Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN SEMINAR KASUS

RESUME KEPERAWATAN PADA AN.A.M DENGAN DIAGNOSA


MEDIS MORBILI DI RUANG PEMERIKSAAN ANAK (MTBS)
PUSKESMAS LIMBOTO

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II C:
TIAS RUSTAM NAHU
SITTI ROSDIYANA NAPU
SULASTRI PUTRI KIMALAHA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2021

1
2
3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan seminar kasus stase
keperawatan medical bedah II.

Dalam penyusunan laporan ini cukup banyak hambatan dan kesulitan yang
dihadapi oleh penulis, namun berkat bimbingan, arahan dan bantuan moril maupun
material serta kerjasama yang tulus dari berbagai pihak maka hambatan dan kesulitan
tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini perkenankanlah
penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada :

1. Ns. Abdul Wahab Pakaya, M.Kep., MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
2. Ns. Pipin Yunus, M.Kep selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
3. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
4. Ns. Firmawati, S.Kep., M.Kep selaku Sekertaris Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
5. Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep selaku Koordinator Stase Keperawatan Anak
dan Preseptor Klinik di ruang Perawatan Anak dan Poli Tumbuh Kembang
6. Ns. Dewi Modjo, M.Kep selaku Preseptor Akademik di ruang MTBS, NICU dan
PICU
7. Ns. Febriyanti Hasan, S.Kep selaku Preseptor Klinik di ruang NICU
8. Ns. Vionita Isa, S.Kep selaku Preseptor Klinik di ruang MTBS Puskesmas
Limboto
9. Ns. Yulinda Patilima, S.Kep selaku Preseptor Klinik di ruang Poli Tumbuh
Kembang

4
10. Ns. Sarnila Pakaya, S.Kep selaku Preseptor Klinik di ruang Perawatan Anak
11. Ns. Rosnawati, S.Kep selaku Preseptor Klinik di ruang PICU

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini
selanjutnya.

Gorontalo, Juni 2021

Penulis
Kelompok

5
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... 1
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. 2
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... 3
KATA PENGANTAR.................................................................................... 4
DAFTAR ISI .................................................................................................. 6
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 8
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 9
BAB II: TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis .................................................................................. 10
2.2 Konsep dasar Keperawatan ........................................................................ 19
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN
A. Data Umum .............................................................................................................32
B. Riwayat Kesehatan Saat Ini ....................................................................................32
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu ...............................................................................33
D. Pengkajian Tumbuh Kembang ...............................................................................33
E. Pengkajian Fisik ......................................................................................................34
F. Pemeriksaan Diagnostik .........................................................................................34
G. Penatalaksanaan Medis ..........................................................................................34
H. Identifikasi Data ......................................................................................................37
I. Klasifikasi/Pengelompokkan Data Berdasarkan Gangguan Kebutuhan .............37
J. Analisa Data Berdasarkan Patofisiologi Dan Penyimpangan KDM ...................39
K. Rumusan Diagnosa Keperawatan ..........................................................................40
L. Rencana Keperawatan ............................................................................................42
Klasifikasi MTBS ..........................................................................................................46
BAB IV: PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................................. 49
B. Diagnosa .................................................................................................... 50
C. Intervensi ................................................................................................... 50
D. Implementasi Dan Evaluasi ....................................................................... 51

6
BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 53
5.2 Saran .......................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54

7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit campak atau juga disebut morbili adalah penyakit pada waktu yang
lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan dikatakan lebih baik anak
mendapatkannya ketika masih anak-anak daripada sudah dewasa. Tetapi sekarang
termasuk penyakit yang harus dicegah karena tidak jarang menimbulkan kematian
yang disebabkan komplikasinya. Morbili atau campak adalah penyakit akut yang
disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai
dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem
(koplik’s spot), diikuti dengan erupsi makulopopuler yang menyeluruh.
Bertahun-tahun kejadian penyakit campak terjadi pada anak-anak balita
meminta banyak korban tetapi masyarakat belum menyadari bahayanya, bahkan
ada mitos jangan memberikan obat apa saja pada klien sebelum bercak-bercak
merah pada kulit keluar. (Soedarto, 2005) Bahaya penyulit penyakit campak di
kemudian hari adalah kurangnya gizi sebagai akibat diare berulang dan
berkepanjangan pasca campak.
Di Indonesia penyakit campak merupakan penyebab kematian nomor 5
sepanjang tahun 1992-1995 dengan proporsi masing-masing 3,3% dan 4,1% atau
1:1000 kasus dan sebagian kasus tersebut terjadi pada anak berusia 6 bulan
sampai 3 tahun atau setidaknya 15-20% sering terjadi pada anak berusia 36 bulan.
(Depkes, 2007).
Morbili (campak) adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara
dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol
3, 2001). Selama ini penyakit campak apabila tidak ditindak lanjutkan dalam
keperawatannya maka akan mengakibatkan komplikasi dalam tubuh, sehingga
peranan keperawatan dalam penanggulangan morbili di RS penting untuk
mengurangi resiko penderita penyakit.

8
Peran perawat adalah mengatasi penyakit morbili dengan promotif, preventif,
kreatif dan rehabilitative. Promotif adalah member penyuluhan kesehatan di
masyarakat tentang penyakit morbili dan penanggulangannya, preventif yaitu
untuk mencegah terjadinya morbili adalah merubah kebiasaan sehari-hari yaitu
menjaga kebersihan lingkungan, pola hidup sehat.
Masa tunas atau inkubasi penyakit morbili berlangsung kurang lebih dri 10-20
hari da kemudian timbul gejala-gejala. Imunisasi merupakan salah satu upaya
terbaik untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program imunisasi
tersebut insiden campak cenderung turun pada semua umur. Saat ini program
pemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan jumlah
kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap
eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat
dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah manusia.

