Anda di halaman 1dari 22

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENGINITIS

MakalahinidisusununtukmemenuhitugasmatakuliahKeperawatanMedikalBedah III
yangdiampuoleh:
Muhammad shiddig s,s.kep.,Ns.,M.Tr.kep

KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH:
1. Abd fatah
2. Anaa
3. Sofi
4. Ai topan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS NAZHATUT THULLAB AL-MUAFA SAMPANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat daanugrahnya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalahkami dengan Judul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN MENGINTIS”. Adapuntujuan penulisan makalah ini untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMBIII.Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan

makalah ini masihterbatas dab jauh dari sempurnah. Hal ini disebabkan keterbatasan

pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Untuk itu, kami menghanturkan

permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini.

Sampang,07 November 2022


DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR ...............................................................................................2
DAFTAR ISI ...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN :
A.Latar Belakang .......................................................................................................4
B.Rumusan Masalah ...................................................................................................5
C.Tujuan ...................................................................................................................6
D.Manfaat .................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
:A.Konsep Teori :
1.Definisi .................................................................................................................7
2.Anatomi fisiologi....................................................................................................7
3.penyebab Etiologi ..................................................................................................9
4.Patofisiologi…………............................................................................................10
5.Manifestasi klinis………….....................................................................................11
6.Penatalaksanaan Medis…………………………........................................................12
7.Pemeriksaan penunjang...........................................................................................13
3 Konsep Asuhan Keperawatan :
1.Pengkajian ............................................................................................................15
2.Klasifikasi Data .....................................................................................................16
3.Diagnosa keperawata...............................................................................................17
4.Intervensi keperawatan ...........................................................................................18
5.Implementasi keperawatan.......................................................................................19
6.Evaluasi…………………………………………………………………………………..19
BAB III PENUTUP
1.kesimpulan………………………………………………………………………………...20
2.Saran……………………………………………………………………………………….20
3.Daftar pustaka……………………………………………………………………………..21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat
inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis
(CSS). Meningitis dapat terjadi akut, subakut atau kronis tergantung etiologi dan pengobatan
awal yang tepat. Meningitis akut terjadi dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari,
yang disebabkan oleh bakteri, virus, non infeksi. 1 Meningitis akut pada anak dirawat di
rumah sakit secara rutin dan diberikan antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil
kultur karena sulit membedakan meningitis bakterial dengan meningitis aseptik.2 Meningitis
akut pada anak umumnya merupakan meningitis aseptik dan tidak memerlukan pengobatan
spesifik, namun 6- 18% kasus meningitis akut merupakan meningitis bakterial. 2,3
Meningitis bakterial merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP) yang paling berat dan sering
serta masih menjadi masalah kesehatan di dunia.4 Angka kematian mencapai 25% di negara
maju dan lebih tinggi lagi di negara berkembang walaupun telah ada terapi antimikroba dan
perawatan intensif yang canggih.5,6 Meningitis bakterial terutama menyerang anak usia
bakterial diperkirakan 1-2 juta setiap tahun dan 135.000 meninggal dan menjadi salah satu
dari 10 penyakit infeksi yang menyebabkan kematian di dunia serta 30-50% akan mengalami
sekuele neurologis.6,8 Di Indonesia, kasus tersangka meningitis bakterial sekitar
158/100.000 per tahun9 dan menduduki urutan ke-9 dari 10 pola penyakit di 8 rumah sakit
pendidikan.10

Istilah meningitis aseptik digunakan untuk semua jenis radang meningen otak yang
tidak disebabkan oleh bakteri yang memproduksi pus. Meskipun virus adalah penyebab
utama, banyak etiologi yang lain baik infeksi dan non infeksi yang dapat menyebabkan
meningitis aseptik. Meningitis aseptik tidak identik dengan meningitis viral meskipun
keduanya sering digunakan secara bergantian. 11 Meningitis aseptik adalah salah satu
penyebab peradangan meningen yang banyak ditemukan, dapat terjadi pada semua usia
meskipun lebih sering terjadi pada anak-anak. Kejadian meningitis aseptik di Amerika
Serikat dilaporkan 11 per 100.000 orang/tahun, dibandingkan dengan 8,6/100.000 pada
meningitis bakterial. Meningitis aseptik menyebabkan 26.000-42.000 pasien rawat inap
setiap tahun di Amerika Serikat. 12 Penelitian yang dilakukan pada anak-anak di Singapura

