Anda di halaman 1dari 12

“MAKALAH CIPTA KARYA SASTRA INDONESIA KONTEMPORER”

DOSEN PEMBIMBING : Noni Andriyani, SS, M.Pd

DI SUSUN OLEH :

Desi Andrea

Npm : 196210843

MATA KULIAH SASTRA KONTEMPORER

PRODI PENDIDIKAN DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS RIAU

TA. 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Sastra Kontemporer.............................................................................................4
2.2 Proses kreatif cipta sastra Indonesia kontemporer.................................................................5
2.3 Analisa...................................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap pengarang dalam menghasilkan karya sastra akan melalui proses kreatif. Proses
kreatif dari setiap pengarang yang satu dengan yang lainnya akan berbeda. Tak ada seorang
pun pengarang yang memiliki proses kreatif yang sama dengan pengarang lainnya.Kata
‘proses’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014: 1106) berarti runtutan perubahan
(peristiwa) dalam perkembangan sesuatu; rangkaian tindakan, pembuatan, atau tahapan
dalam menghasilkan sebuah produk. Sedangkan kata ‘kreatif’ dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2014: 739) berarti memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk mencipta.
Dalam KBBI (2014: 299), kata ‘daya’ berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau
kemampuan untuk bertindak. Sedangkan ‘cipta’ berarti kemampuan pikiran untuk
mengadakan sesuatu yang baru. ‘Daya cipta’ berarti kemampuan untuk bertindak dalam
menghasilkan sesuatu yang baru. Jadi, proses kreatif adalah rangkaian Tindakan atau
tahapan untuk menghasilkan suatu produk yang baru. Salah satu bentuk produk tersebut bisa
berupa karya seni, yaitu karya sastra.

Menurut Eneste (1983: vii) sebuah karya sastra tidak mungkin dapat dilepaskan dari
pengarangnya. Sebelum karya itu sampai kepada pembaca, sudah pasti ia melewati proses
yang panjang. Mulai dari munculnya dorongan pertama untuk menulis, pengendapan ide
(ilham), penggarapannya, sampai akhir tercipta sebuah karya sastra yang utuh dan siap untuk
dilempar ke publik. Wellek dan Warren (2014: 87) mengemukakan bahwa proses kreatif
meliputi seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra
sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang. Bagi Sebagian pengarang, justru
bagian akhir ini merupakan tahapan paling kreatif. Sementara itu menurut Siswanto (2008:
25) bahwa proses yang dilalui pengarang bisa dikelompokkan menjadi empat tahapan, yaitu
alasan dan dorongan menjadi pengarang, kegiatan sebelum menulis, kegiatan selama
menulis, dan kegiatan setelah menulis.

Dapat diartikan bahwa proses kreatif dalam karya sastra merupakan seluruh tahapan
yang dilalui oleh pengarang dalam menciptakan atau menghasilkan sebuah karya berupa

2
puisi, cerpen, novel atau naskah drama. Sumatera Barat sejak masa pertumbuhan
kesusasteraan Indonesia dikenal sebagai daerah yang banyak melahirkan sastrawan. Adilla
(dalam Fitra, 2017: xii) catatan “Jejak Metamorfosis” menyatakan Payakumbuh dan wilayah
sekitarnya memiliki kontribusi yang jauh lebih banyak daripada kota lain di Sumatera Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas sehingga masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah bagaimana proses kreatif Adri Sandra pada penciptaan puisi-puisi
dalam antologi Luka Pisau?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan proses kreatif Adri Sandra pada
penciptaan puisi-puisi dalam antologi Luka Pisau.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis. Manfaat secara teoritis penelitian ini yaitu, penelitian ini diharapkan dapat
menambah khasanah penelitian sastra di Indonesia, terutama dalam bidang psikologi
pengarang, sehingga dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang berminat meneliti
sastra dengan menggunakan pendekatan psikologi pengarang. Manfaat Praktis penelitian ini
yaitu, Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, penikmat atau pembaca
sastra untuk mengetahui gambaran atau penjelasan bagaimana proses kreatif Adri Sandra
pada penciptaan puisi-puisi dalam antologi Luka Pisau.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sastra Kontemporer

Sastra kontemporer adalah karya sastra yang muncul sekitar tahun 70-an, bersifat
eksperimental, memiliki sifat-sifat yang “menyimpang” dari konvensi-konvensi sastra yang
berlaku biasa atau umum. Sastra kontemporer muncul sebagai reaksi terhadap sastra
konvensional yang sudah beku dan tidak kreatif lagi.

Sastra kontemporer merambah pada seluruh jenis karya sastra, seperti novel, puisi, dan
drama. Tokoh-tokoh sastra ini pada zamannya termasuk sastrawan mudah pada tahun 70-an.
Munculnya sastra kontemporer merupakan reaksi terhadap sastra konvensional yang
dianggap telah mendominasi eksistensi karya sastra. Bahkan sastrawan mudah merasa
“sumpeg” dengan karya sastra yang telah ada karena merasa terbelenggu daya kreasinya. (J.
Prapta Diharja, SJ) Sastra kontemporer juga bias dikatakan sastra mutaakhir krena pada
masa itu sastra ini dianggap sebagai ujung dari penciptaan karya sastra pada masanya dan
juga bias dibilang sastra moderen seiring periode waktu tetapi antara sastra moderen dan
mutaakhir bukan hanya sebatas periode waktu tetapi juga karena pola piker seorang
pengarang yang memiliki pola pemikiran yang lain dari pada pengarang lain pada masanya
yang berarti sebuah kemajuan berfikir untuk menciptakan karya sastra. (Tafsir budi darma)

Pada karya sastra yang berjudul sepisaupi karya Sutardji Calzoum Bahri adalah puisi
kontemporer karena terlepas dari konvensi, kalau dilihat dari masa pembuatan dan pola
berfikir pengarang merupakan puisi mutaakhir dan moderen kerena periode dan cara berfikir
yang lain dari pada pengarang lain pada masanya (kemajuan berfikir)

2.2 Proses kreatif cipta sastra Indonesia kontemporer

Sastra kontemporer adalah karya sastra yang muncul sekitar tahun 70-an, bersifat
eksperimental, memiliki sifat-sifat yang “menyimpang” dari konvensi-konvensi sastra yang
berlaku biasa atau umum. Sastra kontemporer muncul sebagai reaksi terhadap sastra
konvensional yang sudah beku dan tidak kreatif lagi.

4
Sastra kontemporer merambah pada seluruh jenis karya sastra, seperti novel, puisi, dan
drama. Tokoh-tokoh sastra ini pada zamannya termasuk sastrawan mudah pada tahun 70-an.
Munculnya sastra kontemporer merupakan reaksi terhadap sastra konvensional yang
dianggap telah mendominasi eksistensi karya sastra. Bahkan sastrawan mudah merasa
“sumpeg” dengan karya sastra yang telah ada karena merasa terbelenggu daya kreasinya. (J.
Prapta Diharja, SJ) Sastra kontemporer juga bias dikatakan sastra mutaakhir krena pada
masa itu sastra ini dianggap sebagai ujung dari penciptaan karya sastra pada masanya dan
juga bias dibilang sastra moderen seiring periode waktu tetapi antara sastra moderen dan
mutaakhir bukan hanya sebatas periode waktu tetapi juga karena pola piker seorang
pengarang yang memiliki pola pemikiran yang lain dari pada pengarang lain pada masanya
yang berarti sebuah kemajuan berfikir untuk menciptakan karya sastra. (Tafsir budi darma)

Pada karya sastra yang berjudul sepisaupi karya Sutardji Calzoum Bahri adalah puisi
kontemporer karena terlepas dari konvensi, kalau dilihat dari masa pembuatan dan pola
berfikir pengarang merupakan puisi mutaakhir dan moderen kerena periode dan cara berfikir
yang lain dari pada pengarang lain pada masanya (kemajuan berfikir)

Mariorie Boulton menjelaskan bahwa bunyi vokal panjang lebih khidmat dan lebih
mendamaikan hati. Konsonan /b/ dan /p/ adalah konsonan eksplosif yang mampu
memberikan sugesti kecepatan, gerakan, dan memberikan kesan remeh atau cemoohan.
Konsonan /m/, /n/, dan /ng/ memberikan efek adanya dengungan (echo), nyanyian, musik,
dan kadang-kadang bersifat sinis. Konsonan /l/ memberikan sugesti pada gerakan yang
mengalir pelan-pelan, melambai-lambai, menggairahkan, damai, dan kadang-kadang bersifat
mewah. Konsonan /k/, /g/, /kh/, dan /st/ memberikan sugesti akan suasana penuh kekerasan,
gerakan yang tak seragam, konflik, namun kadang-kadang mengandung kebencian.
Sedangkan konsonan /s/ dan /sy/ mensugesti timbulnya suasana mengejek, lembut, lancar,
dan kadang-kadang menimbulkan perasaan yang menyejukkan. Konsonan /z/ berhubungan
dengan konteks suasana kekerasan. Konsonan /f/ dan /w/ berhubungan dengan keadaan
angin, sayap burung, dan gerakan di udara. Konsonan /t/ dan /d/ mirip seperti /k/ dan /g/,
tetapi tanpa empati dan banyak digunakan untuk melukiskan gerakan yang pendenk.
Konsonan /r/ berhubungan dengan gerakan dan suara. Konsonan /d/ berhubungan dengan
keras lunaknya suatu gerakan. (Boulton, 1979:58)

