Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Memahami Unsur-unsur Pembangun prosa


Mata Kuliah: Apresiasi Prosa Makassar

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4

NITA PURWANTI 200505501028


RAHMATIA 200505501023
NURHIKMA 200505502007
HUSNIATI MANSUR 200505501030
NUR QOIMAH 200505502008
FITRIANI SYAM 200505501031
ABDUL GAFUR 200505502005

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.w.t yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Memahami
Unsur-unsur Pembangun Prosa” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Apresiasi Prosa Makassar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hajrah S. S., M.Pd. dan
Bapak Fitriansal Sinauleng S. Pd. M. Pd selaku dosen mata kuliah Apresiasi Prosa
Makassar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 6 Maret 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian prosa
2. Unsur-unsur pembangun prosa
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak hal yang dapat kita lihat dan kita alami dalam hidup ini. Hal-hal yang
kita lihat dan kita alami ini sering kita sebut dengan pengalaman yang terkadang
begitu dalam menyentuh perasaan dan kadang pula tidak. Sebagian membiarkannya
berlalu dan sebagian lagi ada yang menuangkannya dalam bentuk prosa. Prosa adalah
karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi.
Dalam penciptaan sebuah prosa , kita harus mengetahui beberapa hal yang
berhubungan dengan prosa seperti mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsiknya.
Namun pada kenyataan di lapangan para penyair baru maupun pencipta sebuah karya
prosa kurang memahami mengenai hal penting tersebut. Untuk itu, di dalam makalah
ini akan dibahas mengenai masalah tersebut, agar bibit- bibit pencipta prosa dapat
membuat sebuah karya dengan baik dan indah.

B. Rumusan Masalah
1. Unsur-unsur apa sajakah ynng terdapat dalam sebuah prosa?
C. Tujuan penulisan
2. Untuk Mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada sebuah prosa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur pembangun prosa
Sebuah karya sastra mengandung unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik.
Keterikatan yang erat antar unsur tersebut dinamakan struktur pembangun karya
sastra.
Unsur intrinsik ialah unsur yang secara langsung membangun cerita dari
dalam karya itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang turut
membangun cerita dari luar karya sastra.

