Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Telaah Intertekstual”

Dosen Pengampu Mata Kuliah Apresiasi Prosa Makassar

Dr. Hajrah, S. S., M. Pd.

Fitriansal Sinauleng, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Ine Febrianty 200505502004

Novidayanti 200505500017

Ela Juliana 200505501022

Nurul Ul Fiyah 200505502011

Rahmi Nurhidayat 200505502012

Resky Amelia 200505501027

Muhammad Ihsan B 200505502003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Telaah Intertekstual” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Apresiasi Prosa Makassar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hajrah, S.S., M. Pd. dan Bapak
Fitriansal Sinauleng, S. Pd., M. Pd. selaku dosen mata kuliah Apresiasi Prosa Makassar yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah ilmu dan wawasan sesuai bidang studi
yang penulis geluti. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 23 Maret 2022

Penulis

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i
DAFTAR ISI………...……………………………………………………….….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………….…. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 1
C. Tujuan……………………………………………………….………... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengetian Telaah Intertekstual………...…………….……………….. 3
B. Tujuan Menelaah Prosa dengan Teori Intertekstual ..….……..….…... 3
C. Prinsip Intertekstual………………………………....…………….….. 4
D. Langkah-Langkah Menelaah Prosa dengan Teori Intertekstual…..….. 5
E. Menelaah Karya Sastra dengan Teori Intertekstual………………..…. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 8
B. Saran………………………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebuah karya sastra, baik puisi maupun prosa, mempunyai hubungan sejarah
antara karya sezaman, yang mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan sejarah
ini baik berupa persamaan atau pertentangan. Dengan hal demikian ini, sebaiknya
membicarakan karya sastra itu dalam hubungannya dengan karya sezaman, sebelum
atau sesudahnya. (Pradopo, 2003: 167).
Prinsip Intertekstual yaitu karya sastra baru bermakna penuh dalam
hubungannya dengan karya sastra lain, baik dalam hal persamaannya maupun
pertentangannya. Kajian sastra perbandingan, pada akhirnya harus masuk ke dalam
wilayah hipogram. Hipogram adalah modal utama dalam sastra yang akan melahirkan
karya berikutnya. (Riffaterre, 1978: 23). Jadi, hipogram adalah karya sastra yang
menjadi latar penciptaan karya lain. Menurut Julia Kristeva, tiap teks merupakan
mozaik kutipan-kutipan dan merupakan penyerapan serta transformasi teks-teks lain.
Maksudnya, tiap teks itu mengambil hal-hal yang bagus dari teks lain, berdasarkan
tanggapannya dan diolahnya kembali dalam karyanya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa itu telaah intertekstual ?
2. Apa tujuan menelaah prosa dengan teori intertekstual ?
3. Bagaimana prinsip intertekstual ?
4. Bagaimana langkah-langkah menelaah prosa dengan teori
intertekstual ?
5. Bagaimana menelaah karya sastra dengan teori intertekstual ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui telaah intertekstual

1
2. Untuk mengetahui tujuan menelaah prosa dengan teori
intertekstual.
3. Untuk mengetahui prinsip intertekstual.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah menelaah prosa dengan teori
intertekstual.
5. Untuk mengetahui menelaah karya sastra dengan teori
intertekstual.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Telaah Intertekstual


Telaah intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks
(lengkapnya: teks kesastraan), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan
tertentu. Misalnya, untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti
ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, dan gaya bahasa di antara teks-teks yang
dikaji. Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa kajian interteks berusaha
menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya dan
pada karya yang muncul kemudian.
Suatu teks itu penuh makna bukan hanya karena mempunyai struktur tertentu,
suatu kerangka yang menentukan dan mendukung bentuk, tetapi juga karena teks itu
berhubungan dengan teks lain. Sebuah teks lahir dari teks-teks lain dan harus
dipandang sesuai tempatnya dalam kawasan tekstual. Hal inilah yang disebut
intertekstual, yaitu pengertian bahwa suatu teks tidak dapat tidak dipengaruhi oleh
teks baru, baik perbedaannya maupun persamaannya (Partini dalam Masyarakat
Poetika Indonesia, 2015: 172).
Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya tak
mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya. Unsur budaya, termasuk semua
konvensi dan tradisi di masyarakat, dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks
kesastraan yang ditulis sebelumnya. Dalam hal ini dapat diambil contoh, misalnya
sebelum para penyair Pujangga Baru menulis puisi-puisi modernnya, di masyarakat
telah ada berbagai bentuk puisi lama, seperti pantun dan syair.