5
Sastra kontemporer juga bias dikatakan sastra mutaakhir krena pada masa itu sastra ini
dianggap sebagai ujung dari penciptaan karya sastra pada masanya dan juga bias dibilang
sastra moderen seiring periode waktu tetapi antara sastra moderen dan mutaakhir bukan
hanya sebatas periode waktu tetapi juga karena pola piker seorang pengarang yang memiliki
pola pemikiran yang lain dari pada pengarang lain pada masanya yang berarti sebuah
kemajuan berfikir untuk menciptakan karya sastra. (Tafsir budi darma)

2.3 Analisa

Puisi yang berjudul “sepisaupi” banyak menggunakan fonem /s/ dan /p/. Jika merujuk
pada pernyataan Boulton, bunyi /s/ mensugesti timbulnya suasana mengejek, lembut, lancar,
dan kadang-kadang menimbulkan perasaan yang menyejukkan, sedangkan /p/ adalah
konsonan eksplosif yang mampu memberikan sugesti kecepatan, gerakan, dan memberikan
kesan remeh atau cemoohan.

Sepisaupi jika didengarkan seperti mantra. Hal itu dikarenakan penggabungan kata-kata
sepi dan pisau jika dibaca tanpa putus kita akan dapat menangkap makna dari sepi dan pisau
itu. Efek /s/ dan /p/ pada “sepisaupi” menimbulkan efek magis, dan efek penggunaan fonem
tersebut berpengaruh pada pengucapan puisi yang dibaca dengan cepat dan terdengar seperti
mantra. Efek magis yang murni pada puisi tersebut juga dapat kita lihat dari pengulangan-
pengulangan (repetisi) seperti pada mantra. Sepisau, sepisaupa, sepisaupi, begitu banyak
diulang-ulang dalam puisi ini. Puisi-puisi sejenis ini memang tidak terlalu kuat dalam gaya
bahasa, simbol atau permainan kata. Puisi ini adalah teori pemecahan (fusi) kata, permainan
bentuk, pemaknaan baru, dan puisi menurut juga adalah mengembalikan kata pada mantra.

Asonansi:

Pengulangan bunyi vokal yang sama pada kata/perkataan yang berurutan dalam baris-
baris puisi. Pengulangan begini menimbulkan kesan kehalusan, kelembutan, kemerduan atau
keindahan bunyi. Yerdapat pada kata :

Sepisapanya

Keranjang

Sepisaupa

6
Sepisaupi

Aliterasi:

Pengulangan bunyi konsonan yang sama dalam baris-baris puisi; biasanya pada awal
kata/perkataan yang berurutan. Pengulangan seperti itu menimbulkan kesan keindahan
bunyi. Terdapat pada kata :

sepisaupa

sepisapanya

nyanyi

Makna

Adalah suatu semiotika atau symbol yang terdapat pada puisi.

sepi dan pisau jika dibaca tanpa putus kita akan dapat menangkap makna dari sepi dan
pisau itu. Efek /s/ dan /p/ pada “sepisaupi” menimbulkan efek magis, dan efek penggunaan
fonem tersebut berpengaruh pada pengucapan puisi yang dibaca dengan cepat dan terdengar
seperti mantra

SEPISAUPI

sepisau luka sepisau duri

sepikul dosa sepukau sepi

sepisau duka serisau diri

sepisau sepi sepisau nyanyi

sepisaupa sepisaupi

sepisapanya sepikau sepi

sepisaupa sepisaupi

sepikul diri keranjang duri

sepisaupa sepisaupi

7
sepisaupa sepisaupi

sepisaupa sepisaupi

sampai pisauNya ke dalam nyanyi.

