoleh gambaran tingkat
penutur. Kedua adalah kelompok kosakata kearkaisan kosakata berdasarkan tingkat usia
semi arkais, yaitu kosakata yang masih didengar responden, selanjutnya dicari gambaran tingkat

108
Fitria Dewi, Nadra, dan M. Yusdi: Kosakata Bahasa Minangkabau Yang Berpotensi Arkais dalam Kaba Cindua Mato

kearkaisan kosakata menurut responden junjam; dijunjam, duli, kajang; dikajangi,


secara umum. Jawaban responden dari ketiga ringgik, rupiah, wang timbago,pitih rimih,
tingkatan usia itu dibandingkan sehingga pitih garih, kisa; dikisa, amparo, jinih,
diperoleh hasil bahwa kosakata yang masih aktif parian, jamang; sajamang, palik; sapalik,
berjumlah 22, kosakata yang semi arkais sungu; disungu, hunjun, dalamak, kuman;
berjumlah 46, dan kosakata yang arkais sakuman, padi; sapadi, cangkuak, sakin,
berjumlah 56. Kosakata yang berpotensi arkais sati, garan, kirab; mangirab, dan amba;
yang ditemukan dalam KCM tetapi masih baamba.
didengar dan digunakan oleh penutur bahasa
Minangkabau saat ini adalah kata karih, 3. Simpulan
balairuang, anjuang, dasun, surambi, Kaba Cindua Mato adalah salah satu
sabuang; basabuang, kakok; dikakok, dokumen yang ditulis dalam bahasa
tatah; batatah, carano, guguah, heto; Minangkabau. Kaba itu termasuk kaba klasik
saheto, pintak, kuku; sakuku, kain; bakain, yang dapat mewakili penggunaan kosakata
lapiak; salapiak, duduak; sakaduduakan, dalam bahasa Minangkabau pada masa
dakwa, dubalang, kaba, cambuik, untuang; lampau. Berdasarkan pembacaan yang
paruntuangan, dan gala. saksama terhadap naskah KCM diperoleh
Kosakata dalam KCM yang menurut kesimpulan bahwa perubahan dalam bahasa
penutur sudah berpotensi arkais berjumlah 46 Minangkabau antara lain memunculkan
kosakata karena penutur bahasa Minangkabau kosakata yan berpotensi arkais. Kosakata
sekarang hanya pernah mendengar kata itu, tersebut hampir tidak digunakan lagi oleh
tetapi sudah tidak memakainya dalam penutur bahasa Minangkabau saat ini. Apabila
berkomunikasi sehari-hari. Kosakata tersebut kosakata tersebut tidak lagi digunakan oleh
adalah kata nangkodoh, ustano, anjuang; penutur, maka ia akan menjadi arkais. Kosakata
baanjuang, rasian, barisuak, rewan; arkais yang dimaksud adalah kosakata yang
marewan, linduang, kucindan, tulah; ditemukan dalam naskah KCM tetapi sudah
katulahan, rembang; barembang, deta, tidak digunakan lagi oleh penutur bahasa
bulang, pitaruah, intan pudi, bangih; Minangkabau saat ini. Hasil penelitian
mambangih, ganto, lipua; talipua, lewa; menunjukkan bahwa dalam naskah KCM
malewakan, langkah; palangkahan, ragi, ditemukan 122 kosakata yang berotensi arkais
dayuak; tadayuak, laleh; dilaleh, ganjua; yang terbagi dalam 43 kata kerja, 6 kata sifat,
diganjua, sosoh; basosoh, suji; basuji, 5 kata keterangan, dan 68 kata benda.
tarawang, sulam; basulam, lantak, Seluruh kosakata yang berpotensi arkais
umanaik, banto, baur; pambauran, karijok, yang ditemukan dalam naskah KCM itu lalu
garak, kapuak; sakapuak, kumpa; dikumpa, diujikan kepada penutur aktif bahasa
paran, saliguri, taratik, daraham, kameh, Minangkabau untuk mengetahui tingkat
banto, kutiko; sakutiko, sugiro, titah; kearkaisannya. Berdasarkan jawaban
manitah, takuak; ditakuak. responden diperoleh simpulan bahwa usia
Adapun kosakata yang diasumsikan responden mempengaruhi pendapat mereka
arkais menurut penutur bahasa Minangkabau terhadap kearkaisan suatu kata. Responden
adalah kata tariakh, timbalan, banua, erak; yang berusia di bawah 20 tahun memilih lebih
dierak, param, kasai, naniang, piganta, banyak kosakata arkais, responden yang
lambang, bunta, tangguli, sampureh, ukatu, berusia di bawah 40 tahun memilih lebih banyak
salindik, satu, curaipapakan, lakang, kosakata semi arkais, sedangkan responden
taraju, bungka, tintiangan; satintiangan, yang berusia di bawah 60 tahun memilih lebih
kanak; takanak, jombang, sanan, rando, banyak kosakata aktif. Seluruh kosakata yang
kati; mangati, labuah, pitunang, inang, berpotensi arkais yang ditemukan dalam

109
Emil Septia: Teks Hikayat Cerita Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaih Wa Sallam Berniaga ke Negeri Syam…

naskah KCM diujikan kepada penutur aktif Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra
bahasa Minangkabau yang berdomisili di Kota Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan
Padang. Berdasarkan jawaban responden Obor Indonesia.
diperoleh gambaran tingkat kearkaisan Djamaris, Edwar. 2004. Kaba Minangkabau.
kosakata tersebut, bahwa dari 122 kosakata Jakarta: Pusat Bahasa.
yang berpotensi arkais itu terdapat 22 kosakata Djonnaidi, Silvia. 2015.”Variasi Bahasa
yang masih aktif, 46 kosakata yang semi arkais, Minangkabau pada Lirik-Lirik Lagu
dan 56 kosakata yang sudah arkais. Pendapat Minang: Sebuah Gambaran Retensi dan
mengenai tingkat kearkaisan itu bisa jadi tidak Inovasi Bahasa”. Tesis. Padang:
akan persis sama apabila diujikan pada penutur Pascasarjana FIB. Universitas Andalas.
aktif bahasa Minangkabau di daerah lain karena Endah, Sjamsudin St. Radjo. 1985. Kaba
setiap penutur memiliki kecenderungan masing- Cindua Mato. Bukittinggi. CV. Balai
masing. Oleh karena itu, disarankan agar Buku Indonesia.
peneliti lain mengkaji kearkaisan bahasa Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa.
Minangkabau di daerah lain agar kosakata Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
bahasa Minangkabau dapat terus dilestarikan. Lumbantoruan, Nelson. 2005. “Kajian Arkais
Bahasa Batak Toba”. Tesis. Medaan:
Daftar Pustaka Pascasarjana USU.
Lyons, John.1981. Language and Linguistics,
Abdullah, Taufik. “Some Notes on the Kaba An Introduction. New York: Cambridge
Tjindua Mato: An Example of University Press.
MinangkabauTraditional Literature” Mayer, Charles F. 2009. Introducing English
(PDF). Diakses tanggal 31 Agustus 2017. Linguistics. Cambridge: Cambridge
Taufik Abdullah, 2009. “Beberapa Catatan University Press.
Tentang Kaba Cindua Mato: Satu Nadra. 2006. Rekonstruksi Bahasa
Contoh Sastera Tradisional Minangkabau. Padang: Andalas
Minangkabau”, dalam Jurnal University Press.
Terjemahan Alam dan Tamadun Nadra, dkk. 2010.”Perbandingan Konsep
Melayu, 1. 117-137. Warna antara Kelompok Penutur Berusia
Chaer, Abdul dan Agustina Leony. 2004. Muda dalam Dialek Rao Mapat Tunggul”,
Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Salingka, Volume 7 (Nomor 2), hlm 93—
Jakarta: Rineka Cipta. 100.
Darmayanti, dkk. 2014. “Inovasi Leksikal Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka
Penuh Bahasa Melayu Riau Dialek Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Kampar; Kajian Dialek Geografi”. Sanata Dharma University Press.
Salingka, Volume 11 Nomor 1, hlm 39— Weinreich, Uriel. 1953. Language in Contact,
49. Findings Problems. New York: Linguistic
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Circle of New York.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Yulis, Erni. 2013. “An analysis of Dead Words
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. of Minangkabauness in Koto Tabang-
Gramedia Pustaka Utama. Pariaman Dialect”. Tesis. Pascasarjana
FBS UNP.

110

Anda mungkin juga menyukai