1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan kasus ini adalah mahasiswa mampu memaparkan hasil
asuhan keperawatan pada pasien dengan morbili di ruang pemeriksaan anak
Puskesmas Limboto

9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis
A. Definisi Morbili
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi
(Suriadi & Rita Yuliani, 2010). Morbili adalah penyakit akut yang sangat
menular yang disebabkan oleh infeksi virus umumnya menyerang anak yang
ditandai dengan 3 stadium yaitu kataral (prodomal), erupsi, dan konvalensi.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh infeksi virus umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis
khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus:
(1) stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari. (2) stadium
prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan
enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa
konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari
belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul
didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi
menghitam dan mengelupas. (Sumarmo, 2015)
Kesimpulannya, morbili atau campak adalah penyakit infeksi virus
yang sangat menular dengan ditandai dengan 3 stadium: Stadium kataral,
stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
B. Etiologi
Virus morbili yang berasal dari secret saluran pernafasan, darah, dan
urine dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung
dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10-20 hari,
dimana periode yang sangat menular adalah hari pertama hingga hari ke

10
4setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium kataral) (Suriati &
Rita, 2010)
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbilivirus, family Paramyxoviridae. Virus ini dari family yang sama
dengan virus parainfluenza, virus human metapneumovirus, dan RSV
(Respiratory Syncytial Virus). Virus campak berukuran 100-250 nm dan
mengandung inti untai RNA tunggal yang diselubungi dengan lapisan
pelindung lipid. Virus campak memiliki 6 struktur protein utama. Protein H
(Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel penderita.
Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M
(Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus berperan penting dalam
penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large), NP
(Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P
berperan dalam aktivitas polimerasi RNA virus, sedangkan protein NP
berperan sebagai struktur protein nucleocapsid.
Virus campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah
diinaktivasi oleh cairan yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform.
Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>37 oC), suhu
dingin (<20oC), sinar ultraviolet serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10).
Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2
jam (Soegijanto, 2011).
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini yaitu bintik atau bercak
kemerahan di kulit yang biasanya timbul setelah hari ketiga sampai ketujuh.
Gejala tersebut mencapai puncak pada hari keempat sampai ketujuh, yaitu
bercak kemerahan yang dimulai dari wajah, kemudian ke seluruh tubuh, dan
berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecokelatan. Pada saat erupsi
tersebut, disertai dengan demam tinggi dan malaise. Demam bisa mencapai
39 – 40,5oC dan akan turun dua hari setelah timbul ruam lengkap. Apabila

11
setelah tiga hari timbul ruam lengkap dan demam belum turun, maka
dicurigai adanya komplikasi.
Beberapa jam sebelum terjadi demam tinggi akan terlihat bercak
koplik, yaitu adanya bercak-bercak kecil berwarna merah terang dan di
dalamnya berwarna putih kelabu di dalam mulut. Demam dan bercak koplik
akan menghilang setelah dua hari munculnya ruam. Hari ketiga setelah
timbulnya ruam, konjungtivitis dan coryza akan menghilang dengan
sendirinya. Batuk dan bersin yang diikuti dengan hidung tersumbat akan
menghilang bersamaan dengan menurunnya demam. Tanda dan gejala
lainnya yaitu fotopobia, nyeri tenggorokan, nyeri otot, dan gatal-gatal.
D. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan
berbiak. Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan
mengandung virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk
kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran
terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang
memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat
virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder
yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan
perluasan virus. Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi )
sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh,
terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat
ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin
menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya
awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ), perbanyakan virus
berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat
virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan
munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam
serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya

12
ruam. Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien,
dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan
oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius.
Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya
pertahanan normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan
serebrospinalis dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di
puncak serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala
dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat
kelainan system saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus
menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun.
Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa
tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya
penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik
secara akut maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus
campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah
mendapatkan imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada
bayi yang dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun
pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai
bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak.
Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal seumur
hidupnya.

Hari Patogenesis
0 Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada
permukaan konjungtiva. Infeksi terjadi di sel epitel dan
virus bermultiplikasi.

13
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus
melekat pertama kali, juga di sistem retikuloendotelial
regional dan kemudian menyebar
5-7 Viremia sekunder
7-11 Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas
11-14 Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-
organ tubuh lain
15-17 Viremia berkurang dan menghilang
Sumber: Halim (2016). Jurnal Campak pada Anak vol.43 no.3

E. Pathway Morbili
Virus morbili

Infeksi droplet (virus masuk)

Virus memasuki saluran pernaasan

Ditangkap oleh makrofag

Menyebar ke kelenjar limfa regional

Mengalami replikasi

Virus dilepas ke dalam aliran darah


(verimia primer)

Replikasi kembali

14
Virus sampai ke multiple tissue site
(viremia sekunder)

Eksudat yang serius, droliferasi sel


mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik,


HIPERTERMI
metabolisme naik, RR naik, IWL naik

Penyebaran ke berbagai organ melalui


hematogen

Kulit Saluran pernapsan: Radang konjungtiva


Inflamasi saluran nafas atas, bercak
koplik pada mukosa bukalis meluas ke jari

Proliferasi sel endotel konjungtivitis


kapiler dalam korium
Penurunan fungsi silia

Eksudasi serum/eritrosit
Secret meningkat
dalam epidermis

Batuk, pilek
Rash, ruam pada daerah
tubuh, deskuamasi rasa gatal

BERSIHAN JALAN
GANGGUAN NAPAS TIDAK EFEKTIF
INTEGRITAS KULIT

Saluran pencernaan

15
Terdapat bercak koplik berwarna Hygienis tidak dijaga dan imunitas
kelabu di kelilingi eritema pada mukosa berkurang akan meluar pada saluran
bukalis, berhadapan pada molar, cerna bagian bawah (usu)
palatum durum, mole