Parafrase puisi

Sepisau luka sepisau duri merupakan bentuk luka yang yang teramat sangat yang pernah
dialami, penggambaran dari dosa yang telah dilakukan dan membuat penyesalan yang
mendalam,kerena dosa yang telah dilakukan membuat perenungan dalam kesendirian, ketika
kesendirian itu yang dirasakan hanyalah penyesalan sepisaupa sepisaupi pelukisan akan
pisau dan sepi seolah-olah kesendirian yang menyakitkan, sepisapanya sepikau sepi disini
takadalagi sapaan kerena kesepian yang telah dialami, sepisaupa sepisaupi pengulangan kata
ini adalah penguatan tentang kesepian, sepikul diri keranjang duri adalah siksaan kesepian
yang dialami sendiri dan harus ditanggung olehnya tanpa seorangpun yang membantu,
sepisaupa sepisaupi penguatan kesepian yang dialami terulang-ulang sampai akhir yang
selalu mendramatisir kisah kesendirian ini, sampai pisauNya ke dalam nyanyi kesedihan
akan kesepian selalu menghantui diri selamanya seakan-akan irama kesepian bagai lagu
dalam hati.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sastra kontemporer pada awalnya sangat tidak lazim di Indonesia, sastra yang lebih
dominan dengan karakter klasik bangsa Indonesia dahulu yang mana seni pada saat itu lebih
di dominasi oleh karya-karya pujangga lama yang lebih mengedepankan sisi
konvensionalnya. Kelahiran sastra kotemporer merupakan gebrakan awal yang di usung oleh
sosok Sutardji C.B

Sastra kontemporer lahir karena adanya pergeseran nilai kehidupan dan tatanan dalam
masyarakat secara menyeluruh dan tidak di pengaruhi dengan adanya kebiasaan masyarakat
di sekitarnya.

Pada dasarnya sastra kontemporer Indonesia lebih cenderung di pengaruhi oleh sastra
Barat atau Eropa. Dan ciri salah satu karakter sastra kontemporer Indonesia adalah ” seni
untuk seni “

Dan sastra kontemporer merupakan bentuk seni yang mengobrak-abrik tatanan bahasa
atau kata. Karakteristik sastra kontemporer di huni oleh para pemburu dalam sejarah sastra
suatu bangsa – bangsa, titik tolaknya adalah sastra yang sudah ada dalam masyarakat.
Karakteritas yang sangat menonjol pada karya sastra kontemporer ini adalah karyanya yang
sangat non – konvensional sehingga hal ini menjadi suatu mengapa dalam karya sastra ini
cenderung kurang diminati oleh para pembaca pada umumnya. Ciri atau karakteritas sastra
kontemporer atau sering disebut dengan sastra Avant Garde ini yaitu sastra yang sudah jelas
penokohannya atau dan karakter tokoh. Kritikus Umar Junus pernah menyatakan bahwa
tradisi sastra Indsonesia modern adalah tradisi pembaharuan.

Merupakan suatu karakter dari sastra kontemporer adalah karya seni yang menunjukan
gaya atau pokok yang digarap, khususnya yang dilaksanakan secara eksperimental. Karya
semacam ini menyimpang dari kelaziman yang telah mentradisi.

Tujuannya adalah mencapai keabsolutan seni.menciptakan tingkat penciptaan yang


setinggi – tingginya. Semboyan jelas : ‘’seni untuk seni. Mereka tidak peduli apakah karya

9
semacam itu dapat dipahami oleh lingkungannya atau tidak. Mereka mencipta demi
kemajuan bangsanya.Inilah sebabnya sering muncul tuduhan bahwa avant garde hanya
berkarya untuk para kritikus seni yang berwibawa saja. Karakteristik sastra kontemporer
atau avant garde ini bertumpu kepada seni yang telah mentradisi. Karakteristik avant garde
ini diciptakan oleh para seniman tidak dengan ‘’eksperiment’’ tidak dengan coba – coba ,
tidak dengan lempar dadu’.Para seniman pencipta karya sastra kontemporer ini ini bekerja
melalui proses penciptaan yang panjang. Melalui pencarian yang panjang dan
bertanggungjawab.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://opac.depok.go.id:8123/inlislite3/opac/detail-opac?id=2757 (Diakses pada hari sabtu


tanggal 19 Maret 2022 jam 21.00 wib)

https://www.kompasiana.com/ratnaislamiati/550a5ee8813311df78b1e196/sastra-kontemporer-
mengobrak-abrik-sastra-konvensional-part-1 (Diakses pada hari sabtu tanggal 19 Maret 2022
jam 21.40 wib)

https://www.researchgate.net/publication/
326374752_HIERARKI_SASTRA_POPULER_DALAM_ARENA_SASTRA_INDONESIA_K
ONTEMPORER (Diakses pada hari sabtu tanggal 19 Maret 2022 jam 22.30 wib)

http://scholar.unand.ac.id/40202/2/BAB%20I.pdf (Diakses pada hari sabtu tanggal 19 Maret


2022 jam 23.350 wib)

https://pps.unj.ac.id/publikasi/dosen/ninuk.lustyantie/07.pdf (Diakses pada hari sabtu tanggal 19


Maret 2022 jam 23.50 wib)

11

Anda mungkin juga menyukai