B. Tujuan Menelaah Prosa dengan Teori Intertekstual


Tujuan telaah intertekstual itu sendiri adalah untuk memberikan makna secara
lebih penuh terhadap karya sastra. Penulisan dan pemunculan sebuah karya sering
ada kaitannya dengan unsur kesejarahannya sehingga memberi makna secara lebih
lengkap jika dikaitkan dengan unsur kesejarahan (Teeuw dalam Nurgiyantoro,
1995:50).

3
Adanya hubungan intertekstual dapat dikaitkan dengan teori resepsi. Pada
dasarnya pembacalah yang menentukan ada atau tidaknya kaitan antara teks yang satu
dengan teks yang lain itu. Unsur-unsur hipogram itu berdasarkan persepsi,
pemahaman, pengetahuan, dan pengalamannya membaca teks-teks lain sebelumnya.
Penunjukan terhadap unsur hipogram pada suatu karya dari karya-karya lain, pada
hakikatnya merupakan penerimaan atau reaksi pembaca.
Menurut Umar Junus (1985:89) bahwa Intertekstual bukanlah sekadar
fenomena yang berkaitan dengan pengidentifikasian kehadiran teks pada teks lain,
melainkan juga berkaitan dengan masalah interpretasi. Dikatakan demikian karena
kehadiran teks lain dalam suatu teks akan memberi corak atau warna tertentu pada
teks itu. Interpretasi itu setidaknya berkaitan dengan pertanyaan mengapa teks lain
diserap, apa fungsinya, bagaimana sikap pengarang terhadap teks lain yang diserap.
Di sinilah kemudian muncul maksud atau ideologi tertentu berkenaan dengan teks
yang ditulisnya. Jika ditinjau lebih jauh lagi, beberapa pertanyaan itu sesungguhnya
berhubungan dengan proses resepsi (penerimaan) teks, yaitu bagaimana seseorang
(pengarang) memperlakukan teks. Menurut Culler (dalam Ratna : 2005) terdapat
konsep pemahaman intertekstual berkaitan dengan aplikasi dari proses pembacaan.
Konsep-konsep tersebut antara lain: recuperation (prinsip penemuan kembali),
naturalization (prinsip untuk membuat yang semula asing menjadi biasa), motivation
(prinsip penyesuaian, bahwa teks tidak arbitrer atau tidak koheren), dan
vraisemblation (prinsip integrasi dari satu teks dengan teks atau sesuatu yang lain).
Adanya karya-karya yang ditranformasikan dalam penulisan karya sesudahnya
ini menjadi perhatian utama kajian intertekstual, misalnya lewat pengontrasan antara
sebuah karya dengan karya-karya lain yang diduga menjadi hipogramnya. Adanya
unsur hipogram dalam suatu karya, hal ini mungkin disadari atau tidak disadari oleh
pengarang. Kesadaran pengarang terhadap karya yang menjadi hipogramnya mungkin
berwujud dalam sikapnya yang meneruskan, atau sebaliknya, menolak konvensi yang
berlaku sebelumnya.

C. Prinsip Intertekstual
Prinsip intertekstual merupakan salah satu sarana pemberian makna kepada
sebuah teks sastra. Hal ini mengingat bahwa sastrawan itu selalu menanggapi teks-
teks sebelumnya. Dalam menanggapi teks-teks itu penyair mempunyai pikiran-
4
pikiran, gagasan-gagasan, dan konsep estetik sendiri yang ditentukan oleh horison
harapannya, yaitu pikiran-pikiran, konsep estetik dan pengetahuan sastra yang
dimilikinya (Pradopo, 2002: 228-229).
Prinsip intertektual yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan
makna karya yang bersangkutan. Karya itu diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan,
atau tranformasi dari karya-karya yang lain. Masalah intertekstual lebih dari sekadar
pengaruh, ambilan, atau jiplakan, melainkan bagaimana kita memperoleh makna
sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain yang menjadi
hipogramnya, baik berupa teks fiksi maupun puisi.
Intertekstual menurut Kristeva mempunyai prinsip dan kaidah tersendiri dalam
penelitian karya sastra, antara lain :
1) Intertekstual melihat hakikat sebuah teks yang di dalamnya terdapat berbagai
teks;
2) Intertekstual menganalisis sebuah karya itu berdasarkan aspek yang membina
karya tersebut, yaitu unsur-unsur struktur seperti tema, plot, watak, dan
bahasa, serta unsur-unsur di luar struktur seperti unsur sejarah, budaya, agama
yang menjadi bagian dari komposisi teks;
3) Intertekstual mengkaji keseimbangan antara aspek dalaman dan aspek luaran
dengan melihat fungsi dan tujuan kehadiran teks-teks tersebut;
4) Intertertual juga menyebut bahwa sebuah teks itu tercipta berdasarkan karya-
karya yang lain. Kajian tidak hanya tertumpu pada teks yang dibaca, tetapi
meneliti teks-teks lainnya untuk melihat aspek-aspek yang meresap ke dalam
teks yang ditulis atau dibaca atau dikaji;
5) Yang terpenting dalam interteks adalah menghargai pengambilan, kehadiran,
dan masuknya unsur-unsur lain ke dalam sebuah karya.

D. Langkah-Langkah Telaah Intertekstual


Langkah-langkah telaah intertekstual yaitu sebagai berikut.
1. Membaca dua teks atau lebih secara berdampingan pada saat yang
sama.
2. Hanya membaca sebuah teks, tetapi dilatarbelakangi oleh teks-teks
lain yang sudah pernah dibaca sebelumnya.

5
E. Menelaah Karya Sastra dengan Teori Intertekstual
Menelaah novel dengan teori intertekstual yaitu novel Surat Kecil untuk Tuhan
karya Agnes Davonar dan novel Air Mata Surga karya E. Rokajat Asura.
Karakter tokoh, alur, latar, dengan hubungan intertekstual yang digunakan
dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar dan novel Air Mata
Surga karya E. Rokajat Asura.
1. Karakter tokoh adalah sifat atau watak yang dimiliki manusia untuk
bersikap dalam menyelesaikan masalah ataupun menghadapi sesuatu.
Hasil analisis/telaah dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya
Agnes Davonar yaitu tokoh utama Keke memiliki karakter yaitu tabah,
mudah bergaul atau bersahabat, sabar, penurut, pintar, periang dan ikhlas.
Sedangkan, Karakter tokoh utama dalam novel Air Mata Surga karya E.
Rokajat Asura yaitu Baraah memiliki karakter yaitu suka menolong, rajin
menghafal Alquran, pintar, penurut, setia kawan, sabar, bersemangat, tabah
dan kekasihsayangan. Karakter tokoh terlihat dari cara pengarang
menggambarkan setiap tingkah laku dan sifat tokoh dalam menyelesaikan
masalah ataupun bertindak.
2. Alur merupakan jalan cerita yang dibentuk pengarang melalui tahapan-
tahapan peristiwa sehingga menjadi suatu cerita. Alur terdiri dari alur maju,
alur mundur, dan alur campuran.
Hasil analisis dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan yaitu alur maju
karena pengarang memulai cerita dengan perkenalan dan diakhiri dengan
tahap penyelesaian. Sedangkan, alur yang digunakan pengarang dalam
novel Air Mata Surga yaitu alur campuran karena pengarang memulai
cerita dengan melukiskan suatu keadaan dan diakhiri dengan penyelesaian.
3. Latar merupakan penjelas untuk mendeskripsikan sebuah cerita. Latar
terbagi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan latar sosial. Latar tempat
merupakan tempat kejadian suatu peristiwa yang terjadi dalam cerita. Latar
waktu merupakan kapan terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita, latar
sosial merupakan kehidupan sosial masyarakat yang ditimbulkan pengarang
dalam sebuah cerita.
Hasil analisis dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes
Davonar meliputi : a) Latar tempat dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan
6
karya Agnes Davonar yaitu 19 tempat yang digunakan. Latar tempat dalam
Air Mata Surga karya E. Rokaja Asura yaitu 19 tempat. b) Latar waktu
dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar yaitu 5 waktu
yang digunakan. Latar waktu dalam novel Air Mata Surga karya E. Rokajat
Asura yaitu 5 latar waktu yang digunakan. c) Latar sosial dalam novel Surat
Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar yaitu kepercayaan masyarakat
terhadap mitos, dan kepercayaan manusia terhadap karma. Latar sosial
dalam novel Air Mata Surga karya E. Rokajat Asura yaitu kehidupan
masyarakat Arab, peraturan Daerah Makkah, kehidupan Masyarakat Saudi,
kehidupan masyarakat Timur Tengah.

