Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerpen merupakan genre karya sastra yang jauh lebih muda usianya
dibandingkan dengan puisi dan novel. Cerpen merupakan cerita pendek yang
hanya mengisahkan satu peristiwa, Awal cerita (opening) ditulis secara
menarik dan mudah di ingat oleh pembacanya. Menurut kami Cerpen adalah :
Sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira
berkisar antara setengah sampai dua jam.
Unsur intrinsik cerpen adalah:
1. Tema (ide pokok cerita) : tempat meletakkan suatu perangkat (konflikkonflik)
2. Tokoh dan penokohan :
Tokoh dalam cerita berkaitan dengan orang atau sesuatu yang
mendapatkan peran dalam cerita tersebut. Tokoh-tokoh tersebut dapat
bersifat protagonis (peran baik) dan antagonis (peran tidak baik). Peranperan tersebut (baik, tidak baik, dan sebagainya) disebut dengan
penokohan (karakter).
3. Latar
Latar dapat berupa tempat, waktu, atau keadaan. Dengan demikian, latar
(setting) berkaitan dengan tempat cerita berlangsung, kapan terjadinya
cerita tersebut, atau dalam keadaan bagaimana cerita tersebut terjadi.
4. Alur/Plot (jalan cerita yang berisi rangkaian peristiwa), meliputi
permulaan/pengenalan, pertikaian, perumitan, puncak/klimaks, peleraian,
dan akhir cerita.
5. Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam sebuah cerita apakah
pengarang terlibat di dalam cerita tersebut atau apakah pengarang berdiri
di luar cerita.
6. Amanat (pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang
dibuat).
Berdasarkan uraian diatas bahwa pentingnya pembahasan ini bagi
mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya sastra maka kami membuat

sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul unsur intrinsic & ektrinsik cerpen
dalam cerita pendek
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan yang akan kami bahas dalam
karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :
Apa yang di maksud cerita pendek ?
Apa yang di maksud dengan pengertian unsur intrinsik ?
Bagaimana isi cerita pendek yang berjudul Tentang sebuah nama?
Apa unsur intrinsik dari dalam cerpen tersebut?
Bagaimana analisis amanat dalam cerita pendek TAKDIRKU?
Perumusan masalah di atas merupakan gambaran umum pada karya tulis ini
yang diharapkan dapat mewakili esensi dari maksud penulisan ini.
C.

Tujuan Penelitian
Kami membuat karya tulis ini dengan maksud agar kami dapat
berfikir secara objektif, logis, sistematis dan juga dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan sehingga kami mampu membuat penyelesaian suatu
masalah.
Selain tujuan diatas, kami mengharapkan kepada para pembaca karya
tulis ini agar dapat menumbuhkan rasa membangun bangsa dengan kreativitas
dan kemandirian yang tinggi. Kami juga berharap, khususnya kepada pelajar
agar tidak terjerumus kedalam pergaulan-pergaulan bebas yang menyimpang
dari akhlak, khususnya akhlak islami.

D. Pembatasan Masalah
Kami membatasi pembahasan ini agar tidak melebar dari apa yang
kami bahas. Yaitu, Unsur Intrinsik dan Unsur Ektrinsik Cerpen
E. Sistematika
1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI
3. BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

4.

5.

6.
7.

B. Tujuan
C. Pembatasan Masalah
D. Sistematika
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Cerpen
B. Pengertian Unsur Intrinsik
C. Pengertian Unsur Ekstrinsik
BAB III : PEMBAHASAN
A. Cerpen Takdirku
B. Unsur Intrinsik
C. Unsur Ekstrinsik
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulnan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Cerita Pendek
Cerpen termasuk salah satu karya sastra yang berbentuk prosa.Seperti
pengertian tentang karya sastra yang lain, selama ini belum adapengertian
yang pasti dan memuaskan tentang cerpen. Namun, agar dapat mengenal
cerpen dengan lebih baik kita perlu mengetahui beberapa pngertian tentang
cerpen yang diperlukan oleh para ahli satra. Paling tidakpengertian-pengertian

tersebut dapat membantu kita untuk mengena lbentuk cerpen yang baik,
sehingga nantinya kita juga dapat menulis cerpen dengan baik. Berikut ini
beberapa pengertian cerpen yang dirangkum dari tulisan Habiburrahman
Elshirazy yang berjudul Mengenal teknikpenulisan cerpen
(http://www.lulukeche.multiply.com).
1. Menurut H.B. Jassin
H.B. Jassin, Sang Paus Sastra Indonesia, mengatakan bahwa yang
disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan
penyelesaian.
2. Menurut A. Bakar Hamid
A. Bakar Hamid dalam tulisan pengertian cerpen berpendapat
bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu
banaknya perkataan yang dipakai antara 500-20.000 kata, adanya satu plot,
adanya satu watak, dan adanya satu kesan.
3. Menurut Aoh K.H.
Aoh K.H. mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam
fiksi atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.
4. Menurut Edgar Allan Poe
Dari beberapa buku dan uraian yang layak dijadikan panduan, cocok
menjadi panduan. Pendapat Poe memenuhi kriteria ilmiah secara teoritis
dan secara praktis dapat diaplikasikan.

