Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ANALISIS PENDEKATAN PRAGMATIK DAN PENERAPANYA


DALAM NOVEL “
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi Indonesia
Dosen: Dr. Dadang Supriatna, M.Pd

Disusun oleh :
1. Eko Budiyanto (1921210017)
2. Teddy (1921210006)
3. Wandi Wahyudin (19212100012)
4. Wildan Maulana (1921210004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


UNIVERSITAS MANDIRI ( UM )
SUBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayahnya sehingga
kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Kajian Prosa Fiksi Indonesia dengan judul “Pendekatan
Pragmatik dan penerapanya dalam Novel”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan banyak doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Subang, 5 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Hakikat Pendekatan Pragmatik.....................................................................2
2. Pengertian Menurut Para Ahli.......................................................................2
3. Prinsip dasar .................................................................................................3
4. Contoh Analisis.............................................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Prosa merupakan satu di antara karya sastra yang menjadi acuan utama dunia sastra.
Prosa merupakan jenis karya satra yang dibedakan dari puisi karena tidak terikat oleh
kaidah puitika. Prosa lebih cendrung memakai bahasa sehari-hari. Namun, ada juga yang
disebut prosa puitis atau prosa lirik atau prosa berirama.

Menjadi seorang pembaca tentulah menjadi seseorang yang dapat menilai sebuah
karya atau bacaan. Sama halnya dengan sebuah karya sastra yang sifatnya prosa,
pemahaman akan keindahan karya tersebut ada di tangan pembaca. Pemahaman akan
karya sastra dapat dilakukan dengan menggunakan atau menerapkan pendekatan
pragmatik sebagai bentuk pendekatan kritik sastra.

Pendekatan pragmatik akan menunjukkan sejauh mana keberhasilan seorang


pengarang terhadap karyanya, yang dinilai secara langsung oleh pembacanya. Artinya
pendektan pragmatik lebih menekankan pada pemahaman akan makna sebuah karya.
Kesuksesan seorang pengarang dapat kita lihat dan rasakan saat pemaknaan akan sebuah
karya sastra yang bersifat prosa tersebut sama antara pemaknaan yang diberikan
pengarang terhadap karya sastra tersebut dengan pemaknaanyang didapat pembaca dari
karya sastra tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pragmatik?
2. Apa pengertian pendekatan pragmatik menurut para ahli?
3. Apa prinsip-prinsip dasar pendekatan praagmatik ?
4. Bagaimana contoh kritik pragmatik dalam novel ayat-ayat cinta
C. Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan pengertian pendektan pragmatik.
2. Untuk mendiskripsikan dan prinsip-prinsip dasar pendekatan praagmatik.
3. Untuk mengetahui bagaimana membuat kritik pragmatik dalam novel ayat-ayat cinta

BAB II

1
PEMBAHASAN
1. Hakekat Pendekatan Pragmatik

Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin
memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra. Munculnya
pendekatan pragmatik bertolak dari teori resepsi sastra dalam khasanah pemahaman
karya sastra yang merupakan reaksi terhadap kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
pendekatan struktural. Sebab pendekatan struktural ternyata tidak mampu berbuat banyak
dalam upaya membantu seseorang dalam menangkap dan memberi makna karya sastra.
Pendekatan struktural hanya dapat menjelaskan lapis permukaan dari teks sastra karena
hanya berbicara tentang struktur atau interalasi unsur-unsur dalam karya sastra. Banyak
segi lain yang diperlukan untuk lebih menjelaskan makna karya sastra. Untuk dapat
menangkap segi-segi lain itu para pakar mengemukakan sebuah pendekatan baru, yaitu
pendekatan pragmatik.

Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra sebagai


sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan,
moral agama atau tujuan yang lainnya. Pendekatan pragmatik mengkaji karya sastra
berdasarkan fungsinya untuk memberikan tujuan-tujuan tertentu bagi pembacanya.
Semakin banyak nilai-nilai, ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca maka semakin
baik karya sastra tersebut.

Definisi lain mengatakan bahwa pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian


sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima,
memahami, dan menghayati karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat
penting dalam menentukan sebuah karya yang merupakan karya sastra atau bukan.
Horatius dalam art poetica menyatakan bahwa tujuan penyair ialah berguna atau
memberi nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari
pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatic, (Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191).

2. Pengertian Pendekatan Pragmatik Menurut para Ahli

Secara umum pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin
memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra dalam zaman
ataupun sepanjang masa.

2
Sedangkan menurut para ahli mendefinisikan pendekatan pragmatik adalah sebagai
berikut:

1) Menurut Teeuw, 1994 teori pendekatan pragmatik adalah salah satu bagian ilmu
sastra yang merupakan pragmatik kajian sastra yang menitik beratkan dimensi
pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna terhadap karya satra.
2) Relix Vedika (Polandia), pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang tak
ubahnya artefak (benda mati) pembacanyalah yang menghidupkan sebagai proses
konkritasi.
3) Dawse dan User 1960, pendekatan pragmatik merupakan interpensi pembaca terhadap
karya sastra ditentukan oleh apa yang disebut “horizon penerimaan” yang
mempengaruhi kesan tanggapan dan penerimaan karya sastra.

Pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang dapat
memberi kesenangan dan kaidah bagi pembacanya dengan begitu pendekatan ini
menggabungkan unsur pelipur lara dan unsur dedaktif. Pemanfaatan pendekatan ini harus
berhadapan dengan realitifitas konsep keindahan dan konsep nilai dedaktif. Setiap
genersai, setiap kurun tertentu diharuskan menceritakan nilai keindahan hal itu tidak
berarti bahwa interprestasi hanya subjektif belaka.

3. Prinsip-prinsip dasar Pendekatan Pragmatik

Landasan pendekatan pragmatik adalah bertolak dari teori resepsi sastra, maka
landasan dasarnya pun dalam mengkaji karya sama dengan tempat ia berpijak tersebut.
Sebagai suatu pendekatan dalam memahami karya sastra, pragmatisme mempunyai
prinsip sebagai berikut.

1) Otonomi karya sastra dianggap tidak relevan dalam kajian karya sastra, karena terlalu
menganggap karya sastra sebagai struktur yang otonom. Padahal karya sastra tersebut
tidak mempunyai wujudannya sendiri sampai dibaca. Karena itu untuk dapat
memahami sebuah karya sastra, pendekatan pragmatik tidak terlalu terikat pada
struktur sastra semata, melainkan juga kepada faktor yang ada pada diri pembaca
secara kontekstual. Oleh karena itu, bentuk telaahnya kompleks daripada pendekatan
struktural yang hanya tertuju pada bangun struktur saja.
2) Pendekatan pragmatik dibilang karya sastra sebagai artefak, pembacalah yang
menghidupkannya melalui proses konkretisasi. Karya sastra hanya menyediakan kode
makna, sedangkan makna itu sendiri diberikan oleh pembaca. Karya sastra tidak

3
mengikat pembaca, tetapi menyediakan tempat yang kosong untuk diisi oleh pembaca.
Maksudnya adalah bahwa teks sastra seperti puisi tidak pernah mempunyai makna
yang terumus dengan sendirinya, sehingga diperlukan tindakan pembaca untuk
merumuskannya.
3) Pembaca bukanlah pribadi yang tetap dan sama, melainkan selalu berubah dan
berbeda. Oleh karena pembaca dalam melakukan proses pemahaman dipengaruhi oleh
horison penerimaannya, maka subjektivitas pembaca mungkin berbeda antara satu
dengan lainnya. Itulah sebabnya teknik telaahnya pragmatis dan dialektik.
4) Teks sastra selalu menyajikan ketidak pastiaan makna, sehingga memungkinkan
pembaca untuk memaknai dan memahaminya secara terbuka lebar (Teeuw 1984;
Junus 1985; Salden 1986; dan Jefferson & Robey 1988). Ketidakpastiaan iitulah
mengapa pangkal tolak telaah pendekatan pragmatik ini dalam mengapresiasi karya
sastra pada persepsi pembaca.
4. Contoh Kritik Pragmatik Novel Ayat-ayat Cinta
1) Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman el Shirazy

Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman el Shirazy mengisahkan ten-tang


seorang tokoh bernama Fahri yang merupakan pemuda dari Indonesia yang menuntut
ilmu di Universitas Al-Azhar, Mesir. Adapun syarat untuk bisa menjadi pelajar di
Universitas Al-Azhar adalah harus dapat menghapal Al-Quran. Fahri yang merupakan
pribadi yang sangat menjunjung nilai-nilai keimanan dalam aga-ma Islam tentu saja
hapal Al-Quran. Nilai-nilai keimanan itulah yang dia praktik-kan dalam kehidupan
sehari-hari.

Pertemuan Fahri dengan Maria berawal ketika Fahri pindah ke sebuah ru-mah
lantai satu yang letaknya di bawah rumah Maria. Sejak itu mereka saling me-ngenal
walau tidak begitu akrab. Suatu hari, ketika akan melakukan perjalanan menuju Masjid
Abu Bakar Ash-Shidiq yang terletak di Shubra El-Kaima ujung Utara kota Cairo, Maria
memanggil Fahri dan meminta Fahri untuk bisa menitipkan disket yang ingin ia beli.

Di Mesir, Fahri tinggal bersama 4 orang temannya yang juga berasal dari
Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Di sana Fahri juga bertetangga
dengan Bahadur, seorang yang kasar kepada siapa saja bahkan kepada istrinya Madame
Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan Madame Syaima me-miliki 3 orang
putri, yaitu Mona, Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam sama seperti

4
orangtuanya, namun lain halnya dengan Noura yang berkulit putih dan berambut
pirang. Hal ini mengakibatkan Bahadur mengira kalau istrinya telah berselingkuh dan
sangat membenci Noura.

Pada suatu malam, Bahadur menyeret Noura ke jalanan dengan punggung yang
penuh dengan luka cambukan. Melihat hal tersebut Fahri meminta Maria un-tuk dapat
membantu Noura dan membawanya ke rumah untuk menginap di rumah Maria.
Keesokkan harinya, Fahri membawa Noura ke rumah Nurul untuk dapat diamankan
dari keganasan Bahadur. Fahri dan Maria kemudian berusaha untuk mencari tahu
tentang Noura. Akhirnya terungkaplah bahwa Noura bukanlah anak dari Bahadur dan
Madame Syaima. Merekapun membantu untuk menemukan ke-dua orang tuanya
hingga ia bisa berkumpul dengan keluarganya yang sebenarnya. Bantuan Fahri ternyata
membuat Noura jatuh cinta kepadanya. Ia pun mengirim-kan sepucuk surat ungkapan
perasaannya kepada Fahri, namun surat itu tidak di-tanggapi oleh Fahri karena mengira
itu hanyalah ungkapan terima kasih. Fahri pun kemudian memfokuskan diri kepada
ujian yang akan ia hadapi.

Lain lagi dengan Aisha, pertemuan yang beberapa kali membuatnya jatuh cinta
dengan sikap dan sifat Fahri. Ia pun meminta pamannya Eqbal untuk dapat
menjodohkannya dengan Fahri. Fahri yang memang telah sedang bingung dengan
pernikahan yang telah ia targetkan merasa terjawab sudah dengan tawaran Ustadz
Usman untuk menjodohkannya dengan gadis soleha. Setelah melakukan shalat is-
tighoroh dan meminta restu ibunya, ia pun memantapkan niatnya untuk meminang
gadis yang sama sekali belum ia ketahui nama dan wajahnya itu. Namun betapa
terkejutnya ia ketika pertemuan keluarga yang datang adalah Eqbal dan keluarga-nya.
Segeralah ia mengetahui bahwa gadis itu adalah Aisha yang tak lain adalah keponakan
Eqbal. Eqbal dan Fahri telah banyak mengenal satu sama lain. Tentang Fahri yang
miskin dan dapat datang ke Mesir dengan menjual sawah warisan ka-keknya. Melalui
bantuan Syaikh Usman, Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha dan Aisha pun
siap menerima Fahri apa adanya.

Hari pernikahan telah ditentukan, Jumat setelah ashar, namun cobaan da-tang pada
Fahri. Ustadz Jamal dan istrinya datang menemui Fahri pada siang hari-nya dengan
maksud untuk meminangnya untuk Nurul karena Nurul sangat men-cintai Fahri.
Mendengar hal tersebut Fahri sangat terpukul karena dulunya setiap mendengar nama

5
Nurul hatinya selalu bergetar. Akan tetapi cintanya sekarang te-lah menjadi milik Aisha
dan hanya hitungan jam saja mereka akan menikah. Fahri pun menceritakan perihal
pernikahan dengan Aisha yang sebentar lagi akan ter-laksanakan kepada Ustadz Jamal
dan istrinya. Ustadz Jamal pun sangat menya-yangkan dan menyesal terhadap sikapnya
yang menunda-nunda permintaan Nurul untuk meminang Fahri. Pernikahan Fahri dan
Aisha akan segera dilaksanakan dan tidak mungkin untuk dibatalkan. Cobaan itu
membuatnya sedih karena harus me-nyakiti hati Nurul. Sebelum adzan ashar
berkumandang, Sarah Ali Farougi, mem-beri tahu bahwa semuanya telah siap. Fahri
meminta izin pada Eqbal agar bisa melihat wajah Aisha untuk menguatkan hatinya
yang baru saja digoncang dengan kabar yang menyakitkan hati. Tepat saat adzan ashar
berkumandang mereka telah sampai di masjid tempat akad akan dilaksanakan. Semua
para tamu undangan te-lah sampai di sana dan juga para masyarakat Mesir.

Kebahagiaan Fahri dan Aisha ternyata tidak bertahan lama karena Fahri harus
menjalani hukuman di penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Fahri dibawa
ke markas polisi Abbasca. Fahri diinterogasi dan dimaki dengan ka-ta-kata kotor. Fahri
dituduh memperkosa Noura hingga hamil hampir tiga bulan. Noura teramat luka
hatinya saat Fahri memutuskan untuk menikah dengan Aisha. Di persidangan, Noura
yang tengah hamil itu memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungannya adalah
anak Fahri. Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-apa, karena ia belum memiliki
bukti yang kuat untuk membebaskan kliennya dari segala tuduhan. Fahri pun harus
mendekam di penjara selama beberapa minggu dan melewati ramadhan pertamanya di
sel bawah tanah. Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah
kejam Noura adalah Maria. Marialah yang bersama Noura malam itu yaitu malam yang
Noura sebut dalam persidangan sebagai malam di mana Fahri memperkosanya. Maria
sedang terkulai lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan
membuatnya jatuh sakit. Dan ia terus mengigau menyebut nama Fahri. Dokter
mengatakan sentuhan dan suara Fahri adalah rangsangan supaya Maria cepat sadar,
namun Fahri tidak mau melakukannya karena Maria bukanlah istrinya. Atas desakan
Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Pernikahan itu berlangsung di rumah sakit. Aisha
berharap dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria
tersadar da-ri koma panjangnya dan dapat memberi kesaksian di pengadilan tentang
sebenar-nya yang terjadi.

6
Akhirnya Maria dapat membuka matanya, Aisha menceritakan semuanya kepada
Maria dan akhirnya Maria bersedia untuk memberikan kesaksian di persi-dangan.
Ketika di pengadilan Maria membawa bukti bahwa malam itu Maria sam-pai pagi
berada di kamarnya dan sama sekali tidak meninggalkan kamarnya apala-gi masuk ke
kamar Fahri, namun naas karena terlalu emosi Maria yang saat itu masih dalam
keadaan sakit langsung jatuh pingsan setelah memberi kesaksian dan dilarikan ke
rumah sakit. Fahri pun memenangkan pengadilan itu karena Noura mengakui
kesalahannya karena telah memfitnah Fahri dan menyengsarakan orang yang ia cintai.
Takbir bergemuruh di ruang pengadilan itu dilantunkan oleh semua orang yang
membela dan simpati pada Fahri. Seketika Fahri sujud syukur kepada Allah Swt. Aisha
memeluk Fahri dengan tangis bahagia tiada terkira. Paman Eq-bal dan Bibi Sarah tidak
mampu membendung airmatanya. Syaikh Ahmad dan Ummu Aiman juga sama. Satu
persatu orang Indonesia yang ada di dalam ruang-an itu memberi selamat dengan wajah
baru.

Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Dengan jiwa be-sar Fahri
memaafkan Noura. Terungkaplah bahwa ayah dari bayi dalam kandung-an Noura
adalah Bahadur. Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tang-ga mereka
dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya, demikian pula Maria yang
menghormati Aisha selayaknya seorang kakak. Maria terus mengigau dalam komanya,
membaca ayat-ayat surat Maryam dan dilanjutkan dengan surat Thaha dan air matanya
terus mengalir. Setelah ayat terakhir surat Thaha yang ke-luar dari mulut Maria tersadar
dan menceritakan semuanya kepada Fahri. Maria mengatakan bahwa ia mencium bau
surga dan melihat ke dalam rombongan yang masuk ke dalamnya. Ketika ia mau masuk
beberapa kali malaikat penjaga surga itu tidak mengizinkannya dengan alasan ia bukan
termasuk golongan nabi Mu-hammad. Ia menangis menyebut nama Allah dan akhirnya
dari salah satu pintu surga keluarlah Maryam. Ia mengatakan bahwa jika ingin masuk
surga, ia harus termasuk dalam rombongan nabi Muhammad Saw. Fahri mengerti
bahwa Maria adalah wanita yang muslim hatinya tapi Maria belum mengucapkan
syahadat se-bagai tanda masuknya ia ke dalam agama Islam. Akhirnya Fahri membantu
Maria dengan cara mengambilkan air untuk berwudlu. Dengan sekuat tenaga Fahri
membopong Maria yang kurus kering itu menuju kamar mandi. Aisha juga mem-bantu
membawakan tiang infus. Dengan tetap dibopong oleh Fahri, Maria diwu-dhui oleh
Aisha. Setelah selesai, Maria kembali dibaringkan di atas kasur seperti semula. Lalu

7
dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia mengucapkan sya-hadat. Ia tetap
tersenyum. Perlahan pandangan matanya redup. Tak lama kemudi-an kedua matanya
yang bening itu tertutup rapat. Fahri memegang tangannya dan denyut nadinya telah
berhenti. Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya me-renggut Maria. Maria
menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir. Wajahnya bersih seakan
diselimuti cahaya. Kata-kata yang tadi diucapkannya de-ngan bibir bergetar itu kembali
terngiang di telinga Fahri. Namun Maria sangat beruntung karena sebelum ajal
menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf dengan bantuan Fahri dan Aisha.

2) ANALISIS KRITIK NOVEL AYAT-AYAT CINTA

Pada novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini merupa-kan


novel bergenre religius. Pada novel ini mengaitkan kehidupan manusia de-ngan aspek-
aspek keagamaan. Novel ini menceritakan permasalahan-permasalahan yang ada pada
kehidupan manusia, mulai dari gaya hidup bertetangga, pola tingkah pemikiran
masyarakat yang beraneka ragam, cinta yang bertepuk sebelah tangan, poligami,
pemfitnahan, sampai pada kesetiaan dengan latar sosial-budaya Timur Tengah. Semua
dikemas dengan uraian-uraian yang bersifat islami dengan diperkuat oleh dalil-dalil dan
hadits-hadits.

Karya sastra adalah salah satu dari media dalam berdakwah. Dengan karya sastra
segala permasalahan kehidupan dapat tergambarkan dengan solusi yang dapat
menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Inilah yang
dilakukan oleh seorang novelis yang juga seorang sarjana Al-Azhar University Cairo.
Dengan media novel ia mampu membangun gambaran-gambaran permasalahan
masyarakat dengan solusi yang berdasarkan pengetahuan agama. Dalam novel ini, ia
menceritakan permasalahan kehidupan dengan latar ala Arab namun diceritakan dengan
gaya bahasa Indonesia. Mengutip pernyataan dari Majalah Muslimah edisi Januari 2006
“Penulis novel ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah
dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya yang
mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran latarnya yang
begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar terjadi. Ini contoh
novel karya penulis muda yang sangat bagus!” Dalam hal ini tokoh-tokoh dibangun
dengan karakteristik yang kuat dan sesuai dengan gambaran kehidupan.

8
Ayat-Ayat Cinta merupakan judul yang mewakili isi dari novel ini. Di da-lam Al-
Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang cinta, baik cinta
antara manusia dengan Tuhannya, cinta antara manusia dengan manusia lainnya, tak
terkecuali cinta antara manusia yang berlawanan jenis. Kata Ayat yang dituliskan
secara reduplikasi dalam ilmu morfologi menyatakan jamak, artinya dalam Al-Qur’an
terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang cinta dan permasalahan serta solusi-
solusinya. Kenapa judulnya Ayat-Ayat Cinta? Karena di dalam Al-Qur’an, Tuhan telah
mengajarkan bagaimana sebuah cinta itu dibangun dengan tanpa merusak kesucian dari
sebuah arti cinta tersebut. Cinta itu akan terasa sangat indah, jika dilakukan sesuai
dengan pedoman dan petunjuk yang diberikan oleh Allah Swt. Manusia akan mengecap
indahnya cinta dari sesama manusia, jika ia juga telah mencintai Allah dengan
melakukan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Dan Allah akan
menjanjikan surga yang tak ternilai keindahannya bagi mereka yang menjalankan
kehidupan sesuai dengan syariatNya.

Fahri, seorang tokoh yang dibangun oleh penulis sebagai tokoh utama dalam novel
ini. Seorang santri salaf metropolis dan musafir yang haus ilmu. Memiliki karakter
tokoh yang begitu kuat dengan keislamannya dan kokoh pendiriannya serta seseorang
yang pekerja keras. Kesabaran dan gaya hidup yang patut dicontoh dari seorang Fahri.
Tokoh kedua dalam novel ini adalah Aisha, seorang gadis yang berdarah Jerman, Turki,
dan Palestina, namun lahir dan dibesarkan di Jerman. Sifat lembut dan penyayang
tergambar dari kecantikan nama Aisha. Seorang tokoh yang begitu setia dan juga sabar
menerima segala cobaan berat yang menimpanya dan suaminya. Tokoh ketiga adalah
seorang penganut Kristen Koptik yang sangat taat kepada agamanya, namun telah
menghafal beberapa surat Al-Qur’an terutama surat Maryam yang menjelaskan tentang
riwayat Maryam melahirkan Nabi Isa As., tentang bagaimana cara Nabi Ibrahim
memberikan nasihat kepada ayahnya, tentang Allah Swt yang meninggikan Nabi Idris
ke tempat yang tinggi, dan tentang Allah Swt. yang tidak beranak. Nama Maria yang
bernuansakan wanita Kristen, namun terasa begitu Islami dengan karakter yang
dibangun oleh penulis. Dan tokoh-tokoh pendukung lainnya yang penamaannya
disesuaikan dengan karakter masing-masing tokoh menjadikan cerita ini menjadi begitu
hidup.

Dalam novel ini juga sangat kental dengan penggambaran sosial-budaya seperti
pada kutipan (halaman 51, paragraf 6) “Salah satu keindahan hidup di Me-sir adalah

9
penduduknya yang lembut hatinya. Jika sudah tersentuh mereka akan memperlakukan
kita seumpama raja. Mereka terkadang keras kepala, tapi jika sudah jinak dan luluh
mereka bisa melakukan kebaikan seperti malaikat. Mereka kalau marah meladak-ledak
tapi kalau sudah reda benar-benar reda kemarahannya, hilang tanpa bekas. Tak ada
dendam di belakang yang diingat sampai tujuh ketu-runan seperti orang Jawa. Mereka
mudah menerima kebenaran dari siapa saja.” Orang Amerika digambarkan dengan cara
berpakaiannya yang ala Barat dan terbuka, sedangkan orang Mesir digambarkan dengan
cara berpakaian yang ala Arab serba tertutup. Dalam penceritaannya juga disinggung
tentang budaya Indonesia yang tidak tepat waktu atau ngaret, namun dibuktikan oleh
tokoh Fahri bahwa tidak semua orang Indonesia begitu dan tidak semua orang luar
Indonesia disiplin dengan waktu. Hal yang menjadi perhatian dalam penggambaran
sosial-budaya pada novel ini ialah sistem hukuman di Mesir bagi seseorang yang
melakukan suatu kesalahan, maka akan diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi
bahkan yang belum terbukti kesalahannya sekalipun. Mereka yang tertuduh bersalah
akan disiksa tanpa ampun hingga kebenarannya terungkap. Apalagi bagi seseorang
yang berkewarga negaraan yang hukum negaranya lemah, maka hampir tidak ada
peluang untuk bisa dibebaskan dari hukuman, bahkan mereka dipaksa untuk mengaku
kesalahan yang sebenarnya tidak ia lakukan.

Sosok Aisha, Maria, Nurul, Noura, dan Alicia merupakan penggambaran dari
karakter-karakter perempuan yang ada dalam kehidupan nyata. Tentang bagaimana
wanita dalam Islam juga sangat diutamakan dalam novel ini dengan adanya pertanyaan-
pertanyaan yang dikemukakan oleh para tokoh terutama Alicia yang dijawab dengan
baik oleh Fahri dengan berlandaskan dalil-dalil yang ada dan hadits serta pendapat para
ulama-ulama terkemuka.

Kenapa dikatakan novel pembangun jiwa? Karena dalam novel ini tercakup
bagaimana Islam mengajarkan manusia dalam menghadapi masalah-masalah yang
merupakan ujian yang diberikan oleh Allah Swt. Bagaimana seorang Aisha dengan
ikhlas dipoligami demi suatu kebenaran. Menjaga kesuciannya hingga cinta yang hakiki
itu datang padanya. Bagaimana seorang Fahri yang dengan begitu sabar menghadapi
ujian berat yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya. Begitu kokohnya ia
menggenggam kebenaran demi nama Tuhannya. Dan bagaimana seorang Maria yang
disentuh hatinya hingga bisa masuk Islam sebelum ajal menjemput. Semua tergambar
dengan baik di dalam Ayat-Ayat Cinta.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Informasi yang terdapat dalam presentasi ini memberikan banyak pelajar untuk kita,
secara khusus dalam memahami materi mata kuliah Kajian Prosa Fiksi Indonesia melalui
Pendekatan Pragmatik. Berdasarkan data dan informasi tersebut dapat disimpulkan materi
yang menjadi informasi pengetahuan dalam pendekatan pragmatik yaitu pengertian
pendekatan pragmatik secara umum, pengertian pendekatan pragmatik menurut para ahli,
,prinsip dasar pendekatan pragmatik, dan contoh menulis kritik melalui pendekatan
prakmatik.

Makalah ini membahas kaitan antara ilmu bahasa dengan karya sastra. Pembahasa
tersebut dikarenakan bahasa menjadi objek utama untuk mengekspresikan karya sastra.
Pembahasa materi ini menekankan pemaknaan karya satra oleh pembaca atau penikmat karya
sastra tersebut.

Pemaknaan karya satra yang baik yaitu saat makna yang diharapkan seorang
pengarang sampai atau dapat diterima oleh pembaca yang menikmati karya sastra tersebut.
Pembaca yang menikmati karya sastra secara sunggunh-sungguh pasti bisa menangkap
makna karya tersebut tanpa terjadi salah makna.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata baik apalagi sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://andiacg.blogspot.com/2012/01/bab-i-pendahuluan.html?m=1

http://putriintanias.blogspot.com/2017/05/makalah-menulis-kritik-dan-esai.html?m=1

https://lotusfeet16-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/lotusfeet16.wordpress.com/2015/06/18/analisis-sastra-dengan-
pendekatan-pragmatik/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA
%3D%3D#aoh=16202221685299&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Flotusfeet16.wordpress.com%2F2015%2F06%2F18%2Fanalisis-sastra-dengan-
pendekatan-pragmatik%2F

http://hamsmars.blogspot.com/2009/06/paper-menggugah-cinta-analisis.html?m=1

12

Anda mungkin juga menyukai