Anda di halaman 1dari 26

PRONOMINA POSESIF BAHASA SASAK DIALEK NGENO – NGENE

DI DUSUN BENTENG, DESA KERUMUT, PRINGGABAYA - LOMBOK


TIMUR NUSA TENGGARA BARAT

SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh

ARNIATI
NIM : E1C 112011

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA,
SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

2016

i
PRONOMINA POSESIF BAHASA SASAK DIALEK NGENO – NGENE
DI DUSUN BENTENG, DESA KERUMUT, PRINGGABAYA - LOMBOK TIMUR
NUSA TENGGARA BARAT

ARNIATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH


FKIP UNIVERSITAS MATARAM

Email: Arniyati.amira@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk, fungsi, dan makna pronomina posesif
bahasa Sasak Dialek Ngeno – Ngene di Dusun Benteng Kecamatan Pringgabaya. Adapun
rumusan masalahnya adalah bagaimanakah bentuk pronomina posesif, fungsi pronomina
posesif, dan makna pronomina posesif bahasa Sasak yang ada di Dusun Benteng, Desa
Kerumut, Pringgabaya tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak cakap (wawancara/observasi) dengan teknik
rekam/sadap dan teknik libat cakap. Selain itu juga, metode yang digunakan di dalam
pengumpulan data, yakni metode introspeksi. Setelah data diperoleh kemudian dilakukanlah
analisis data. Adapun metode yang digunakan adalah metode padan dan metode distribusional
dengan teknik referensial, teknik translation, dan teknik uraian unsur terkecil. Adapun
penyajian hasil analisis data digunakan dua metode, yaitu metode formal dan metode
informal. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa terdapat tiga bentuk pronomina
posesif, yaitu pronomina pertama, kedua, dan ketiga (tunggal dan jamak). Adapun fungsi
pronomina posesif, yaitu 1) fungsi sebagai penanda umur, 2) fungsi keakraban, dan 3) fungsi
sebagai penanda status sosial. Kemudian dalam hal makna, pronomina posesif terdapat ada
dua makna, yaitu 1) makna kekuasaan, dan 2) makna solidaritas.

Kata kunci: pronomina posesif, bentuk, fungsi, dan makna pronomina posesif.

ii
iii
POSSESSIVE PRONOUN OF SASAK LANGUAGE NGENO – NGENE DIALECT
IN DUSUN BENTENG, DESA KERUMUT, PRINGGABAYA – EAST LOMBOK
WEST NUSA TENGGARA

ARNIATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH


FKIP UNIVERSITAS MATARAM

Email: Arniyati.amira@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the form, function and meaning of possessive
pronouns Dialect Sasak language Ngeno-Ngene in Hamlet Castle District of Pringgabaya. The
formulation of the problem is how the possessive pronoun form, function possessive
pronouns and possessive pronoun meaning Sasak language that is in the hamlet of Fort,
Village Kerumut, the Pringgabaya. In this study the methods used in data collection is
consider ably method (interview/observation) with a recording technique/tapping and
techniques involved capably. In addition, the method used in the data collection, namely the
method of introspection. Once the data is obtained and then perform the data analysis. The
method used is the method frontier and distributional method with referential techniques,
technical translation, and technical description of the smallest elements. The presentation of
the results of data analysis used two methods, the method of formal and informal methods.
Based on the analysis, it is concluded that there are three forms of the possessive pronoun, the
pronoun first, second, and third (singular and plural). The function of the possessive pronoun,
namely 1) functions as a marker of age, 2) the function of familiarity, and 3) function as a
marker of social status. Then in terms of meaning, possessive pronouns, there are two
meanings, namely 1) the meaning of power, and 2) the meaning of solidarity.

Keywords: possessive pronoun, form, function and meaning

iv
I. PENDAHULUAN memang dibutuhkan juga tetapi tidak
A. Latar Belakang serta merta menjadikan bahasa ibu atau
Dalam kehidupan sehari – hari, bahasa pertama punah. Bahasa daerah
manusia selalu berhubungan dengan akan punah jika tidak ada lagi
manusia lainnya. Pada saat berinteraksi penuturnya sikap bahasa yang mulai
bahasa merupakan alat komunikasi pudar hingga menyebabkan
yang paling penting untuk tergesernya bahasa ibu. Sebagaimana
menyampaikan maksud tertentu. yang dijelaskan Garvin dan Mathiot
Menurut Keraf (1997:1) bahasa adalah (1968) (dalam Chaer dan Leoni,
alat komunikasi antaranggota 2010:152) bahwa ciri sikap bahasa
masyarakat berupa simbol bunyi yang yang dimaksud adalah (1) adanya
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Di kesetiaan bahasa yang mendorong
dalam berbahasa pada umumnya orang masyarakat bahasa mempertahankan
ingin mengungkapkan gagasan atau bahasanya, dan apabila perlu
perasaannya baik secara langsung mencegah adanya pengaruh bahasa
maupun tidak langsung dan mudah lain; (2) adanya kebanggaan bahasa
dimengerti tanpa harus menggunakan yang mendorong seseorang untuk
kata ganti yang panjang. mengembangakan bahasanya dan
Banyak orang yang malu menggunakannya sebagai identitas dan
menggunakan bahasa daerah ketika kesatuan masyarakat; (3) kesadaran
berinteraksi, bahkan banyak keluarga adanya norma bahasa yang mendorong
dan para orang tua yang merupakan seseorang untuk menggunakan
penutur asli bahasa Sasak tidak bahasanya dengan cermat dan santun,
mewariskan bahasa Sasak pada anak- dan merupakan faktor yang sangat
anak mereka, sehingga anak-anak suku besar pengaruhnya terhadap perbuatan,
Sasak tidak bisa berbahasa Sasak yaitu kegiatan menggunakan bahasa.
karena orang tua mereka mendidiknya Bahasa Sasak adalah bahasa yang
sejak kecil menggunakan bahasa digunakan oleh suku Sasak yang
Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai berada di pulau Lombok, Nusa
bahasa kedua setelah bahasa Sasak Tenggara Barat. Berdasarkan jenis dan