Didalam cerpen terdapat tiga jenis yaitu:


a) cerpen yang pendek atau cerpenpendek, yakni cerpen yang panjangnya
berkisar 500-750 kata.
b) Cerpen sedang, yakni cerpen yang panjangnya berkisar 750-1000 kata.
c) Cerpen yang panjang, yakni cerpen yang panjangnya berkisar 1000-ribuan
kata.
Cerpen antara lain:
a.

Cerpen harus pendek, artinya cukup pendek untuk dibaca dalam sekali

b.

duduk.
Cerpen seharusnya mengarah untuk membuat efek yang tunggaldan unik.
4

c.
d.
e.

Cerpen harus ketat dan padat.


Cerpen harus tampak sungguhan.
Cerpen harus memberi kesan yang tuntas.
Lebih lanjut, Habiburrahman El Shirazy mengungkapkan bahwa masih

banyak sastrawan lain yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan- rumusan


tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain.
Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek
atau cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.
Berdasarkan penuturan Habiburrahman El Shirazy di atas, kita dapat
memperoleh gambaran singkat tentang pengertian cerpen. Secara tidak
langsung gambaran tersebut juga menyinggung tentang beberapa unsur
cerpen, termasuk panjang pendek sebuah cerpan.
Sebuah cerpen merupakan suatu karya yang utuh dan terdiri atas unsurunsur yang membentuk atau membangun sebuah konstruksi cerita. Unsur
yang membangun cerpen dari dalam disebut unsur intrinsik. Sedangkan unsur
yang berada di luar konstruksi namun ikut membangun sebuah cerpen disebut
unsur ekstrinsik.
Unsur ekstrinsik lebih banyak berhubungan dengan pengarang, seperti
budaya, agama, pendidikan dan lain sebagainya. Unsur intinsik dan ekstrinsik
merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Keduanya seperti organ-organ yang
menyusun tubuh manusia beserta ruh yang menghidupkannya. Unsur-unsur
intrinsik cerpen adala unsur yang membangun cerpen dari dalam. Saat
membaca sebuah cerpen, unsur-unsur tersebut dapat kita temukan secara
tersirat maupun tersurat. Unsur-unsur intrinsik cerpen berupa :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tema
Tokoh dan penokohan
Latar dan pelataran
Alur dan pengaluran
Amanat
Serta sudut pandang pencerita

B. Pengertian Unsur Intrinsik


1. Tema

Setiap cerita (fiksi) yang baik tidak hanya berisi perkembangan


suatu pristiwa atau kejadian, tetapi juga menyeratkan pokok pikiran yang
akan dikemukakan pengarang kepada pembaca. Itulah yang menjadi
dasar, gagasan utama, atau tema cerita. Cerita yang tidak mempunyai
tema tentu tidak ada manfaatnya bagi khalayak pembaca.
Sebagai pokok persoalan, tema merupakan sesuatu yang netral
dalam tema, boleh dikatakan belum terlihat kecenderungan pengarang
untuk memihak. Oleh karena itu, masalah apa saja dapat dijadikan tema
dalam cerita atau karya sastra. Tema dapat menyangkut idaman remaja,
kerukunan antar umat beragama, kesetiaan, ketaqwaan, korupsi,
pemanfaatan air, atau bahkan kengerian yang ditimbulkan perang. Cerita
dapat menjadi lebih menarik apabila pokok perbincangan itu baru,
hangat, atau bercorak lain daripada yang lain. Sebagai contoh,
Penyandang Cacat Bawaan tidak Selamanya Menjadi Beban
Masyarakat dan Kejujuran yang Membawa Malapetaka.
Dalam penggarapan tema cerita, akan segera tampak siapa
pengarangnya, keluasan pengetahuannya, keperibadiannya, atau latar
belakang lingkungan dan pendidikkannya. Tema yang bersahaja dapat
menjadi cerita yang bermutu apabila diolah demikian rupa oleh
pengarang yang baik. Sebaiknya, tema yang baik bukan jaminan dapat
melahirkan cerita yang bermutu jika pengolahannya tidak didukung oleh
kemampuan dan daya kreativitas pengarang.
Tema ialah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang
dibuatnya. Seorang pengarang harus menentukan tema cerita yang akan
dipaparkan kepada pembaca sebelum memulai menulis cerita. Sementara
itu, seorang pembaca baru dapat memahami sebuah tema apabila mereka
telah selesai memahmi unsur-unsur penting yang membangun cerita
tersebut seperti latar, perwatakan, dan nilai-nilai lain yang terkandung
dalam cerita tersebut.
2.

Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam


sebuah cerpen. Setiap cerpen pasti mempunyai tokoh yang diceritakan.
Tokoh-tokoh tersebut ditampilkan dengan teknik penokohan.
Istilah tokoh mengacu pada pelaku dalam cerita yang dapat berupa
manusia, binatang, dan lain sebagainya. Tokoh dapat dianggap sebagai
individu rekaan yang mengalami peristiwa atau mengambil bagian dan
perlakuan dalam berbagai peristiwa yang terjadi di dalam cerita
hubungan antar tokoh dapat menghasilkan atau menjalin peristiwa di
dalam cerita dapat berdasarkan fungsinya, tokoh di dalam cerita dapat
dibagi dua.
Tokoh sentral adalah tokoh yang memegang peranan penting
sehingga dapat disebut sebagai tokoh utama atau protagonis. Umumnya,
tokoh protagonis mempunyai lawan yang disebut dengan tokoh
antagonis.
Tokoh bawahan mempunyai kedudukan yang tidak terlalu penting
didalam cerita, tetapi kehadirannya diperlukan untuk menunjang atau
mendukung utama. Tokoh bawahan disebut sebagai tritagonis jika
berperan mendamaikan konflik yang terjadi antara tokoh protagonis dan
tokoh antagonis. Sedangkan jika dilihat dari tipenya, ada dua tipe tokoh,
yaitu tokoh bulat dan tokoh datar. Tokoh datar bertipenya hanya
menunjukan satu segi, baik atau buruk. Sehingga terkesan hitam atau
putih sementara tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukan berbagai segi
yang baik dan buruk beserta dengan kelebihan maupun kekurangan.
Setiap tokoh dalam cerpen memiliki watak tersendiri yang berbeda
satu sama lain. Watak setiap tokoh tersebut, baik maupun buruk,
disajikan dengan teknik penokohan. Dengan demikian penokohan dapat
diartikan sebagai cara penggambaran tokoh dalam suatu cerita rekaan.
Setiap pengarang tentu mempunyai keinginan agar para pembaca dapat
memahami waktu-waktu tokoh yang ditampilkannya di dalam cerpen.
Oleh karena itu, setiap pengarang harus memahami metode penyajian
tokoh ada dua penyajian tokoh yaitu sebagai berikut.

Dengan metode analitik, pengarang dapat memaparkan waktu


tokohnya dengan dekskripsi langsung secara naratif, atau dapat juga
menambahkan komentar tentang watak tokoh tersebut.
Selain itu, pengarang dapat mengisahkan sifat-sifat hasrat, fikiran,
maupun perasaan tokoh melalui penceritaan, pengisahan trsebut dapat
disertai dengan komentar yang berupa pernyataan setuju atau tidak
terhadap sifat-sifat tokoh.
Dengan metode dramatik, pembaca dapat menyimpulkan watak
tokoh dari pikiran, cakupan, dan perilaku tokoh yang disajikan oleh
pengarang di dalam cerpennya, selain itu watak tokoh juga dapat
disimpulkan dari penampilan fisik, kesan, tokoh lain terhadap dirinya,
serta gambaran hal-hal disekitar tokoh.
3.

Latar
Peristiwa-peristiwa di dalam cerpen terjadi pada suatu rentang
waktu, tempat, dan suasana tertentu. Agar disetiap peristiwa dapat
dipahami pembaca dengan jelas, pengarang menampilkan latar cerita.
Latar tersebut berupa keterangan dan petunjuk yang mengacu pada
waktu, tempat, maupun suasana di dalam cerpen.
Umumnya, latar sebuah cerpen terdiri atas latar waktu, latar tempat,
dan latar suasana. Latar tempat menyatakan lokasi di mana cerita pendek
berlangsung, dan latar waktu menyatakan waktu berlangsungnya cerita,
sedangkan latar suasana menyatakan suasana yang terungkap dalam
cerpen, misalnya, mengharukan, menyedihkan, lucu, mencekam, dan lain
sebagainya.
Latar-latar di atas berfungsi untuk memberikan informasi situasi di
dalam cerpen dan menggambarkan atau sebagai proyeksi keadaan batin
para tokoh. Selain itu, latar juga berfungsi untuk mendukung serta
mengiaskan watak maupun segala hal yang berhubungan dengan tokoh.
Sebagai catatan, ada juga yang menambahkan latar sosial di dalam
cerpen. Teknik untuk menampilkan latar disebut dengan pelataran.
Biasanya ada dua jenis pelataran yang digunakan dalam cerpen, yaitu