Pasien yang dicurigai meningitis akut maka sampel darah harus dikultur dan lumbal
pungsi segera dilakukan untuk menentukan apakah pemeriksaan CSS sesuai dengan
meningitis bakterial. Pada beberapa pasien, lumbal pungsi tidak dapat dilakukan segera
misalnya masih diragukan dengan massa intrakranial, adanya peningkatan tekanan
intrakranial dan CT (computerized tomography) scan kepala harus dilakukan sebelum
lumbal pungsi. Pada pasien dengan kondisi ini lumbal pungsi ditunda dan memulai terapi
antimikroba yang tepat karena keterlambatan terapi meningkatkan morbiditas dan mortalitas,
jika pasien memang didiagnosis meningitis bakterial. Hasil kultur CSS dan pewarnaaan
gram CSS akan berkurang bila antibiotik telah diberikan sebelum lumbal pungsi dilakukan
dan analisis CSS (peningkatan jumlah leukosit, konsentrasi glukosa berkurang, dan
konsentrasi protein tinggi) mungkin dapat memberikan bukti untuk diagnosis meningitis
bakterial. 14 Di RS M. Djamil ditemukan sekitar 25% keluarga pasien yang menolak
dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi pada anak mereka yang dicurigai meningitis bakterial,
data diambil dari rekam medis Januari sampai Juli 2015. 1

Penelitian yang dilakukan Huy dkk terhadap 13 clinical decision rule mendapatkan
bahwa tidak satupun clinical decision rule yang mempunyai sensitivitas 100% dan
spesifisitas >50%, dimana clinical decision rule yang sempurna bila mempunyai sensitivitas
dan spesifisitas antara 85-90%. Skor Nigrovic lebih baik diantara 12 skor lainnya yang
mempunyai sensitivitas 96,6% dan spesifisitas 53,3%. Skor Oostenbrink mempunyai
sensitivitas 86,1% dan spesifisitas 50%.22 5 Clinical decision rule yang ideal dapat
memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui
sensitivitas dan spesifisitas dari clinical decision rule oleh Oostenbrink untuk menegakkan
diagnosis meningitis bakterial.

1.2. Rumusan masalah


Berapa sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif dari skor
Oostenbrink pada meningitis bakterial?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP) dan nilai duga negatif (NDN)
dari skor Oostenbrink pada meningitis bakterial.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik pasien yang dirawat dengan meningitis bakterial.


2. Mengetahui kejadian meningitis bakterial pada skor Oostenbrink 2016

3. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, NDP, NDN dari skor Oostenbrink pada meningitis
bakterial

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat dibidang akademik


1. Manfaat akademik: memberi informasi ilmiah tentang karakteristik dan gambaran anak
yang dirawat dengan meningitis bakterial.
2. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif dari skor
Oostenbrink pada meningitis bakterial anak.

1.4.2. Manfaat dibidang pengabdian masyarakat


Skor klinis meningitis dapat digunakan sebagai acuan dalam memprediksi adanya
meningitis bakterial sehingga dapat digunakan dalam tatalaksanan pasien meningitis akut.
1.4.3.
Manfaat dibidang penelitian Penelitian ini dapat menjadi menjadi dasar untuk penelitian
lanjutan tentang meningitis bacterial
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Meningitis

1. Pengertian meningitis

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita Yuliani 2006).
Pengertian lain juga menyebutkan bahwa meningitis adalah inflamasi arakhnoid dan pia mater
yang mengenai CSS (Cairan Serebro Spinal). Infeksi menyebar ke subarachnoid dari otak dan
medula spinalis biasanya dari ventrikel (Batticaca, Fransisca, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah suatu reaksi yang terjadi dari peradangan yang
terjadi akibat infeksi karena bakteri, virus, maupun jamur pada selaput otak (araknoidea dan
piamater) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal dan
menyebabkan perubahan pada struktur otak
2. Anatomi dan Fisiologi
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima 15% dari
curah jantung memerlukan sekitar 20% pemekaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori
energy setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap kemampuan manusia untuk melakukan
gerakangerakan yang disadari, dan kemampuan untuk berbagai macam proses mental, seperti
ingatan atau memor, perasaan emosional, intelegensi, berkomunikasi, sifat atau kepribadian dan
pertimbangan. Berdasarkan gambar dibawah, otak dibagi menjadi lima bagian, yaitu otak besar
(serebrum), otak kecil (serebelum), otak tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), dan
jembatan varol (pons varoli) (Russell J. Greene and Norman D.Harris,2008).
Otak diselimuti oleh selaput otak yang disebut meningens yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Durameter
Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan
tulang tengkorak, berfungsi untuk melindungi jaringanjaringan yang halus dari otak dan medulla
spinalis.
2. Arakhnoid
Lapisan bagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jarring labalaba. Ruangan
dalam lapisan ini disebut dengan ruang subarachnoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan
3 Piameter
Lapisan paling dalam dari otak dan melekat pada otak. Lapisan ini banyak memiliki
pembuluh darah, berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
Bagian-bagian otak :
a. Otak Besar (Serebrum)
Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar mempunyai fungsi
dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan
(memori), kesadaran dan pertimbangan. Otak besar terbagi menjadi empat bagian yang disebut
lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut sulcus.
1) Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari otak besar. Lobus ini berhubungan
dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, member penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, dan kemampuan bahasa.
2) Lobus Parietal
Berada ditengah berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan, dan
rasa sakit.
3) Lobus Temporal
Berada di bagian bawah berhubungan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan
bahasa bicara atau komunikasi dalam bentuk suara.
4) Lobus Occipital
Bagian paling belakang berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
b. Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan dan
posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berungsi mengkoordinasikan gerakan yang
halus dan cepat.Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cidera pada otak kecil dapat mengakibatkan
gangguan pada sikap dan koordinasi gerakan otot.
c. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting pada reflek
mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
d. Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri dari dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua rangsangan dari
reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan
nutrient, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
e. Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu,
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. Meningitis atau radang selaput otak
adalah radang pada membran yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara
kesatuan disebut,meningen.Radang dapat disebabkan oleh infeksi oleh virus, bakteri atau juga
mikroorganisme lain, dan walaupun jarang dapat disebabkan oleh obat tertentu. Meningitis dapat
menyebabkan kematian karena radang yang terjadi di otak dan sumsum tulang belakang
Meningen terdiri atas tiga membrane yang bersama-sama dengan likuor serebrospinalis,
membungkus dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat). Pia meter
merupakan membrane kedap air yang sangat halus yang melekat kuat dengan permukaan otak,
mengikuti seluruh liku-liku kecilnya. Arachnoid meter (disebutdemikian karena bentuknya yang
menyerupai sarang laba-laba) merupakan suatu kantong longgar di atas pia meter. Ruang
subarachnoid memisahkan membrane pia meter dan arachnoid dan terisi dengan cairan likuor
serebrispinalis. Membran terluar, dura meter merupakan membrane telan yang kuat, yang
melekat ke membrane arachnoid dan ke tengkorak (Torwoto,2013).
f. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbic terletak dibagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju.
Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sehingga sering disebut dengan
otak mamalia. Bagian terpenting dari limbic sistem adalah hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapatkna perhatian dan mana yang
tidak
3.Penyebab meningitis
Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis yaitu bakteri, faktor
predisposisi, faktor maternal, dan faktor imunologi. Menurut (Suriadi & Rita Yuliani 2006)
penyebab meningitis antara lain.

a. Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumonia, Neisseria meningitis,


hemolytic streptococcus, staphylococcus aureu, e. coli

b. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita

c. Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan 9

d.Faktorimunologi:defisiensimekanismeimun,defisiensiimmunoglobulin,
e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan

4. Gambaran klinis meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) gambaran klinis yang muncul pada anak dengan
meningitis antara lain : 1. Pada fase akut gejala yang muncul antara lain :
a. Lesu
b. Mudah terangsang
c. Hipertermia
d. Anoreksia
e. Sakit kepala
2. Peningkatan tekanan intrakranial. Tanda-tanda terjadinya tekanan intrakranial:
a. Penurunan kesadaran
b. Muntah yang sering proyektil (menyembur)
c. Tangisan yang merintih
d. Sakit kepala
3. Kejang baik secara umum maupun lokal
4. Kelumpuhan ekstremitas (paresis atau paralisis)
5. Gangguan frekwensi dan rama pernafasan (cepat dengan irama kadang dangkal dan
kadang dalam)
6. Munculnya tanda-tanda rangsangan meningeal seperti ; kaku kuduk, regiditas umum,
refleksi Kernig dan Brudzinky positif

5. Patofisiologi meningitis

Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain.
Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya penyakit
Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia. Masuknya organisme melalui sel
darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran organisme bisa terjadi akibat prosedur
pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea
akibat fraktur dasar tengkorak yang dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan
antara CSF (Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan
mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk ke susunan
saraf pusat melalui ruang pada subarachnoid sehingga menimbulkan respon peradangan seperti
pada via, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh
mikroorganisme meningitis yang mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga terjadi
peningkatan suhu oleh hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya
hipertermi (Suriadi & Rita Yuliani 2001)

6.Manifestasi klinis meningitis

Gejala klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala, lemah, menggigil,
demam, mual, muntah, nyeri punggung, kaku kuduk, kejang, peka pada awal serangan, dan
kesadaran menurun menjadi koma. Gejala meningitis akut berupa bingung, stupor, semi-koma,
peningkatan suhu tubuh sedang, frekuensi nadi dan pernapasan meningkat, tekanan darah
biasanya normal, klien biasanya menunjukkan gejala iritasi meningeal seperti kaku pada leher,
11 tanda Brudzinksi (Brudzinki’s sign) positif, dan tanda Kernig (Kernig’s sign) positif
(Batticaca, Fransisca, 2008)

7. Komplikasi meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan
meningitis antara lain.

a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena adanya
desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan
otak ke daerah subdural.

b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen dapat sampai
ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen termasuk ke
ventrikuler.

c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor


Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan
terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya
banyak tertahan di intracranial.

d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena meningitis tidak
mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
e. Epilepsi.

f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan
memori. 12

g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas atau
mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.

8. Penatalaksanaan medis meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) penatalaksanaan medis yang secara umum yang
dilakukan di rumah sakit antara lain :

a. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering atau ringer
laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat badan anak atau tingkat
degidrasi yang diberikan karena pada anak yang menderita meningitis sering datang dengan
penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah, pengeluaran cairan melalui
proses evaporasi akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang
menurun.

b. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Dosis awal diberikan diazepam 0,5
mg/Kg BB/kali pemberian melalui intravena. Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan
fenobarbital dengan dosis awal pada neonates 30m, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan
anak yang lebih dari 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/
di bagi dalam dua kali pemberian diberikan selama dua hari. Sedangkan pemberian fenobarbital
dua hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dua kali pemberian.
Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejangjuga diharapkan dapat menurunkan suhu
tubuh karena selain hasil toksik kumanpeningkatan suhu tubuh berasal dari kontraksi otot akibat
kejang. 13

c. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik yang sering
dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400 mg/KgBB dibagi dalam enam dosis pemberian
secara intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam empat dosis
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pengambilan cairan
serebrospinal melalui pungsi lumbal.

d. Penempatan pada ruang yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara, cahaya dan
rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak karena
peningkatan rangsang depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.

e. Pembebasan jalan napas dengan menghisap lendir melalui suction dan memposisikan anak
pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan pembebasan jalan napas dipadu dengan
pemberian oksigen untuk mendukung kebutuhan metabolism yang meningkat selain itu mungkin
juga terjadi depresi pusat pernapasan karena peningkatan tekanan intracranial sehingga peril
diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernapasan.
Pemberian oksigen pada anak meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui
masker oksigen
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih (10.000-40.000/mm3),
pemeriksaan koagulasi, kultur adanya mikroorganisme pathogen. Urine : Albumin, sel darah
merah, sel darah putih ada dalam urine.
2. Radiografi :
Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya Rongen dada untuk menentukan adanya
penyakit paru seperti TBC paru, pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan
otak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi :

untuk membandingkan keadaan CSF normal dengan meningitis.


10. Komplikasi
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Hydrosephalus : Penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada
otak.
3. Infark serebral : Kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen, karena
terhambatnya aliran darah ke daerah tersebut.
4. Ensepalitis : peradangan pada jaringan otak dan meningenakibat virus, bakteri, dan
jamur.Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormon
5. Abses otak : Infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah didalam otak serta
pembengkakakan.
6. Kejang : Gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak
terkendali dan hilangnya kesadaran.
7. Endokarditis : Infeksi pada endokardium yaitu lapisan bagian dalam jantung.
8. Pneumonia : Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah satu atau
kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.
9. Syok sepsis : Infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah yang sangat
rendah.
Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
Anamnesis pada meningitis meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu dikaji dampak hospitalisasi) (Arif
Muttaqin,2008).
a. Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alas an klien atau orang tua membawa anaknya untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah suhu badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kuman penyebab.
Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai terjadinya
serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien dengan meningitis biasanya
didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat infeksi atau peningkatan tekanan
intrakranial. Keluhan tersebut di antaranya sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang
sering. Sakit kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi
meningen. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih
mendalam, bagaiman sifat timbulnya kejang, stimulasi apa yang sering menimbulkan kejang dan
tindakan apa yang diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang.Adanya penurunan
kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya
merupakan awal adanya penyakit. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat
selama menjalani perawatan di RS, pernahkah menjalani tindakan invasive yang memungkinkan
masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui pembuluh darah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau
menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat
sakit TB paru perlu ditanyakan kepada klien perlu ditanyakan kepada klien terutama jika ada
keluhan batuk produktif dan pernah mengalamipengobatan obat anti tuberculosis yang sangat
berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
d. Pengkajian psikososial-spititual
Pengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan perilaku
klien. Sebagian besar pengkajian ini didapat diselesaikan melalui interaksi menyeluruh dengan
klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan member pertanyaan dan tetap melakukan
pengawaan sepanjang waktu untukmenentukan kelayakan ekspresi emosi dan pikiran.
Pengkajian mekanime koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
-Pengkajian Saraf Kranial
1. Saraf I : biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan funsi penciuman
2. Saraf II : Tes ketajaman penglihatan dalam batas normal
3. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan funsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak
disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
4. Saraf V : Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan
reflek kornea biasanya tidak ada kelainan.
5. Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
6. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif atu tuli persepsi.
7. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik
8. Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokledomastoideus dan trapezius.
9. Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
2. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih
dari normal 38-41oC, dimulai pada fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat.
Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proes inflamasi dan iritasi meningen yang sudah
menggangu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut nadi berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK.
B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas dan
peningkatan frekuensi nafas yang sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya
gangguan sistem pernafasan. Palpasi thorax hanya dilakuan jika terdapat deformitas pada tulang
dada pada klien dengan efusi pleura massif. Auskultasi bunyi nafas tambahan seperti rochi pada
klien meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru.
B2 ( Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukan pada klien meningitis pada tahap
lanjut seperti apabila klien mengalami renjatan (syok).
B3 (Brain)Pengkajian ini merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sisstem lainnya.
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran
urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 ( Bowel)
Mual sampai muntah disebabkan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada
klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan kaki).
Petekia dan lesi purpura yang didahului olehruam. Pada penyakit yang berat dapat ditemukan
ekimosis yang berat pada wajah dan ekstremitas. Klien sering mengalami penurunan kekuatan
otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu ADL.
3. Diagonosa Keperawatan
1. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan
dengan batuk tidak efektif, ronchi
3. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan pola nafas abnormal
4. Resiko infeksi b.d penyakit kronis
5. Resiko cidera b.d perubahan fungsi kognitif
6. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan dengan berat badan
menurun, otot pengunyah lemah
7. Resiko ketidakseimbangan cairan b.d trauma/perdarahan
8. Hipertermi b.d proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal.
9. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dibuktikan dengan
kekuatan otot menurun
10. Defisit perawatan diri b.d kelemahan dibuktikan dengan tidak mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri
4. INTERVENSI
N Diagnosa keperawatan Slki siki
o

1 Perfusi serebral Tujuan : Observasi :

tidak efektif Setelah dilakukan intervensi -Identifikasi penyebab peningkatan


TIK(mis.lesi menempati
keperawatan selama 3 jam
berhubungan ruang,gangguan metabolism, edema
maka ekspetasi membaik serebral, peningkatan tekanan vena,
dengan infeksi obstruksi cairan serebrospinalis,
dengan kriteria hasil : hipertensi intrakranial idiopatik.
otak - Tingkat kesadaran - Monitor ireguleritas irama nafas
meningkat - Monitor penurunan tingkat
- Kognitif meningkat kesadaran

- Tekanan intra cranial - Monitor status pernafasan

menurun - Monitor intake dan output cairan

- Sakit kepala menurun - Monitor cairan serebrospinalis

- Gelisah menurun Terapeutik :

- Agitasi menurun - Berikan posisi semi fowler

- Demam menurun - Hindari maneuver Valsava

- Tekanan darah - Cegah terjadinya kejang

membaik - Hindari penggunaan PEEP

- Reflek saraf membaik - Hindari menggunakan cairan IV


hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
5.Implementasi
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produksi sisa tubuh, reduksi atau
peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi, pemeliharaan
keseimbangan cairan dn elektrolit serta pemeliharaan kesehatan dan tidak ada komplikasi.
6.Evaluasi
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
mempertahankan tingkat kesadaran, tidak mengalami kejang, melaporkan nyeri berkurang,
mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal kekuatan, serta tampak rileks
dan melaporkan ansietas berkurang
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi yang menakutkan karena menyebabkan
mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama di negara berkembang sehingga diperlukan
pengenalan dan penanganan medis yang serius untuk mencegah kematian
Meningitis merupakan suatu reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus
jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan organisme
seperti bakteri, virus, dan jamur. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah dan
berakibat fatal pada 50% kasus jika tidak diobati
B.Saran
1.Saran Bagi Perawat
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini
memiliki pengetahuan dan keterampilan bagi perawat agar dapat melakukan tindakan sesuai
prosedur.
2. Saran Bagi Pasien
Diharapakan pasen dapat menerapkan cara untuk mencegah terjadinya menganitis
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1 Jogjakarta:Percetakan Mediation
Publishing Jogjakarta.PPNI. 2016Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan
indikator Diagnostik, Edisi Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai