Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN.

2614-7939)
Vol. 1 No. 2, Agustus 2018 (p-ISSN. 2614-7947)
PENYULUHAN STANDARDISASI SISTEM FONOLOGI
BAHASA SUMBAWA

Khairul Paridi, I Nyoman Sudika, Burhanuddin*


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Mataram
*Email: burhanuddin.fkip@unram.ac.id

Abstrak - Tulisan ini bermaksud menjelaskan standardisasi aspek fonologi dalam bahasa Sumbawa yang
mencakup, yaitu (1) sistem pengembangan ejaan dan (2) standardisasi aspek fonologi bahasa Sumbawa.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, secara metodologis akan dilakukan beberapa tahapan, yaitu (1)
observasi dan penelaahan studi dialektologis, studi sosiolinguistis, dan studi fonologis bahasa Sumbawa, (2)
klasifikasi materi dan penyusunan pokok materi penyuluhan, (3) koordinasi dan penyiapan perangkat
penyuluhan, (4) penyuluhan, (5) penyusunan artikel; serta (6) penyusunan laporan. Sesuai materi
penyuluhan, ejaan dikembangkan berdasarkan beberapa prinsip, di antaranya kesederhanaan yang berpijak
pada satu dalil tertentu, misalnya satu bunyi (fonem) dilambangkan dengan satu huruf. Prinsip kedua
fleksibel, artinya meskipun penyusunan ejaan menganut suatu prinsip dasar tertentu tetapi dalam konteks
tertentu bersifat fleksibel, misalnya pada bunyi-bunyi tertentu tidak menganut satu bunyi satu huruf, bunyi
/e/ dan /ə/ (dua bunyi) dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan [e] (satu huruf).

Kata kunci: standardisasi bahasa, pengembangan ejaan, sistem fonologi.

LATAR BELAKANG Mahsun (1994) dalam studinya berjudul


Suatu bahasa akibat perkembangan “Geografi Dialek Bahasa Sumbawa”
waktu dan faktor lainnya secara regional mengidentifikasi empat dialek dalam bahasa
bervariasi/beragam. Keberagaman regional Sumbawa, yaitu dialek Sumbawa Besar
yang bersifat internal kebahasaan tersebut (DSB), dialek Taliwang (DT), Dialek Jereweh
dalam studi linguistik (ilmu bahasa) disebut (DJ), dan Dialek Tongo (DTn). Secara
dialek atau dalam terminologi masyarakat fonologis, bunyi vocal pada posisi suku kata
awam disebut logat. Begitu juga dengan yang berakhir dengan konsonan dalam dialek
bahasa Sumbawa, memiliki variasi yang Tongo dan Jereweh muncul sebagai /u/,
sifatnya regional. Wajar jika suatu kelompok sedangkan dalam dialek Taliwang muncul
tertentu dalam suatu bahasa untuk menunjuk sebagai /í/, sedangkan dalam dialek Sumbawa
kelompok lain yang berbeda intonasi, lafal, Besar sebagai /I/ masing-masing
dan tekanan dalam masyarakat Sumbawa berkorespondensi (teratur sifatnya), misalnya
misalnya kita dengar dengan istilah logat untuk makna ‘kambing’ dalam DJ dan DTn:
Lopok (nama tempat), logat Mapen, logat bədus, DT: bədís, dan DSB: bədIs. Untuk
Alas, logat Taliang, logat Rhee, logat Empang, makna ‘bawah’, dalam DTn: bahaq, DJ & DT:
logat baturotok, dan sebagainya. Kesemuanya (u)baq, dan DSB: bawaq. Jadi, bunyi
menunjukkan perbedaan/keragaman bahasa konsonan pada posisi antarvokal muncul
Sumbawa karena perbedaan tempat tinggal sebagai DTn: h, DJ & DT: ø (zero), dan DSB:
atau tempat/regional. Untuk menetralisasikan w, masing-masing secara teratur merupakan
permasalahan seberapa banyak dialek atau salah satu penanda perbedaan keempat dialek
logat yang terdapat dalam suatu bahasa, studi tersebut.
linguistik berperan penting dalam hal tersebut. Keempat dialek tersebut merupakan
Studi tentang penentuan dialek/subdialek varian bahasa Sumbawa dan secara faktual
dalam suatu bahasa dikaji oleh subbidang digunakan oleh penutur bahasa Sumbawa
linguistic yang disebut dialektologi. secara umum dalam kehidupan sehari-hari.

