Oleh :
Mustikawati (220501501061)
KELAS D
2022
DAFTAR ISI
BAB 1
Pendahuan
A.Latar belakang
Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasa, manusia dapat
menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Karena demikian pentingnya arti
suatu bahasa, sehingga hampir setiap proses komunikasi manusia selalu menggunakan bahasa.
Kridalaksana (1984:19) mengatakan bahwa bahasa dipergunakan oleh para anggota masyarakat
untuk berinteraksi dan mengidentifikasi dirinya. Ramlan (1980) mengemukakan bahwa Ilmu
bahasa jika dilihat dari struktur interennya dapat dibedakan menjadi fonetik, fonologi, sintaksis,
semantik.; morfologi mempelajari struktur frase, kalimat dan wacana ;
Dewasa ini, kajian terhadap satuan-satuan bahasa Indonesia terus dilakukan baik kajian
terhadap bahasa Indonesia maupun kajian terhadap bahasa daerah sebagai pendukung bahasa
Indonesia. Kajian terhadap bahasa daerah dilakukan dalam usaha pembinaan dan pengembangan
bahasa daerah sebagai aset budaya nasional.Salah satu bahasa daerah yang ada di Sulawesi
Selatan yang sampai saat ini masih dipelihara oleh masyarakat pendukungnya yakni bahasa
daerah Makassar. Untuk itu, bahasa daerah tersebut perlu terus dibina dan dikembangkan agar
tetap menjadi alat komunikasi yang hidup.
Proses morfofonemik yang penulis jadikan pokok kajian dalam penelitian ini adalah proses
morfofonemik bahasa Makassar, karena bahasa Makassar dialek Bantaeng merupakan bahan
standar dalam bahasa Makassar. Satu hal yang saya temukan adalah tentang adanya perubahan
fonem bahasa Makassar yang terjadi akibat pertemuan morfen yang satu dengan yang lain,
proses ini disebut proses morfofonemik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1) Ejaan
Bahasa Makassar memiliki 23 fonem, yaitu 18 fonem
konsonan /p, b, t, d, c, j, k, g, s, h, m, n, n, n, l, r, w, y/
dan 5 fonem vokal /a, i, u, e, o/. Masing-masing fonem
vokal dapat menempati semua posisi dalam distribusinya,
sedangkan hanya fonem konsonan /k/ dan /n/ dapat
menempati posisi akhir.
Terdapat 13 fonem di antaranya yang mempunyai “paralel
tebal”, artinya lebih tebal daripada paralelnya. Konsonan paralel
tebal hanya dapat menduduki posisi tengah, yang berfungsi untuk
membedakan arti dalam bahasa Makassar. Misalnya makna kata
/lapak/ dan /lappak/. Yang pertama berarti “alas”, sedangkan yang
kedua bermakna “lipat”.
1) Ejaan
Ejaan 23 fonem dalam bahasa Makassar, antara lain:
1. /p/ P Piring
2. /b/ B Bulo
3. /t/ T Tekne
4. /d/ D Doang
5. /c/ C Cora
6. /j/ J Jarang
7. /k/ K Korok
8. /g/ G Geak
9. /s/ S Saga
10. /h/ H Harang
11. /m/ M Mate
12. /n/ N Niak
13. /n/ N Nyawa
14. /n/ N Ngoa
15. /l/ L Lolo
16. /r/ R Romang
17. /w/ W Warak
18. /y/ Y Bayang
19. /i/ I Jai
20. /e/ E Erang
21. /a/ A Anang
22. /o/ O Ona
23. /u/ U Ulu
Konsonan paralel tebal dalam bahasa Makassar dieja menurut fonem
paralelnya. Maksudnya, fonem paralel tersebut digandakan. Misalnya pada bentuk
[appak], [kassik], dan [ballang]. Khusus konsonan paralel /ny/ dan /ng/ dieja
menjadi [nny] dan [nng], seperti pada kata [lannying] dan [manngang].
1) Konsonan /k/ pada akhir suku kata maupun akhir kata dibunyikan seperti
hamzah. Oleh karena itu, penggunaan gugus konsonan /k/ dalam 4 fonem letupan
bersuara (/kb/, /kd/, /kj/, /kg/) perlu mendapat perhatian. 2) Morfofonemik dalam
bahasa Makassar juga menimbulkan perubahan bunyi akibat bertemunya dua
fonem.
Klasifikasi Morfem
Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat.. Dengan kata lain
morfen bebas adalah morfen yang tanpa kehadiran morfen lain dapat muncul
dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, bagus, buku, saya dan
sebagainya termasuk morfem bebas karena kita dapat menggunakannya tanpa
harus terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain. Menurut
Santoso(2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk
berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Dengan
demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan tersendiri ;seperti:
gelas, meja, pergi dan sebagainya. Morfem bebas sudah termasuk kata.
Tetapiingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua
bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, morfem dasar
dengan morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar.
Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan
morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, “ber-“, “kan-“,
“me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb. Berkenaan dengan morfem terikat dalam
bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, yaitu:
* Bentuk seperti juang, henti, gaul dan baur termasuk morfem terikat karena
tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses
morfologi.bentuk ini lazim disebut bentuk prakategorial (Verhaar 1978)
* Bentuk seperti baca, tulis dan tendang termasuk bentuk prakategorial karena
bentuk tersebut baru merupakan “pangkal” kata, sehingga baru bisa muncul dalam
pertuturan setelah mengalami proses morfologi.
* Bentuk renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang hany
muncul dalam kering kerontang) dan bugar (yang hanya muncul dalam segar
bugar) juga termasuk morfem terikat yang di sebut morfem unik.
* Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti ke, dari, pada,
dan, kalau, dan atau secara sintaksis termasuk morfem terikat.
Menurut Samsuri(1994), morfem terikat tidak pernah didalam Bahasa yang wajar
diucapkan tersendiri. Morfem-morfemini, selain contohyang telah diuraikan
padabagian awal, umpanya: ter-, per-, -i,-an.Disamping itu ada juga bentuk-bentuk
seperti– juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga diucapkan tersendiri,
melainkan selalu dengan salah satu imbuhan atau lebih.Tetapi sebagai morfem
terikat yang berbeda denganimbuhan, bisa mengadakan bentukan atau konstruksi
dengan morfem terikat yang lain.
a. prefiks(awalan):per-,me-,ter-,di-,ber-danlain-lain
b. infiks(sisipan):-el-,-em,-er-
c. sufiks(akhiran):-an,kan,-i
* Imbuhanyangberfungsimembentukkatakerja,yaitu:me-,ber-, per-,-kan,-i,danber-
an.
* Imbuhanyangberfungsimembentukkatabenda,yaitu:pe-,ke-,
* -an,ke-an,per-an,-man,-wan,-wati.
* Imbuhanyangberfungsimembentukkatasifat:ter-,-i,-wi,-iah.
* Imbuhanyangberfungsimembentukkatabilangan:ke-,se-.
Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem
segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah}, dapat dianalisis ke dalam segmen-
segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h]. Fonem-fonem itu tergolong ke dalam
fonem segmental. oleh karena itu, morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis
morfem segmental.
Morfem supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental.
Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:
Morfem yang bermakna leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata.
morfem yang bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng
setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem
gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.
Morfem yang tak bermakna leksikal dapat berupa morfem imbuhan, seperti {ber-},
{ter}, dan {se-}. morfem-morfem tersebut baru bermakna jika berada dalam
pemakaian. Contoh: {bersepatu} berarti ‘memakai sepatu’.
Morfem monofonemis merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam
bahasa Indonesia pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau
morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.
Morfem polifonemis merupakan morfem yang terdiri dari dua, tiga, dan empat
fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam
bahasa Indonesia morfem {se-} berarti ‘satu, sama’.
Morfem aditif adalah morfem yang ditambah atau ditambahkan. Kata-kata yang
mengalami afiksasi, seperti yang terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan
kata-kata yang terbentuk dari morfem aditif itu: mengaji, childhood, berbaju dan
houses.
Morfem beralomorf zero atau nol yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental),
melainkan berupa kekosongan.
. Proses Morfemis
1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
Dalam proses ini terlibat unsur-unsur:
* Afiks
Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks
atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan
pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks,
untuk membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:
* Berbaju
* Menemukan
* Ditemukan
* Jawaban.
Bila dilihat pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas
pembubuhan dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks),
pembubuhan tengah (infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah
(konfiks).
Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya ada dua jenis afiks yaitu afiks inflektif
dan afiks derivatif. Afiks inflekif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan
kata-kata inflektif atau paradigma infleksional.
2. Reduplikasi
Dalam bahasa Indonesia, gejala reduplikasi dapat dibagi kedalam lima bagian,
yaitu:
c) Pada dasar yang berupa gabungan kata proses reduplikasi bisa berupa
reduplikasi penuh dan reduplikasi parsial.
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem
dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga membentuk sebuah kontruksi
yang memiliki identitas legsikal yang berbeda atau yang baru. Komposisi dartikan
juga sebagai proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka
dan Suparno, 1994:181).Contoh:Sapu tangan, Rumah sakit, malaikatmaut dsb
mákeup máke úp
Kata-kata majemuk lain bisa juga untuk menekankan pola, tetapi hanya jika
mereka tidak mampu menjadi frasa. Pola ini juga hanya menekankan pada kata
pertama saja seperti kata majemuk lainnya. Perbedaan-perbedaan ini sering terjadi,
tetapi tidak selalu. Hal ini sering direfleksikan dalam penulisan umum seperti
menulis sebuah kata majemuk sebagai satu kata atau menggunakan tanda-tanda
penghubung untuk menyambung kata-katanya. Contoh:
eásy-góing eásy-going
mán-máde mán-made
hómemáde homemade
4. Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem
itu sendiri.Di samping menambahkan imbuhan pada sebuah morfem (afiksasi)
atau mengulang seluruh atau sebagian morfem (reduplikasi) untuk membedakan
analisis proses morfologi, ada juga proses morfologis yang disebut modifikasi
internal morfem. Berikut adalah beberapa contoh dalam bahasa Inggris:
* Meskipun pola biasa dari bentuk jamak ditambahkan pada morfem infleksi,
beberapa kata dalam bahasa Inggris membuat sebuah modifikasi internal,
misalnya man tetapi men, woman tetapi women, goose tetapi geese dan lain-lain.
* Pola biasa dari past tense dan past participle adalah ditambahkannya sebuah
imbuhan, tetapi beberapa verba juga menunjukkan perubahan internal, seperti:
strife, strive
teeth, teethe
breath, breathe
life, live (V)
5. Suplisi
`Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali
baru.Situasi ini muncul karena ada dua kata berbeda yang ditafsirkan memiliki arti
yang sama diinterpretasikan sebagai kata yang sama. Sebagai contoh dalam bahasa
Inggris akhiran verba beraturan bentuk past tense dibentuk dengan
menambahkan /-† /, /-d /, or /-əd /. Kebanyakan kata-kata dalam bahasa Inggris,
begitu juga kata-kata susunan baru dalam bahasa Inggris seperti scroosh atau blat
akan mempunyai format past tense ini.
Ada juga beberapa kelas kata umum dalam bahasa Inggris bentuk past tense yang
berubah huruf vokalnya, misalnya:
Bahasa Arab klasik memberikan contoh lain. Bentuk jamak yang normal untuk
kata benda diakhiri dengan /-a†/ dengan memperpanjang bunyi hurufnya. Contoh:
6. Modifikasi kosong
7. Konversi
konversi sering juga disebut derivasi zero, transmutasi, dan transposisi yaitu proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental. Kata free dalam kalimat the old free fell adalah sebuah nomina, tetapi
dalam the dogs will free the coon adalah bentuk verba yang persis sama dengan
bentuk nominanya.
8. Pemendekan
6. Fleksi adalah afiksasai yang terdiri atas golongan kata yang sama.
Contoh: mengajar – diajar
7. Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak
sama. Contoh: mengajar – pengajar
8. Interfiks yaitu suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur.
Dalam bahasa indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya:
interfiks –n-dan –o. Contoh: indonesia-logi → indonesianologi dan jawa-logi →
jawanologi.
C. Bentuk dan Klasifikasi Kata,Frasa,Klausa dan Kalimat Dalam Bahasa Makassar
struktur dasar suku kata dalam bahasa Makassar adalah (K1)V(K2). Posisi K1
dapat diisi oleh hampir seluruh konsonan, sementara posisi K2 memiliki beberapa
batasan. Pada suku kata yang terletak dii akhir morfem, K2 dapat diisi oleh bunyi
hambat (K) atau bunyi sengau (N) yang pengucapannya ditentukan oleh beberapa
aturan asimilasi. Bunyi K berasimilasi (diucapkan sebagai konsonan yang sama)
dengan konsonan nirsuara kecuali [h] dan direalisasikan sebagai [ʔ] dalam konteks
lainnya. Bunyi N direalisasikan sebagai bunyi sengau yang homorgan (diucapkan
pada tempat artikulasi yang sama) sebelum konsonan hambat atau sengau,
berasimilasi dengan konsonan /l/ dan /s/, serta direalisasikan sebagai [ŋ] dalam
konteks lainnya. Sedangkan pada suku kata di dalam bentuk akar, bahasa Makassar
mengontraskan satu bunyi tambahan pada posisi K2 selain K dan N, yaitu /r/.
Analisis ini didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa Makassar membedakan
antara deret bunyi lintas suku kata [nr], [ʔr], dan [rr]. Walaupun begitu, [rr] dapat
pula dianggap sebagai realisasi dari satu segmen geminat murni alih-alih deret
bunyi lintas suku kata.
Umumnya, kata dasar dalam bahasa Makassar memiliki panjang dua atau tiga suku
kata. Meski begitu, kata-kata yang lebih panjang dapat dibentuk karena sifat
bahasa Makassar yang aglutinatif serta adanya proses reduplikasi (perulangan)
yang masih sangat produktif. Menurut Jukes, kata dengan panjang enam atau tujuh
suku kata lazim ditemukan dalam bahasa Makassar, sementara kata dasar dengan
satu suku kata (yang bukan merupakan pinjaman dari bahasa lain) sangatlah
jarang, walaupun ada beberapa kata seru dan partikel yang terdiri dari satu suku
kata saja.
- Ciri-Ciri Klausa
Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa terdapatsatu
predikat, tidak lebih dan tidak kurang; (2) klausa dapat menjadi kalimat
jikakepadanya dikenal intonasi final; (3) dalam kalimat plural, klausa
merupakanbagian dari kalimat; (4) klausa dapat diperluas dengan menambahkan
atributfungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa tersebut, selain
denganpenambahan konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi sintaksis
yangada.5. Jenis-Jenis KlausaAda tiga dasar yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan klausa.Ketiga dasar itu adalah (1) klasifikasi klausa
berdasarkan interennya (BSI), (2)klasifikasi klausa bedasarkan ada tidaknya unsur
negasi yang menegatifkan P
Kalimat Yang disebut kalimat ialah susunan kata atau frase yang terdiri atas
pokok kalimat atau subjek (S) diikuti oleh sebutan atau predikat (P), objek (0) dan
keterangan (Ket). Kalimat yang hanya terdiri atas subjek dan predikat saja disebut
kailmat sederhana (KS). Kalimat sederhana itu dapat diperluas, ditambah dengan
objek dan keterangan-keterangan. Kalau keterangan itu sendiri merupakan sebuah
kalimat, maka kalimat itu disebut anak kalimat atau klausa (1(1), sedang kalimat
yang pertama tadi disebut induk kalimat (1K). Tetapi kalau setelah terjadi
perluasan itu, kalimat pertama tadi masih tetap merupakan sebuah kalimat, maka
kalimat itu disebut kalimat tunggal (KT).
3.2.1 Kalimat Sederhana dan Kalimat Diperluas Contoh kalimat sederbana dalam
bahasa Makassar:
3.2.4 Pola Kalimat Dasar (PKD) Kalimat Dasar (KD) yang menjadi contoh pola di
sini adalah kalimat sederhana (Ks). Predikat dari kalimat-dasar itu akan
menentukan tipe (jenis) pola kalimat dasar itu. Predikat dalam bahasa Makassar
bisa terjadi dan:
(3) katasifat;
(4) katabilangan;
(5) katabenda;
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
https://repositori.kemdikbud.go.id/3182/1/morfologi%20dan%20sintaksis
%20bahasa%20makassar%20%20%20%20133h.pdf
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:-qHBk6Pu7VUJ:https://id.wiktionary.org/
wiki/Kategori:Frasa_bahasa_Makassar&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:l_24t6xWKUkJ:https://serupa.id/morfologi-
pengertian-proses-morfologis-morfofonemik/&cd=9&hl=id&ct=clnk&gl=id