Anda di halaman 1dari 5

Puisi Untuk Tingkat Umum

AKU BERIKAN
Karya: Abdul Hadi W.M.

Aku berikan seutas rambut padamu untuk kenangan


tapi kau ingin merampas seluruh rambutku dari kepala
Ini musim panas atau bahkan tengah musim panas
langkahmu datang dan pergi antara ketokan jam yang berat

Mengapa jejak selalu nyaring menjelang sampai


daun-daun kering risik di pohon ingin berdentuman
ke air selokan yang deras
langkahmu datang dan pergi antara ketokan jam yang berat

Aku berikan sepotong jariku padamu untuk kaubakar


tapi kau ingin merampas seluruh tanganku dari lengan
Ini musim atau akhir musim panas aku tak tahu
Burung-burung kejang di udara terik seakan penatku padamu

Maka kujadikan hari esokku rumah


Tapi tak sampai rasanya hari iniku untuk berjumpa

1974
Puisi Untuk Tingkat Umum

MENYERAP TINTA DI LAUTAN


karya: acep zamzam nor

Akulah si miskin yang kaya


Dadaku berkilauan bukan oleh permata
Sebab cinta telah disodorkan kemurahan semesta
Padaku. Kini aku menyeret langkah ke segala penjuru
Dan menulis puisi di sudut-sudut malam
Di antara kesempitan bumi dan keluasan langit
Aku terus menggeliat dan menari
Sedih dan riangku menjadi tarian di udara
Lihatlah, langkahku berderap menyongsong matahari
Menempuh bukit demi bukit sepanjang rahasiamu abadi
Beribu penyair telah menyerap tinta di lautan
Pohon-pohon bergerak menuliskan kerinduan

Lihatlah, kain kafanku terus berkibaran


Memenuhi udara dengan bau keringat pengembara
Meskipun hatiku telah dilumuri lumpur hitam
Aku tahu cahaya masih akan terbit dari tatapan matamu
Setiap pagi. Kemudian kaubakar segala yang ada di bumi
Hingga gairahku menyala dan berkobar kembali
Siang dan malam akan terus berulang, seperti berulangnya
Hidup dan mati. Lihatlah, tidak ada lagi mahkota di kepalaku
Kemegahan hanya menganugerahiku sebatang pena:
Aku ingin menghabiskan semua tinta di lautan
Lalu bergerak bersama pohon-pohon menuliskan cinta
Puisi Untuk Tingkat Umum

SUJUD KEMATIAN
Karya: Jamal D. Rahman

begitu deras batu-batu mengalir dari alis matamu


menziarahi pekuburan yang memanggil-manggil kematianku
dengan sujud bunga. ojasadku hanyut
dalam gelombang-gelombang besar mimpimu. ke mana
harus kusalurkan airmata?

kudengar zikir batu karang pada dasar gemercik air:


tangis lebih dingin dari sujudku. o darah
yang dihanyut batu-batu, berapa kali harus kusyahadatkan
cintaku? perjalanan mayat yang jauh
menggali dan menimbuni jurang-jurang. pada
lenganmu, kuusung mayatku bersama air yang keruh
dan daun-daun yang menguning. keranda begitu teduh.
untukmu, kukarangkan doa
dan nisan kesangsianku. kita karamkan
gunung-gunung dan kabut yang tebal!

1989
Puisi Untuk Tingkat Umum

DI IRAK, BAHKAN DOA PUN REMUK


Karya : Jamal D. Rahman

di irak, di kilang-kilang minyak, di padang-padang debu, di


gudang-gudang peluru dan mesiu, bahkan doa pun remuk.
tulang-belulang kami tak bisa lagi menggali tanah, tempat kami
menyuling hidup di ladang-ladang minyak, tempat kami
mengilang bom di padang-padang amuk. semua telah jadi api,
dan kami berkobar merebus darah sendiri, membakar-bakar
matahari.

kami pungut pecahan doa di reruntuhan kilang dan gedung,


lalu kami suling jadi patung api, tempat kami mengenang
tanganmu meledakkan matahari di padang paling sunyi.
kami
coba menata kembali doa kami yang remuk, tulang-belulang
Kami yang luluh-lantak, lalu kami rakit jadi bom dalam diri
kami. setiap saat ia meledak tanpa kami merasa pernah mati.

malam-malam kami dirayapi tank, dicekam rudal, diintai


peluru. diraungi ledakan-ledakan. langit pun pecah. tanah
terbelah. dan kaki anak kami patah. dan kaki anak kami patah.
dan hati anak kami pecah.
dia menangis. tapi yang terdengar |
dari isak tangis anak kami adalah bisik tertahan di raung Sirine
perang: orang-orang mati doa di kilang tangisku. orang-orang
mati doa di kilang tangisku.

ya. kami coba menata kembali doa kami yang remuk, tulang
belulang kami yang luluh-lantak, lalu kami rakit jadi bom jadi
rudal jadi nuklir dalam diri kami. setiap saat ia meledak tanpa
kami merasa pernah mati.
Puisi Untuk Tingkat Umum

2003

Anda mungkin juga menyukai