1. Unsur Intrinsik:
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-
unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu
sendiri. Untuk karya sastra dalam bentuk prosa, seperi roman, novel, dan cerpen,
unsur-unsur intrinsiknya ada tujuh: tema, amanat, tokoh, alur (plot), latar (setting),
sudut pandang, gaya bahasa, amanat.
a. Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra
disebut tema. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu
yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam
cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu,
tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema ada yang
dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan
secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami). Dalam menentukan
tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat
pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa.
Kadang-kadang terjadi perbedaan antara gagasan yang dipikirkan oleh
pengarang dengan gagasan yang dipahami oleh pembaca melalui karya
sastra. Gagasan sentral yang terdapat atau ditemukan dalam karya
sastra disebut makna muatan, sedangkan makna atau gagasan yang
dimaksud oleh pengarang (pada waktu menyusun cerita tersebut)
disebut makna niatan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan makna niatan kadang-kadang
tidak sama dengan makna muatan. pengarang kurang pandai
menjabarkan tema yang dikehendakinya di dalam karyanya, Beberapa
pembaca berbeda pendapat tentang gagasan dasar suatu karta.
Yang diutamakan adalah bahwa penafsiran itu dapat
dipertanggungjawabkan dengan adanya unsur-unsur di dalam karya
sastra yang menunjang tafsiran tersebut.
Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada
pula tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat
seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan
adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Adapun cara menentukan tema yaitu dengan cara menyimak atau
membaca cerita dengan cara seksama, mencatat peristiwa-peristiwa
yang ada dalam cerita, menyimpulkan tema berdasarkan peristiwa-
peristiwa yang ada dalam cerita.
b. Tokoh /Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa di dalam
cerita. Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra
tohoh di dalam cerita. Berkaitan dengan tokoh, dikenal tokoh utama
dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang senantiasa ada
dalam setiap peristiwa, banyak berhubungan dengan tokoh lain dan
palig banyak terlibat dengan tema cerita. Adapun tokoh bawahan
adalah tokoh yang menjadi pelengkap dalam cerita.
Penokohan adalah Pemberian watak terhadap pelaku-pelaku cerita
dalam sebuah karya sastra. Tokoh Cerita terdiri atas :
1) Tokoh Protagonis tokoh dalam karya sastra yang memegang
peranan baik.
2) Tokoh Antagonis tokoh dalam karya sastra yang merupakan
penantang dari tokoh utama,biasanya memegang peranan
jahat.
3) Tokoh Tambahan tokoh yang tidak memegang peranan dan
tidak mengucapkan sepatah katapun, bahkan dianggap tidak
penting sebagai individu.
Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami
peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada
umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud
binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dapat dibedakan menjadi
dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah
tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
2) Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan
perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau
menyampaikan nilai-nilai negatif.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung
atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1) Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan
yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik
protagonis ataupun antagonis).
2) Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang
sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
3) Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang
menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra
tokoh. Ada dua metode penyajian watak tokoh, yaitu:
1) Metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian
watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh
secara langsung.
2) Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian
watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan
tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari
penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan
atau tempat tokoh.
Adapun menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara
menyajikan watak tokoh, yaitu:
1) Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya,
terutama bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
2) Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat
mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang
berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
3) Melalui penggambaran fisik tokoh.
4) Melalui pikiran-pikirannya
5) Melalui penerangan langsung
c. Latar
Latar adalah unsur dalam suatu cerita yang menunjukkan dimana,
bagaimana dan kapan peristiwa-peristiwa dalam cerita itu berlangsung.
Macam-macam Setting :
Tempat : di rumah, di sekolah, di jalan.
Waktu : pagi hari, siang hari, sore hari.
Suasana : sedih, senang, tegang.
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya
peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur
pokok:
1) Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
2) Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi.
3) Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa
mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, serta status sosial.
d. Alur 
Alur rangkaian peristiwa / jalinan cerita dari awal sampai kimaks
serta penyelesaian. Macam-macam Alur :
1) Alur maju
Alur cerita atau yang biasa disebut progresif adalah
tindakan yang memuncak pada akhir cerita. Alur maju
adalah serangkaian peristiwa yang dimulai secara teratur
dari awal hingga akhir cerita.
Contoh alur maju, misalnya cerpen yang menceritakan
masa kecil seorang anak yang kemudian tumbuh dewasa
dan berakhir ketika ia tua. Diceritakan pula bagaimana
konflik yang ia hadapi selama hidupnya.
2) Alur mundur
Alur mundur atau regresi merupakan tindakan yang
menceritakan masa lalu dari tokoh di dalam cerita.
Pengertian alur cerita mundur ini justru konfliknya
disampaikan di awal cerita dan kemudian mundur ke masa
lalunya. Serangkaian peristiwa dalam refluks dimulai dari
masa lalu ke masa kini dengan waktu yang tidak tepat.
Contoh alur mundur misalnya cerita pensiunan polisi yang
menceritakan kisahnya berjuang selama menjadi anggota
polisi.
3) Alur campuran ( bolak-balik)
Pengertian alur cerita berdasarkan kronologis cerita yang
terakhir yakni alur campuran. Alur campuran atau alur
bolak-balik ini seperti sungai yang dimulai di titik paling
tinggi, kemudian menceritakan masa lalu dan berlanjut
sampai selesai.
Saat menceritakan masa lalunya, karakter tokoh yang
diperkenalkan di dalam cerita akan memperkenalkan
karakter lain selama cerita belum berakhir dan saat cerita
kembali ke awal lagi. Contoh alur campuran ini misalnya
sebuah cerita yang dimulai di tengah-tengah cerita dan
kemudian maju atau mundur.

Untuk membangun pengertian alur cerita yang utuh, diperlukan


unsur-unsur di dalam alur cerita dan bagaimana alur cerita seharusnya
terjadi di dalam sebuah peristiwa pada karya sastra. Berikut ini merupakan
unsur-unsur alur cerita atau tahapan alur cerita dari awal sampai akhir.

Orientasi atau Pengenalan Tokoh

Tahapan awal pada pengertian alur cerita dimulai dari


orientasi atau pengenalan tokoh. Pada tahap orientasi ini, penulis
memperkenalkan siapa saja tokoh yang ada di dalam cerita yang
ditulis. Selain itu, juga ditunjukkan unsur dasar cerita, misalnya
waktu kejadian cerita tersebut terjadi, di mana latar tempat cerita
tersebut, dan bagaimana suasananya.
Tujuan disusunnya orientasi ini agar pembaca mengetahui
siapa yang memerankan tokoh di dalam alur cerita tersebut serta di
mana tempat cerita tersebut berlangsung, serta bagaimana suasana
yang berusaha dibangun penulis di dalam tulisannya.

Permulaan Konflik

Setelah mengenal tokoh, lokasi, dan lain sebagainya lalu


masuk ke tahap permulaan konflik. Tahap permulaan konflik atau
tahap kedua ini baru akan dimunculkan bagaimana konflik terjadi
dan apa penyebab terjadinya konflik. Umumnya, konflik timbul
karena adanya pertentangan antartokoh atau bisa juga disebabkan
karena tokoh utama mengalami masalah.

Permulaan konflik di dalam cerita inilah yang akan membuat


pembaca penasaran sehingga ingin mengetahui lebih lanjut
bagaimana ceritanya. Pembaca biasanya juga akan semakin
bertanya-tanya konflik apa yang sekiranya dialami tokoh sebagai
lanjutan ceritanya. Tahap permulaan konflik ini mendorong pembaca
melanjutkan cerita dengan konflik yang lebih rumit.

Klimaks atau Puncak Konflik

Tahap pengertian alur cerita konflik ini menceritakan


bagaimana titik puncak konflik di dalam cerita terjadi. Bagian ini
biasanya paling ditunggu-tunggu oleh pembaca dan membuat
pembaca akan bertahan lama membaca ketika konfliknya menarik
atau menegangkan.

Biasanya, klimaks dari konflik ini dialami oleh pemeran


utama yang menimbulkan ketegangan dan pemecahan masalah apa
yang kemudian ia lakukan. Dampaknya, tentu saja membuat
pembaca lebih penasaran dan menyimak cerita.

Konflik Mereda atau Anti-Klimaks

Setelah diceritakan mengenai puncak konflik atau klimaks, bagian


selanjutnya adalah tahapan konflik mereda atau menurun. Di dalam
tahap ini, tokoh utama mulai mengetahui bagaimana cara mengatasi
konflik yang sedang berlangsung. Ketegangan yang disaksikan oleh
pembaca di sini sedikit mereda dan biasanya akan berubah menjadi
kagum pada tokoh utama.

Pasalnya, biasanya di tahap ini tokoh utama diceritakan mampu


menghadapi masalah, baik dengan cara yang terduga maupun tidak
terduga. Suasana pada tahapan anti-klimaks ini seringkali tidak bisa
ditebak oleh pembaca.

Penyelesaian
Tahap pengertian alur cerita penyelesaian adalah tahap terakhir yang
berisi berbagai masalah dan rintangan yang dialami tokoh utama
sudah berhasil diselesaikan dengan baik. Jika tidak ada konflik lain,
biasanya penulis membuat cerita tahap penyelesaian dan pembaca
bisa langsung menyimpulkan kesan di tahap ini.

Di tahap penyelesaian, penulis juga seringkali menyisipkan pesan


atau amanat yang dapat dipetik oleh pembaca.

Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu


diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut
adalah:

 Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita


sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal.
 Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya
tidak dapat secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca.
 Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga
terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan
alur menjadi dinamis.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang dapat diartikan sebagai posisi pengarang terhadap
peristiwa-peristiwa di dalam cerita.
Macam-macam sudut pandang :
 Orang pertama : pengarang menjadi pelaku utama dan
memakai istilah “Aku” dan “Saya”.
 Orang ketiga : pengarang yang menceritakan ceritanya atau
berperan sebagai pengamat dan menggunakan itilah
“Dia”,”Ia”,atau nama orang. Sudut pandang adalah cara
memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:
1) Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang
orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut
terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah,
mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa
atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan
dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada
pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan
secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si
‘aku’ tersebut. Sudut pandang orang pertama masih bisa
dibedakan menjadi dua:
 ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si
‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku
yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam
diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan
sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus
pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di
luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang,
diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di
samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-
masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang
demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person
central).
 ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini,
tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama,
melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal
peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan
cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang
dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk
mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh
cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang
kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang
lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa,
tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan
tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan
demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja.
Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi
oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai
pengantar dan penutup cerita.
2) Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang
ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar cerita,
yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama,
atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita,
khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan
sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Sudut pandang ‘dia’
dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat
kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan
ceritanya:
 ‘Dia’ mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator
dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut
tokoh ‘dia’ tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia
bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui
berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan,
termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas
bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup
waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh
‘dia’ yang satu ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau
sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan
tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran,
perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas,
seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
 ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut
pandang ini, pengarang mempergunakan orang ketiga
sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya,
terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang
dilihatnya saja).

f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis cerita
yang berfungsi untuk menciptakan hubungan antara sesama tokoh dan dapat
menimbulkan suasana yang tepat guna, adegan seram, cinta ataupun peperangan
maupun harapan. Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang
dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan
bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat.
Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap
pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan
dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan
hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya
terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya. Gaya bahasa dapat menciptakan
suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris (sindiran), simpatik,
menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana
yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.
Salah satu contoh gaya bahasa kiasan membandingkan suatu hal dengan hal yang
lain. Contoh : Kecantikannya seperti bunga mawar yang sedang mekar –
mekarnya.
g. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang terhadap
pembaca melalui karyanya, yang akan disimpan rapi dan disembunyikan
pengarang dalam keseluruhan cerita. Amanat adalah ajaran moral atau pesan
yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana
tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara
memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang
terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan
secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat,
anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik : Unsur yang terdapat di luar karya sastra. Unsur Ekstrinsik Prosa
meliputi : – Norma : aturan yang digunakan si pengarang dalam menulis Prosa. –
Biografi Pengarang : daftar riwayat hidup si pengarang.
Contoh Novel:
Judul : Goosebumps-SELAMAT DATANG DI RUMAH
MATI-
Tema : Horor
Amanat : Hati-hati pada surat yang tidak diketahu pengirimnya
Tokoh : Amanda Benson, Josh Benson, Mr. and Mrs. Benson,
Compton Dawes, Ray Thurston, George     Carpenter,
Jerry Franklin, Karen Somerset,  Bill Gregory
Alur : Alur gabungan
Sudut pandang : Sudut pandang orang ketiga (third person point of
view)
Gaya bahasa  : Normal

Ringkasan cerita

Bermula dari datangnya surat yang menyatakan mereka mendapat warisan dari
Paman Charlie (yang bahkan tak seorangpun ingat tentang dia), sebuah rumah besar
di Dark Falls. Amanda, 12 tahun dan adiknya Josh 11 tahun tidak begitu suka akan
kepindahan itu, tapi apalah daya. disinilah mereka sekarang, di Dark Falls. Mereka
bertemu dengan Opsir Compton Dawes, polisi setempat yang menunjukkan mereka
ke rumah yang mereka tuju. Sejak awal Petey-anjing peliharaan mereka- merasakan
hal yang ganjil, ia terus menggonggong bahkan kepada Opsir Dawes, padahal
biasanya ia tak pernah begitu. Sampailah mereka pada rumah itu, rumah yang besar
dengan 2 jendela di kanan dan di kiri bagaikan sepasang mata yang memandang lekat
pada Amanda dan Josh yang juga merasakan adanya hal ganjil. Halamannya dipenuhi
dedaunan yang gugur, agak aneh rasanya padahal sekarang baru pertengahan Juli.
Dan susasananya terasa begitu suram dengan ranting pohon menggatung seakan
menutupi jalannya cahaya matahari masuk. Setelah mereka sadari ternyata tidak
hanya rumah yang akan mereka tinggali yang suram, tapi seluruh kota Dark Falls.
Setelah selesai melihat-lihat keadaan dalam rumah, ayah dan ibu mereka
menyarankan untuk berkeliling Dark Falls dan menyapa tetangga. Tapi yang mereka
temui hanya suasana kota mati yang begitu sunyi dan bahkan tak satupun lampu hidup
dari rumah – rumah besar itu. Hingga di suatu pertigaan mereka menemui seorang
anak seumuran mereka namanya Ray Thurston, Petey menggonggong ke arahnya
hingga Ray agak sedikit mundur. Mereka bercakap – cakap