pelataran sejalan dan pelataran kontras. Pelataran sejalan digunakan jika


keadaan lingkungan sama dengan keadaan tokoh. Sebagai contoh, latar
yang muram atau mendung untuk mendukung tokoh yang berduka.
Pelataran kontras digunakan jika latar tidak senada dengan keadaan
tokoh. Sebagai contoh, tokoh menangis sedih di tengah sebuah pesta
yang meriah.
Latar (setting) dalam cerpen merupakan salah satu bagian cerpen
Yang dianggap sebagai penggerak cerita. Setting (latar) mempengaruhi
unsur lain, semisal tema atau penokohan setting tidak hanya menyangkut
lokasi dimana para pelaku cerita terlibat sebuah masalah kejadian.
Dalam cerpen yang baik, setting harus benar-benar sebuah syarat
menggarap tema dan karakter cerita. Dari setting wilayah tertentu harus
menghasilkan perwatakan tokoh tertentu, tema tertentu. Kalau sebuah
cerpen settingnya dapat diganti dengan tempat mana saja tanpa
mengubah atau mempengaruhi waktu tokoh dan tema cerpennya, maka
setting demikian pula integral.
Setting pun hendaknya menyatu dengan tema watak dan gaya,
maupun kaitan kebijakan cerita yang dapat diambil hikmahnya oleh
pembaca cerpen. Latar bisa berarti banyak yaitu tempat tertentu, daerah
tertentu, orang-orang tertentu dengan watak-watak tertentu. Akibat situasi
lingkungan atau jamannya, cara hidup tertentu, cara berfikir tertentu.
Latar (setting) juga mempunyai pengertian keterangan, baik
mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa atau cerita, latar
berhubungan erat dengan pelaku (tokoh) dalam suatu peristiwa oleh
sebab itu, latar sangat mendukung jalan cerita.
Adapun penggolongan setting dapat dikelompokan dalam setting
tempat, setting waktu dan setting sosial (suasana).
a) Setting tempat
Kehadiran setting tempat dalam cerpen bukan tanpa tujuan
yang pasti, setting tempat mempengaruhi bagaimana kondisi sang
tokoh diciptakan, secara sederhana setting tempat akan
mempengaruhi gaya maupun emosi tokoh dalam berbicara.

Contohnya : setting dengan situasi pantai akan berbeda dengan


situasi gunung.
b) Setting waktu
Setting waktu menyangkut kapan cerita dalam cerpen terjadi,
setting waktu mempengaruhi bagaimana cara tokoh bertindak, hal ini
salah satunya dapat ditujukan dengan contoh perbedaan cerita
dengan setting yang terjadi zaman tahun 1930an dahulu dengan
tahun 2000an. Hal ini dapat diamati dengan cara berbicara tokoh
maupun kondisi lingkungan saat itu.
c) Setting sosial atau suasana
Setting sosial yang terjadi pada waktu kejadian didalam cerpen
terwakili oleh tokoh.
4. Alur/Plot
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat
disusun berdasarkan 3 hal, yaitu :
Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi)
Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal)
Berdasarkan tema cerita.
Adapun struktur alur adalah sebagai berikut :
Di bagian awal terdiri atas.
1) penjelasan tentang peristiwa awal (exposition),
2) Munculnya masalah.
3) Masalah mulai menjadi konflik.
Di bagian tengah terdiri atas :
4) Pertentangan antara masalah-masalah.
5) Permasalahan menjadi sulit.
6) Puncak permasalahan.
Di bagian akhir terdiri atas.
7) Pemecahan masalah.
8) Penyelesaian cerita.
Dalam pembangun alur, ada beberapa faktor yang perlu di
perhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :

10

a. Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peritiwa cerita sebaiknya


tidak selalu realistik tetapi masuk akal.
b. Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat
secara langsung ditebbak/ dikenali oleh pembaca.
c. Faktor kebetulan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa yang tidak di duga
terjadi, secara kebetulan terjadi.
d. Kombinasi atau variasi ketika faktor tersebutlah yang menyebabkan
alur menjadi dinamis.
e. Adapun hal yang harus di hindari dalam alur adalah lanturan (digresi).
Lanturan adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan
dengan inti cerita atau penyimpang dari pokok persoalan yang sedang
di hadapi dalam cerita.
Alur berdasarkan teknik penyampaian cerita dibagi menjadi dua
bagian :
a. Alur maju : Yaitu alur yang urutan peristiwanya berurut mulai dari
awal hingga akhir cerita.
b. Alur mundur (flash back) : Yaitu peristiwa dimulai dari akhir cerita
menuju ke awal cerita.
5.

Sudut Pandang (point of view)


Sudut pandang merupakan unsur yang cukup penting dalam
membangun sebuah cerpen yang baik. Sudut pandang merupakan visi
pengarang yang di jelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokohnya
demgan cara bercerita. Jadi,sudut pandang berkaitan sangat erat dengan
teknik atau keterampilan bercerita. Secara umum, sudut pandang terbagi
menjadi beberapa jenis.
a. Sudut pandang orang pertama.
Pengarang menggunakan kata ganti orang pertama, misalaku
atau saya. Jadi, pencerita atau narator termasuk tokoh di dalam
cerpen.
b. Sudut pandang orang ketiga
Pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga misalnya,
ia, atau dia.selain itu,pencerita dapat menyebut langsung nama
tokoh-tokoh di dalam cerpen. Jadi, pencerita berada di luar cerita.

11

Sudut pandang orang ketiga disebut juga sudut pandang


mahatahu. Artinya, pencerita mengetahui segala hal yang terdapat di
dalam cerita termasuk keadaan batin tokoh. Namun, ada kalanya
pencerita hanya sebagai pengamat sehingga penceritaannya terbatas.
c. Sudut pandang campuran
Pengarang menggunakan kata ganti orang pertama dan orang
ketiga untuk membaurkan antara pendapat pengarang dan tokohtokohnya kadang pengarang menjadi narator, namun kadang
pengarang menggunakan tokohnya sebagai narator. Dengan
demikian seluruh kejadian dan aktivitas tokoh di beri komentar dan
tafsiran sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan
kejadian yang di ceritakan.
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam sebuah cerita
apakah pengarang terlibat di dalam cerita tersebut atau apakah
pengarang berdiri di luar cerita. Cara pengarang memandang para
tokoh meliputi:
Sudut pandang yang maha kuasa adalah pengarang seolah-olah
dia maha tahu pengarang ini mengambarkan semua tingkah laku dari
pada tokoh-tokoh tersebut dan juga mengerti apa yang dikerjakan
oleh tokoh tersebut.
Sudut pandang orang pertama, biasanya menggunakan kata aku.
Sudut pandang orang ketiga : Rani, Toni(nama tokoh).
Sudut pandang objektif adalah pengarang bertindak seperti dalam sudut
pandang yang maha kuasa tetapi pengarang tidak melukiskan batin
tokoh-tokoh.
1) Sudut pandang orang pertama (first person point of view)
Dalam persinggahan cerita yang menggunakan sudut pandang
orang pertama aku. Nator adalah seseorang yang ikut terlibat
dalam cerita. Ia adalah si aku tokoh yang berkisah mengisahkan
kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan,
yang di kertahui, di lihat, di dengar, di alami dan dirasakan, serta
sikapnya pada orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi pembaca

12

hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang di


lihat dan di rasakan.tokoh si aku tersebut :
Sudut pandang orang pertama masih di bedakan menjadi 2
yaitu :
aku tokoh utama. Dalam sudut pandang kali ini, si aku
mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku ang di alaminya,
baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan
hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si aku menjadi
fokus pusat kesadaran, pusat cerita.
Segala sesuatu yang di luar diri si aku, peristiwa, tindakan,
dan orang, di certakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di
samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang
akan di ceritakan. Dalam cerita demikian, si aku menjadi tokoh
utama (first person central).
aku tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh
aku muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh
tambahan (first person peripheal). Tokoh aku hadir untuk
membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang
di kisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan
sendirisebagai pengalamannya. Tokoh cerita yang di biarkan
berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab
dialah yang lebih banyak tampil, membawaka berbagai peristiwa,
tindakan, berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
Setelah cerita tokoh utama habis, si aku tambahan tampil
kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si aku
hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya
cerita dan di tokohi oleh orang lain. Si aku pada umumnya tampil
sebagai pengantar dan penutup cerita.
2) Sudut pandang orang ketiga (third person point of view)
Dalam cerita yang mempergunakan sudut pandang orang
ketiga dia. Narrator adalah seorang yang di luar cerita, yang
menampilkan tokoh-tokoh cerita yang menyebut nama, atau kata

13

gantinya : ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang


utama, kerap atau terus, menerus disebut dan sebagai variasi di
pergunakan kata ganti.
Sudut pandang dia dapat di bedakan kedalam dua golongan
berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap
bahan ceritanya :
dia mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narrator dapat
menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh dia
tersebut. Narrator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu
(omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa,
dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia
bergerak bebas dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan
tempat cerita, berpindahan-pindahan dari tokoh dia yang satu ke
dia yang lain, menceritakan atau sebaliknya menyembunyikan
ucapan dan tingkah tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran,
perasaan, pandangan dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya
ucapan dan tindakan nyata.
dia terbatas (dia sebagai pengamat). Dalam sudut
pandang ini, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai
pencerita yang terbatas penceritanya, terbatas pengetahuannya
(hanya menceritakan apa yang di lihatnya saja).
6. Amanat
Sebuah cerpen ada kalanya dapat mengetengahkan ajaran moral
ataupun pesan yang ingin disampaikan pengarang. Pesan tersebut terselip
dalam permasalahan yang terdapat dalam cerpen. Amanat dapat berupa
jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang dialami oleh tokoh.
Amanat dalam cerpen dapat ditampilkan secara implisit (tersirat) maupun
secara ekspisit (tersurat).
Amanat pada cerpen modern yang bersipat hiburan cenderung
sederhana misalnya, pada cerpen-cerpen remaja. Amanat tersebut kadang
sangat tersamar. Akibatnya, pembaca diharapkan dapat menyimpulkan

14

atau mencari jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dialami oleh
tokoh dalam cerpen. Tentu saja jalan keluar yang dipilih berdasarkan
selera atau kepribadian masing-masing pembaca
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang menyangkut
hubungan dengan sekitarnya, didasari lebih banyak karena unsur
hiburannya saja bukan pada kebutuhan vital.
Karya sastra yang baik akan memberikan sumbangsih berupa polapola berfikir dalam mengarungi hidup dan kehidupan.
Karya sastra yang baik akan membentuk pola-pola dalam diri yang
akhirnya akhirnya dapat membantu mereflesikan nilai-nilai kehidupan.

C. Pengertian Unsur Ekstrinsik


Unsur ekstrinsik Cerpen adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
1. Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
a. Nilai Agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan
aturan/ajaran yang bersumber dari agama tertentu.
b. Nilai Moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan
akhlak/ perangai atau etika. Nilai moral dalam cerita bisa jadi nilai
moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.
c. Nilai Budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan
kebiasaan/tradisi/ adat-istiadat yang berlaku pada suatu daerah.
d. Nilai Sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan
antara individu dalam masyarakat.
2. Latar belakang kehidupan pengarang
3. Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

15

BAB III
PEMBAHASAN
A. Cerpen TAKDIRKU
Gerimis tak berhenti juga, ditambah dengan Tari yang sejak pulang dari
sekolah tadi tak keluar-keluar dari kamarnya. Padahal jam dinding hadiah dari
temannya sudah menunjukkan pukul 17.15. Itu berarti adzan magrib semakin
dekat.
Tari kembali melirik buku bututnya. Aduh! Susahnya, ia membanting napas
kesal isi buku yang dibacanya dari tadi belum masuk juga ke otaknya. Karena
capek, ia selonjoran di kasur bunga mawarnya itu. Tapi ia malah teringat oleh
mantannya. Ditariknya foto tu dari dompetnya. Huh, seandainya! Adu, dia melulu.
Malas ah!
Ia sekejap langsung menyembunyikan benda kenangannya dengan Audra
itu di dompetnya. Bodohnya aku! Cewek berambut panjang hitam itu mengeluh,
namun penyesalan yang menginjak-nginjak batinnya nggak pergi-pergi juga. Iih,
Tari menggumam. Kenapa aku dulu menyia-nyiakannya,ya? Ga dewasa, kurang
bersyukur? Atau, dia yang terlalu seperti anak kecil?
Kenangan itu masih tertempel di otak Tari, saat sosok yang dikenangnya itu
memberikan surat kepadanya. Surat yang isinya mengajak Tari putus dengannya.

16

Memang sosok Audra yang seperti anak kecil, pemalu, pintar, berkulit cokelat,
wajahnya yang bersih, dan bertubuh tinggi itu bukan termasuk tipe Tari. Tapi ia
sulit untuk memutuskan putus atau tidak pada saat itu. Selama ini semenjak putus
dengan Audra, ia sering berkhayal, berkhayal seandainya ia bisa lebih berpikir
dewasa lagi. Namun yang sudah terjadi tidak bisa kembali lagi.
Daripada ia teringat dengan kekerasan bapaknya, ia mending terlintas
kenangannya dengan Audra. Plak!! Batin Tari tergoncang, tamparan bapaknya ke
bundanya itu sampai menggerakkan gendang telinganya. Bapak, Bapak! Cukup!
Tari berlari menangis. Tak heran kalau Tari terkadang berdiam diri di kelasnya.
Wajah gelisahnya membuat dirinya penuh dengan misteri. Tapi sesungguhnya ia
termasuk perempuan sabar dan kuat karena ia dapat bertahan dengan kondisin
keluarga seperti itu.
Tet tet tet! Bunyi bel sekolah Tari berdenting, yang menandakan jam
istirahat telah usai. Namun Tari masih tetap duduk terenung di bangkunya sampai
Yanti sobatnya itu membangunkannya dari lamunannya.
Tar!
Ei, kowe kok ngelamun aja toh?
Iya nih, lagi pusing aku.
Ooo, makanya kowe kok nggak sholat dhuha, biasanya kowekan rajin
gitu.
He, itu itu Audra! Yanti menyoel-nyoel Tari. Paan sih! Kalau kamu suka
dia jangan kayak gini dong! Alah yang suka aku apa kowe, Ihiir!! Yanti menyindir
sobatnya itu.
Tapi dengan kelucuan sahabatnya itu, akhirnya Tari dapat tersenyum yang
sejak kemarin ia terus menangis dan bersedih karena bapaknya itu menampar
bundanya yang tak sengaja mengingatkan bapaknya untuk tidak merokok dan
pulang malam. Yan, aku tuh udah putus dengannya! Tari menyela sobatnya denan
menahan ketawa sebab melihat wajah Yanti yang berekspresi kayak Aming
komedian itu.
Tentu saja Tari nggak akan mengatakan ke Yanti kalau ia sedang sedih dan
menangisi takdirnya. Batas bercerita tetap ada. Dan Tari tak ingin sobatnya itu
bersedih lantaran kehidupannya yang menyedihkan.

17

Dan siang itu meskipun Tari mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, tapi
pikirannya masih melayang kemana-mana. Seandainya Audra masih menjadi
kekasihku! pasti masalahku akan reda dengan adanya dirinya. Huh malangnya
nasibku. Eiiiiihh!! Teriakannya membuat sekelas gaduh dan kaget. Ini berawal
dari Bejo yang menepuk bahu Tari.
Tar, hihihihi, ngelamun aja, kesambet lo entar! Bejo pura-pura tak ngerti
kesalahannya. Padahal gara-gara dia Tari dipanggil ke depan oleh Bu Tartik, guru
paling killer di sekolah.
Tari! Maju ke depan.
Oh, My God!
Bilang apa kamu tadi ?
Ndak Bu, ndak!
Semua teman Tari tertawa sambil menahan ketawa karena tak ingin Bu
Tartik mendengar ketawa mereka, namun tidak dengan Yanti dan Audra. Mereka
terlihat sedang berpikir sesuatu.
Ono opo ya ma Tari ?
Iya ya, ada apa dengan Tari, apa gara-gara aku ?
Teman sebangku Yanti dan yang tak lain adalah Audra mencetuskan katakata seperti itu. Dan membuat Yanti terkejut dan berpikir apa sebenarnya mereka
berdua masih saling suka.
Tapi
Di lain posisi, Bu Tartik memarahi Tari abis-abisan.
Tariiiii, kamu itu! Kalau kamu tidak ingin mengikuti pelajaran saya. Kamu
jangan menganggu pelajaran Ibu! muka Tari yang memerah membuat dirinya
tampak habis makan 100 cabe merah keriting yang biasa dilihatnya di dapur
ketika ia memasak dengan bundanya.
Tet tet tet tet tet tet
Untung penderitaan Tari berhenti juga, bel sekolah yang memengakkan
telinga itu menyelamatkan hidupnya hari ini. Tak hanya Tari, teman-temannya
juga terselamatkan. Karena mereka ingin sekali tak mengikuti pelajaran ini. Tapi
begitu melihat Bu Tartik, akhirnya mereka mengikutinya.
Duduk kamu! Ketua kelas pimpin doa!

18

Iya Bu. Tari dan ketua kelasnya menyahut bersama. Setelah Bu Tartik
keluar dari kelas, Yanti dengan tas merah stroberinya itu langsung menyambar
Tari. Tar kowe kenapa?
Iya, kamu kenapa ?
Oh My God, Audra! Tari yang semula cemberut langsung bersinar-sinar
ketika Audra menghampiri dan perhatian kepadanya.
Aku nggak apa-apa kok Dra! Aku cuma cuma..
Cuma ngelamunin kamu Dra. Bejo menyela perkataan Tari namun Yanti
membela sobatnya.
Bejo! kowe ojo ngono.
Nggak nggak, aku lagi pusing aja, kamu nggak pulang Dra ? Tari
mengalihkan suasana dan itu berhasil.
Ya uda, aku pulang dulu ya. Audra melirik Tari dengan senyumnya yang
bisa membuat Tari mabuk kepayang. Bejo pun mengikutinya dari belakang.
Tar, kowe bener-bener pusing ta ?
Ehmm, nggak sih, aku tadi lagi mikirin Audra tapi gara-gara Bejo tukang
usil itu, aku jadi dicereweti Bu Tartik deh.
Ooo, emang kowe tuh!
Eeemang!!! Tari menggoda sobatnya itu dan merangkulnya agar Yanti
segera pulang dengannya. Lalu mereka harus masih menunggu kendaraan warna
biru berlabelkan AMG(Arjosari-Gadang) itu.
Jam 7 malam
Bapak sedang menonton TV dan bapak memanggil Tari. Tak biasanya
bapak mau bicara dengan Tari. Tari, sini!Bapak mau ngomong. Besok akan ada
keluarga teman Bapak yang mau melamarmu, jadi besok kamu harus langsung
pulang setelah jam sekolah selesai.
Tapi Pak, saya masih sekolah, masak mau dilamar.
Kamu bisa tunangan dulu dan setelah lulus dari kuliah, kamu baru
menikah dengannya!
Bapak tidak mau mendengar alasan apapun dari Tari. Jika Bapak sudah
bicara A, maka Tari harus mengikutinya. Tari tak tahu harus bagaimana, tak harus