1
letak pemakaiannya, bahasa Sasak peserta seminar belum sepakat
dibagi menjadi empat (4) dialek. menyebut dialek Ngeno – Ngene
Keempat dialek tersebut, yaitu (1) dengan istilah bahasa Sasak Baku (di
dialek Bayan (DB), dialek Pujut (DP), dalam skripsi Yuniar Nuri Nazir, 1995
dialek Selaparang (SP), dan dialek Aiq : 1-2).
Bukaq (DA) yang saat ini masih Kata ganti bahasa Sasak dialek
memiliki fungsi dan peranan sebagai Ngeno – Ngene yang baik adalah kata
alat komunikasi di dalam tatanan ganti yang mempunyai struktur yang
rumah tangga dan antaranggota dapat mengungkapkan gagasan
masyarakat pemakainya (Mahsun, pemakainya secara tepat dan dapat
2006 : 39 – 48). Ahli lain yang juga dipahami oleh
membagi dialek BS menjadi empat pendengar/pembaca secara tepat pula
dialek, yaitu (Thoir Nazir, dalam atau komunikatif. Apabila gagasan
skripsi Yuniar Nuri Nazir, 1995: 1) yang disampaikan sudah tepat,
yang berjudul ” Kalimat Pasif Bahasa pendengar/pembaca dapat memahami
Sasak Umum“ keempat dialek pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
tersebut, yaitu (1) dialek Ngeno- dan lengkap seperti yang dimaksud
Ngene, (2) dialek Ngeto – Ngete, (3) oleh penulis atau pembicaranya. Akan
dialek Meriaq – Meriku, (4) dialek tetapi, kadang – kadang harapan itu
Meno-Mene. tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian
Salah satu di antara pendapat lawan bicara atau pembaca tidak
yang berbeda tentang empat dialek di memahami maksud yang diucapkan
atas, disepakati sebagai bahasa Sasak atau yang dituliskan. Supaya kata ganti
umum (BSU) oleh para peserta yang dibuat dapat mengungkapkan
Seminar Ejaan Bahasa Sasak yang gagasan pemakainya secara tepat,
diadakan di Kanwil depdikbud Nusa unsur kata ganti yang digunakan harus
Tenggara Barat, Mataram pada tanggal lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-
2 Juli 1990. Dialek yang disepakati unsur kata ganti seharusnya ada yang
sebagai BSU tersebut adalah dialek tidak boleh dihilangkan.
Ngeno – Ngene. Akan tetapi, para

2
Di dalam percakapan sehari – disajikan dalam bentuk pertanyaan
hari di dalam masyarakat Sasak, sebagai berikut.
khususnya masyarakat yang
1. Bagaimanakah bentuk pronomina
menggunakan dialek Ngeno – Ngene
posesif bahasa Sasak dialek Ngeno
sering kita jumpai kata ganti yang
– Ngene di Dusun Benteng, Desa
tidak memenuhi syarat sebagai bahasa
Kerumut, Pringgabaya - Lombok
atau alat komunikasi. Hal ini
Timur NTB?
disebabkan oleh kemungkinan kata
2. Bagaimanakah fungsi pronomina
ganti yang ditulis kabur, kacau, tidak
posesif bahasa Sasak dialek Ngeno
logis, atau bertele-tele. Dengan adanya
– Ngene di Dusun Benteng, Desa
kenyataan itu, pembaca/pendengar
Kerumut, Pringgabaya - Lombok
sukar mengerti maksud kata ganti yang
Timur NTB?
kita sampaikan karena kata ganti
3. Bagaimanakah makna pronomina
tersebut tidak komunikatif.
posesif bahasa Sasak dialek Ngeno
Berdasarkan kenyataan inilah peneliti
– Ngene di Dusun Benteng, Desa
tertarik membahas struktur kata ganti
Kerumut, Pringgabaya - Lombok
bahasa Sasak dialek Ngeno – Ngene
Timur NTB?
dengan segala permasalahannya.
b. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fenomena di atas,
Sesuai dengan rumusan masalah
maka penelitian ini dikaji
di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
menggunakan kajian linguistik dengan
penelitian ini sebagai berikut.
judul pronomina posesif bahasa Sasak
1. Mengetahui bentuk pronomina
dialek Ngeno – Ngene di Dusun
posesif bahasa Sasak dialek Ngeno
Benteng, Desa Kerumut, Pringgabaya
– Ngene di Dusun Benteng, Desa
- Lombok Timur NTB, karena belum
Kerumut, Pringgabaya - Lombok
ada yang meneliti di daerah ini.
Timur NTB.
a. Rumusan Masalah
2. Mengetahui fungsi pronomina
Berdasarkan latar belakang di
posesif bahasa Sasak dialek Ngeno
atas, maka rumusan permasalahannya
– Ngene di Dusun Benteng, Desa

3
Kerumut, Pringgabaya - Lombok 2. sebagai bahan masukan oleh
Timur NTB. pembaca yang ingin meneliti
3. Mengetahui makna pronomina selanjutnya;
posesif bahasa Sasak dialek Ngeno 3. sebagai dokumentasi kebahasaan
– Ngene di Dusun Benteng, Desa bahasa daerah;
Kerumut, Pringgabaya - Lombok 4. memperkaya khazanah ilmu
Timur NTB. pengetahuan dan ilmu bahasa; dan
c. Manfaat Penelitian 5. meningkatkan pembinaan dan
Manfaat penelitian tentang pengetahuan, khususnya bahasa
pronomina posesif ini dapat dibagi Sasak dan bahasa nasional pada
menjadi dua. Kedua manfaat tersebut, umumnya.
yaitu manfaat praktis dan manfaat II. LANDASAN TEORI.
teoretis. Secara praktis, penelitian ini A. Landasan Teori
diharapkan bermanfaat sebagai salah Bahasa sebagai lambang ujaran
satu cara melestarikan bahasa daerah manusia sangat penting artinya bagi
serta lebih memotivasi pengguna kehidupan manusia yang berbudaya.
bahasa daerah untuk tetap Sebagai makhluk sosial setiap manusia
menggunakan Bahasa Sasak dalam tidak dapat melepaskan diri dari
kehidupa sehari-sehari selain bahasa kehidupan masyarakat dan budayanya.
Indonesia. Di dalam kehidupan masyarakat dan
Adapun secara teoretis manfaat budaya setiap manusia merupakan
penelitian ini, yaitu bagian dari masyarakat dan
budayanya. Di dalam kehidupan
1. sebagai acuan oleh mereka yang
bermasyarakat dan berbudaya inilah
ingin meneliti bahasa Sasak di
bahasa memegang peranan yang
Dusun Benteng, Desa Kerumut,
sangat penting artinya bagi setiap
Pringgabaya - Lombok Timur
manusai untuk menjalani hubungan
NTB;
dengan sesamanya (KBBI, 2008:1).
Sebagaimana bahasa-bahasa lain,
bahasa Sasak juga bisa dikaji secara

4
linguistis. Dari segi fonologi atau – kata yang dipakai untuk mengganti
fonetis, menurut Verhaar (2006:11) orang atau benda. Kata ganti juga
dua bunyi secara fonetis berbeda dipakai untuk mengacu ke nomina atau
dikatakan mempunyai perbedaan benda lain.
fonologis bila perbedaan tersebut Ada tiga macam pronomina di
menyebabkan perbedaan makna antara dalam bahasa Indonesia. Ketiga
dua kata. Seperti [a] dan [e] berbeda pronomina tersebut, yakni (1)
secara fungsional, atau secara pronomina persona, (2) pronomina
fonologis karena membedakan kata penunjuk, dan (3) pronomina penanya.
seperti dalam pasangan gaur: gaur Berdasarkan ketiga bagian
berarti mengaduk sedangkan gegala pronomina di atas memiliki perbedaan.
berarti kayu panjang yang difungsikan Perbedaannya itu bisa dilihat dari segi
untuk memetik buah. bentuk dan fungsinya. Berdasarkan
a. Pengertian Pronomina ketiga pronomina tersebut yang akan
Pronomina disebut juga dengan dibahas oleh peneliti adalah pronomina
istilah kata ganti. Di dalam Kamus persona, khususnya pronomina posesif
Besar Bahasa Indonesia pronomina (kepunyaan/kepemilikan).
adalah kata yang dipakai mengganti b. Pengertian Pronomina Posesif
orang atau benda, seperti aku, engkau, (Kepunyaan/Kepemilikan)
dan dia (KBBI, 2012 :1105). Adapun Kata ganti kepunyaan adalah
di dalam buku Tatabahasa Baku segala kata yang menggantikan kata
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ganti orang sebagai pemilik. Yang
pronomina adalah kata yang dipakai termasuk ke dalam kata ganti
untuk mengacu kepada nomina lain. kepunyaan tersebut, yaitu /-ku, -mu, -
Nomina perawat dapat diganti dengan nya, kami, kamu, dan mereka/.
pronomina dia atau ia (Alwi, dkk., Sebenarnya pembagian ini di dalam
2003 : 249). Menurut Putrayasa (2008 bahasa Indonesia tidak diperlukan. Hal
: 51) pronomina adalah kategori yang tersebut disebabkan oleh kata ganti
berfungsi menggantikan nomina. Jadi, kepunyaan itu sama saja dengan kata
pronomina atau kata ganti adalah kata ganti orang di dalam fungsinya sebagai

5
pemilik. Kata – kata tersebut c. Bentuk – Bentuk Pronomina
mengambil bentuk ringkas dan Alwi, dkk (2003: 249)
dirangkai di belakang kata – kata yang membedakan pronomina persona
diterangkan. bahasa Indonesia atas pronomina
Contoh: bajuku = baju aku persona pertama (PP-1), kedua (PP-2),
bajumu = baju engkau dan ketiga (PP-3). Baik kata ganti
bajunya = baju dia orang pertama, kedua maupun ketiga
Bentuk – bentuk ringkas ini masing-masing dikelompokkan atas
diletakkan di belakang sebuah kata bentuk tunggal dan bentuk jamak.
disebut enklitis. Bentuk enklitis ini Dengan perkataan lain, ada yang
dipakai juga menunjukkan fungsi kata mengacu ke jumlah satu (tunggal) dan
ganti orang, bila kata ganti orang itu lebih dari satu (jamak). Ada bentuk
menduduki jabatan objek atau yang bersifat eksklusif, inklusif, dan
mengikuti suatu kata depan: bersifat netral. Sumarlam (2003: 24)
padaku, padamu, padanya, memaparkan bahwa di antara
bagimu, baginya, bagiku, dan lain-lain. pronmina tersebut ada yang berupa
Apabila bentuk-bentuk ringkas bentuk bebas (morfem bebas) dan ada
itu dirangkaikan di depan sebuah kata pula yang terikat (morfem terikat).
disebut proklitis, misalnya kupukul, Dalam bentuk terikat, pronomina
kaupukul. tersebut ada yang melekat di sebelah
Di dalam Kamus Linguistik kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat
(Kridalaksana, 2008 : 201) pronomina di sebelah kanan (lekat kanan). Untuk
persona penanda milik disebut dengan lebih jelasnya, berikut akan dijelaskan
pronomina posesif (possessive klasifikasi tersebut.
pronoun). Sejalan dengan pendapat itu 1. Pronomina Persona Pertama
Wedhawati, dkk. (2006 : 281) Pronomina Persona Pertama
menyatakan bahwa pronomina posesif merupakan kata ganti yang mengacu
adalah pronomina persona yang kepada orang pertama atau diri sendiri.
digunakan sebagai penanda milik. Pronomina ini terdiri atas pronomina
aku, saya, ku-, dan –ku untuk acuan

6
tunggal. Pronomina „kita‟ atau „kami‟ (5) Kami akan berangkat ke Jawa
untuk acuan jamak. besok pagi.
Kata ganti „aku‟ adalah kata (6) Kita harus selalu kompak dalam
ganti asli bahasa Indonesia. Sedangkan setiap kegiatan di desa ini.
kata „saya‟ termasuk kata ganti tidak 2. Pronomina Persona Kedua
asli Indonesia, karena kata ganti
Dalam Tata Bahasa Baku
tersebut berasal dari „sahaya‟ atau
Bahasa Indonesia (TTBI), Alwi, dkk
“hamba”. (lihat Yasin:1988). Kedua
(2003: 249) mengemukakan bahwa
kata ganti ini menunjukkan acuan satu
yang termasuk pronomina kedua
orang, yakni diri sendiri. Kata ganti
adalah engkau, kamu, anda, dikau,
aku dan saya merupakan pronomina
kau-, -mu untuk bentuk tunggalnya.
persona pertama tunggal bentuk bebas.
Sedangkan bentuk jamaknya adalah
Adapun bentuk terikatnya adalah ku-
kalian, kamu sekalian, anda sekalian.
(misalnya pada kulihat) untuk bentuk
Pronomina engkau, kamu, anda, dikau
lekat kiri, dan -ku (misalnya pada
adalah bentuk bebas, sedangkan kau-
rumahku) untuk bentuk lekat kanan.
dan –mu adalah bentuk terikat lekat
Berikut ini beberapa contoh pronomina
kanan dan kiri.
persona pertama baik yang mengacu
kepada jumlah tunggal ataupun jamak, 3. Pronomina Persona Ketiga
baik bentuk bebas ataupun terikat. Pronomina persona ketiga
(1) “Saya tidak pernah berkelahi mengacu kepada orang yang
Pak”, kata Anto kepada dibicarakan baik tunggal maupun
bapaknya. jamak. Pronomina ketiga tunggal
(2) Aku ingin mencintaimu dengan yakni: ia, dia, atau –nya dan beliau
sederhana. untuk acuan tunggal. Sedangkan
(3) Salammu telah kusampaikan pronomina persona ketiga yang
kepada adikmu kemarin menunjukkan acuan jamak adalah
(4) Dia memberikankusebuah mereka. Pronomina ia, dia, dan beliau
bingkisan. adalah bentuk bebas, sedangkan –nya

