Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI RUMAH (online)

1. PETUNJUK PENGISIAN LKS :


1. Jawab Pertanyaan-pertanyaan dan Latihan yang diberikan.
2. Jawaban danlLatihan di tulis pada buku latihanmu.
3. Insert gambar dan bukti pengerjaan.

2. TUGAS UNTUK MINGGU INI:


4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun
cerpen

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:

1. Menentukan topik tentang kehidupan dalam cerita pendek


2. Menyusun kembali teks cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun.
3. MATERI PEMNBELAJARAN:

UNSUR-UNSUR PEMBANGUN CERPEN

Cerpen memiliki dua unsur pembangun, diantaranya adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri.
Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka unsur intrinsik adalah komponen-komponen
bangunan tersebut.
Salah satu poin saja hilang, maka bangunan tersebut akan roboh. Begitupun dengan unsur
intrinsik, jika salah satu unsur ini hilang, maka karya tulis tersebut tidak bisa disebut sebagai
cerpen.
Unsur intrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa,
sudut pandang dan amanat. Berikut penjelasannya:
1. Tema
Unsur intrinsik cerpen yang pertama adalah tema. Dalam sebuah cerpen tema merupakan ruh
atau nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan kata lain tema merupakan ide atau gagasan dasar
yang melatarbelakangi keseluruhan cerita yang ada dari cerpen.
Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari lingkungan sekitar,
permasalahan yang ada di masyarakat, kisah pribadi pengarang sendiri, pendidikan, sejarah,
perjuangan romansa, persahabatan dan lain-lain.
2. Tokoh dan Penokohan

Unsur intrinsik cerpen yang kedua adalah tokoh. Tokoh atau penokohan adalah salah satu
bagian yang wajib ada dalam sebuah cerpen.
Namun, yang perlu diketahui adalah tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berbeda
dalam sebuah penulisan cerpen.
Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut. Sedangkan
penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita. Watak yang
diberikan dapat digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran dan pandangan dalam melihat
suatu masalah.
Ada 4 jenis tokoh yang digambarkan dalam cerpen, antara lain:
• Protagonis: Tokoh yang yang menjadi aktor atau pemeran utama dan mempunyai sifat
yang baik.
• Antagonis: Tokoh ini juga menjadi pemeran utama yang menjadi lawan daripada tokoh
protagonis. Tokoh antagonis memiliki watak yang negatif seperti: iri, dengki, sombong,
angkuh, congkak dan lain-lain.
• Tritagonis: Tokoh ini adalah tokoh penengah dari protagonis dan antara antagonis. Tokoh
ini biasanya memiliki sifat yang arif dan bijaksana.
• Figuran: Tokoh ini merupakan tokoh pendukung yang memberikan tambahan warna
dalam cerita.
Penokohan watak dari 4 tokoh diatas akan disampaikan dengan 2 metode, diantaranya:
Analitik, yaitu sebuah metode penyampaian oleh penulis mengenai sifat atau watak tokoh
dengan cara memaparkan secara langsung. Seperti : keras kepala, penakut, pemberani, pemalu
dan lain sebagainya.
Dramatik, yaitu sebuah metode penyampaian sifat tokoh secara tersirat. Biasanya disampaikan
melalui tingkah laku si tokoh dalam cerita.
3. Alur (Plot)
Unsur intrinsik yang ketiga adalah alur. Alur adalah urutan jalan cerita dalam cerpen yang
disampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan cerita, ada tahapan-tahapan alur yang
disampaikan oleh sang penulis. Diantaranya:
• Tahap perkenalan
• Tahap penanjakan
• Tahap klimaks
• Anti klimaks
• Tahap penyelesaian
Tahap-tahap alur tersebut harus ada di dalam sebuah cerita. Hal ini bertujuan agar cerita tidak
membingungkan orang yang membacanya. Ada 2 macam alur yang kerapkali digunakan oleh
para penulis, yakni:
• Alur maju. Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan tokoh,
situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak konflik dan terakhir penyelesaian konflik.
Intinya adalah, pada alur maju ditemukan jalan cerita yang runtut sesuai dengan tahapan-
tahapannya.
• Alur mundur. Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara tidak urut. Bisa saja
penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, setelah itu menengok kembali peristiwa yang
menjadi sebab konflik itu terjadi.[/su_note]
• Alur campuran. Di alur ini penulis memakai alur maju dan juga alur mundur.

4. Setting (Latar)
Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat terjadinya cerita tersebut. Latar
akan memberikan persepsi konkret pada sebuah cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah
cerpen yakni latar tempat, waktu dan suasana.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk
menyampaikan ceritanya. Baik itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan acapkali para
penulis menggunakan sudut pandang orang yang berada di luar cerita.
6. Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada
publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam
cerpennya.
7. Amanat
Amanat (Moral value) adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik dari cerita
pendek tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya tidak ditulis secara langsung,
melainkan tersirat dan akan bergantung sesuai pemahaman pembaca akan cerita pendek
tersebut

Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen yang berada diluar karya sastra. Akan tetapi, secara
tidak langsung unsur ini mempengaruhi proses pembuatan suatu cerpen. Unsur ekstrinsik
cerpen antara lain:
1. Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat merupakan faktor lingkungan masyarakat sekitar yang
mempengaruhi penulis dalam membuat cerpen tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penulis, diantaranya sebagai berikut:
• Ideologi Negara
• Kondisi Politik
• Kondisi Sosial
• Kondisi Ekonomi
2. Latar Belakang Penulis
Latar belakang penulis adalah sebuah faktor dari dalam diri penulis yang mendorong penulis
dalam membuat cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor, diantaranya
adalah:
• Riwayat Hidup Penulis
• Kondisi Psikologis
• Aliran Sastra Penulis
3. Nilai yang Terkandung di dalam Cerpen
Ada beberapa nilai yang menjadi unsur ekstrinsik dalam sebuah cerpen. Dan nilai-nilai tersebut
diantaranya adalah:
• Nilai Agama
• Nilai Sosial
• Nilai Moral
• Nilai Budaya

STRUKTUR TEKS CERPEN

▪ Abstrak: sebagai bagian dari cerpen yang bersifat pilihan, abstrak memberikan gambaran
awal cerita. Selain itu, abstrak juga berisi rangkuman atau intisari dari cerita, dan dari
abstrak juga pembaca bisa memperkirakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

▪ Orientasi: Pada bagian ini, tokoh dan latar diperkenalkan. Latar, yang terdiri atas latar
waktu, suasana, dan tempat, diceritakan baik langsung maupun tak langsung, begitupun
dari watak tokoh.

▪ Komplikasi: Di bagian tengah, seorang penulis memiliki tugas yang sulit untuk membuat
pembaca tertarik, sebelum mencapai akhir cerita. Tokoh-tokoh akan mendghadapi konflik,
dan seringkali hal-hal menjadi lebih buruk bagi mereka dan mereka perlu menemukan cara
untuk membereskannya. Bagian inilah disebut dengan komplikasi.

▪ Evaluasi: Bagian ini menyajikan perjalanan konflik sampai ke titik tertinggi (klimaks) yang
setelahnya akan ditemukan pemecahan ataupun peleraian.

▪ Resolusi: Bagian ini disebut juga dengan peleraian, yaitu saat titik tertinggi mulai menurun
hingga bertemu pada bagian koda.

▪ Koda: Bagian ini adalah bagian akhir dari cerpen. Penulis akan menyampaikan pesan
moralnya baik secara eksplisit maupun implisit.

UNSUR KEBAHASAAN TEKS CERPEN

Cerpen juga memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.


1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh fungsi-fungsi
keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu, beberapa tahun yang lalu, telah
terjadi.
2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis).
Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi,
seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat, menghindar.
4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang. Contoh: mengatakan bahwa,
menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.
5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami.
6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan kata
kerja yang menunjukkan tuturan langsung. Contoh:
a. Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”
b. “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani pada temannya.
c. “Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat,
atau suasana.
Contoh: Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan, kamarnya
sekarang sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang,
teratur rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik yang pernah dilihatnya,
ahli dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat ‘yang sangat sedap’. Ayahnya telah
menjadi pencandu beratnya.
8. Majas (Gaya Bahasa)

Peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau
menyimpang dari arti harfiahnya. Majas disebut juga bahasa berkias yang dapat
menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.

Terdapat sekitar enam puluh gaya bahasa, namun Gorys Keraf membaginya menjadi empat
kelompok, yaitu majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori,
antitesis), majas pertentangan (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks,
antiklimaks), majas pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis), dan
majas perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke).

1. Majas perbandingan

Majas Perbandingan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk


meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Ditinjau dari
cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan dibagi menjadi:

1) Metafora: majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata
atau tingkatan lain. Metafora merupakan majas perbandingan langsung, tidak
menggunakan kata penanda perbandingan; seperti, bagaikan, laksana. Contoh: Raja
siang telah bangun dari peraduannya (matahari).

2) Personifikasi: penginsanan yang meletakkan sifat- sifat manusia/insan kepada benda


yang tidak bernyawa. Contoh: Mobil itu menjerit- jerit di tikungan yang menanjak

3) Depersonikasi: majas berupa perbandingan manusia dengan hewan atau dengan benda.
Contoh: Dikau langit, daku bumi.; Aku heran melihat Joko mematung.

4) Alegori: majas yang membandingkan suatu hal secara tidak langsung melalui kiasan
atau penggambaran yang berhubungan dalam kesatuan yang utuh. Contoh: Suami
sebagai nahkoda, istri sebagai jurumudi.

5) Antitesis: majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan paduan kata


berlawanan arti. Contoh: Hidup matinya manusia adalah kuasa Tuhan.

2. Majas Pertentangan

Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang
dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat
atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Yang
termasuk Majas Pertentangan:

1) Litotes adalah majas yang di dalam ungkapannya menyatakan sesuatu yang positif
dengan bentuk yang negatif yang tujuannya untuk merendahkan hati. Contoh: Datanglah
ke gubuk orang tuaku.

2) Hiperbola adalah majas jika orang ingin melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara
berlebih-lebihan. Contoh: Hatiku terbakar, darahku mendidih mendengar kabar yang
kau berikan.
3) Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan yang hanya kelihatan pada arti
kata yang berlawanan, padahalnya maksud sesungguhnya tidak karena objeknya
berlainan. Contoh: Zuqi merasa kesepian di tengah kota yang ramai.

4) Klimaks adalah majas berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin menekan
dan memuncak. Contoh: Sejak menuai benih, tumbuh, hingga menuainya, aku sendiri
yang mengerjakannnya.

5) Antiklimaks adalah majas yang bertentangan dari klimaks. Pada antiklimaks makna
yang tergantung pada kata-kata diucapkan berturut-turut makin lama makin melemah
tingkatannya. Contoh: Dari pejabat tinggi, menengah, sampai rendah turut merasakan
keprihatinan itu.

6) Ironi adalah kata yang digunakan mempunyai makna bertentangan dengan maksud
sesungguhnya, misalnya mengemukakan ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan
dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang
mendasarinya. Contoh: Merdu sekali suaramu hingga membuatku terbangun.

3. Majas Pertautan
Majas Pertautan adalah ”Kata-kata berkias yang bertautan (berasosiasi) dengan gagasan,
ingatan atau kegiatan panca indra pembicara atau penulisnya”. Terdapat bermacam-macam
asosiasi sehingga membentuk bermacam-macam Majas Pertautan.

1) Eufemisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus sebagai pengganti
ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan.
Contoh: Rupanya anak ibu sudah berubah akal. (gila)

2) Metonimis adalah majas yang mengemukakan merek dagang atau nama barang untuk
melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi
dengan benda keseluruhan. Contoh: Ayahku ke Bali naik Rajawali. (Rajawali nama
pesawat terbang)

3) Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian untuk menyebut nama
seluruhnya (pars prototo) dan menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama
bagiannya (totum proparte). Contoh: Saya tidak melihat batang hidungnya Steve hari
ini. (pars prototo), Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor 3:0. (totum preparte).

4. Majas Perulangan

Majas peruulangan merupakan ungkapan gaya bahasa yang menegaskan pernyataan dengan
tujuan peningkatan pengaruh dan kesan tertentu terhadap pembaca atau pendengar. Berikut
jenis dan penjelasan majas perulangan beserta contohnya!

1) Repetisi adalah majas penegasan yang mengulang melukiskan sesuatu perulangan kata atau
beberapa kata pada beberapa kalimat. Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah
pengorbanan.

2) Tautologi adalah majas yang mengulang kata beberapa kali dalam sebuah kalimat. Contoh:
Sungguh teganya, teganya, teganya, teganya.

3) Anafora adalah majas penegasan seperti repetisi tetapi biasa digunakan dalam puisi.

4) Contoh: Memberi tak harus kaya// Memberi tak harus ada// Memberi dengan hati

5) bukan karena paksaan.

9. Pribahasa

Peribahasa adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan
mengandung pengertian tertentu, bidal, pepatah. Beberapa peribahasa merupakan
perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena ia didahului oleh perkataan
seolah-olah, ibarat, bak, seperti, laksana, macam, bagai dan umpama.

Sedangkan definisi peribahasa menurut arti kata adalah :


1. Kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu
(dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan) ;
2. Ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip
hidup atau aturan tingkah laku.
Bentuk-Bentuk Peribahasa
Bentuk-bentuk peribahasa antara lain :
1. Pepatah, adalah jenis peribahasa yang berisi nasihat atau ujaran dari orang tua.
Contoh : Air tenang menghanyutkan . Berarti orang pendiam, tetpi banyak ilmu.
2. Perumpamaan, adalah jenis peribahasa yang berisi perbandingan.
Contoh : Bagai makan buah simalakama, dimakan ibu mati, tak dimakan bapak
mati. Berarti serba sulit dalam menentukan sikap.
3. Pemeo, adalah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh : Patah Sayap, bertongkat paruh. Berarti tidak putus asa.
Berikut adalah contoh peribahasa yang lain beserta artinya
1. Besar pasak daripada tiang.
Artinya : Lebih besar pengeluaran daripada pendapatan. bisa dibilang orang yang tidak
bisa mengatur keuangan.
2. Ada uang abang di sayang, tak ada uang abang ditendang.
Artinya : Hanya mau bersama disaat senang saja tetapi tidak mau tahu disaat sedang susah.
3. Air beriak tanda tak dalam.
Artinya : Orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak ilmunya.
4. Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati
meninggalkan nama.
Artinya : Setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan
perbuatannya di dunia.
5. Bagai pungguk merindukan bulan.
Artinya : Seseorang yang membayangkan atau menghayalkan sesuatu yang tidak
mungkin.
6. Bagai Makan Buah Simalakama.
Artinya : Bagai seseorang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit untuk
dipilih.
7. Menang jadi arang, kalah jadi abu.
Artinya : Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
8. Bagaikan abu di atas tanggul.
Artinya : Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh.
9. Ada Padang ada belalang, ada air ada pula ikan.
Artinya : Di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita.
10. Adat pasang turun naik.
Artinya : Kehidupan di dunia ini tak ada yang abadi, semua senantiasa silih berganti.

Menentukan Topik tentang Kehidupan dalam Cerita Pendek

Menentukan Topik tentang Kehidupan dalam Cerita Pendek Topik cerpen dapat diambil dari
kehidupan diri sendiri ataupun pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah
memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang
penting dalam menulis cerpen. Kata-kata yang tidak mampu membangkitkan suasana ”emosi”,
sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, katakata tersebut
tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita pilih adalah kata-kata yang
mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalir apa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah
sebuah karya yang segar, menarik, dan alamiah. Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang
apik dan kreatif.

Pemilihan kata-kata yang biasa-biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak akan begitu menarik
bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung
yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian kotanya, berarti dalam karangan itu tidak
ada yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota Jakarta dengan
mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu
menarik.

Menyunting Teks Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur

Menulis karangan, baik itu berupa cerita ataupun jenis karangan yang lain jarang yang bisa sekali
jadi. Akan ada saja kesalahan atau kekeliruan yang harus diperbaiki. Mungkin hal itu berkaitan
dengan isi tulisan, sistematikanya, keefektifan kalimat, kebakuan kata, ataupun ejaan/tanda
bacanya. Oleh karena itu, peninjauan ulang atau langkah penyuntingan atas karangan yang telah
kita buat, merupakan sesuatu yang penting dilakukan.

Berikut beberapa persoalan yang perlu diperhatikan berkenaan dengan penyempurnaan karangan.

1. Apakah ide yang dikemukakan dalam karangan itu sudah tepat atau tidak, dan sudah padu atau
belum?

2. Apakah sistematika penulisannya sudah benar atau perlu perbaikan? Uraian yang bolak-balik
dan banyaknya pengulangan tentu akan menjadikan karangan itu tidak menarik.

3. Apakah karangan itu bertele-tele atau terlalu sederhana? Karangan yang bertele-tele, haruslah
disederhanakan. Namun, sebaliknya apabila karangan itu terlalu sederhana, perlulah
dikembangkan lagi.

4. Apakah penggunaan bahasanya cukup baik atau tidak? Perhatikan keefektifan kalimat dan
kejelasan makna kata-katanya!

Buku ejaan, tata bahasa, dan kamus, perlu dijadikan pendamping. Bukubuku tersebut dapat
dijadikan rujukan, terutama ketika ingin memastikan kebenaran atau ketepatan penggunaan
bahasa.

TUGAS 1

1. Entah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri.Tikus
berpikir secara tikus dan manusia berpikir secara manusia, hanya manusia-tikus yang
mampu membongkar misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat
(sepanjang yang kami temukan), namun tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami
dikelilingi kebun kosong yang luas milik tetangga. Kami menduga tikus itu adalah tikus
kebun.Tubuhnya cukup besar dan bulunya hitam legam. (Tikus dan Manusia oleh Jakob
Sumardjo). Cuplikan contoh cerpen tersebut termasuk ke dalam struktur cerpen pada
bagian…
A. Orientasi
B. Komplikasi
C. Resolusi
D. Koda

2. Raja siang telah bangun dari peraduannya (matahari). Merupakan contoh majas…
A. Personifikasi
B. Metafora
C. Litotes
D. Misotes

3. Sejak dulu Makaji tidak pernah keberatan membantu…tak peduli apakah tuan rumah hajatan
itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup
menggelar syukuran seadanya. Dalam cuplikan cerpen tersebut mengandung majas…
A. Antitesis
B. Alegori
C. Depersonifikasi
D. Litotes

4. Yang merupakan contoh dari majas litotes adalah….


A. Nasi melimpah gulai melimpah, tetapi helat tak bikin kenyang
B. Mengapa kamu datang kepada orang bodoh seperti saya ini?
C. Zuqi merasa kesepian di tengah kota yang ramai.
D. Sejak menuai benih, tumbuh, hingga menuainya, aku sendiri yang mengerjakannnya.
5. Semua rencana yang kususun selama dua pekan ini berantakan. Hancur semuanya.
Kehancuran rencana-rencana ini dipicu oleh wabah yang dibawa seekor mahkluk kecil yang
bersemayam di telingaku. Aku tak tahu persis mahkluk apa yang sudah membuat telingaku
sakit, juga pendengaranku hilang separuh karena ulahnya (Cerpen Setan Kecil Di Telingaku
karya Eko Darmoko). Dalam cuplikan cerpen tersebut penulis menggunakan sudut pandang…
A. Orang pertama
B. Orang kedua
C. Orang ketiga
D. Orang keempat
6. “Tiga bulan bapak rasa sudah cukup lama buat kamu memutuskan. Jadi, singkat kata saja,
kamu mau jadi apa sebenarnya?” Taksu memandang saya, “Jadi guru, kan sudah saya bilang
berkali-kali?” (Cerpen Guru karya Putu Widjaya). Dalam cuplikan cerpen tersebut telihat
bahwa watak tokoh Ayah yaitu…
A. Baik, membebaskan Taksu
B. Bijaksana, memberikan hak Taksu untuk memilih cita-citanya
C. Tegas, nada perkataannya selalu ditakuti
D. Keras, kehendaknya selalu ingin dituruti

7. Tikus-tikus tak terpisahkan dari hidup manusia.Tikus selalu mengikuti manusia dan memakan
makanan manusia juga. Meskipun bagi sementara orang, terutama perempuan, tikus-tikus
amat menjijikkan, mereka sulit dimusnahkan. Perang melawan tikus ini tidak akan pernah
berakhir.
Saya masih menunggu, pada suatu hari istri saya akan terdengar teriakannya lagi oleh
penampakan tikus-tikus yang baru (Cerpen Tikus dan Manusia
oleh Jakob Sumardjo). Cerpen memiliki beberapa struktur, cuplikan tersebut merupakan salah
satu contoh dari struktur cerpen yaitu bagian…
A. Komplikasi
B. Koda
C. Orientasi
D. Absrtaksi
8. "Itu keinginan Nonya Ronggo, Juragan. Dia mau menanggap tarian ronggeng." Aku tak bisa
menolak. Apalagi Dara kemudian menggangguk pelan sambil mendekatiku… ( Cerpen Penari
Ronggeng). Selain memiliki unsur intrinsic, cerpen juga memiliki unsur ekstrinsik, salah
satunya latar belakang masyarakat, cuplikan tersebut merupakan salah satu cerpen yang
berlatar belakang..
A. Sosial
B. Budaya
C. Ekonomi
D. Seni

9. Pagi itu ada perempuan terlantar lewat. Dia muda dan hampir bugil. Tetapi wajahnya tanpa
citra jiwa. Tatapan matanya kosong. Semua pejalan kaki yang berpapasan dengan dia
menunduk atau membuang muka (Tohari, 2017: 26). Sudut pandang dari cuplikan Cerpen
tersebut menggunakan sudut pandang…
A. Orang pertama
B. Orang kedua
C. Orang ketiga
D. Orang keempat

10. Setan kecil ini bahkan semakin betah menghuni bagian dari telingaku. Seluruh lorong-lorong
telinga kananku dibuatnya gaduh. Hanya bising mendenging yang kurasakan: seperti ribuan
galon air menerjang telingaku. Sakit dan gemuruh. (Cerpen Setan Kecil Di Telingaku Karya
Eko Darmoko). Penggalan dari cerita tersebut menggambarkan latar..
A. Latar suasana
B. Latar tempat
C. Latar ruang
D. Latar waktu

TUGAS 2

1. Buatlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman hidup yang kamu alami sendiri
ataupun pengalaman orang lain.
2. Tentukanlah topiknya yang menarik dan dianggap khas atau langka.
3. Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik; lalu susunlah menjadi kerangka cerpen
secara krologis.
4. Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh dengan menggunakan kekuataan
emosi.
5. Untuk tugas tanggal 17 November kalian hanya membuat cerpen pada bagian orientasinya
saja
6. Cerpen utuh dikumpulkan pada tanggal 30 November 2020
TUGAS 3

1. Marilah berlatih menyunting penggalan cerita berikut!

a. Perhatikanlah isi, struktur, dan aspek kebahasaan dari cuplikan cerita berikut!

b. Dengan berdiskusi, perbaikilah beberapa kesalahan yang ada di dalamnya berdasarkan petunjuk-
petunjuk berikut.

1) Ada kata yang harus dimiringkan penulisannya karena kata itu masih berupa kata asing.
Tunjukkanlah kata itu dan perbaikilah.
2) Ada kalimat yang salah di dalam penggunaan tanda baca akhirnya. Tunjukkan kalimat yang
dimaksud dan perbaikilah.
3) Ada kalimat yang tidak efektif karena tidak mengandung subjek. Tunjukkan kalimat yang
dimaksud dan perbaikilah.
4) Ada tanda koma yang harus dibubuhkan setelah kata seru. Tunjukkanlah kata seru yang
dimaksud dan perbaikilah.
5) Ada penulisan nama orang yang salah ejaannya. Tunjukkanlah nama itu dan perbaikilah

Lelaki tua itu selalu suka mengenakan lencana merah putih yang disematkan di bajunya. Di mana saja
berada, lencana merah putih selalu menghiasi penampilannya. Ia memang seorang pejuang yang pernah
berperang bersama para pahlawan di masa penjajahan sebelum bangsa dan negara ini merdeka. Kini semua
teman seperjuangannya telah tiada. Sering ia bersyukur karena mendapat karunia umur panjang. Ia bisa
menyaksikan rakyat hidup dalam kedamaian. Tak lagi dijajah oleh bangsa lain. Tidak lagi berperang gerilya
keluar masuk hutan. Tapi ia juga sering meratap-ratap setiap kali membaca koran yang memberitakan
keadaan negara ini semakin miskin akibat korupsi yang telah dianggap wajar bagi semua pengelola negara.
Banyak kekayaan negara juga dikuras habis-habisan oleh perusahaan-perusahaan asing yang berkolaborasi
dengan elite politik. Kini, semua elite politik hidup dalam kemewahan, persis seperti para pengkhianat
bangsa sebelum negara ini merdeka. Dulu, pada masa penjajahan, para pengkhianat bangsa menjadi mata-
mata Kompeni. Mereka tega mengorbankan anak bangsa sendiri demi keuntungan pribadi.
Mereka mendapat berbagai fasilitas mewah. Seperti rumah, mobil dan juga perempuan-perempuan cantik.
Ia tiba-tiba teringat pengalamannya membantai sejumlah pengkhianat bangsa di masa penjajahan. Saat itu
ia ditugaskan oleh Jenderal Sudirman untuk membersihkan negara ini dari pengkhianat bangsa yang telah
tega mengorbankan siapa saja demi keuntungan pribadi. ”Para pengkhianat bangsa adalah musuh yang lebih
berbahaya dibanding Kompeni. Mereka tak pantas hidup di negara sendiri. Kita harus menumpasnya sampai
habis. Mereka tak mungkin bisa diajak berjuang karena sudah nyatanyata berkhianat,” Jenderal Sudirman
berbisik di telinganya ketika ia ikut bergerilya di tengah hutan

Ia kemudian bergerilya ke kota-kota menumpas kaum pengkhianat bangsa. Ia berjuang sendirian menumpas
kaum pengkhianat bangsa. Dengan menyamar sebagai penjual tape singkong dan air perasan tape singkong
yang bisa diminum sebagai pengganti arak atau tuak,ia mendatangi rumah-rumah kaum pengkhianat bangsa.
Banyak pengkhianat bangsa yang gemar membeli air perasan tape singkong. Dasar kaum pengkhianat,
senangnya hanya mengumbar nafsu saja. Ia begitu dendam kepada kaum pengkhianat bangsa. Mereka harus
ditumpas habis dengan cara apa saja. Dan ia memilih cara paling mudah tapi sangat ampuh untuk menumpas
kaum pengkhianat bangsa. Air perasan tape singkong sengaja dibubuhi racun yang diperoleh dari seorang
sahabatnya berkebangsaan Tionghoa yang sangat mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Entah terbuat dari bahan apa, racun itu sangat berbahaya. Jika dicampur dengan air perasan tape singkong,
lalu diminum, maka dalam waktu dua jam setelah meminumnya, maka si peminum akan tertidur untuk
selamanya. Tak ada yang tahu, betapa kaum pengkhianat bangsa tewas satu persatu setelah menenggak air
perasan tape singkong yang telah dicampur dengan racun. Dokter-dokter yang menolong mereka menduga
mereka mati akibat serangan jantung. Dukun-dukun yang mencoba menolong mereka menduga mereka mati
akibat terkena santet. Pemukapemuka agama yang mencoba menolong mereka menduga mereka mati akibat
kutukan Tuhan karena mereka telah banyak berbuat dosa.

(Cerpen: “Pejuang” oleh Maria Maghdalena Bhoernomo dengan beberapa


perubahan)
1. HASIL PEKERJAAN

1. Hasil pekerjaan, dikirim ke Google Classroom.


2. Dikerjakan dalam buku latihanmu (tulis tangan), kemudian diubah dalam bentuk pdf,
jangan lupa beri nama di ujung atas sebelah kanan.
3. Dikerjakan paling lambat hari Selasa tanggal 17 November 2020 pukul 16.00.

Anda mungkin juga menyukai