Iritasi mukosa usus


Mulut pahit timbul anorexia

Sekresi meningkat
Intake nutrisi menurun

Peristaltic usus meningkat


RISIKO DEFISIT NUTRISI

Diare

Dehidrasi

RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN
CAIRAN

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit morbili
yaitu pemeriksaan darah tepi. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan pada
leucopenia. Ada 3 cara pemeriksaan serologis, yaitu pemeriksaan ELISA IgG
dan pemeriksaan ELISA IgM yang lebih sensitive apabila diperiksa pada hari
ketiga sampai hari ke 28 timbulnya ruam; pemeriksaan inhibisi hemaglutine
(hemagglutination fixation test). Pada pemeriksaan ini akan ditemukan
antibody yang spesifik pada hari pertama sampai hari ketiga setelah
timbulnya ruam dan mencapai puncaknya pada minggu kedua sampai minggu

16
ke empat setelah timbulnya ruam. Saat pemeriksaan biakan virus dan
pemeriksaan sputum, pada sekresi nasal serta sedimen urin akan ditemukan
adanya sel raksasa multinukleus (multinucleated giant cell)
G. Komplikasi
Komplikasi morbili meluputi pneumonia, gastroenteritis, ensefalitis,
infeksi telinga (otitis media), kebutaan, serta malnutrisi. Masing-masing
dijelaskan berikut ini:
1. Pneumonia
Pneumonia merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi pada
penyakit mobile. Beberapa penulis mengatakan bahwa persentase
kejadian pneumonia akibat penyakit morbili sebesar 30-80%. Manifestasi
klinis dari pneumonia dapat berupa bronchitis, bronkiolitis,
bronkopneumonia, dan pneumonia lobaris. Pneumonia yang dikibatkan
oleh penyakit morbili dapat ditimbulkan dari bakteri Streptococcus,
Pneumococcus, Staphylococcus, dan Haemophylus influenzae. Jika anak
mengalami panas yang menetap, maka perlu dilakukan pemeriksaan foto
rontgen toraks karena dicurigai terjadi komplikasi gangguan pernapasan.
2. Gastroenteritis
Gastroenteritis merupakan komplikasi tersering kedua dengan angka
kejadian sebesar 19,1 – 30,4%
3. Ensefalitis
Penyakit ini dapat terjadi jika virus morbili masuk ke dalam otak, adanya
saktivasi virus yang laten, ataupun ensefalomielitis tipe alergi. Ensefalitis
ini merupakan komplikasi yang paling berbahaya karena akan
mengakibatkan kematian. Angka kejadian komplikasi ini berkisar 0,1 –
2% yang biasanya timbul pada hari kedua sampai keenam setelah
timbulnya ruam

17
4. Infeksi telinga (otitis media)
Komplikasi ini dapat terjadi karena invasi virus morbili masuk ke dalam
telinga tengah. Jika disertai infeksi sekunder, maka dapat terjadi otitis
media purulenta.
5. Kebutaan
Virus morbili dapat memperceat terjadinya defisiensi vitamin A sehingga
menyebabkan xeroftalmia atau kebutaan
6. Malnutrisi
Hal ini dapat terjadi karena asupan nutrisi yang kurang akibat anoreksia
dan muntah yang sering kali dirasakan oleh anak.
H. Penatalaksanaan
Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi
penyakit campak. Pada kasus yang ringan, tujuan terapi hanya untuk
mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa lebih nyaman dan
dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi
yang baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan
cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Bila ringan, penderita
campak tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat agar
selalu mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila
penyakit bertambah berat. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut :
1. Isolasi untuk mencegah penularan
2. Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)
3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman
4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan
banyak, berikan porsi kecil tapi sering (small but frequent).
5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi
6. Kompres hangat bila panas badan tinggi

18
7. Humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu
dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat..
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
b. Pengurang batuk (antitusif)
c. Vitamin A dosis tunggal :
1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit
2) Di atas 1 tahun: 200.000 unit
d. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa
infeksi sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
e. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita
morbili dengan ensefalitis.
f. Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
g. Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian Data Dasar
1. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terusmenerus
berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2008 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari,
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya
(fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96) Adanya nafsu
makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2010 : 213)

19
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah
Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 208 : 185). Anamnesa
riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat
imunisasi campak (Wong, 2007 : 657). Anamnesa riwayat kontak
dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2009 : 213).
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah,
apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau
familial. (Potter, 2009 : 185).
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat
bernafas.
b. Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum
sebelum dan selama MRS . Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis.
Perubahan :setelah di rumah sakit.
c. Eliminasi
1) BAK
Kebiasaan : frekuensi, warna, bau.
Perubahan setelah saki.
2) BAB
Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi.
Perubahan setelah sakit.
d. Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di
RS.
e. Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien.
Perubahan setelah sakit.
f. Kebersihan Diri. Kaji bagaimana toiletingnya pasien.

20
g. Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal (36°-37°C),
pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi
<35,5°C.
h. Rasa Nyaman, Observasi adanya keluhan yang mengganggu
kenyamanan pasien. Observasi nyeri yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman. Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia
rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi Observasi social dan komunikasi pasien.
Kaji apakan pasien mampu bercanda dengan keluarganya.
k. Bekerja
Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan
keluarganya.
l. Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien.
m. Rekreasi. Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan
sengaja meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk
mengetahui teknik yang tepat saat depresi.
n. Pengetahuan atau belajar. Seberapa besar keingintahuan keluarga
mengenai cara pencegahan diare pada anak. Disinilah peran perawat
untuk memberikan HE kepada keluarga pasien mengenai cara
pencegahan diare pada anak.
4. Pemeriksaan Fisik Kulit :
a. Timbul rash. Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular (
penonjolan pada kulit yang berwarna merah ). Timbul dari belakang
telinga pada batas rambut dan menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah,
leher, lengan bagian atas dan dada bagian atas dalam 24 jam I.
Dalam 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung, abdomen,
seluruh lengan dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2
– 3, maka rash pada wajah mulai menghilang. Proses menghilangnya

21
rash berlangsung dari atas ke bawah dengan urutan sama dengan
urutan proses pemunculannya. Dalam waktu 4 – 5 hari menjadi
kehitam – hitaman ( hiperpigmentasi ) & pengelupasan (desquamasi).
b. Kepala
1) Mata
Konjungtivitis & fotofobia. Tampak adanya suatu garis
melintang dari peradangan konjungtiva yang dibatasi pada
sepanjang tepi kelopak mata (Transverse Marginal Line Injectio)
pada palpebrae inferior, rasa panas di dalam mata & mata akan
tampak merah, berair, mengandung eksudat pada kantong
konjungtiva.
2) Hidung
Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen
dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta
menghilang bersamaan dengan menghilangnya panas.
3) Mulut
Didapatkan koplik's spot. Merupakan gambaran bercak – bercak
kecil yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna
merah terang dan bagian tengahnya berwarma putih kelabu.
Berada pada mukosa pipi berhadapan dengan molar ke – 2 , tetapi
kadang – kadang menyebar tidak teratur mengenai seluruh
permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke – 2 setelah erupsi
kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas pada
morbili.
4) Leher
Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas
jaringan limphoid untuk menghancurkan agen penyerang (virus
morbili).

22
5) Dada
a) Paru
Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan
jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan,
retraksi otot bantu pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk
yang disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran nafas
bersifat batuk kering. Intensitas batuk meningkat mencapai
puncak pada saat erupsi. Bertahan lama & menghilang secara
bertahap dalam 5 – 10 hari.
b) Jantung : Terdengar suara jantung I & II.
6) Abdomen
Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat
menurun.
7) Anus & genetalia
Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak
t.erpengaruh.
8) Ekstremitas atas dan bawah : Ditemukan rash dengan sifat sesuai
waktu timbulnya. 5. Pemeriksaan penunjang Dari hasil
pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia ringan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
4. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolism
5. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan dehidrasi

23
INTERVENSI KEPERAWATAN

Standar Luaran Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SLKI)
1 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Menejemen Hipertermi
Definisi: keperawatan maka Termoregulasi Observasi
Suhu tubuh meningkat di atas membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab hipertermi
rentang normal tubuh
1. Menggigil menurun 2. Monitor suhu badan
Penyebab:
1. Dehidrasi 2. Kulit merah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
2. Terpapar lingkungan panas 3. Kejang menurun 4. Monitor haluaran urine
3. Proses penyakit 4. Akroisianosis menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermi
(mis.infeksi.kanker) 5. Konsumsi oksigen menurun Terapautik
4. Ketidaksesuaian pakaian 6. Piloereksi menurun 6. Sediakan lingkungan yang dingin
dengan suhu lingkungan 7. Vasokontriksi perifer 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Peningkatan laju
menurun 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
metabolisme
6. Respon utama 8. Kulit memorata menurun 9. Berikan cairan oral
7. Aktivias berlebihan 9. Pucat menurun 10. Ganti line setiap hari atau lebih sering jika
8. Penggunaan incubator 10. Takikardi menurun mengalami hiperhidrosis
Gejala tanda dan mayor 11. Takipedia menurun 11. Lakukan pendinginan eksternal
Subjektif(tidak tersedia) 12. Bradikardi menurun 12. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Objektif 13. Dasar kuku sianotik mnurun 13. Berikan oksigen, jika perlu
1. suhu tubuh diatas nilai 14. Hipoksia menurun Edukasi
normal
15. Suhu tubuh membaik 14. Anjurkan tirah baring
2. kulit merah
16. Suhu kulit membaik Kolaborasi
17. Kadar glukosa darah Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena.
membaik

24
18. Pengisian kapiler membaik
19. Ventilasi membaik
20. Tekanan darah membaik

2 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif Observasi:
keperawatan maka bersihan jalan 1. monitor pola napas(frekwensi,kedalaman,usaha
Definisi:
nafas meningkat dengan kriteria nafas)
Ketidakmampuan
hasil : 2. monitor bunyi nafas tambahan (mis,gurgling
membersihkan secret atau ,mengi,wheezing,rongkhi kering)
1. Batuk efektif menigkat
obstruksi jalan nafas untuk 3. posisikan semi fowler atau fowler
2. Produksi sputum menurun
mempertahankan jalan nafas 4. Berikan minum hangat
3. Wheezing menurun
tetap paten 5. lakukan fisioterapi dada
4. Mekonium menurun
Penyebab: 6. lakukan pengisapan lender kurang dari 15 detik
5. Dispnea menurun 7. lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
Fisiologis
6. Ortopnea menurun endotrakeal
1. Spasme jalan napas
7. Sulit bicara menurun 8. keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
2. Hipersekresi jalan nafas McGill
8. Sianosismenurun
3. Disfungsi 9. berikan pksigen jika perlu
9. Gelisah menurun
neuromuskuler edukasi:
10. Frekwensi nafas membaik
4. Benda asing dlam jalan 1. anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak
11. Pola nafas membaik
nafas kontraindikasi
5. Adanya jalan nafas 2. ajarkan tehnik batuk efektif
kolaborasi
buatan
1. kolaborasi pemberian
6. Sekresi yang tertahan bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika perlu
7. Hyperplasia dinding
jalan napas

25
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan poplutan

Gejala dan tanda mayor


Subjektif:
Objektif:
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi,wheezing dan
atau rongkhi kering
5. Mekonium dijalan nafas
(pada neonates)
Kondisi klinis terkait :
1. Hullian barre syndrome
2. Sklerosis multiple
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur
diagnostic(mis.nronkosk
opi,transesophageal

26
3 Gangguan integritas kulit perawatan integritas kulit
Definisi: Setelah dilakukan tindakan observasi:
Kerusakan kulit(dermis dan 1. identifikasi penyebab gangguan intergritas
keperawatan maka integritas kulit
/atau epidermis) atau jaringan kulit
(membrane dan jaringan meningkat dengan terapeutik:
mukosa,kornea,fasia,otot,tendo kriteria hasil : 1. ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
n,tulang,kartilago,kapsul,sendi 1. Elasisitas meningkat 2. lakukan pemijatan pada area penonjjolan
dan/atau kigamen) 2. Hidrasi emnigkat tulang
3. Perfusi jaringan meningkat 3. bersihkan parineal dengan air hangat terutama
Penyebab: 4. Kerusakan jaringan menurun selama periode diare
1. Perubahan sirkulasi 4. gunakan produk berbahan petroleum atau
5. Kerusakan lapisan kulit
2. Perubahan status minyak pada kulit kering
nutrisi(kelebihan atau menurun 5. guanakan produk berbahan ringan /alami dan
kekurangan) 6. Nyeri menurun hipoalergik pada kulit senitif
3. Kekurangan /kelebuhan 7. Pendarahan menurun 6. hindari produk berbahan dasar alcohol pada
volume cairan 8. Kemerahan menurun kulit kering
4. Penurunan mobilitas 9. Hematoma menurun edukasi:
5. Bahan kimia iritatif 10. Pigmentasi abnormal menurun 1. anjrukan menggunakan pelembab
6. Suhu lingkungan yang 2. anjurkan minum air yang cukup
11. Jaringan parut menurun
ekstrim 3. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
7. Faktor mekanis 12. Nekrosisi menurun 4. anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
(mis,penekanan pada 13. Abrasi kornea menurun 5. anjurkan menghindari terpapar suhu ektrim
tonjolan 14. Suhu kulir membaik 6. anjurkan menggunakan tabir surya SPF
tulang,gesekan)atau 15. Sensasi membaik minimal 30 saat berada diluar rumah
faktor 16. Tekstur membaik 7. anjurkn mandi dan menggunakan sabun
elektris(elektrodiatermi, secukupnya.
17. Pertumbuhan rambut membaik
energy listrik
bertegangan tinggi)

27
8. Efek samping terapi
radiasi
9. Kelembapan
10. Proses penuan
11. Neuropati pigmentasi
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubhan hormonal
14. Kuraang terpapar
informasi tentang upaya
mempertahankan/melind
ungi integritas jaringan

Gejal dan tanda mayor


Subjektif:
Objektif:
1. Kerusakan jaringan dan
atau lapisan kulit
2. Nyeri
3. Pendarahan
4. Kemerhan
5. Hematoma

4 Resiko defisit nutrisi


Definisi: Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi:
Beresiko mengalami asupan keperawatan status nutrisi Observasi:
nutrisi tidak cukup untuk 1. identifikasi status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil :
memenuhi kebutuhan 2. identifikasi alergi dan intoleransi makanan
metbolisme 1. Porsi makanan yang dihabiskan 3. identifikasi makanan yang disukai

28
Faktor resiko: meningkat 4. identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
1. Ketidakmampuan menelan 2. Kekuatan otot pengunyah 5. identifikasi perlunya penggunaan selang
makanan meningkat nasogastrik
2. Ketidakmampuan mencerna 6. monitor asupan makanan
3. Kekuatan otot menelan
makanan 7. monitor berat badan
3. Ketidakmampuan meningkta 8. monitor hasil pemeriksaan laboratorium
mengabsorbsi nutrient 4. Serum albumin meningkat terapeutik:
4. Peningkatan kebutuhan 5. Verbalisasi keinginan untuk 1. lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
metabolism meningkatkan nutrisi meningkat 2. fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.piramida
5. Faktor 6. Pengetahuan tentang pilihan makanan)
ekonomi(mis.finansial tidak makanan yang sehat meningkat 3. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
mencukupi) sesuai
7. Pengetahuan tentang pilihan
6. Faktor psikologis 4. berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
(mis,stress,keengganaan minuman yang sehat meningkat konstipasi
untuk makan) 8. Pengetahuan tentang standar 5. beriakan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
asupan nutrisi yang tepat 6. berikan suplemen makanan jika perlu
Kondisi klinis terkait: meningkat 7. hentikan pemberian makanan melalui selang
1. Stroke 9. Penyiapan dan penyimpanan nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
2. Parkinson makanan yang aman meningkat edukasi:
3. Mobius syndrome 1. anjurkan posisi duduk jika perlu
10. Penyiapan dan penyimpanan
4. Celebral palsy 2. ajarkan diet yang diprogramkann
5. Cleft lip minuman yang aman meningkat kolaborasi:
6. Cleft palate meningkat 1. kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
7. Amyotropic lateral sclerosis 11. Sikap terhadap makanan 2. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menntukan
8. Kerusakan neuromoskular /minuman sesuai dengan tujuan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
9. Luka bakar kesehatan meningkat jika perlu.
10. Kanker
12. Perasaan cepat kenyang menurun
11. Infeksi
12. AIDS 13. Nyeri abdomen menurun

29
13. Penyakit crons 14. Sariawan menurun
14. Enterokolitis 15. Rambut rontok menurun
15. Fibrosis kistik 16. Diare menurun
17. Berat badan membaik
18. Indeks maasa tubuh membaik
19. Frekwensi makan membaik
20. Nafsu makan membaik
21. Bising usus membaik
22. Tebal lipatan kulit trisep
membaik
5 Resiko ketidakseimbangan
cairan Manajemen cairan:
Definisi: Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Beresiko mengalami penurunankeperawatan maka keseimbangan 1. monitor status hidrasi (mis.frekwensi
,peningkatan atau percepatancairan meningkat dengan kriteria nadi,kekuatan nadi,akral,pengisian
perpindahan ciran dari
hasil : kapiler,kelembapan mukosa,turgor kulit,tekanan
intravaskuler,interstuisial atau
1. Asupan cairan meningkat daran)
intraseluler. 2. monitor berat badan harian
2. Output urin meningkat
3. monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
3. Membrane mukosa lembab 4. monitor hasil pemeriksaan laboratorium(mis
Faktor risiko: meningkat hematokrit,Na,K,CI,berat jenis urine,BUN)
1. Prosedur pemebedahan 4. Asupan makanan meningkat terapeutik:
mayor 5. Edema menurun 1. catat intake-output dan hitung balans cairan 24
2. Trauma/pendarahan 6. Dehidrasi menurun jam
3. Luka bakar 2. berikan asupan cairan,sesuai kebutuhan
7. Asites menurun
4. Aferesis 3. berikan cairan intravena jika perlu
5. Asites 8. Konfusi menurun kolaborasi:

30
6. Obstruksi intestinasl 9. Tekanan darah membaik kolaborasi pemberian diuretic jika perlu
7. Peredangan pancreas 10. Frekwensi nadi membaik
8. Penyakit ginjal dan 11. Kekuatan nadi membaik
kelenjar
12. Tekanan arteri rata rata
9. Disfungsi intestinal
membaik
Kondisi klinis terkait: 13. Mata celung membaik
1. Prosedur pembedahan 14. Turgor kulit membaik
mayor 15. Berat badan membaik
2. Penyakit ginjal dan
kelenjar
3. Pendarahan
4. Luka bakar

31
BAB III
RESUME KEPERAWATAN

A. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : An. A.M Umur : 2 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : 18 – 02 – 2019 Jenis Kelamin :L
Agama : Islam Suku : Gorontalo
Pendidikan :- Dx. Medis : Morbili
Alamat : Hutuo Telepon :-
Tanggal masuk RS : 28 – 06 – 2021 Ruangan : MTBS
Golongan Darah :A Sumber Info :ibu pasien

2. Identitas Orang Tua


Ayah
Nama : Tn. W Umur : 31 tahun
Pendidikan : SMA Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Hutuo Telepon :-
Ibu
Nama : Ny.S Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT
Alamat : Hutuo Telepon :-

Lain-lain (berhubungan keluarga: tidak ada)


Nama :- Umur :-
Pendidikan :- Pekerjaan :-
Alamat :- Telepon :-

B. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis : Morbili
2. Keluhan Utama : Demam
3. Keluhan Saat Ini : Ibu pasien mengatakan An.A.M mengalami
demam dan terdapat ruam merah di tubuh
An.A.M
4. Riwayat penyakit sekarang : ibu pasien mengatakan An.A.M mulai demam
sejak 2 hari yang lalu, demam terus menerus
dan terdapat ruam di area tangan, punggung,

32
dada, kaki dan paha
5. Riwayat Tumbang : Ibu pasien mengatakan An.A.M rutin ke
posyandu, BB dan TB sesuai dengan
perkembangan usia
C. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
a. Prenatal : Ny.S mengatakan saat kehamilan rutin
melakukan kontrol ke dokter kandungan dan
tidak ada komplikasi pada saat kehamilan
b. Natal : Ny.S melahirkan di RSUD. M.M. Dunda
Limboto dengan persalinan normal dan tidak
ada komplikasi saat melahirkan
c. Postnatal : An. A.M lahir dengan berat 2.900gr dan
panjang badan 46 cm, An.A.M lahir langsung
menangis dan tidak terdapat kelainan atau
masalah saat lahir
(Untuk semua usia)
a. Penyakit yang pernah dialami : Ny.S mengatakan An.A.M tidak ada
Penyakit sebelumnya
b. Kecelakaan yang pernah dialami : Ny.S mengatakan An.A.M tidak pernah
Mengalami kecelakaan
c. Riwayat alergi : Ny.S mengatakan An.A.M tidak
memiliki riwayat alergi
d. Riwayat imunisasi : Ny.S mengatakan An.A.M diberikan
imunisasi dasar lengkap
D. PENGKAJIAN TUMBUH KEMBANG
DATA PERTUMBUHAN Nilai Normal Usia 3-4 tahun
Berat Badan : 14 kg pr : 13,9 kg – 16,1 kg / lk: 14,3 kg –
16,3 kg
Tinggi Badan : 98 cm pr : 82 cm – 96 cm / lk: 83 cm – 97 cm
Lingkar Kepala : 48,2 cm pr : 47,5 cm – 50,8 cm / lk : 48,4 cm –
51,7 cm
Lingkar Lengan Atas : 18 cm

BBI anak A.M 10,5-16.9 kg. berat badan ideal yang di hasilkan yaitu 12,8 kg
Jadi berat badan ideal anak A.M sudah tercapai.

33
E. PENGKAJIAN FISIK
(DATA FOKUS SESUAI SISTEM YANG BERMASALAH)
1. Tanda – tanda vital Nilai normal
Tekanan darah : 100/80 mmHg sistolik: 89 – 112 / diastolic 46 – 72
Frekuensi nadi : 94 x/menit 80 – 120 x/menit
Frekuensi napas: 26 x/menit 22 – 34 x/menit
Suhu badan : 38oC 36,5oC – 72,2oC

2. Mata: tidak terdapat nanah di mata, tidak ada kekeruhan di korena,


konjungtiva non anemis, sclera non ikterik
3. Mulut : bentuk bibir normal, mukosa kering, tidak terdapat luka di mulut
4. Integumen
Inspeksi : terdapat ruam merah di area tangan, punggung, kaki dan paha
Palpasi : kulit teraba hangat, turgor kulit baik

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
(meliputi tanggal dan hasil pemeriksaan) Meliputi Pemeriksaan Laboratorium,
Foto Rontgen, Data Tambahan, Jika Ada

An. A.M tidak dilakukan pemeriksaan diagnostic

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
(uraian sesuai dengan anjuran medis) meliputi obat-obatan
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi
Paracetamol sirup 3 x ½ Paracetamol adalah obat Paracetamol tidak dapat
SDM untuk penurun demam digunakan pada pasien
dan pereda nyeri, seperti yang memiliki
nyeri haid dan sakit gigi. hipersensitivitas terhadap
Paracetamol tersedia paracetamol dan penyakit
dalam bentuk tablet 500 hepar aktif derajat berat.
mg dan 600 mg, sirup,
drop, suppositoria, dan
infus. Paracetamol
bekerja dengan cara
mengurangi produksi zat
penyebab peradangan,
yaitu prostaglandin.

34
Dengan penurunan kadar
prostaglandin di dalam
tubuh, tanda peradangan
seperti demam dan nyeri
akan berkurang
Chlorpheniramine 3 x ¼ Chlorpheniramine adalah Kontraindikasi absolut
tablet obat untuk meredakan terhadap
gejala alergi yang bisa chlorpheniramine maleat
dipicu oleh makanan, adalah jika terdapat
obat-obatan, gigitan riwayat hipersensitivitas
serangga, paparan debu, terhadap obat atau
paparan bulu binatang, komponen obat ini.
atau paparan serbuk sari. Chlorpheniramine injeksi
Obat ini juga digunakan tidak boleh diberikan
untuk meringankan kepada orang dengan
gejala batuk pilek penurunan kesadaran.
(common cold).
Chlorpheniramine
bekerja dengan cara
menghambat kerja
histamin, yaitu senyawa
yang bisa menyebabkan
munculnya gejala alergi
saat seseorang terpapar
zat atau bahan pemicu
alergi (alergen).
Amoxicillin 3 x ¼ tab Amoxicillin adalah obat Hipersensitfif terhadap
untuk mengatasi berbagai penisilin, infeksi
jenis infeksi bakteri. mononucleosis
Obat antibiotik ini
tersedia dalam bentuk
tablet maupun sirup.
Amoksisilin atau
amoxicillin akan
menghambat
pertumbuhan bakteri
yang menyebabkan
infeksi di organ paru-
paru, saluran kemih,
kulit, serta di bagian
telinga, hidung, dan

35
tenggorokan.

Vitamin B 3 x ¼ tab Vitamin B Kompleks di Kontraindikasi vitamin B


gunakan untuk menjaga kompleks adalah jika
kesehatan tubuh, terdapat riwayat alergi
meningkatkan nafsu dengan obat ini, atau
makan, mengurangi komponennya.
risiko glaukoma,
membantu fungsi sistem
saraf, membantu
perbaikan jaringan tubuh,
memperbaiki kesehatan
kulit, membantu
perkembangan janin,
regenerasi sel darah
merah, membentuk
pembentukan glikogen,
membantu metabolisme
karbohidrat, berperan
dalam kesuburan wanita,
pertumbuhan sel sum-
sum tulang dan
menurunkan risiko
alzheimer
Vitamin C 3 x ¼ tab Vitamin C, dikenal juga Hindari penggunaan
sebagai asam askorbat, vitamin C pada pasien
merupakan suplemen yang memiliki riwayat
yang diberikan untuk alergi terhadap vitamin
skorbut/scurvy C.
(defisiensi vitamin C)
dan juga diperlukan
untuk absorpsi zat besi,
serta pertumbuhan tulang
dan kolagen. Konsumsi
vitamin C secara rutin
juga bermanfaat
mengurangi durasi dan
tingkat keparahan infeksi
saluran pernapasan akut
(ISPA). Vitamin C dalam
bentuk topikal juga oleh

36
beberapa studi
ditunjukkan dapat
mengatasi efek
photoaging pada kulit
tetapi hal ini masih harus
dikonfirmasi dengan
penelitian lebih lanjut.
Vitamin C juga
bermanfaat dalam
membantu penyerapan
zat besi.

H. IDENTIFIKASI DATA
A. Keluhan (Data Subjektif)
- Ny.S mengatakan An.A.M mengalami demam sejak 2 hari yang lalu dan
demam dirasakan terus menerus
- Ny.S mengatakan An. A.M masih demam
- Ny.S mengatakan terdapat ruam merah di tubuh An.A.M

B. Data Objektif
- Suhu badan : 38oC
- Kulit teraba hangat
- Tampak ada ruam di area punggung, tangan, kaki dan paha
- Tampak ruam kemerahan

I. KLASIFIKASI/PENGELOMPOKKAN DATA BERDASARKAN


GANGGUAN KEBUTUHAN
1. Gangguan Kebutuhan : Termoregulasi
DS :
a. Ny.S mengatakan An.A.M mengalami demam sejak 2 hari yang lalu
dan demam dirasakan terus menerus
b. Ny.S mengatakan An. A.M masih demam
DO :
a. Suhu badan : 38oC
b. Kulit teraba hangat
2. Gangguan Kebutuhan : Keamanan dan Proteksi
DS : Ny.S mengatakan terdapat ruam merah di tubuh An.A.M
DO :

37
a. Tampak ada ruam di area punggung, tangan, kaki dan paha
b. Tampak ruam kemerahan

38
J. ANALISA DATA BERDASARKAN PATOFISIOLOGI DAN
PENYIMPANGAN KDM
Penyakit (Diagnosa Medis) Klien : Morbili
Respon Utama : Demam
Penyimpangan KDM
Virus morbili

Virus memasuki saluran pernapasan

Ditangkap oleh makrofag

Menyebar ke kelenjar limfa regional

Mengalami replikasi

Virus sampai ke multiple site


(viremia sekunder)

