Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Upaya orang terdahulu dalam mendefinisikan bidang teori sastra,


dan Upaya kritikus arab dalam teori sastra

Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nazhariyyah Al-Adab

Dosen Pengampu : Ustadz. Mastur., S. Ag. M. Pd.

Oleh:
Nilam Pratiwi Dirgahayu Afandi 203104030001

Alfiana Nuril Aini Rahman 204104030008

PROGRAM STUDI NAZHARIYYAH AL-ADAB

FAKULTAS USHULUDDIN,ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM KH AHMAD SHIDDIQ JEMBER

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirohmanirrahim.

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah S.W.T. Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu tanpa kurang suatu
apapun. Tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW.Semoga syafaat nya mengalir kepada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah yang berjudul : “Upaya orang terdahulu dalam mendefinisikan bidang teori
sastra, dan Upaya kritikus arab dalam teori sastra.” Pada makalah diuraikan tentang pengertian
Plot, isi, tahapan, macam-macam, pengertian perwatakan, pengertian watak, fungsi dan lain
sebagainya.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar
harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Bangsalsari, 30 November 2021

Penyusun

2
BAB II

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Melalui karya sastra, seorang
pengarang dapat menuangkan pikiran dan hasil imajinasinya berupa tulisan maupun lisan. Karya
sastra yang dihasilkan oleh pengarang mengandung nilai-nilai dan norma yang dapat dijadikan
contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang pengarang menggunakan karya sastra untuk menyampaikan pandangannya


tentang kehidupan yang ada di sekitarnya. Sastra merupakan hasil dari proses pengolahan jiwa
pengarangnya, dihasilkan melalui proses perenungan yang panjang mengenai hakikat hidup dan
kehidupan. Sastra ditulis dengan penuh penghayatan dan sentuhan jiwa yang dikemas dalam
imajinasi yang dalam tentang kehidupan (Rokhmansyah, 2014:2).

Sebuah karya sastra tidak bisa terlepas dari teori sastra. teori sastra adalah studi prinsip,
kategori, dan kriteria yang dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang
sastra.Artinya, mengkaji suatu karya sastra harus berdasarkan hasil penelitian langsung terhadap
suatu karya sastra. Berbagai pendekatan dan teori dapat digunakan untuk mengkaji suatu karya
sastra.

2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa upaya orang terdahulu terhadap pendefnisian teori sastra?
B. Apa upaya kritikus tentang kritik teori sastra ?

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1. LATAR BELAKANG............................................................................................................................3
2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................4
BAB III..........................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................1
A. Upaya orang terdahulu dalam definisi teori sastra..........................................................................1
B. Upaya kritikus arab dalam teori sastra............................................................................................2
BAB III..........................................................................................................................................................3
PENUTUP.....................................................................................................................................................3
DAFTAR PUSAKA..........................................................................................................................................4

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Upaya orang terdahulu dalam definisi teori sastra


Mendefinisikan sastra sering problematis karena menyangkut banyak hal. Banyak pendapat
yang dikemukakan oleh para ahli sehingga terkadang merasa kebingungan karena ingin memilih
yang satu dan, sebagai akibatnya, secara niscaya melewatkan sisi yang lain. Dalam situasi
semacam ini dituntut berani memilih pendapat yang mana dan juga mengolah lanjut akibat yang
ditimbulkan oleh pilihan yang diambil.

Problematika dalam mendefenisikan sastra bukan masalah baru. Selama berabad-abad, para
pengarang, ahli sejarah sastra, dan pakar lain yang berkaitan dengan dunia sastra berdebat
tentang definisi sastra, tapi selalu gagal. Sebagian para ahli mendefinisikan karya sastra sebagai
sebuah karya yang tertulis. Hal ini berdasarkan pada pengertian kata sastra atau literature dalam
bahasa Inggris yang berasal dari kata Littera dalam bahas Latin yang berarti letter atau tulisan.
Dengan demikian, definisi ini memungkinkan segala jenis tulisan atau teks seperti buku telepon,
buku resep masakan, dan buku atlas termasuk dalam karya sastra yang secara kategoris setara
dengan novel Saman-nya Ayu Utami atau The Da Vinci Code karya Dan Brown. Meskipun
kelihatannya seperti memiliki cakupan yang luas, definisi ini masih menafsirkan tradisi sastra
lisan yang menjadi dasar kebanyakan karya sastra Dalam konteks Indonesia, definisi ini telah
menafikan berbagai jenis cerita atau dongeng rakyat, termasuk mantera-mantera, yang terdapat
di berbagai etnis di wilayah negara kita dan telah berkembang sejak dahulu sejalan dengan
perkembangan masyarakat. Perlu diingat, masyarakat kita memiliki oral tradition atau tradisi
lisan yang lebih tua, kuat, dan mengakar dibandingkan dengan tradisi tulisan. Untuk mengatasi
permasalahan di atas, beberapa ahli mendefinisikan karya sastra sebagai sebuah karya seni.
Dengan demikian, definisi ini mencakup karya seni tulis dan lisan. Meskipun demikian, karya
seni juga memiliki cakupan luas. Dengan definisi ini, seni lukis dan pahat, misalnya, masih
termasuk dalam kategori karya sastra. Hal ini merepotkan. Oleh karena itu, para ahli tersebut
kemudian mempersempit definisi ini dengan mengatakan bahwa karya seni yang termasuk dalam
sastra adalah karya yang berupa hasil imajinasi atau menulis kreatif. Dengan pembatasan
semacam ini, buku telepon dan buku resep masakan tentunya tidak termasuk dalam kategori
karya sastra.

Yang termasuk karya sastra adalah puisi, drama, prosa fiksi dan berbagai jenis karya tulis
imajinatif lainnya. Di samping definisi yang terfokus pada luasnya cakupan, sebagian para ahli
beberapa juga menekankan kualitas teks yang termasuk dalam kategori karya sastra.

1
Selanjutnya, kritikus lain menambahkan kriteria test of time sebagai elemen penting dalam
penentuan sebuah karya sastra. Karya sastra yang baik biasanya tidak lekang dimakan waktu.
Jika masyarakat, sudah menghargai sebuah teks atau tulisan, mereka sering menganggapnya
sebagai karya sastra terlepas apakah karya tersebut mengandung elemen-elemen sebuah karya
sastra atau tidak. Lebih khusus, para ahli lain menekankan kandungan nilai estetis dalam sebuah
karya sastra. Kualitas estetika inilah yang membedakan sebuah karya sastra dari jenis tulisan
lainnya. Nilai estetis inilah yang menentukan kriteria keindahan sebuah karya seni. Di mana pun
letak nilai estetis sebuah karya sastra, kebanyakan ahli kritik sastra berkeyakinan bahwa
keberadaan nilai estetis yang tinggi merupakan prasyarat mutlak bagi sebuah karya sastra.

Yang terakhir namun tak kalah penting, definisi sastra sangat tergantung pada jenis mazhab
kritik sastra yang digunakan pembaca atau kritikus ketika membaca sebuah karya sastra. Apa
pun batasan definisinya, karya sastra telah terbukti mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi
para pembaca yang menikmati intensitas imajinasi para pengarang melalui untaian kata-kata
terpilih yang disajikannya.

B. Upaya kritikus arab dalam teori sastra

Awal kemunculan kritik sastra sebagaima awal munculnya puisi-puisi Arab yang sangat sulit
dilacak. Adapun dalam riwayat disebutkan, bahwa sastra menjadi bagian dari kehidupan bangsa
Arab sejak zaman jahiliyah. Namun berbicara soal sastra jahiliah ini erat kaitannya dengan
berbagai riwayat yang menyebutkan bahwa seringkali terdapat kegiatan kesusasteraan orang
Arab, salah satu contohnya adalah festival ukaz yang dilaksanakan di Pasar Ukaz. Di tempat ini
para penyair berkumpul untuk menggubah sya’ir-sya’ir mereka dan saling mengkritik satu sama
lain. Adapun penyair masa jahiliah yang sangat pandai dalam mengkritik puisi-puisi penyair
lainnya adalah an-Nabighah adz-Dzibyani (Amin, 2012 h. 358).

Bentuk-Bentuk Kritik Sastra Jahiliah

Ada 4 macam bentuk kritik sastra pada masa jahiliyah (Ibrahim, 1998 h. 30- 42) :

1. Kritik linguistik atau al-Lughowiy

Kritik ini menjurus ke penggunaan bahasa. Apabila ditemukan suatu kata yang tak tepat pada
konteks kalimat yang diutarakan oleh penyair maka, sang kritikus akan langsung mengkritik dan
memberi tahu. Seperti Musayyab yang mendeskripsikan unta menggunakan kata ‫ الصعيرية‬dan di
kritik oleh Tharfah bahwa penggunaan kata tersebut tidak tepat karena bermakna tanda pada unta
betina, sedangkan makna unta sendiri adalah ‫الجمل‬.

2
2. Kritik Makna

Bangsa arab jahili sangat peka terhadap penggunaan kata beserta maknanya. Dalam kritik ini,
terdapat beberapa hal yang menjadi tola ukur kritik makna :

a. Relevan dengan kehidupan bangsa Arab jahiliy

b. Kesesuain kata dengan makna secara konteks

c. Nilai estetika atau keindahan makna dalam sya’irnya

4. Kritik Musikalitas atau ‘Arudh

Sejatinya sastra Arab jahiliy tidak terlepas dari unsur musikalitas. Terutama puisi-puisi zaman
jahiliyah yang menggunakan aturan dalam qafiyah ilmu Arudh.

5. Kritik Penyampaian Penyair

Kritik ini mengarah pada intonasi yang penyair alunkan saat sedang membaca sya’irnya.

Karakteristik Kritik Sastra Jahiliyah

Seperti yang kita tahu, bahwa kritik sastra selalu beiringan dengan sastra dari aspek munculnya
sastra hingga perkembangannya dalam lintas zaman. Tidak akan ada kritik sastra tanpa adanya
sastra (Khalifah, 2016 h. 49).

Berfikir kritis telah menjadi karakter atau keahlian yang melekat bagi bangsa Arab jahiliyah.
Pemikiran kritisnya dalam mengkritik cukup sederhana. Mayoritas kritiknya mengacu pada
bagian-bagian yang terkandung dalam syiir seperti dari segi makna dan ilmu ‘arudhnya. Selain
itu, mengacu kepada diri penyair sendiri tentang bagaimana cara menyampaikan syi’irnya. Dan
sebagian besar hal ini menjadi poin paling penting dalam dunia pengkritikan sastra yakni dengan
cara melihat bagaimana kemampuan penyair dalam menggubah syi’ir-syi’r nya (‘Akub, 2016 h.
42).

Pada masa jahiliyah ini, seseorang dikatakan sebagai kritikus profesional apabila telah diakui
kemampuan kritisnya, rasa kritis yang sudah terlatih, benar ketika mengkritik, dan dikenal
banyak orang (bangsa Arab jahliyah). Banyak dari penyair pada masa ini meminta pada kritikus

3
untuk mengkritik sy’irnya. Mereka memperhatikan kritik-kritiknya, sangat senang dan antusias
atas segala kritik pada sy’ir yang mereka terima (‘Akub, 2016 h. 43).

Adapun karakteristik kritik sastra jahiliyah menurut Ibrahim Mustafa adalah sebagai berikut
(Ibrahim, 1998 h.51- 54) :

1. Mengandung Dzauq al-Fithri

Tidak ada standar khusus dalam kritik sastra jahiliy. Karakter kritik pada masa ini cenderung
muncul dari rasa yang murni yang dimiliki oleh seorang pengkritik.

Kaidah atau tata cara pada kritik sastra ini tidak bersifat tertulis. Karena pada masa jahiliyah ini
para kritikus dalam mengkritik syai’ir hanya melalui lisan. Para kritikus hanya mengandalkan
dzauq al fithriy ini dalam menilai dan mengkritik. Mereka menilai dari beberapa aspek,
diantaranya dari kecerdasan sang penyair, kelancaran berbahasa, pelafalan, hingga makna dan
semantiknya. Seperti hal nya Nabighah ketika mengkritik syi’ir Hasan bin Tsabit. Nabighah
mengkritik dari segi tatanan bahasa Arabnya dan mengkritik dari segi makna dan semantiknya
syi’ir Hasan bin Tsabit. Dalam hal ini Nabighah memang sangat ahli dalam bidang tersebut
(Khalifah, 2016 h. 64).

4
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Problematika dalam mendefenisikan sastra bukan masalah baru. Selama berabad-abad, para pengarang,
ahli sejarah sastra, dan pakar lain yang berkaitan dengan dunia sastra berdebat tentang definisi sastra,
tapi selalu gagal. Sebagian para ahli mendefinisikan karya sastra sebagai sebuah karya yang tertulis. Hal
ini berdasarkan pada pengertian kata sastra atau literature dalam bahasa Inggris yang berasal dari kata
Littera dalam bahas Latin yang berarti letter atau tulisan.beberapa ahli mendefinisikan karya sastra
sebagai sebuah karya seni. Dengan demikian, definisi ini mencakup karya seni tulis dan lisan. Meskipun
demikian, karya seni juga memiliki cakupan luas. Dengan definisi ini, seni lukis dan pahat, misalnya,
masih termasuk dalam kategori karya sastra. Hal ini merepotkan. Oleh karena itu, para ahli tersebut
kemudian mempersempit definisi ini dengan mengatakan bahwa karya seni yang termasuk dalam sastra
adalah karya yang berupa hasil imajinasi atau menulis kreatif. Dengan pembatasan semacam ini, buku
telepon dan buku resep masakan tentunya tidak termasuk dalam kategori karya sastra.

Para penyair berkumpul untuk menggubah sya’ir-sya’ir mereka dan saling mengkritik satu sama lain.
Adapun penyair masa jahiliah yang sangat pandai dalam mengkritik puisi-puisi penyair lainnya adalah
an-Nabighah adz-Dzibyani

5
DAFTAR PUSAKA

-Teori dan praktik sastra karya bachruddin musthofa hal. 19

Anda mungkin juga menyukai