tentang Dark Falls dan anak – anak sekitar sini, Ray bergabung dengan
Amanda dan Josh berkeliling dan menemui sekelompok anak – anak seumuran
mereka, memang anak -anak itu rasanya agak berbeda dengan anak – anak biasanya
tapi perasaan itu cepat – cepat Amanda dan Josh hilangkan, mereka hanya ingin
berteman, itu saja. Kembali Petey menggonggong tanpa sebab kepada anak – anak itu,
Josh agak kesulitan untuk menenangkannya kali ini hingga akhirnya dia memutuskan
untuk memasangkan rantai pada leher Petey. Ada 4 anak, George Carpenter, Jerry
Franklin, Karen Somerset dan Bill Gregory. Begitulah awal perkenalan mereka,
semakin hari mereka semakin akrab dan sering bermain bersama namun anehnya
mereka takut akan cahaya matahari, Amanda dan Josh agak merasa aneh juga tentang
hal itu tapi seketika perassan itu langsung hilang. Semenjak di Dark Falls, Amanda
merasakan hal hal aneh, mulai dari gorden yang bergerak – gerak padahal jendela
tertutup rapat hingga dia melihat sesosok wanita sedang memandanginya dari jendela
kamarnya, berulang kali dia mencoba menjelaskan hal itu pada orang tuanya tapi
mereka tak pernah serius menanggapi. Di sisi lain sebenarnya Josh merasakan sebuah
mimpi buruk yang terus terulang dalam tidurnya tapi dia enggan menceritakannya.
Suatu malam Petey hilang, kebetulan orang tua mereka sedang pergi ke suatu acara,
jadi Josh dan Amanda memutuskan untuk mencarinya. Di tangah jalan mereka
bertemu dengan Ray, Josh mengatakan bahwa mereka akan mencari Petey di
kuburan-tempat pertama Petey hilang setelah sampai di Dark Falls-. Ray melarang
mereka dengan alasan sudah terlalu larut, namun Josh tetap bersikeras Ray pun tidak
tinggal diam dia mengejar Josh. Sesampainya di kuburan, benar saja Petey ada disana
namun keadaannya tidak seperti biasanya, ia lebih mirip bangkai bahkan baunya pun
sangat mirip. Josh segera memeluknya tapi dilepaskannya lagi karena tak tahan
baunya. Amanda yang terburu – buru mengejar Josh tanpa sengaja kakinya
membentur sebuah batu nisan, matanya terbelalak membaca tulisan di batu nisan yang
tepat didepan matanya “KAREN SOMERSET 1960-1972” jantungnya berdegup
begitu kencang, ia menarik Josh, reaksinya pun sama. Amanda mengarahkan senter ke
batu nisan satunya, nama yang juga dia kenal “GEORGE CARPENTER 1975-1988”
dia tetap tak dapat percaya apa yang baru saja dilihatnya, batu nisan satunya “JERRY
FRANKLIN” lalu satunya lagi “BILL GREGORY”. Anak – anak yang biasa bermain
bersama, pikirnya. Hingga ia terpaku pada satu batu nisan terakhir “RAY
THURSTON 1977-1988”. Badannya seketikan lemas, Ray yang biasa bermain
dengannya dan kini ada disebelahnya, namanya telah tertulis di batu nisan tepat
didepannya. Pandangan Ray seketika berubah, ia menjelaskan semuanya, ia minta
maaf bahwa tidak seharusnya Amanda melihat ini sekarang, ya, semua yang ada disini
telah mati termasuk Petey, dialah yang dibunuh pertama saat datang ke Dark Falls
karena semua tau bahwa anjing adalah makhluk pertama yang mengetahui adanya hal
ganjil ini dan Ray adalah penjaga yang seharusnya melarang hal ini terungkap
sebelum waktunya. Namun terlambat, kini mereka akan menjadi bagian dari zombie –
zombie itu. Terdengar bunyi mesin dari belakang mereka, itu Opsir Dawes! Itu mobil
