Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ASRIANTI

NIM : 200505500004

Materi 4 Bahasa dan faktor luar bahasa

1. Masyarakat Bahasa

2. Variasi dan Status Sosial Bahasa

3. Penggunaan Bahasa

4. Kontak Bahasa

5. Bahasa dan Budaya

Jawaban;

BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA

Disebutkan bahwa objek kajian lingustik makro adalah struktur intem bahasa atau sosok bahasa itu
sendiri; sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di
luar bahasa. Kira nya yang di maksud denagn faktor-faktor di luar bahasa itu tidak lain dari pada segala
hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia di dalam masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tanpa
hubungan dengan bahasa. Yang ingin di bicarakan dan memang erat kaitannya dengan bahasa adalah
masalah bahasa dalam kaitannya dengan kegiatan sosial di dalam masyarakat atau lebih jelasnya,
hubungan bahasa dengan masyarakat itu.

1. masyarakat bahasa

Yang di maksud masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan yang
sama. Secara linguistik bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah bahasa yang sama, karena kedua
bahasa itu banyak sekali persamaan nya, sehingga orang Malaysia dapat mengerti dengan baik akan
bahasa eIndonesia, dan sebaliknnya orang Indonesia dapat pula mengerti dengan baik bahasa Malaysia.
Jadi, dalam kasus ini ada dua masyarakat bahasa, yaitu masyarakat bahasa Indonesia dan masyarakat
bahasa Malaysia. Contoh lain, ahasa Denmark, bahasa swedia, dan bahasa norwegia.Orang Indonesia
pada umumnnya adalah bilingual, yaitu mnggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa
daerahnya, dan kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, Tetapi
menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama.Yang lebih unik adalah masyarakat bahasa cina.
Orang-orang cina menjadi anggota masyarakat bahasa cina adalah dalam bahasa tulis, bukan dalam
bahasa lisan. Secara tertulis mereka dapat berkomunikasi, sedangkan secara lisan belum tentu, karna
sesungguhnya yang disebut bahasa cina itu banyak dan berbeda-beda. Sistem aksara mereka yang
disebut aksara piktrogram memungkinkan mereka untuk bias saling berkomunikasi.
2. variasi dan status sosial bahasa

Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam ,berdasarkan
penuturannya kita mengenal adanya dialek dialek ,baik dialek regional maupun dialek sosial .dalam
beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya dua macam
variasi bahasa yang di bedakan berdasarkan status pemakaiannya . Yang pertama adalah variasi bahasa
tinggi (biasa di singkat variasi bahasa T), dan yang lain variasi bahasa rendah (biasanya disingkat R).
variasi T digunakan dalam situasi-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan. Sedangkan variasi R
digunakan dalam situasi tidak formal seperti di rumah. Keadaan ini, adanya pembedaan variasi bahasa T
dan variasi bahasa R disebut dengan istilah diglosia (ferguson 1964).Variasi bahasa yunani T disebut
katherevusa dan variasi bahasa yunani R disebut dhimotiki. Variasi bahasa arab T disebut al-fusha dan
variasi bahasa arab R di sebut ad-darij.

3. Penggunaan Bahasa

Umpamanya dalam bahasa Indonesia ada di sebutkan bahwa kata ganti orang kedua dalam bahasa
Indonesia adalah kamu dan engkau. Kenyataannya, secara social kedua kata ganti itu tidak dapat dipakai
untuk menyapa orang kedua yang lebih tua atau yang di hormati. Kedua kata ganti itu, kamu dan
engkau, hanya dapat digunakan untuk orang kedua yang sebaya, lebih muda, atau kedudukan social
lebih rendah. Akibatnya, kedua kata ganti itu jarang dipakai, meskipun dalam kaidah ada.

Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan
bahasa harus memperhatikan delapan unsure, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:

1) Setting and scene, yaitu unsure yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan

2) Participants, yaitu orang-orang terlibat dalam percakapan

3) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan

4) Act sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan

5) Key, yaitu yang menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan

6) Instrumentalities, yauitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan

7) Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan

8) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan

4. Kontak Bahasa

Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan
anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari masyarakat, akan terjadilah apa yang disebut
kontak bahasa. Hal yang sangat menonjol yang bias terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah
terjadinya atau terdapatnya yang disebut bilingualism dan multilingualisme dengan berbagai macam
kasusnya, seperti interferensi, integrasi, alihkode, dan campurkode.
Sebagai contoh kita ambil keadaan linguistik di Indonesia Indonesia adalah Negara yang multilingual.
Namun di samping itu banyak pula yang hanya menguasai satu bahasa. Orang yang hanya menguasai
satu bahasa disebut monolingual, unilingual, atau monoglot yang menguasi dua bahasa disebut bilingual
sedangkan yang menguasai lebih dari dua bahasa disebut multilingual, pluriligual, atau polyglot Uriel
weinrich (1968) mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian
sedangkan Einar Haugen (1966) mengartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan
tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya.

5. Bahasa dan budaya

Satu lagi yang menjadi objek kajian linguistik makro adalah mengenai hubungan bahasa dengan budaya
atau kebudayaan. Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan
bahasa dan kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua pakar, yaitu Edward sapir dan Benjamin
lee whorf (Dan oleh karena itu disebut hipotesis sapir-whorf) yang menyatakan bahwa bahasa
mempengaruhi lebudayaan. Kenyataan juga membuktikan, masyarakat yang kegiatannya sangat
terbatas, seperti masyarakat suku-suku bangsa yang terpencil, hanya mempunyai kosakata yang juga
terbatas jumlahnya. Sebaliknya, masyarakat yang terbuka yang anggota-anggota masyarakatnya
mempunyai kegiatan yang sangat luas, memiliki kosakata yang sangat banyak. Bandingkanlah, alam
kamus inggris webster’s terdaftar lebih dari 600.000 buah kata sedangkan kamus besar bahasa
Indonesia tidak lebih dari 60.000 buah kata.Karena eratnya hubungan antara bahasa dan kebudayaan
ini, maka ada pakar yang menyamakan hubungan keduanya sebagai kembar siam, duah hal yang tidak
bias dipisahkan.Atau sebagai sekeping mata uang sisi yang satu adalah bahasa dan sisi yang lain adalah
kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai