Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Dengan berkat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Penelitian tentang Kemampuan Mahasiswa dalam
Memahami Penggunaan Bahasa Baku Dikalangan Mahasiswa Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Di
Universitas Negeri Medan.

Laporan Penelitian ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Penelitian ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Laporan Penelitian
ini.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Laporan Penelitian yang
selanjutnya akan kami susun.

Akhir kata kami berharap semoga Laporan Penelitian tentang Kemampuan Mahasiswa dalam
Memahami Penggunaan Bahasa Baku Dikalangan Mahasiswa Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Di
Universitas Negeri Medan ini dapat memberikan manfaat maupun menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca mengenai Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul Dikalangan Mahasiswa Terhadap
Penggunaan Bahasa Indonesia Di Universitas Negeri Medan.

Medan, April 2021

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa meruapakan simbol khas dari suatu negara ataupun wilayah, karena bahasa
merupakan unsur vital dalam berkomunikasi atau sebagai alat komunikasi paling utama. Dalam
melakukan interaksi, hubungan sosial dengan sesama di masyarakat, setiap orang butuh bahasa.
Bahasa sangat beragam di dunia ini, karena setiap negara mepunyai bahasa masing-masing yang
berbeda satu sama lain, bahkan bahasa dapat membedakan antara negara yang satu dengan
negara yang lain maupun daerah yang satu dengan daerah lainnya. Negara Indonesia
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa umum atau utama dalam bernegara, berbeda
dengan negara Amerika yang menggunakan bahasa Inggris dalam bernegara. Jadi, bahasa juga
dapat menjadi ciri dari suatu negara.
Negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau atau wilayah mempunyai berbagai
macam bahasa yang berbeda tiap pulau dan daerahnya yang disebut bahasa daerah. Bahasa
daerah ini dipakai dalam keadaan nonformal, dalam arti saat berinteraksi sesama warga satu
daerah. Sedangkan dalam acara formal menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
penuturnya, karena bahasa Indonesialah yang diakui dan disepakati rakyat Indonesia dalam
Sumpah Pemuda adalah bahasa Indonesia. Bahasa daerah dari suatu daerah yang satu dengan
yang lain berbeda contohnya Sumatra Barat mempunyai bahasa Minang sebagai bahasa daerah,
sedangkat Medan mempunyai bahasa Batak. Bahasa daerah ini dapat membedakan wilayah
yang satu dengan wilayah yang lain.
Semakin berkembangnya waktu, maka pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal
dengan bahasa gaul. Anak remaja menganggap kalau tidak mengerti bahasa gaul berati remaja
tersebut tidak gaul. Bahasa gaul makin meraja di kalarang remaja bahkan tak jarang banyak
orang berpendidikan pun menggunakan bahasa gaul ini, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan
baik dalam waktu formal maupun non-formal mengakibatkan penggunaan bahasa menjadi tidak
baik dan tidak benar. Dalam “miniriset” ini penulis akan mencoba mengupas segala sesuatu
tentang “Kemampuan Mahasiswa dalam Memahami Bahasa Baku Terhadap Penggunaan Bahasa
Indonesia Di Universitas Negeri Medan”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian sederhana ini mencakup permasalahan penggunaan bahasa baku di
kalangan civitas akademika Universitas Negeri Medan, dan dampak penggunaan bahasa baku
tersebut terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
C. Tujuan Penelitian
Mini riset ini bertujuan untuk mengetahui fenomena yang terjadi di lingkungan
mahasiswa dalam menggunakan bahasa baku menjadi sebuah kebiasaan dan bahasa keseharian
serta dampaknya terhadap mahasiswa Universitas Negeri Medan dengan tidak menggunakan
bahasa Indoneisa yang baik dan benar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan mahasiswa
Universitas Negeri Medan yang masih menggunakan bahasa baku dalam lingkungan Universitas
Negeri Medan dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya terkait dengan
penggunaan bahasa gaul dilingkungan mahasiswa.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
a. Pengertian Bahasa
Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. Bahasa adalah bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia, bukan bunyi yang dihasilkan alat lain. Bahasa berasal dari
udara yang keluar dari paru-paru menggetarkan pita suara di kerongkongan dan kemudian
terujar lewat mulut.
Abidin, dkk (2010:1) menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua
pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua,
bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran)
yang bersifat arbitrer. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bahsa
adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi
atau berinteraksi antara anggota masyarakat.
Pemahaman tentang kemampuan berbahasa Indonesia baku dalam karya ilmiahnya
sangat penting. Dengan pemahaman tersebut, dapat dilakukan tindak lanjut yang relevan.
Jika kemampuan rendah, dapat dilakukan pembinaan yang intensif, baik secara terprogram,
yaitu melalui mata kuliah yang substansinya membekalinya agar dapat berbahasa Indonesia
baku sesuai dengan tuntutan itu maupun pembinaan secara insidental, yaitu melalui
pelatihan. Sementara itu, jika kemampuan mereka tinggi, dapat dilakukan penguatan.
Penggunaan kata baku dalam karya ilmiah dapat diteliti sekurang-kurangnya dari tiga aspek,
yaitu (1) ejaan (aspek fonologis), (2) bentuk kata (aspek morfologis) dan (2) maknanya
(semantis). Masalah dalam tiap aspek tersebut pun bukan masalah yang berdimensi tunggal.
Namun, dalam penelitian ini, hanya dua masalah yang diteliti, yakni (1) kebakuan bentuk
kata sebagai hasil afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan/ perpaduan leksem dan (2)
kebakuan kata dari segi makna. Masalah kebakuan kata dari aspek morfologis sebagai hasil
afiksasi dalam penelitian ini pun dibatasi pada (1) afiksasi yang proses morfofonemiknya
menimbulkan perubahan, (2) reduplikasi yang mengalami afiksasi, dan (3) pemajemukan
yang mengalami afiksasi. Masalah kebakuan kata dari segi makna pun berdimensi banyak,
maka masalah penelitian ini dibatasi pada (1) makna kata dasar (D) dan (2) makna kata
berafiks sebagaimana terdapat pada kata yang dimaksud.
Fungsi bahasa ada beberapa macam, di antaranya adalah sebagai alat komunikasi.
Mahasiswa sebagai penulis karya ilmiah berupaya mengomunikasikan hasil pikirannya
kepada pembaca. Untuk itu diperlukan sarana dalam melakukannya, yakni bahasa Indonesia
ragam tulis, khususnya adalah ragam baku tulis. Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa
resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam pengunaannya (Arifin dan Tasai,
2010). Oleh karena itu, penulisan karya-karya ilmiah, baik berupa buku-buku teks pelajaran,
buku-buku ilmiah maupun karya tulis ilmiah lainnya menggunakan ragam baku tulis sebagai
standar penulisannya.
Ragam Baku Tulis
Ragam baku disebut juga ragam ilmiah. Ragam ini merupakan ragam bahasa orang
berpendidikan yakni bahasa dunia pendidikan. Ragam ini jugalah yang kaidah-kaidahnya
paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu tidak
saja ditelaah dan diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah.
Ada dua macam ragam bahasa baku, yaitu bahasa baku lisan dan bahasa baku
tulisan. Adakalanya bahasa baku lisan suatu bahasa tidak sama dengan bahasa baku tulisnya
(Badudu, 1992). Misalnya dapat dijumpai dalam struktur kalimat sebagai berikut.
Saya akan membeli buku itu.
Akan saya beli buku itu.
Buku itu akan saya beli.
Saya akan beli buku itu.
Buku itu saya akan beli.
Dalam ragam tulisan bahasa Indonesia, struktur yang baku hanyalah kalimat 1, 2,
dan 3. Kalimat 4 dan 5 tidak tergolong dalam kalimat baku. Akan tetapi, kalimat 4 dan 5
adalah kalimat baku dalam bahasa lisan. Tradisi baku dalam bahasa Indonesia adalah bahasa
tulis. Berbahasa lisan yang baku dalam kegiatan resmi ialah berbahasa seperti bentuk dan
susunan bahasa tulis. Aturan bahasa baku tulis itulah yang dituliskan dalam buku-buku tata
bahasa. Menyimpang dari aturan itu disebut tidak baku atau nonbaku.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa
Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada
1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka
berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima
dan difungsikan sebagai model atau acuan olehmasyarakat secara luas. Bahasa baku adalah
bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya telah ditentukan oleh negara.
Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Baku atau standar
beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa
pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam
masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan
maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan
pada sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua konteks
resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan
bahasa tidak baku dan sesuka hati. Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku adalah
bahasa standar yang benar dan digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara.
Bahasa baku atau standar itu harus diterima dan berterima bagi masyarakat bahasa.
Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan
sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya. Pei dan Geynor (1954: 203)
menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan
sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati penutur dialek-dialek lain
sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.
Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat
secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa
dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah
bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-
gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan:
ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun
terucap.
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk
bahasanya telah dikodifikasi. Oleh karena itu bahasa Indonesia baku merupakan ragam
bahasa Indonesia yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran atau yang menjadi
standar.
Bahasa Indonesia Tidak Baku Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam
bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model
masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus. Oleh
karena itu bahasa Indonesiat tidak baku merupakan ragam bahasa Indonesia yang tidak
menjadi pokok, yang tidak menjadi dasar ukuran atau yang tidak menjadi standar.

b. Fungsi Bahasa
 Fungsi bahasa menurut Abidin, dkk (2010:3) menjelaskan bahwa fungsi utama bahasa
adalah sebagai media komunikasi, tetapi selain sebagai media komunikasi bahasa juga
memiliki fungsi lain yaitu:
 Fungsi ekspresif Bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan
pengelaman. Contohnya dalam puisi. Pengarang mengeksperikan ide, gagasan dan
pengalamanya dengan bahasa yang ditulis per bait yang disebut puisi.
 Fungsi estetis Bahasa sebagai media yang indah untuk menyampaikan pesan. Fungsi
estetis ini biasa diwujudkan dalam bentuk karya sastra.
 Fungsi informatif, artinya bahasa dapat digunakan untuk menginformasikan sesuatu
kepada orang lain.
 Alat fungsional, artinya bahasa dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu.

c. Bahasa Baku
Setiap negara mempunyai bahasa resmi masing-masing. Dalam Bahasa Indonesia bahasa
resmi itu disebut bahasa baku. Bahasa baku terdiri dari kata-kata yang baku. Kata-kata baku
adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaan yang berlaku, didasarkan atas
kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman, dengan
kata lain bahasa baku adalah bahasa yang menjadi bahasa pokok yang menjadi bahasa standar
dan acuan yang digunakan sehari-hari pada bahasa percakapan maupun bahasa tulisan.
Bahasa baku lazim digunakan dalam:
 Komunikasi resmi (Tertulis), contoh: surat-menyurat resmi, pengumuman resmi, undang-
undang dan lain-lain.
 Wacana Teknis, contohnya: laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran dan lain-lain.
 Pembicaraan di depan umum, contohnya : ceramah, kuliah, pidato dan lain-lain.
 Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya (Formal), contohnya : guru
terhadap murid, saat sedang rapat di intansi tertentu, pembicaraan kenegaraan.

B. Penelitian Yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti Nur Yastini, Ajeng Rita Nurdian, Wikanengsih yang
berjudul " KEMAMPUAN PENGGUNAAN BAHASA BAKU MAHASISWA PROGRAM STUDI
BAHASA INDONESIA IKIP SILIWANGI DI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM". Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa menggunakan hampir 80% Mahasiswa yang masih menggunakan
bahasa non baku dalam pembelajaran dan keadaan formal yang mana ini menunjukkan
bahwa masih banyak mahasiswa yang belum memahami pemakaian dan penggunaan
bahasa baku.
Persamaan penelitian terdahulu dengan yang kami teliti adalah terletak pada metode yang
diterapkan sama-sama melibatkan mahasiswa untuk pemahamamn bahasa baku saat
pembelajaran berlangsung. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya
untuk penggunaan bahasa baku pada sosial media, sedangkan peneliti sendiri ingin
meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang bahasa baku.
2. Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Bengi Ruhamah, Adnan, Hajidin yang berjudul
“KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBEDAKAN KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU DI KELAS
V SDNEGERI 3 BANDA ACEH”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa
tentang materi kata baku siswa memiliki nilai rata-rata 66,3 dengan kategori baik, dan
materi kata tidak baku memiliki nilai rata-rata 48,3 dengan kategori kurang. Artinya
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membedakan kata baku dan kata tidak baku
belum mencapai KKM yang di harapkan, yaitu nilai baik.Persamaan penelitian terdahulu
dengan yang saya teliti terletak pada model pembelajaran yang diterapkan sama.
Perbedaannya terletak pada peneliti sebelumnya ingin melihat perbedaan antara
penggunaan bahasa baku dan tidak baku, sedangkan peneliti ingin meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang bahasa baku.
C. Hipotesis
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan penelitian
ini yaitu kemampuan mahasiswa dalam memahami pemakaian dan penggunaan bahasa baku
yang sesuai dengan kaidah kebahasaan masih kurang memenuhi standar karena masih banyak
mahasiswa yang belum mengerti pemahaman tentang bahasa baku.

Anda mungkin juga menyukai