Opsir Dawes! Mereka segera naik, namun di tengah perjalanan Josh mengingatkan
Amanda bahwa tadi ia melihat batu nisan bertuliskan “COMPTON DAWES R.I.P
1950-1980” segera mereka melompat turun, Amanda berlari dengan pikiran yang
berkecambuk, ia bahkan tak percaya bahwa Opsir Dawes juga salah satu dari mereka.
Berlari, terus berlari tanpa tujuan. Berharap, tapi tak ada yang bisa diharapkan. Saat
hampir putus asa mereka ingat orang tua mereka. Josh dan Amanda saling bertatapan
sejenak, nampaknya mereka memikirkan hal yang sama. Mereka berbalik dan Opsir
Dawes sudah berada didepan mereka, dengan gemetaran Amanda bertanya apa yang
sebenarnya terjadi. Terdiam sejenak, kemudian Opsir Dawes menjelaskan. Bertahun –
tahun yang lalu seluruh kota keracunan gas kuning dari sebuah pabrik kimia dan
semua orang mati kemudian Dark Falls jadi kota zombie. Setiap tahun mereka selalu
membutuhkan 1 darah segar untuk tetap menjaga mereka adalam bentuk zombie, dan
surat wasiat itu, hanyalah akal – akalan anak – anak unutuk memanggil Amanda dan
keluarganya untuk menjadi korban berikutnya. Cukup mengerti akan penjelasan Opsir
Dawes, Amanda menarik Josh dan lari kearah kuburan. Disana mereka menemukan
orang tua mereka terbaring lemas dibawah pohon besar yang daun dan rantingnya
begitu lebat sehingga tak satupun cahaya matahari masuk. Mulai bermunculan tangan
– tangan dari dalam tanah menggapai – gapai. Amanda dan Josh tak dapat pergi tanpa
menyelamatkan orang tua mereka, dalam pikiran yang tertutup kabut, akhirnya
mereka ingat zombie – zombie itu tak tahan cahaya matahari. Satu – satunya cara
hanya menyingkap daun dan ranting yang menggantung itu agar cahaya dapat masuk.
Mereka mencoba, mendorong, menahan, namun gagal. Mendorong lagi, semakin
kuat.. akhirnya masuk seberkas cahaya. Mereka terus mendorong dan mendorong,
akhrinya cahaya matahari masuk sepenuhnya. Tangan – tangan itu telah menghilang
dari permukaan tanah dan ayah dan ibu mereka sudah mulai sadar. Amanda dan Josh
tak dapat menjelaskan apa yang terjadi, mereka hanya bisa menyuruh untuk pergi dari
tempat ini secepatnya. Tak lama kemudian mereka sudah berkendara meninggalkan
Rumah Mati itu. Pada perjalanan pulang, ada 1 keluarga baru yang datang unutuk
pindah ke rumah itu, dan yang mengejutkan adalah Opsir Dawes ada disana, di tempat
pertama mereka menanyakan rumah itu padanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah kami susun, dapat diambil kesimpulan bahwa
prosa adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi. Karya sastra
yang berupa prosa lebih kita kenal dalam bentuk novel dan cerpen. Dalam penciptaan
sebuah novel ataupun cerpen diperlukan pengetahuan dan pemahaman mengenai
unsur-unsur pembentuknya, seperti unsur intriksik. Unsur intrinsik itu sendiri meliputi
tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.
Daftar Pustaka

https://annissa999.wordpress.com/2012/08/09/unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-
prosa/
https://www.ilmubahasa.net/2015/03/prosa-dan-unsur-pembangunnya.html
http://trirahayu57.blogspot.com/2013/12/makalah-analisis-unsur-intrinsik-
prosa.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai