Anda di halaman 1dari 8

Mengenal Karya Fiksi

1. Pengertian Teks Fiksi


Teks cerita fiksi adalah karya sastra yang memuat cerita fiksi atau berdasarkan fantasi
“fantasi” berbasis imajinasi yang bukan pada kejadian yang sebenarnya, tetapi hanya
mengandalkan imajinasi atas pengalaman faktual pengarang. Imajinasi pengarang diolah atas
dasar penilaiannya terhadap berbagai peristiwa pengalaman, wawasan, pandangan,
interpretasi, ilmu pengetahuan, realitas dan peristiwa yang murni fiktif.
Teks cerita fiksi merupakan sejenis cerita fiksi yang kurang lebih realistis. Cerita fiksi
bergantung pada imajinasi dan kreativitas narator. Fiksi biasanya menggambarkan kumpulan
cerita yang dibumbui dengan peristiwa, pengalaman manusia, atau imajinasi dan kreativitas
penulis.
2. Ciri-ciri Cerita Fiksi
Berdasarkan praktiknya, cerita fiksi memiliki karakter dan ciri khasnya sendiri sebagai karya
sastra, seperti berikut ini:
1. Bersifat imajinasi dari berbagai pengarang
2. Tidak ada nilai kebenaran relatif atau absolut. Secara umum, bahasa yang digunakan
adalah sugestif
3. Tidak ada klasifikasi standar
4. Secara umum cerita fiksi ini bercerita tentang perasaan pembaca, bukan nilai logika
melainkan emosi
5. Setiap cerita memiliki pesan moral, yaitu misi tertentu

3. Jenis Cerita Fiksi


Dengan cakupannya yang luas, cerita fiksi memiliki beberapa jenis bentuk teks, seperti
berikut ini:
1. Novel : Sebuah karya prosa dari sebuah cerita tertulis
2. Cerpen : Bentuk prosa dari cerita fiksi yang tujuannya cenderung padat dan langsung
3. Roman
4. Unsur-Unsur Pada Teks Cerita Fiksi
Sama seperti jenis teks yang lain, cerita fiksi juga memiliki unsur-unsur, yakni unsur intrinsik
yang ada dalam teks dan unsur ekstrinsik yang berasal dari luar teks itu sendiri, seperti
berikut ini:
Unsur Intrinsik Cerita Fiksi
 Tema, gagasan umum yang mendukung suatu karya sastra dan terkandung dalam
teks
 Tokoh, yaitu pelaku karya sastra. Dari segi peran, karya sastra dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu tokoh utama dan tokoh pendukung
 Alur cerita adalah jalan cerita yang memuat rangkaian peristiwa. Namun, setiap
peristiwa hanya dihubungkan oleh sebab dan akibat, terjadinya suatu peristiwa, atau
terjadinya yang lain
 Konflik, atau peristiwa yang dianggap penting, merupakan unsur yang sangat
diperlukan dalam pengembangan plot
 Klimaks, ketika konflik mencapai intensitas tertinggi dan tak terelakkan
 Setting, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat berlangsungnya peristiwa
yang dikisahkan
 Penokohan, solusi pengarang terhadap masalah karya sastra
 Perspektif, cara pandang pengarang sebagai sarana untuk menyajikan kepada
pembaca tokoh, alur, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita suatu karya
fiksi
 Karakteristik, yaitu teknik atau metode untuk mengekspresikan karakter.
Unsur Ekstrinsik Cerita Fiksi
 Keadaan subjektif individu pengarang yang memiliki sikap
 Keyakinan
 Pandangan hidup yang mempengaruhi karyanya
 Psikologi juga mempengaruhi karya sastra, baik berupa psikologi otoritatif seperti
ekonomi, politik, maupun sosialisme
 Pandangan hidup masyarakat
 Berbagai karya seni lainnya yang saling berkaitan
5. Struktur Teks Cerita Fiksi
Struktur cerita pendek, tidak jauh berbeda dengan struktur teks cerita fiksi. Struktur cerita
fiksi terdiri dari enam struktur berikut ini:
1. Orientasi meliputi subjek, latar belakang subjek, pengenalan tokoh, awal, dan
penjelasan cerita fiksi novel
2. Kompleksitas adalah klimaks dari teks cerita fiksi, karena berbagai masalah mulai
muncul di bagian ini, dan kompleksitas novel biasanya menjadi daya tarik pembaca
3. Rating (Evaluasi) adalah bagian dari teks novel yang berisi pemecahan suatu
masalah atau pembangkitan suatu pembahasan tentang pemecahannya
4. Pemecahan (Resolusi) adalah bagian yang mencakup pemecahan masalah inti yang
dihadapi dalam cerita
5. Koda (Reorientasi) berisi Penokohan dan pesan moral positif yang dapat digali dari
naskah teks teks.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa cerita fiksi dari teks novel hanya
memiliki struktur berupa evaluasi, orientasi, solusi, dan kompleksitas.

6. Kaidah Kebahasaan Cerita Fiksi


Untuk dapat membedakan teks fiktif dari teks lain, Grameds perlu mengetahui tiga kaidah
kebahasaan dalam cerita fiksi seperti berikut ini:
1. Metafora adalah simile yang sering digunakan untuk membandingkan objek atau
menjelaskan secara langsung dengan sifat yang sama
2. Metonimia adalah gaya bicara yang digunakan, di mana kata-kata tertentu digunakan
menggantikan kata-kata yang sebenarnya, tetapi penggunaannya hanya berlaku untuk
kata-kata yang terkait erat
3. Simile (persamaan) digunakan sebagai pembanding yang bersifat eksplisit dengan
maksud menyatakan sesuatu hal dengan hal lainnya, seperti contohnya: seumpama,
selayaknya, laksana.
Unsur Intrinsik Cerpen
Tokoh dan Penokohan
Salah satu aspek penting dalam membangun sebuat cerita fiksi, termasuk cerita pendek ialah
tokoh atau pelaku. Ketika membaca atau menganalisis sebuah cerpen, kita kerap
mempertanyakan “siapa tokoh pelakunya” atau “peristiwa yang terjadi menimpa siapa”.
Individu rekaan yang mengalami peristiwa di dalam cerita disebut tokoh.

Tokoh dalam sebuah cerita terbagi menjadi dua, yakni tokoh utama atau sentral dan tokoh
bawahan. Tokoh utama atau protagonis memegang peranan penting dalam sebuah cerita.

Kemudian terdapat kriteria khusus untuk menentukan tokoh utama. Apakah frekuensi
kemunculan tokoh menentukan? Jawabannya tidak. Kriteria khusus untuk menentukan tokoh
utama, yakni terlihat dari intensitas keterlibatan tokoh dalam berbagai peristiwa yang
dibangun.

Unsur penokohan yang digunakan penulis berfungsi melukiskan apa yang dilihat, dipikirkan,
didengar, dialami, dan dirasakan oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Berkaitan dengan
penokohan, penciptaan citra tokoh dan penyajian watak tokoh menjadi ciri utama penokohan.

Bisa dikatakan bahwa penokohan merupakan gambaran atau pelukisan yang jelas mengenai
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penggambaran tokoh dalam cerita
umumnya bersifat masuk akal dan logis sehingga terasa seperti benar-benar terjadi.

Ada beberapa cara yang digunakan penulis untuk menggambarkan setiap tokoh dalam
ceritanya. Beragam cara yang digunakan dapat membantu pembaca menganalisis unsur-unsur
penokohan dalam cerita. Penggambaran penokohan dilakukan dengan beragam cara sebagai
berikut.

 Melalui perilaku atau gerak-gerik tokoh yang bersangkutan.


 Melalui dialog antartokoh yang bersangkutan.
 Sifat-sifat yang digambarkan oleh penulis.
 Pelukisan lingkungan tempat tinggal tokoh, seperti tempat belajar, kamar, kolong
jembatan, dan sebagainya.
 Berbagai pandangan tokoh lain mengenai perilaku dan sikap tokoh yang
bersangkutan.

2. Alur cerita
Unsur intrinsik selanjutnya ialah alur atau plot cerita yang menjadi elemen fundamental dari
sebuah cerita. Alur cerita atau yang kerap disebut plot hadir sebagai ruh atau jiwa sebuah
cerita rekaan.
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa yang diceritakan penulis dari awal hingga
akhir. Alur juga dapat diartikan sebagai rangkaian peristiwa yang terjalin dengan saksama
dan diyakini mampu menggerakkan jalan cerita melalui berbagai kerumitan ke arah klimaks
hingga menemukan penyelesaian.

Peristiwa yang terjalin nantinya akan memberikan efek tertentu dalam sebuah cerita. Lalu,
bagaimana jalinan peristiwa itu dapat terwujud?

Jalinan peristiwa yang ditampilkan dapat terwujud melalui hubungan waktu dan hubungan
sebab akibat dalam cerita. Jadi, dapat disimpulkan bahwa alur cerita atau plot adalah jalinan
peristiwa atau struktur gerak yang terjadi dan saling berhubungan untuk membentuk satu
kesatuan cerita.

Alur Terbagi Menjadi 3 yaitu

1. Alur Maju
2. Alur Mundur
3. Alur Campuran

3. Latar
Latar atau dalam padanan bahasa Inggris disebut setting merupakan sebuah petunjuk,
keterangan yang berkaitan erat dengan penggambaran tempat, waktu, dan peristiwa atau
suasana kejadian yang berlangsung. Kemudian latar atau setting kerap diartikan sebagai
landasan yang merujuk pada pengertian tempat, lingkungan sosial, dan hubungan waktu
peristiwa yang diceritakan.
Dapat disimpulkan bahwa latar atau setting dibedakan atas latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial. Latar atau setting juga diyakini mampu memberikan pijakan cerita secara jelas dan
konkret.
Hal tersebut penting dilakukan untuk memberikan kesan yang realistis kepada pembaca
dalam menggambarkan suasana tertentu. Kesan realistis yang tercipta nantinya akan
memberikan efek seolah-olah suasana yang dibangun benar-benar terjadi.

Latar atau setting tak hanya memberikan gambaran yang jelas mengenai peristiwa yang
terjadi. Latar juga membantu penulis memberikan gambaran yang jelas tentang watak-watak
tokoh yang dihadirkan.

4. Sudut Pandang
Sudut pandang atau dalam padanan bahasa Inggris disebut point of view merupakan salah
satu unsur intrinsik pembangun cerita. Sudut pandang atau point of view dalam cerpen akan
membicarakan hubungan yang terjalin antara penulis dan alam kreatif imajinasinya atau
hubungan penulis dan perasaan pembacanya.
Sudut pandang juga dapat berarti sebagai posisi pencerita dalam membawakan kisah sebuah
karya sastra. Posisi pencerita tidak selalu identik dengan penulis itu sendiri.

5. Tema
Unsur intrinsik selanjutnya ialah tema. Tema menjadi salah satu unsur penting dalam
membangun sebuah cerita. Secara sederhana, tema merupakan gagasan sentral, dasar cerita,
dan makna cerita.

Dapat disimpulkan bahwa tema ialah gagasan pokok yang ingin digambarkan penulis, baik
secara tersurat maupun tersirat. Tema dalam sebuah cerpen dapat ditentukan dalam beragam
cara, yakni sebagai berikut.

 Pertama, tema dalam sebuah cerpen menghubungkan isi cerita secara


keseluruhan dengan judulnya.
 Kedua, tema akan menyingkap makna kalimat atau dialog kunci yang hadir
dalam penceritaan.
 Ketiga, tema dapat ditentukan lewat persoalan paling menonjol dan paling
banyak menimbulkan konflik dalam lahirnya peristiwa cerita.

6. Amanat
Dalam hal berkarya, penulis tentu tak sekadar bercerita. Penulis juga ingin menyisipkan atau
mengatakan sesuatu kepada pembacanya.

Maksudnya adalah penulis menaruh suatu masalah atau pandangannya mengenai kehidupan.
Secara umum, pembuatan karya sastra akan memuat amanat atau pesan moral di dalamnya.

Amanat atau pesan moral yang terkandung tentu ingin disampaikan penulis kepada pembaca
atau pendengarnya. Kemudian amanat atau pesan moral yang termuat dapat bersifat tersurat
maupun tersirat.

Amanat atau pesan moral yang tersurat biasanya akan disampaikan penulis pada tengah atau
akhir cerita dengan menyampaikan saran, nasihat, seruan, anjuran, dan larangan yang
berkenaan dengan tema yang mendasari. Sementara amanat atau pesan moral yang tersirat
dalam cerpen biasanya akan disampaikan penulis dalam memberikan jalan keluar dan
disiratkan melalui tingkah laku tokoh dalam cerita.

7. Gaya
Gaya menjadi unsur intrinsik terakhir yang membangun sebuah cerita. Gaya dapat diartikan
sebagai cara pengungkapan yang khas dari seorang penulis.

Sederhananya, gaya merupakan pemakaian bahasa secara spesifik yang digunakan oleh
seorang penulis. Selain itu, gaya bisa menjadi cara penulis menyampaikan pikiran dan
perasaannya dalam penyusunan bentuk tulisan. Kemudian ada beragam unsur yang dapat
membangun gaya penulisan seseorang, yakni:

 Citraan atau imagery merupakan kata atau serangkaian kata yang berfungsi
membangkitkan pengalaman tertentu atau membentuk gambaran mental.
 Diksi ialah pemilihan kata yang digunakan penulis untuk menyampaikan
pemikirannya dalam sebuah karya.
 Sintaksis adalah cara seorang penulis menyusun berbagai kalimat dalam
karyanya.

UNSUR EKSTRINSIK

Terdapat tiga hal utama dalam unsur ekstrinsik cerpen, yaitu latar belakang
masyarakat, latar belakang pengarang, dan nilai-nilai yang terkandung dalam
cerpen. Mari kita bahas satu per satu dengan analisisnya, ya!

Latar Belakang Masyarakat


Dalam sebuah cerpen, latar belakang masyarakat bisa menjadi penentu nilai
ekstrinsiknya. Ada pun beberapa hal yang bisa masuk dalam latar belakang
masyarakat antara lain:

o Ideologi negara
o Kondisi politik
o Kondisi sosial
o Kondisi ekonomi

Sekarang langsung saja kita analisis bersama latar belakang masyarakat dalam
cerpen “Koruptor Kita Tercinta” karya Agus Noor.

Ia menjadi orang paling dibenci. Baik buruk memang lebih cepat dari membalik telapak
tangan. Oleh majalah terpenting di negeri kami, ia dinobatkan Man of The Year sebagai
pejabat paling jujur. Karena kejujurannya itulah ia dihormati dan dicintai. Kau tahu sendiri,
sekarang ini, mencari pejabat jujur lebih sulit dari mencari jarum di tumpukan jerami.
Pejabat jujur ibarat binatang langka yang harus dilindungi.

Lalu bukti-bukti korupsi itu terkuak. Dan orang-orang yang selama ini begitu memujanya
terbelalak. Bertahun-tahun, dengan cara yang cerdik, ia mengatur: agar setiap kali ada
orang buang hajat, ia mendapatkan keuntungan.

Bagaimana setelah teman-teman membaca cerpen tadi, apakah tidak asing dengan
fenomena dalam cerpen tersebut? Dari kutipan tersebut, kita dapat melihat bahwa
pengarang memasukan latar belakang masyarakat pada cerpennya. Kutipan “Oleh
majalah terpenting di negeri kami, ia dinobatkan Man of The Year sebagai pejabat
paling jujur” menunjukkan bahwa masyarakat melek membaca dan teknologi.

Latar Belakang Pengarang


Tidak hanya latar belakang masyarakat saja, latar belakang pengarang juga
memengaruhi cerpen yang dihasilkan. Seorang penulis cerpen dengan berbagai
macam latar belakang bisa menciptakan unsur ekstrinsiknya sendiri. Kenapa?
Beberapa hal yang bisa memengaruhi latar belakang pengarang yang kemudian
berdampak pada unsur ekstrinsik cerpen antara lain:

o Riwayat hidup penulis


o Kondisi psikologis
o Aliran sastra penulis

Apakah kalian pernah mendengar pengarang A. A. Navis? Tahukan kalian siapakah


beliau?

A. A. Navis adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia.


Karyanya yang terkenal adalah cerita pendek “Robohnya Surau Kami”. A.A Navis
memiliki julukan ‘Sang Pencemooh’. Dia banyak ‘mencemooh’ atau mengkritik
kondisi sosial masyarakat dalam karya-karyanya. Sebagai laki-laki berdarah Minang,
A. A Navis juga banyak memberikan latar belakang masalah sosial masyarakat
Minang dalam karya-karyanya, seperti “Surau
Kami”, Bianglala (1963), Kemarau (1967), Cerita Rakyat Sumbar (1994), dan masih
banyak lagi.

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Cerpen


Unsur ekstrinsik yang terakhir adalah nilai yang terkandung di dalam cerpen. Contoh
dari nilai-nilai tersebut antara lain:

o Nilai sosial
o Nilai moral
o Nilai budaya
o Nilai agama

Anda mungkin juga menyukai