19

berbuat apa. Tari bingung! Tari harus bagaimana ya Allah ? Bunda mengetuk pintu
kamar Tari dan setelah bunda masuk, mereka terlibat dalam pembicaraan.
Sabar ya anakku, Bunda selalu disini menemanimu. Mereka menangis
berdua. Keesokan harinya Tari tak masuk sekolah karena untuk masuk, ia terlalu
capek. Capek menangis semalaman. Ini merupakan takdir atau hanya kebetulan
saja, Audra juga tak masuk. Entah apa alasannya. Di sebuah rumah di jalan araya
itu, ada perbincangan antar keluarga.
Papa, Audra tak mau dijodohkan!
Nak, dia baik buat kamu! Terserah alasan kamu apa, yang penting
sekarang kamu siap-siap untuk sore nanti!
Pa!!!
Jam di kamar Tari sudah menunjukkan pukul 15.00 dan sebentar lagi ia
akan dilamar. Bun! Aku nggak mau pake kebaya ini, ia melempar kebaya
berwarna putih jika dipakenya akan pas di badannya yang ramping itu. Bunda,
aku mau dengan perjodohan ini hanya karena agar Bunda tak disakiti Bapak! Tari
memperjelas alasannya kepada Bundanya. Mendadak sebuah sedan hijau masuk
pelan ke halaman rumah Tari dan berhenti tepat di depan teras. Bapak menyambut
keluarga itu. Namun ada yang aneh, anak laki-laki dari keluarga itu terlihat
murung dan malas sama seperti Tari. Selamat datang! Silahkan masuk. Bapak
mempersilahkan
mereka masuk.
Dibantu dengan bunda, ia segera memakai sepatu highheels warna putih
mengkilat itu dengan buru-buru. Meskipun terpaksa, Tari akhirnya keluar dan
menemui keluarga pelamarnya.
Ketika Tari bertatap muka dengan anak laki-laki berjas hitam dengan kerah
terbuka yang terlihat tampan saat itu, ia serasa mau pingsan di tempat. Apa kamu?
kamu?? Tari terheran dengannya.
Ya benar, aku Audra! Dia memang Audra, mantanku. Oh, takdir macam
apakah ini? Secara reflek, Tari langsung memeluk Audra dan
Tar,Aku sayang kamu!
Aku juga Dra, aku sayang kamu!

20

B. Unsur Intrinsik
1. Tema
Percintaan dan takdir
2. Amanat
1. Dalam menghadapi hal apapun harus bersikap dewasa dan berpikir
panjang.
Sabarlah dalam menjalani kehidupan ini.
Percaya dengan takdir Allah SWT
Jangan menggunakan kekerasan dalam bertindak
Patuhilah dan hormati orang tua kita
Jangan menyesali sesuatu yang sudah terjadi
Jangan melamun dan tak fokus sewaktu pelajaran

2.
3.
4.
5.
6.
7.

3. Alur
Campuran
4. Setting
1. Kamar tari pukul 17.15
2. Kelas sehabis jam istirahat sekolah
3. Jam 7 malam di ruang menonton TV
4. Kamar setelah sholat isyak
5. Rumah di jalan Araya
6. Jam 15.00 di rumah Tari
5. Penokohan
Tari

: sabar, tabah, tertutup, kuat, taat beribadah, pelamun.

Audra

: tidak dewasa, perhatian, pemalu

Yanti : medok, baik, perhatian, suka, melucu, setia kawan


Bapak

: keras kepala, pemaksa, egois, suka memukul, emosi

Bunda

: sabar, penyayang, perhatian, lemah lembut, rela berkorban

Bejo

: usil, medok, nakal

Bu Tartik

: pemarah, tegas, killer

Papa

: egois

6. Sudut pandang
Orang ketiga serba tahu
C. Unsur Ekstrinsik
Nilai-nilai dalam cerita

: nilai sosial

Latar belakang kehidupan pengarang

:-

21

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis sampaikan berdasarkan
penelitian mendalam dari cerita pendek yang berjudul TAKDIRKU dan ada
beberapa hal yang perlu diingat, antara lain:
a. Dalam menghadapi hal apapun harus bersikap dewasa dan berpikir
b.
c.
d.
e.
f.
g.

panjang.
Sabarlah dalam menjalani kehidupan ini.
Percaya dengan takdir Allah SWT
Jangan menggunakan kekerasan dalam bertindak
Patuhilah dan hormati orang tua kita
Jangan menyesali sesuatu yang sudah terjadi
Jangan melamun dan tak fokus sewaktu pelajaran
Akhirnya diharapkan agar kita dapat mengembangkan lebih lanjut apa

yang kita peroleh dengan mempelajari dan memahami isi dalam cerpen
tersebut.
B. Saran
Setelah kami memaparkan keseluruhan tentang unsur intrisik dan
ektrinsik cerpen, maka penyusun ingin menyampaikan beberapa saran bagi
pembaca antara lain :
Bahwa membuat karya tulis ilmiah itu adalah bukan sesuatu yang sulit
untuk siapa saja terutama dalam kalangan pelajar. Biasakanlah membaca
cerita pendek karena dapat mengetahui dunia luar. Dengan membuat karya
tulis kreatifitas kita dapat berkembang.

22

Berdasarkan analisis amanat yang disampaikan oleh pengarang yaitu


berupa nilai sosial, memberikan contoh kepada kita untuk dapat kita jadikan
pelajaran dalam menjalani kehidupan.
Demikian saran yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Http://google.com
Http://blogshop.com
Http://bing.com
Http://lokerseni.com
Http://yahoo.com
Http://annehira.com
Http://scrib.com
Http://4shered.com
Http://kabarsekolah.blogshop.com

23

Anda mungkin juga menyukai