7
adalah pronomina persona ketiga ketika berbicara dengan orang yang
bentuk terikat lekat kanan. memiliki status lebih tinggi.
d. Fungsi Pronomina Umpamanya percakapan yang terjadi
Brown dan Gilman (1960) dalam antara majikan dan pembantu,
Sutami (1987:5) menjelaskan bahwa bangsawan dan rakyat jelata, dan lain
terdapat dua buah pronomina yang sebagainya. Lebih jelasnya, Ja‟far
digunakan dalam menyapa orang. (2004) mejelaskan fungsi pemakaian T
Kedua pronomina tersebut berasal dari dan V tersebut. Ia mengemukakan
bahasa Latin Tu (T) dan Vos (V) yang bahwa fungsi pemakaian T adalah
dalam perkembagannya dalam bahasa fungsi yang menyatakan keakraban
Inggris berubah menjadi Thou dan Ye. (familiar) antar pembicara yang
Ye kemudian berubah menjadi You. meliputi usia lebih muda/sama, status
Selanjutnya, ia membagi fungsi lebih rendah/sama, hubungan
pronomina persona kedua (T/V) kekerabatan, dan hubungan personal
menjadi dua, yakni untuk menyatakan berjarak sosial dekat. Fungsi
kekuasaan (power) dan untuk pemakaian V adalah fungsi yang
menyatakan solidaritas (solidarity) menyatakan aspek penghormatan
antarpemakai pronomina tersebut. Jika (polite) antarpembicara yang meliputi
percakapan terjadi antarpenutur yang usia lebih tua, status lebih tinggi,
mempunyai kekuasaan tidak sama situasi formal, hubungan personal
tinggi, maka biasanya akan berlaku berjarak tidak dekat, dan hubungan
kaidah penghormatan (T-V=V atau kekerabatan.
Solidaritas-Power=Power). Orang e. Makna Pronomina
yang memiliki kedudukan lebih tinggi Brown dan Gilman (dalam Jafar,
ataupun usia yang lebih besar akan 2004: 18) membagi makna pemakaian
menyapa T orang-orang yang memiliki pronomina persona kedua (T/V)
status lebih rendah ataupun usia yang tersebut menjadi dua, yakni makna
lebih kecil, sedangkan orang yang kekuasaan (power) dan makna
memiliki status lebih rendah atau usia solidaritas (solidarity). Makna
yang lebih kecil akan menggunakan V kekuasaan (power) merupakan makna

8
yang tercipta dari komunikasi antara Kerumut Pringgabaya Lombok Timur.
dua partisipan yang memiliki Metode dan teknik penyediaan data
kedudukan atau kekuasaan yang yang digunakan adalah metode simak
berbeda. Sedangkan makna solidaritas dan cakap, teknik libat cakap, dan
(solidarity) merupakan makna yang metode introspeksi. Metode analisis
tercipta dari komunikasi antara dua data yang digunakan adalah metode
orang yang memilki status yang sama. padan dan metode distribusional atau
Menurut Wierzbicka dalam Sawirman agih. Adapaun metode hasil penyajian
(2001:60), sebuah sistem sapaan tidak analisis data yang digunakan dalama
hanya melahirkan makna kekuasaan penelitian ini adalah metode formal
(power) dan solidaritas (solidarity), dan informal.
tetapi dapat pula melahirkan makna V. PEMBAHASAN
seperti makna keintiman (intimacy), Pada bab ini akan dipaparkan
kebiasaan (familiarity), jarak sosial hasil penelitian yang telah dilakukan.
(social distance), rasa hormat Penelitian ini merumuskan bentuk,
(deference), penghargaan (respect), fungsi, dan makna pronomina posesif
dan lain-lain. bahasa Sasak Dialek Ngeno-Ngene di
(Http://sastradaerahusu.blogspot.co.id./ Dusun Benteng, Desa Kerumut,
2009/05/sapaan bahasa muna sebagai- Pringgabaya - Lombok Timur.
perekat. Html). Pembahasan penelitian ini disesuaikan
Berdasarkan penjelasan makna di dengan rumusan masalah yang ada di
atas, di dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian ini seperti yang akan
dua makna. Kedua makna tersebut, diuraikan sebagai berikut.
yaitu makna kekuasaan dan makna A. Bentuk Pronomina Posesif
solidaritas. Bahasa Sasak Dialek Ngeno-
III. METODE PENELITIAN Ngene
Jenis penelitian ini termasuk Adapun pronomina posesif
penelitian deskriptif kualitatif. berdasarkan bentuk dan jenisnya
Populasi dan sampel penelitian ini sebagai berikut.
berfokus di Dusun Benteng, Desa

9
a. Pronomina Posesif Pertama morfem bebas tersebut dapat dilihat
PP1 bahasa Sasak Benteng dapat pada contoh berikut.
berbentuk morfem bebas, morfem Contoh:
terikat, dan frase. Bentuk pronomina (1) Ite lalo bareng batur doang.
posesif tersebut dilihat pada tabel #itǝ lalo barǝŋ batur dowaŋ#
berikut: „Kita pergi sama teman saja‟.
Jenis Morfe Morfe Frase Pada contoh (38-40) di atas,
PP1 m m menyatakan bahwa penggunaan
Bebas Terika pronomina posesif pertama tunggal
t berbentuk morfem bebas, yaitu aku,
Tungg Aku tiang dan ite. Pronomina tersebut
-
al „saya‟ bersifat bebas karena dapat dipisahkan
Tiang dari kata yang di depan maupun di
„saya‟ belakangnya.
Jamak Ite Te- Ite pade 2. PP1 Bentuk Morfem Terikat
„kita‟ „kita‟ „kita‟ Berdasarkan tabel 1 di atas, PP1
-te Te pade bentuk morfem terikat, yaitu ku-, -ku,
„kita‟ „kita‟ te- dan -te. Penggunaan PP1 bentuk
Ite morfem terikat tersebut dapat dilihat
selapuq pada contoh berikut.
an „kita (2) Kugin lalo aning Selong.
semua‟ #kugIn lalo anIŋ sǝlong#
Pada table di atas, telah diuraikan „Saya akan pergi ke Selong‟.
bentuk-bentuk PP1 bahasa sasak Berdasarkan contoh (41-44) di
Benteng. Penggunaan bentuk-bentuk atas, bahwa morfem terikat ku- bisa
PP1 tersebut diuraikan di bawah ini. berposis/melekat di awal dan akhir
1. PP1 Bentuk Morfem Bebas kata. Sedangkan kata pade hanya
Berdasarkan bentuk tabel 1 di berposisi di awal kata. Untuk lebih dan
atas, bentuk morfem bebas, yaitu aku, jelasnya dapat dilihat pada kutipan
tiang,dan ite. Penggunaan PP1 bentuk kalimat di atas.

10
3. PP1 Bentuk Frase u‟
Pada tabel 1 di atas, PP1 Prem Kem bi- -
berbentuk frase, yaitu ite pade „kita‟, puan u „kam
te pade „kita‟, dan ite selapuqan. „kam u‟
Penggunaan PP1 berbentuk frase u‟ -bi
tersebut dapat dilihat pada contoh di „kam
bawah ini. u‟
(45) Ite pade wah managan beruk. Netra Side de-
-
#itǝ padǝ wah maŋan bǝru?# l „And „And
„Kita sudah makan tadi‟. a‟ a‟
Pada contoh (45 dan 46) di atas, -de
terdapat penggunaan pronomina „And
pertama jamak yang berbentuk frase. a‟
Pronomina posesif yang dimaksud, Jam Laki- Meq Ante p
yaitu ite pade, te pade, dan ta pade. ak laki „kam ade
Pronomina posesif pertama jamak ite u „kalian
pade pada contoh (45) terbentuk dari (lk)‟ ‟
gabungan pronomina posesif ite Meq p
dengan morfem pade. Pada contoh ade
(46) pronomina posesif ta pade „kalian
terbentuk dari pronomina posesif ta ‟
dengan morfem pade. Selapu
qmeq
b. Pronomina Posesif Kedua
„kalian
Jeni Jenis Mor Moe Frase
semua
s Kela fem fem

PP2 min Beb Teri
Pada tabel dua di atas, telah
as kat
diuraikan bentu-bentuk PP2 bahasa
Tun Laki- Ante
- Sasak Benteng, Desa Kerumut,
ggal laki „kam
Pringgabaya. Penggunaan bentuk-

11
bentuk PP2 tersebut diuraikan di „Kamu (lk) jemput ibu di
bawah ini. kebun‟.
1. PP2 Morfem Bebas Pada kutipan data di atas,
Berdasarkan tabel 2 di atas, PP2 menggambarkan bahwa kata meq,dan
bentuk morfem bebas, yaitu ante, bi,adalah morfem terikat karena tidak
kamu, dan side. Penggunaan morfem bisa berdiri sendiri. Pronomina posesif
bebas dapat dilihat pada contoh meq mengalami perubahan jika yang
berikut. ditegaskan orang seumuran/sebaya
(46) Ante ngumbe ini? dengan penutur bahasa Sasak tersebut.
#antǝ ŋUmbe ini# 3. PP2 Frase
„Kamu sedang mengapa?‟ Berdasarkan tabel 2 di atas, PP2
bentuk morfem bebas, yaitu ante pade,
Pada contoh (47-49) di atas,
meq pade dan selapuqde. Penggunaan
terdapat penggunaan pronomina
frase dapat dilihat pada contoh berikut.
posesif kedua berbentuk morfem
bebas. Pronomina posesif yang (48) Embe wah lekan meq pade?
dimaksud, yaitu ante, kemu, dan side. #ǝmbǝ wah lekan me? padǝ#
Bentuk tersebut bersifat bebas karena „Mereka sudah pergi kemana?‟
dapat berdiri sendiri tanpa melekat Pada kutipan data di atas,
pada kata yang ada di depannya menggambarkan bentuk pronomina
maupun di belakangnya. posesif bahasa asak di Dusun Benteng
2. PP2 Morfem Terikat yang digunakan untuk menunjukkan
Berdasarkan tabel 2 di atas, PP2 orang kedua jamak. Kata me? Pade
bentuk morfem bebas, yaitu meq-,-meq memiliki fungsi sebagai pengganti
bi-,-bi, de-, dan -de. Penggunaan penggunaan nama laki-laki.
morfem terikat dapat dilihat pada c. Pronomina Posesif Ketiga
contoh berikut. Jenis Morfe Morfe Frase
(47) Meqbait inaq leq kebon. PP3 m m
#mɛ? baIt ina? le? kǝbon# Bebas Terika
t

12
Tungg Iye Ye- Iye pad #iyǝ nambah le? balen ampar
al „dia‟ „dia‟ e ama?#
„merek „Dia mencangkul di tempat
a‟ semai bibit milik bapak‟.
Ye Pernyataan contoh (54) di atas,
pade pronomina posesif iye „dia‟ sebagai
„merek morfem bebas, karena bisa melakat
a‟ pada kata di awal, tengah, dan di
Jamak Ite Te- Te akhir kata. Adapun yang menandakan
„kita‟ dan –te pade bahwa kalimat di atas morfem bebas,
„merek yaitu # iyǝ nambah le? balen ampar
a‟ ama?# „Dia mencangkul di tempat
Ta semai milik bapak‟.
pade 2. Bentuk Morfem Terikat
„merek Pada tabel PP3 di atas, terdapat
a‟ bentuk morfem terikat, yaitu ye „dia‟.
Pada tabel di atas, telah Penggunaan PP3 bentuk morfem
diuraiakan bentuk-bentuk PP3 terikat akan diberikan contoh berikut.
pronomina posesif bahasa Sasak di (50) Ye sakit.
Dusun Benteng, Desa Kerumut, #ye sakIt#
Pringgabaya. Berikut akan diuraikan „Dia sakit‟.
pemaparannya di bawah ini. Pada contoh di atas, morfem
1. Bentuk Morfem Bebas terikat pronomina posesif morfem
Pada tabel PP3 di atas, terikat, yaitu kata ye „dia‟ adalah kata
pronomina posesif ketiga tunggal penjelas jika dalam bahasa Sasak.
bentuk morfem bebas, yaitu iye ‘dia‟. pronomina posesif ye tidak bisa berdiri
Penggunaan bentuk morfem bebas sendiri karena bersifat terikat.
dapat dilihat pada contoh berikut. 3. Bentuk Frase
(49) Iye nambah lek balen ampar Pada tabel PP3 di atas, bahwa
amaq. terdapat bentuk frase, yaitu iye, pade

13
yang berarti „mereka‟, memiliki bentuk Sasak di Dusun Benteng , Desa
variasi, yaitu ye pade „mereka‟. Kerumut, Pringgabaya Lombok Timur
Adapun perubahan variasi yang terjadi sangat erat kaitannya dengan aspek-
yaitu dari kata iye menjadi ye. aspek sosial yang ada di sekitar kita,
Penggunaan bentuk frase dapat dilihat yaitu usia/umur, status sosial,
pada contoh di bawah ini. keakraban, maupun situasi
(51) Iye pade nambah leq balen pembicaraan. Masing – masing
ampar amaq. fungsinya itu diuraikan secara detail di
#iyǝ padǝ nambah le? balen bawah ini.
ampar ama?# Kategori yang termasuk ke dalam
„Mereka sedang mencangkul di pronomina posesif pertama tunggal,
tempat semai bibit milik bapak‟. yaitu Adapun fungsi pronomina
Pada kutipan di atas, posesif pertama tunggal aku /aku/,
menggambarkan bentuk pronomina yaitu berikut akan disajikan fungsi
posesif bahas Sasak di Dusun pronomina posesif dalam bentuk
Benteng yang digunakan untuk konstruksi kalimat. Fungsi yang
menunjukkan orang ketiga tunggal, dimaksud disajikan berikut:
namun dalam penggunaannya 1) Fungsi sebagai penanda umur
terdapat perubahan dari kata iye Yang termasuk pronomina
pade menjadi ye pade. Kata iye pade posesif pertama tunggal, yaitu aku
digunakan untuk penegasan apa yang memiliki tiga variasi, yaitu /Aku/, /ku-/
dilakukan oleh orang ketiga tunggal, dan /-ku/ „saya‟. Akan tetapi, yang
sedangkan kata ye pade digunakan lebih dominan digunakan di
untuk menjawab pertanyaan yang masyarakat, yaitu /ku-/ dan /-ku/ yang
tidak membutuhkan penegasan. termasuk juga klitika. Adapun
B. Fungsi Pronomina Posesif penggunaan kata /ku-/ dan /-ku/ ini
Bahasa Sasak Dialek Ngeno- pada kata yang akan digabungkan
Ngene memudahkan pemahaman lawan tutur
Fungsi pronomina persona, kita, misalnya: kata /adIŋku/ „adik
khususnya pronomina posesif bahasa

14
saya‟. Berikut akan disajikan dalam atau nama adalah pronomina posesif
bentuk kalimat. dasar side „Anda‟. Kata side memiliki
(52) Ginku aning balen batur. bentuk turunan menurut fungsinya,
S P Ket. yaitu de- dan –da. Dalam kalimat
#gInku anIŋ balen batUr# pronomina posesif tersebut dapat
„Saya akan ke rumah teman‟. berada di awal, tengah, dan akhir
Dari data di atas, menunjukkan pernyataan atau pertanyaan. Selain itu,
fungsi –ku dan ku- adalah mengacu pronomina posesif tersebut dapat pula
kepada S (subjek), yaitu fungsi berfungsi menggantikan atau
pronomina posesif. Penjelasannya mengukuhkan sesuatu yang ingin
pada contoh data di atas terdapat kata diketahui berkaitan dengan orang atau
ginku „saya akan‟. Sedangkan yang nama yang dapat menduduki fungsi
mengacu kepada balen batur „rumah sebagai subjek, predikat, objek, dan
teman‟ yang berasal dari kata bale keterangan, contohnya:
kemudian dilekati enklitika –n. (54) Side nganti sai beruk?
Berdasarkan data dan penjelasan di S P O
atas dapat di tarik simpulan bahwa #sidǝ ŋanti sai bǝrU?#
fungsi klitika mengacu kepada „Kamu nunggu siapa tadi?‟
nonpersona adalah enklitika –n saja. Berdasarkan contoh di atas dapat
Adapun contoh data lain yang dilihat bahwa pronomina posesif side
dilihat dari usia/umur seseorang, yang berarti „Anda‟, sai „siapa‟ yang
berikut contohnya akan didajikan di mengacu pada nama yang berkaitan
bawah ini. dengan pertanyaan dan pernyataan
(53) Bilalo aning embe? tentang orang atau nama. Dapat juga
S P O berfungsi menggantikan kedudukan
#bi lalo anIŋ ǝmbe# nomina yang memiliki fungsi sebagai
„Kamu (pr) akan pergi ke mana?‟ subjek pada kalimat #sidǝ ŋanti sai
2) Fungsi Keakraban bǝru?# „kamu nunggu siapa tadi?‟.
Pronomina posesif yang 3) Fungsi sebagai penanda status
berfungsi keakraban tentang orang sosial

15
Yang berfungsi untuk menyatakan S P Ket.
sesuatu yang berkaitan dengan orang #sidǝ padǝ ŋUmbe le? tene#
atau benda, yaitu kami „kami‟, ite „Kalian mengapa di sini?‟
„kita‟. Adapun turunannya te- yang „Kalian memakai apa ke pantai?‟
berposisi/melekat di awal kata dan –te C. Makna Pronomina Posesif
di tengah kata. Bahasa Sasak
Contohnya sebagai berikut. Makna pronomina posesif
(55) Telalo aning balen inaq Ani. pertama, kedua, dan ketiga (baik
S P Ket. tunggal maupun jamak). Berikut akan
#talalo anIŋ balen ina? ani# dipaparkan bagian-bagian dari makna
„Kita pergi ke rumah ibu Ani‟ pronomina posesif tersebut di bawah
Pada kutipan (68 – 69) di atas, ini.
menggambarkan bentuk pronomina a. Makna Kekuasaan
posesif bahas Sasak di Dusun Benteng Makna kekuasaan bahasa Sasak
yang digunakan untuk menunjukkan Benteng, yaitu aku „saya‟. Adapun
orang pertama jamak, tetapi di dalam pernyataan orang pertama tunggal
penggunaannya terdapat perubahan akan disajikan di bawah ini.
dari kata ite mengalami penuruna te- Contoh dialognya dapat dilihat di
dan -te. Kata ite berfungsi sebagai S bawah ini.
(subjek) di dalam kalimat. Sedangkan (57) Menantu: Amak wahda lekan
kata te- dan –te bisa digunakan di awal embe?
dan di tengah kamilat memiliki fungsi #ama? wahda lǝkan ǝmbe#
yang sama yang membedakannya „Ayah dari mana?‟
hanyalah penempatannya. Mertua: Ne wahku lekan
Ada beberapa contoh lain yang bangket.
menunjukkan penanda dari status #nǝ wahku lǝkan baŋkǝt#
sosial dalam tataran kesopanan/ „Saya sudah dari sawah‟.
menghormati, berikut contohnya di Menantu: Damilu ke ulek?
bawah ini. #damIlu ke ulǝ?#
(56) Side pade ngumbe leq tene? „Kamu ikut pulang tidak?‟

16
Mertua: Dendek wah, wah rapet memiliki variasi, yaitu te- dan –te
bale. „kita‟ bisa melekat pada kata di awal
#dǝndǝ? wah, wah rapǝt balɛ# dan di akhir. Misalnya contoh dalam
„Tidak usah, rumah sudah dekat‟. bentuk kalimat sebagai berikut.
Mertua: Endekda milu tipek Contohnya sebagai berikut.
bale ke? (58) Ibu: Wah ke kamu mangan?
#ǝndǝ?da mIlu tIpe? balɛ ke?# #wah ke kamu maŋan?#
„Apakah nda tidak ikut ke „Apakah kamu sudah makan?‟
rumah?‟ Anak: Aok wahte mangan
Menantu: Enggih nkaku kti ngonek.
elek-elek. #ao? Wahtǝ maŋan ŋↄn?#
#ǝŋgIh nǝkaku kǝti ǝlǝ? – ǝlǝ?# „Iya, saya sudah makan tadi‟.
„Iya nanti saya datang sore‟ Ibu: Apa janganbi?
Berdasarkan contoh dan #apǝ jaŋanbi#
pemaparan di atas dapat ditarik „Apa lauk kamu?‟
simpulan bahwa makna kekuasaan Anak: Pindang simalen ino.
tidak hanya dilihat dari segi umur #pindaŋ sImalǝn ino#
tetapi bisa dilihat sesuai dengan „Ikan yang tadi malam itu‟.
jabatan/pekerjaan. Percakapan di atas Berdasarkan contoh data di
menunjukkan bahwa makna kekuasaan atas, bahwa dapat diambil simpulan
dapat dilihat dari situasi makna dari kata te yang berarti „kita‟
pemakaiannya. Kata aku „saya‟ yang memiliki makna kekuasaan.
menandakan kekuasaan di dalam Pronomina posesif yang
berkomunikasi dipakai oleh mertua, berposisi/melekat pada kalimat di atas,
sedangkan kata da digunakan untuk adalah kata te-. Kata te- bisa
menghormati menantu biarpun umur ditempatkan di awal dan di tengah
mertua lebih tua dari menantu. kata. Percakapan di atas sesuai dengan
Adapun data lain yang termasuk situasi pembicaraan.
dalam pronomina makna kekuasaan
pertama jamak, yaitu kata ite „kita‟

17
b. Makna Solidaritas Berdasarkan contoh di atas,
Makna solidaritas bahasa Sasak bahwa kata iye yang berarti „dia‟
Benteng, Desa Kerumut, Pringgabaya memiliki makna untuk menjawab
Lombok Timur. Makna solidaritas pertanyaan lawan bicara, misalnya di
ketiga tunggal dan jamak, yaitu kata dalam kalaimatnya #Iye ŋumbe lek
iye „dia‟ dan iye pade „mereka‟. baŋket?# berarti „dia pergi ke sawah‟.
Penggunaan makna solidaritas ketiga, Sedangkan contoh kalimat #iye
berikut contohnya akan disajikan di nambah, kulalo bekedek juluk bareŋ la
bawah ini. mia#. Kata ku- yang artinya „saya‟
(59) Ibu: Nana embe amanbi? memiliki makna mengalihkan
#nana embǝ amanbi# pembicaraan untuk melakukan aktifitas
„Nana mana ayah kamu?‟ lain.
Nana : Iye aning bangket. Adapun contoh data yang
#iye anIŋ baŋkɛt# menggambarkan makna solidaritas
„Dia pergi ke sawah‟. bahas Sasak di Dusun Benteng. Kata
Ibu: Iye ngumbe lek bengket? side „kamu (lk/pr)‟ bermakna sebagai
#iye ŋumbǝ le? baŋkɛt# pengganti dari kata kamu, akan tetapi
„Dia sedang mengapa di sawah?‟ kata side lebih sopan jika dipakai
Nana: Iye nambah, kulalo bkedek dalam konteks pembicaraan di Dusun
juluk bareng la mia. Benteng , Desa Kerumut, Pringgabaya.
#iye nambah, kulalo bǝkede? Namun dalam penggunaannya kata
julu? bareŋ la mia# side bermakna untuk penghormatan
„Dia mencangkul, saya pergi orang yang lebih tua usianya dari kita.
bermain dulu sama mia‟. Berikut contntoh datanya di bawah ini.
Ibu: Tipek embe? (60) Eli: Piranda ulek?
#tipe? Embǝ# #pIranda Ulǝq?#
„Mau kemana?‟ „Kapan kamu pulang?‟
Nana: Balen batur. Ami: Jmak jlo sabtu.
#balen batur# #jǝma? Jǝlo sabtu#
„Rumah teman‟. „Besok hari sabtu‟.

18
Eli: Becatan angkak isik ulek, sei itu, pronomina bentuk bebas (morfem
barengda lek kos? bebas) dan terikat (morfem terikat.
#bǝcatan aŋka? isI? Ulǝ?, sǝi Bentuk bebas (morfem bebas)
barǝŋda le? kos# pronomina posesif pertama tunggal,
„Cepatan pulang, siapa temannya yaitu aku /aku/, tiang /saya/ dan ku-
di kos?‟ /ku-/. Pronomina posesif pertama
Ami: Arak baturku ne. jamak juga mempunyai bentuk
#ara? batUrku inǝ# morfem bebas, yaitu kami /kami/ dan
„Ada teman saya ini‟. ita /ita/ ‘kita‟. Pronomina posesif
Eli: Sei aran la Bila? kedua tunggal, yaitu mek /mɛ?/, bi /bi/,
#sǝi aran la bila?# dan side /sid∂/, sedangkan pronomina
„Siapa namanya Bila?‟ posesif kedua jamak, yakni side pade
Ami: Endekna iye. //sid∂ pad∂// „kalian‟, dan side
#ǝnǝ?na iye# selapuqna //sid∂ s∂lapU?na// „kalian
„Bukan dia‟. semua‟.
Berdasarkan contoh dialog di Pronomina posesif ketiga tunggal
atas, bahwa terlihat makna solidaritas mempunyai bentuk, yaitu ia /iya/ „dia‟,
kata [piranda ulek?] berarti „kapan na /na/ „dia‟, lok /lo?/ „dia‟, dan la /la/
kamu pulang?‟. Adapun makna „dia‟. Adapun bentuk ketiga jamak
solidaritas yang terlihat pada hanya dengan ditambahkan pade
percakapan di atas adalah [sei? Terang /pad∂/. Contohnya pada kata ganti
la Bila] berarti „siapa? Mungkin Bila, orang ketiga tunggal, yaitu iye pade
tetapi jawabannya [endekna iye] //iy∂ pad∂// „mereka‟, dan na pade //na
berarti „bukan dia‟. pad∂// „mereka‟. Bentuk iye /iy∂/ „dia‟
V. PENUTUP merujuk kepada orang ketiga tunggal
A. Simpulan dan digunakan oleh orang seusia sama
Berdasarkan pembahasan di atas, muda maupun tua dan digunakan pada
dapat disimpulkan. Bentuk sebagai situasi pembicaraan yang tidak formal.
pronomina posesif pertama terdiri atas Adapun bentuk iye pade //iy∂ pad∂//
bentuk tunggal dan jamak. Di samping merupakan bentuk ketiga jamak yang

19
digunakan oleh orang seusianya sama digunakan sesuai dengan umur,
muda maupun tua (lebih dari satu keakraban, status sosial, dan lain-lain.
orang).
Fungsi penggunaan pronomina B. Saran
posesif di dalam bahasa Sasak dialek Berdasarkan pembahasan dan
Ngeno-Ngene di Lombok Timur simpulan yang sudah dikemukakan
berkaitan fungsi sebagai penanda usia, sebelumnya, pada bagian ini akan
fungsi keakraban, dan fungsi sebagai dipaparkan beberapa saran sebagai
penanda status sosial. Pronomina berikut.
posesif pertama tunggal lebih merujuk 1. Hasil penelitian ini diharapkan
kepada penutur, yaitu aku /aku/ „saya‟ dapat ditingkatkan dan ditambah
dan cenderung digunakan di dalam wawasan pengetahuan peneliti.
situasi formal dan nonformal. 2. Dengan adanya penelitian ini
Sementara itu, fungsi kata ganti orang diharapkan dapat menambah ilmu
pertama jamak kami /kami/ digunakan bahasa, khususnya di bidang
oleh setiap orang, baik yang berusia linguistik.
tua maupun yang berusia muda, 3. Berdasarkan hasil penelitian ini
kepada siapa saja tanpa memandang dapat diperluas kajian bahasa,
usia. Pada umumnya, ia merujuk khususnya bahasa Sasak di
kepada diri penutur dan orang yang Lombok Timur.
berada di pihak penutur, tetapi dengan 4. Berkaitan dengan kekurangan-
tujuan mencapai kadar kesopanan. kekurangan yang mungkin banyak
Makna pronomina posesif bahasa terdapat dalam skripsi ini, penulis
Sasak Benteng Kecamatan mengharapkan adanya kritik yang
Pringgabaya berkaitan dengan makna bersifat membangun demi untuk
kekuasaan dan makna solidaritas di melengkapi penelitian ini.
dalam kalimat. Kedua makna tersebut

20
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, dkk. 2007. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:


Rineka Cipta.

Fathul, Yaumul Aziz. (2014). “Kategori Leksikal Pendamping Verba dalam Bahasa
Sasak Dialek A-E”. skripsi. Mataram: Universitas Mataram.

Fatmantari. (2010). “Bentuk dan Fungsi Pronomina Persona Bahasa Sasak


Masyarakat Tutur Dusun Lading – Lading Kecamatan Tanjung Kabupaten
Lombok Utara”. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram.

Hasyati, Tuti. (2011). “Afiks Derivasi dalam Pembentukan Kata Bahasa Sasak Dialek
[a-e] di Desa Pengembur Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah”.
Skripsi. Mataram: Universitas Mataram.

Isnaeni, Mh .2009. ”Tingkat Tutur Dalam Bahasa Sasak dan Konteks Pemakaiannya:
Suatu Kajian Sosiolinguistik”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Kridalaksana, H. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

Kumanireng, Theresia Yosephine. 1993. Struktur Kata dan Struktur Frasa Bahasa
Melayu Larantuka.Jakarta: Universitas Indonesia(disertasi).

Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Edisi Revisi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Mariati. (2009). “Pronomina Persona dalam Tingkatan Sosial Masyarakat di Desa


Sukadana Kecamatan Bayan”. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram.

Moeliono, Anton M. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai


Pustaka.

Moleong. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad. 2011. Penelitian bahasa paradigma kualitatif. Yogyakarta: Lieebe book


Press.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Cetakan 1. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

1
Nuri, Yuniar Nazir. 1995. “Kalimat Pasif Bahasa Sasak Umum”. Skripsi. Denpasar:
Universitas Warmadewa.

Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Cetakan 1.


Surakarta LPP UNS dan UNS Press.

Sugono, Dendy. 2011. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Cetakan 7
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukmawati, Dian. “Pronomina Demostratif dalam Bahasa Sasak”. Skripsi. Mataram:


Universitas Mataram

Sukri, Muhammad. 2008. Morfologi: Kajian Antara Bentuk dan Makna. Mataram:
Lembaga Cerdas Press.

Sumarlam, dkk. 2005. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Cetakan III. Pustaka Cakra
Surakarta.

Purwa, dkk. 2003. Sistem Sapaan Bahasa Sumbawa. Jakarta: Pusat Bahasa.

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi ‘Bentuk Derivasional dan infleksional’.
Bandung: PT Refika Aditama.

Thoir, Nazir dan Wayan Simpen. 2015. Morfologi „Sebuah Pengantar Ringkas‟.
Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

2015. Analisis Kesalahan Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karya


Ilmiah. Denpasar: Universitas Udayana.

2014. Ilmu Bahasa Indonesia Fonologi sebuah Kajian Deskriptif. Denpasar:


CV. Kayumas.

Verhaar, J.W. M. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Anda mungkin juga menyukai