Intertekstual merupakan adanya persamaan dan perbedaan yang ada dalam


novel, dan adanya kaitan antara novel yang lahir duluan dengan novel yang lahir
selanjutnya. Hasil analisis hubungan intertekstual pada novel Surat Kecil untuk Tuhan
karya Agnes Davonar dan novel Air Mata Surga karya E. Rokajat Asura yaitu adanya
persamaan pada karakter tokoh, latar tempat dan latar waktu. Serta adanya perbedaan
pada alur, latar dan bahasa yang digunakan dalam kedua novel. Hubungan
Intertekstual terlihat dari persamaan dan perbedaan yang ada pada karakter tokoh,
alur, latar serta di lihat dari segi bahasa yang digunakan dalam kedua novel tersebut.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Telaah intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks
(lengkapnya: teks kesastraan), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan
tertentu. Misalnya, untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti
ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, dan gaya bahasa di antara teks-teks yang
dikaji. Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa kajian interteks berusaha
menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya dan
pada karya yang muncul kemudian. Tujuan telaah intertekstual itu sendiri adalah
untuk memberikan makna secara lebih penuh terhadap karya sastra. Penulisan dan
pemunculan sebuah karya sering ada kaitannya dengan unsur kesejarahannya
sehingga memberi makna secara lebih lengkap jika dikaitkan dengan unsur
kesejarahan (Teeuw dalam Nurgiyantoro, 1995:50).
Prinsip intertekstual merupakan salah satu sarana pemberian makna kepada
sebuah teks sastra. Hal ini mengingat bahwa sastrawan itu selalu menanggapi teks-
teks sebelumnya. Dalam menanggapi teks-teks itu penyair mempunyai pikiran-
pikiran, gagasan-gagasan, dan konsep estetik sendiri yang ditentukan oleh horison
harapannya, yaitu pikiran-pikiran, konsep estetik dan pengetahuan sastra yang
dimilikinya (Pradopo, 2002: 228-229).

B. Saran
Untuk itu, pembaca lebih meningkat keterampilan berbicara, karena retorika
itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, dapat membuat kita mudah dalam
berkomunikasi di depan umum atau antar personal.

8
DAFTAR PUSTAKA

Rujukan dari Internet:

http://ssgpelajarbahasa.blogspot.com/2011/11/pendekatan-intertekstual.html

https://media.neliti.com/media/publications/191108-ID-none.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Intertekstual

https://ejournal.perpusnas.go.id/jm/article/view/002001201105

http://harjonbasri.blogspot.com/2014/11/analisis-intertekstual-dan-sastra.html

Anda mungkin juga menyukai