223
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 1 No. 2, Agustus 2018 (p-ISSN. 2614-7947)
Permasalahannya adalah manakah dari sebaran geografis pemakaian yang cukup luas
keempat dialek tersebut yang merupakan dan penuturnya lebih banyak dibandingkan
bahasa Sumbawa sebenarnya atau secara dengan ketiga dialek bahasa Sumbawa lainnya,
akademik disebut sebagai bahasa Sumbawa yaitu dari Seteluk di bagian barat (anorawi)
standar? Mau tidak mau, jawaban terhadap hingga Empang di bagian timur (anosiup).
pertanyaan tersebut kita harus memilih mana Secara historis-politis, wilayah tutur dialek
dari salah satu dialek tersebut yang dianggap Sumbawa Besar merupakan pusat Kesultanan
sebagai dialek standard dan dijadikan sebagai Sumbawa sehingga komunikasi sehari-hari
alat komunikasi lintas dialek/lintas wilayah baik dalam situasi formal maupun tidak formal
secara internal bahasa Sumbawa? Lalu apa pada masa lalu dengan berbagai kedatuan yang
dasar pertimbangan pemilihan dialek tersebut menggunakan dialek yang berbeda, harus
sebagai dialek standard? menggunakan dialek Sumbawa Besar yang
Berdasarkan pertimbangan faktor merupakan bahasa dan dimengerti serta
kesalingmengertian, pemakaian dalam digunakan oleh Sultan Sumbawa.
komunikasi lintas dialek, sebaran geografis, Pemilihan satu dialek tertentu
kecenderungan pemakaian dalam berbagai berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di
ranah, serta historis-politis, bahasa Sumbawa atas, dalam studi linguistik disebut
standard dapat ditentukan. Mahsun (2008) standardisasi bahasa yang dikaji oleh
telah mengidentifikasi dialek Sumbawa Besar subbidang linguistik yang disebut
sebagai bahasa Sumbawa standard berdasarkan sosiolinguistik. Namun, bagaimana wujud
pertimbangan-pertimbangan di atas. Menurut unsur-unsur kebahasaan bahasa Sumbawa
Mahsun (2008), dialek Sumbawa Besar relatif standard dalam studi sosiolinguistik tersebut
dimengerti oleh banyak dimengerti oleh belum dirumuskan. Oleh karena itu,
penutur dialek bahasa Sumbawa lainnya diperlukan studi standardisasi unsur
daripada sebaliknya. Hal ini berdampak pada kebahasaan pada berbagai tataran kebahasaan
pemakaian atau pemilihan jenis dialek yang baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
digunakan oleh keempat penutur dialek hingga leksikon. Ihwal tersebut, Burhanuddin
tersebut dalam berkomunikasi. Dialek (2008a dan 2000b) telah merumuskan
Sumbawa Besar cenderung dipakai sebagai pengembangan ejaan dalam bahasa Sumbawa
alat komunikasi lintas dialek dibandingkan dan standardisasi system fonologi dalam
dengan dialek lain, misalnya penutur dialek bahasa Sumbawa. Standardisasi unsur
Jereweh atau dialek Taliwang cenderung kebahasaan ini penting mengingat merupakan
menggunakan dialek Sumbawa Besar jika prasyarat membelajarkan bahasa Sumbawa
berkomunikasi dengan penutur dialek jika ingin dimasukkan ke dalam kurikulum
Sumbawa Besar. Dalam konteks yang lebih yang harus diajarkan di sekolah sebagai materi
ekstrim, penutur dialek Jereweh kadang- ajar muatan local. Tanpa sistem
kadang menggunakan dialek Sumbawa Besar keberaksaraan, sulit bagi penyusun buku
jika berkomunikasi dengan penutur dialek mulok bahasa Sumbawa dilakukan yang tepat
Taliwang, dan sebaliknya. Dalam berbagai dan benar sehingga memungkinkan fungsi
ranah, misalnya ranah kesenian seperti sakeco, komunikasi dari buku tersebut dapat diemban.
balawas, ratib diikuti lagu, bakelong, dan Namun, gagasan tentang standardisasi sistem
sejenisnya tidak ditemukan digunakan dialek fonologi (bunyi) dalam bahasa tersebut belum
lain kecuali dialek Sumbawa Besar. Di disosialisasikan dan diintroduksi ke dalam
samping itu, dialek Sumbawa besar memiliki materi ajar muatan lokal bahasa Sumbawa.

224
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 1 No. 2, Agustus 2018 (p-ISSN. 2614-7947)
Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan ini Kebudayaan Kabupaten Sumbawa,
dihajatkan untuk memenuhi hal tersebut. pengumpulan dan penyusunan bahan
penyuluhan, penyiapan sarana-prasarana, dan
METODE PELAKSANAAN mobilisasi peserta penyuluhan. Tahap
Untuk melaksanakan kegiatan ini ada pelaksanaan mencakup pemaparan materi dan
beberapa tahapan yang telah dilakukan, yaitu diskusi. Adapun tahapan pelaporan mencakup
(a) persiapan, (b) pelaksanaan, dan (c) penulisan artikel dan penyusunan laporan.
pelaporan. Kegiatan persiapan mencakup Ketiga tahapan dan metodenya diuraikan
koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan dalam tabel 1.

Tabel 1. Tahapan dan Metode Penyuluhan Standardisasi Sistem Fonologi Bahasa Sumbawa
No. Tahapan Kegiatan Metode
A Persiapan
1 Koordinasi dan Komunikasi Koordinasi & Komunikasi
2 Pengumpulan dan Penyusunan Bahan Penyuluhan Observasi & Unjuk Kerja
3 Penyiapan Sarana-Prasarana Unjuk Kerja
4 Penyiapan Peserta Koordinasi & Komunikasi
B Pelaksanaan
1 Pemaparan Materi penyuluhan Presentasi
2 Diskusi Materi Penyuluhan Diskusi dan Tanya Jawab
C Pelaporan
1 Penyusunan Artikel Penyuluhan Unjuk Kerja
2 Penyusunan Laporan Penyuluhan Unjuk Kerja
3 Penggandaan dan Penyerahan Laporan Unjuk Kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN Sumbawa pada 23 Agustus 2018 yang secara


Sesuai tujuannya, pada bagian ini akan leluasa membahas tentang tujuan, ruang
diuraikan kegiatan penyuluhan pada setiap lingkup, sasaran, waktu, skenario, dan sarana-
tahapannya. Pertama, tahap persiapan yang prasarana kegiatan. Saat koordinasi disepakati
pertama adalah koordinasi dengan Dinas bahwa kegiatan penyuluhan akan diadakan di
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aula Dinas Dikbud Kabupaten Sumbawa pada
Sumbawa. Kegiatan ini penting dilakukan 06 September 2018 dengan mengundang 40
mengingat sasaran kegiatan ini adalah guru- peserta dari kalangan guru bahasa Indonesia
guru bahasa Indonesia atau Mulok yang berada dan Mulok.
di bawah naungan instansi tersebut. Tanpa Kegiatan kedua pada tahap pertama
koordinasi dengan dinas tersebut, peserta adalah pengumpulan dan penyusunan bahan
penyuluhan sulit untuk diharapkan hadir. sosialisasi. Pengumpulan bahan sosialisasi
Kegiatan koordinasi yang dimaksud dilakukan menyangkut pengumpulan hasil studi
secara langsung (lisan) dan tulisan (surat). dialektologi, studi sosiolinguistik, studi
Secara tertulis berupa surat pemberitahuan, pengembangan ejaan, dan studi fonologi
permakluman, dan permohonan bantuan untuk bahasa Sumbawa. Studi dialektologi yang
memfasilitasi kegiatan penyuluhan dimaksud adalah studi yang memperlihatkan
standardisasi bahasa Sumbawa. Secara secara geografis mengenai jumlah dan cirri
langsung, dilakukan oleh Tim Pengabdian dialek yang terdapat dalam bahasa Sumbawa.
Kepada Masyarakat di ruang Kepala Dinas Studi sosiolinguistik maksudnya kajian yang
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten memperlihatkan pemilihan dialek tertentu

225
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 1 No. 2, Agustus 2018 (p-ISSN. 2614-7947)
sebagai dialek standard dalam bahasa pembukaan. Kegiatan pembukaan dipandu
Sumbawa serta dasar-dasar penentuannya. oleh Drs. Khairul Paridi, M.Hum. dan
Studi pengembangan ejaan maksudnya studi sambutan oleh Kepala Dinas Dikbud
yang memperlihatkan prinsip-prinsip yang Kabupaten Sumbawa, kemudian diakhir
digunakan dalam penyusunan ejaan dalam dengan istirahat kurang lebih 15 menit.
suatu bahasa. Adapun studi fonologi yang Kegiatan pemaparan materi dilakukan
dimaksudkan adalah studi yang mulai pukul 09.00-12.00 oleh dua
memperlihatkan jumlah dan jenis fonem yang Narasumber/Tim Pengabdian Kepada
terdapat dalam bahasa Sumbawa. Masyarakat Universitas Mataram, yaitu Dr.
Bahan-bahan yang telah dikumpulkan Burhanuddin dan Drs. I Nyoman Sudika,
tersebut kemudian ditata ulang menjadi suatu M.Hum. Waktu selama kurang lebih 2.5 jam
bahan penyuluhan yang lebih sederhana, yaitu dialokasikan masing-masing 1 jam untuk
menjadi dua materi, yaitu (1) sistem presentasi dan sedangkan 1,5 jam untuk
pengembangan ejaan, dan (2) standardisasi diskusi-tanya jawab. Jadi, narasumber masing-
sistem fonologi bahasa Sumbawa. Materi masing dialokasikan waktu 30 menit dilakukan
pertama menguraikan tentang landasan secara panel. Pemaparan materi pertama oleh
filosofis mengenai prinsip-prinsip dasar yang Dr. Burhanuddin, sedangkan materi kedua
digunakan dalam pengembangan ejaan, oleh Drs. I Nyoman Sudika, M.Hum. Materi
sedangkan materi kedua menguraikan jenis pertama bertema “Sistem Pengembangan
bunyi/fonem dalam bahasa Sumbawa serta Ejaan”, sedangkan materi kedua bertema
pelambangannya disertai dengan dasar “Sistem Ejaan Bahasa Sumbawa”.
argumentasinya. Hal substantif menyangkut materi
Kegiatan ketiga pada tahap pertama ini “Sistem Pengembangan Ejaan” adalah prinsip
adalah penyiapan sarana prasarana. Penyiapan dasar pengembangan ejaan. Namun, patut
sarana berupa spanduk, penggandaan materi dikemukakan ejaan tidak lain dikonsepsikan
penyuluhan, undangan peserta dan pihak sebagai system pelambangan bunyi bahasa
terkait, sertifikat peserta, sound system, LCD, atau dalam terminologi ilmu bahasa disebut
laptop, ATK peserta, dan perangkat lain yang fonem ke dalam huruf atau grafem. Oleh
dibutuhkan pada kegiatan pelaksanaan. karena yang dilambangkan berupa bunyi
Penyiapan prasarana berupa ruangan atau Aula bahasa maka hal tersebut bertalian dengan
Dinas Dikbud Kabupaten Sumbawa. Adapun bahasa lisan, sedangkan huruf atau grafem
kegiatan keempat adalah mobilisasi peserta bertalian dengan bahasa tulis. Dalam studi
dengan mengirimkan surat kepada masing- linguistik, kedudukan bahasa tulis yang berupa
masing peserta dan juga melalui komunikasi huruf atau jejeran huruf yang berbentuk kata
handpone. atau kalimat bersifat sekunder atau periferal
Pada tahap kedua, pelaksanaan kegiatan karena diturunkan dari bahasa lisan atau bunyi
pada tanggal 06 September 2018 bertempat di atau jejeran bahasa beruntun yang bermakna.
Aula Dinas Dikbud Kabupaten Sumbawa. Jadi, bahasa tulis merupakan penggambaran
Pada saat pelaksanaan, kegiatan dimulai bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
dengan penerimaan peserta oleh panitia manusia yang mengandung makna.
dengan mengisi daftar hadir yang telah Penggambaran bunyi bahasa ke dalam huruf
disediakan, mulai pukul 08.00-08.30 wita. disebut ejaan.
Jumlah peserta yang hadir adalah 40 orang. Penyusunan ejaan menurut Moeliono
Pukul 08.30 wita, acara dimulai dengan (1981) tidak hanya tugas ahli bahasa tetapi

226
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 1 No. 2, Agustus 2018 (p-ISSN. 2614-7947)
pengembangannya harus memperhatikan rendah. Sebab, dalam pemakaiannya,
aspek politik dan sosial budaya masyarakat ketidakhadiran tanda aksen itu dalam teks
bahasa yang bersangkutan. Pelambangan Indonesia hanya mempunyai implikasi pada
bunyi bahasa selayaknya mampu menandai lafal kata dan tidak pada keterpahaman
segala perbedaan bunyi yang kecil-kecil. Pada kalimat.
tataran fonemik dapat disusun ejaan fonemik Materi kedua bertema “Sistem Ejaan
yang melambangkan fonem, meskipun Bahasa Sumbawa”. Materi ini menyajikan
fonetiknya tetapi hurufnya yang sama. Di sisi beberapa hal yaitu, jenis fonem bahasa
lain, pelambangan bunyi dengan sistem suku Sumbawa dan sistem pelambangannya. Seperti
kata menggunakan deret fonem misalnya bahasa lainnya, bahasa Sumbawa memiliki
aksara bahasa Jawa, Sunda, Jepang, dan bunyi vocal dan konsonan. Terdapat 29 bunyi
Amhar. atau fonem dalam bahasa Sumbawa, yaitu 10
Menurut Joos (1960 Moelione, 1981), bunyi vokal dan 19 bunyi konsonan (/p/, /b/,
sistem pelambangan yang ideal harus /t/, /d/, /c/, /j/, /k/, /g/, /q/, /s/, /h/, /m/, /n/, /ñ/,
memenuhi tiga hal, yaitu (1) bersifat //, /r/, /l/, /w/, dan /y/).
morfofonemik agar kestabilan bentuk morfem Dengan menggunakan prinsip-prinsip
terjaga; (2) harus memberikan peluang kepada pelambangan bunyi bahasa atau ejaan di atas,
setiap penutur bahasa sehingga dapat dijelaskan bahwa bunyi vokal dilambangkan
mewujudkan lambang fonem secara fonetis dengan 7 huruf, yaitu <i, e, ē, u, o, ō, dan a>,
menurut dialeknya; dan (3) harus seragam sedangkan bunyi konsonan dilambangkan
sehingga setiap dialek yang termasuk satu dengan 18 huruf <p, b, t, d, c, j, k, g, s, q, h, m,
bahasa dapat dilambangkannya. Gold (1977 r, l, w, y, ny, dan ng>. Masing-masing dapat
dalam Moelione, 1981) menyetujui pandangan dijelaskan jika huruf <i> melambangkan bunyi
Joss (1960 Moelione, 1981) tetapi dengan /i/; huruf /e/ melambangkan bunyi /e, ə, dan I/;
menambah dua prinsip lain, yaitu (4) prinsip huruf <ē> melambangkan bunyi /ē/; huruf <u>
etimologi yang diterapkan pada pasangan kata melambangkan bunyi /u/; huruf <o>
yang akan jadi homofon jika dieja menurut melambangkan bunyi /o/; huruf /ō/
prinsip fonemik, misalnya, masa dan massa, melambangkan bunyi /ō/; serta /a/
sanksi dan sangsi; dan (5) prinsip beban melambangkan bunyi /a/ dan /A/ (bandingkan
fungsional yaitu penting-tidaknya kedudukan dengan Burhanuddin, 2018).
distingtif suatu fonem di dalam struktur Penyusunan ejaan bahasa Sumbawa
fonologi bahasa yang bersangkutan semata-mata mempertimbangkan karakteristik
(bandingkan dengan Burhanuddin, 2018). bunyi dan situasi fonologis bahasa Sumbawa.
Menurut Joss (1960 dalam Moelione, Secara praktis (1) tidak menyulitkan peserta
1981), pembedaan dua fonem berbeda yang didik atau pembaca dalam mengeja cara
dilambangkan oleh grafem yang sama, hanya pelafalan yang benar mengenai teks bacaan
penting di dalam pasangan minimal yang yang dibacanya; dan (2) tidak menimbulkan
berjumlah terbatas, maka tanda pembeda ketidakmengertian pada pembaca atau
diakritik yang diperlukan mendukung beban pendengar.
fungsional yang ringan. Misalnya, dalam ejaan Setelah pemaparan materi, penyuluhan
Indonesia tanda aksen yang harus dilanjutkan dengan kegiatan diskusi dan tanya-
membedakan fonem /e/ dan /ě/ yang jawab. Ada beberapa tanggapan dari peserta.
dilambangkan oleh grafem yang sama, yaitu Pertama, dalam bahasa Sumbawa memiliki
<e> karena memiliki beban fungsional yang aksara lontar mengapa tidak digunakan aksara

227
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (e-ISSN. 2614-7939)
Vol. 1 No. 2, Agustus 2018 (p-ISSN. 2614-7947)
tersebut dalam pelambangan bunyi bahasa atau bagi siswa maupun guru. Guru juga
dalam penyusunan materi ajar muatan lokal? diharapkan dapat memberikan atau
Seperti tergambar atau terurai tadi, ejaan yang membiasakan siswa dengan memberikan
diusulkan dalam penyusunan ejaan dalam contoh mengenai perbedaan realisasi bunyi-
bahasa Sumbawa menggunakan huruf Latin, bunyi tersebut secara kontinyu sehingga
sama seperti bahasa Indonesia. Penggunaan memungkinkan siswa secara otomatis
huruf Latin yang sama dengan bahasa membacanya secara refleks benar.
Indonesia, dari sisi pengajaran memudahkan
peserta didik belajar bahasa Indonesia karena KESIMPULAN DAN SARAN
memiliki sistem ejaan yang sama, bahkan Kegiatan pembinaan dan pengembangan
saling memperkuat satu sama lain. Sebab, bahasa daerah sesuai amanat perundang-
tujuan pembelajaran bahasa adalah bagaimana undangan yang berlaku merupakan ranah dan
peserta didik mampu menguasai bahasa yang tanggung jawab Pemerintah Daerah, baik
diajarkan tersebut. kabupaten ataupun provinsi. Kaitan dengan hal
Kedua, standardisasi sistem bunyi tersebut, Pemerintah Daerah selayaknya dapat
bahasa Sumbawa semata-mata menggunakan memetakan capaian riset setiap bahasa daerah
fakta bunyi yang ada dalam dialek Sumbawa yang di Nusa Tenggara Barat. Pemahaman
Besar, bagaimana dengan tiga dialek bahasa terhadap kondisi tersebut sangat penting bagi
Sumbawa yang lain? Secara faktual dan garis penentuan model riset yang sifatnya terapan
besar, sistem bunyi dalam ketiga dialek bahasa khususnya ke arah pembelajaran bahasa
Sumbawa lainnya memiliki sistem bunyi yang daerah, meskipun tidak semua bahasa daerah
sama dengan dialek Sumbawa Besar. pembinaannya harus dilakukan melalui
Perbedaan bunyi secara dialectal bukan berarti pembelajaran bahasa. Mengingat kondisi dan
secara substantif jenis bunyi yang dimiliki kedudukan bahasa daerah tersebut berbeda-
berbeda, tetap perbedaannya hanya terletak beda satu sama lainnya.
pada posisi realisasi masing-masing bunyi-
bunyi tersebut, misalnya bunyi /u/ dalam DAFTAR PUSATAKA
dialek Jereweh pada suku kata akhir yang Burhanuddin. 2018. Pengembangan Bahasa
berakhir /t/ pada kata bedus ‘kambing’, dalam Sumbawa Standard melalui Penawaran
dialek Sumbawa Besar muncul sebagai /e/, Konsep Tata Aksara Bahasa Sumbawa.
yaitu bedes ‘kambing’. Dalam konteks Makalah dalam Seminar Nasional
tersebut, bukan berarti dalam dialek Sumbawa Bahasa Daerah di Mataram, 20 Oktober
Besar tidak memiliki vokal /u/ atau dalam 2018. Mataram: FKIP Universitas
Mataram
dialek Jereweh tidak memiliki vokal /i/.
Ketiga, bagaimana agar bunyi-bunyi Mahsun. 1994. Penelitian Dialek Geografi
tersebut mudah diajarkan oleh para guru dan Bahasa Sumbawa. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Disertasi
para siswa tidak mengalami kendala dalam
untuk S3.
membaca teks materi ajar muatan local
Mahsun. 2008. Penelitian Dialek Geografi
mengingat ada bunyi /e/, /ə/ dan /I/
Bahasa Sumbawa. Yogyakarta:
dilambangkan dengan satu huruf, yaitu /e/? Universitas Gadjah Mada Disertasi
Jika materi ajar muatan local disusun maka untuk S3.
pada bagian awal buku, perlu ditambahkan Moeliono, Anton M. 1981. Pengembangan
mengenai pemakaian huruf beserta contohnya, dan Pembinaan Bahasa. Jakarta:
sehingga hal tersebut dapat menjadi penuntun Djambatan.

228

Anda mungkin juga menyukai