Reaksi inflamasi :
kenaikan suhu tubuh HIPERTERMI

Penyebaran ke berbagai
organ melalui hematogen

Kulit

Proliferasi sel endotel


kapiler dalam korium

Eksudasi serum/eritrosit dalam epidermis

Ruam seluruh tubuh

GANGGUAN
INTEGRITAS KULIT
39
K. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan dengan
suhu tubuh di atas normal
DS :
a. Ny.S mengatakan An.A.M mengalami demam sejak 2 hari yang lalu
dan demam dirasakan terus menerus
b. Ny.S mengatakan An. A.M masih demam
DO :
c. Suhu badan : 38oC
d. Kulit teraba hangat
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penyebaran infeksi ke kulit
dibuktikan dengan ruam kemerahan di tubuh
DS : Ny.S mengatakan terdapat ruam merah di tubuh An.A.M
DO :
a. Tampak ada ruam di area punggung, tangan, kaki dan paha
b. Tampak ruam kemerahan

40
RENCANA PERAWATAN PASIEN
(care plan)

Daftar Masalah/Diagnosis Tujuan dan Luaran (outcome) Intervensi


Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN HIPERTERMIA
proses penyakit (infeksi) selama 1 x 30 menit, maka Observasi
dibuktikan dengan suhu tubuh di termoregulasi membaik dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab hipertermia
atas normal hasil : 2. Monitor suhu tubuh
1. Kulit merah menurun
DS : 2. Suhu tubuh membaik Terapeutik
a. Ny.S mengatakan An.A.M 3. Berikan cairan oral
mengalami demam sejak 2
hari yang lalu dan demam Edukasi
dirasakan terus menerus 4. Anjurkan kompres hangat jika demam
b. Ny.S mengatakan An. A.M 5. Anjurkan penggunaan pakaian yang
masih demam dapa menyerap keringat

DO : Kolaborasi
a. Suhu badan : 38oC 6. Pemberian antipiretik
b. Kulit teraba hangat

Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan PERAWATAN INTEGRITAS KULIT
berhubungan dengan penyebaran selama 1 x 30 menit, maka integritas Observasi
infeksi ke kulit dibuktikan dengan kulit meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab gangguan
ruam kemerahan di tubuh 1. Kerusakan lapisan kulit integritas kulit
menurun
DS : Ny.S mengatakan 2. Kemerahan menurun Terapeutik
terdapat ruam merah di tubuh 2. Hindari produk berbahan dasar
An.A.M alcohol pada kulit kering

42
Edukasi
DO : 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
a. Tampak ada ruam di area
punggung, tangan, kaki dan
paha
b. Tampak ruam kemerahan

43
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : An.A.M


NO.RM :
NO. DX TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1 28/6/21 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia 11.30
11.00 H: An.A.M mengalami infeksi morbili atau S : ibu memahami smua edukasi yang
campak diberikan
2. Menukur suhu tubuh
H : suhu tubuh 38oC O : suhu badan 38oC
3. Menganjurkan ibu meningkatkan asupan cairan
oral A : Masalah hipertermi belum teratasi
H : ibu memahami untuk meningkatkan asupan
cariran oral pada An.A.M P : lanjutkan intervensi
4. Menganjurkan ibu agar memberikan pakaian yang 1. Berikan cairan oral
dapat menyerap keringat 2. Anjurkan kompres hangat jika
H: ibu memahami untuk memberikan pakaian demam
yang menyerap keringat (pasien rawat jalan)
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres
hangat jika demam
H : ibu memahami untuk memberikan kompres
hangat saat An.A.M demam
6. Kolaborasi pemberian antipiretik
H: An.A.M diberikan obat paracetamol dan
Vitamin A karena campak
2 28/6/21 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas
11.00 kulit
2. Menganjurkan ibu untuk menghindari produk
berbahan dasar alcohol pada kulit kering seperti

44
pada penggunaan tisu basah
3. Menganjurkan ibu untuk meningkatkan asupan
nutrisi pada An.A.M seperti makanan bernutrisi
dan menghindari makanan ringan

45
46
47
48
BAB IV
PEMBAHASAN

49
Pada pembahasan ini, penulis membandingkan antara teori pada BAB I dengan
asuhan keperawatan pada An. A.M dengan diagnose medis morbili, yang
dilaksanakan pada tanggal 28 juni 2021 di ruang pemeriksaan anak (MTBS)
Puskesmas Limboto. Pembahasan berikut ini akan diuraikan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada An.A.M dengan diagnose medis morbili sesuai fase dalam proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan tindakan
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada pengkajian ini penulis membandingkan antara teori pengkajian dengan
data hasil pengkajian pada An.A.M dengan diagnosa medis morbili. Untuk
mempeoleh data tersebut, penulis melakukan pengkajian kepada pasien, keluarga
dan melakukan pemeriksaan fisik.
Data yang dikaji sesuai data dasar pengkajian di teori, pengkajian pada
An.A.M dengan diagnosa medis morbili di ruang pemeriksaan anak (MTBS)
yaitu meliputi identitas pasien, riwayat kesehatan saat ini, riwayat kesehatan
masa lalu, pengkajian tumbuh kembang, dan pengkajian fisik. Berdasarkan data
tersebut ditemukan identifikasi data
1. Ny.S mengatakan An.A.M mengalami demam sejak 2 hari yang lalu dan
demam dirasakan terus menerus
2. Ny.S mengatakan terdapat ruam merah di tubuh An.A.M
3. Suhu badan : 38oC
4. Tampak ada ruam merah di area punggung, tangan, kaki dan paha
Berdasarkan penjelasan diatas, proses pengkajian sesuai dengan teori yang
dilampirkan. Pada pengkajian ini penulis tidak menemukan hambatan yang
berarti.

B. Diagnosa Keperawatan

50
Dalam penyusunan diagnosa keperawatan pada kasus ini penulis
menggunakan pendapat menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) 2018 sebagai dasar untuk perumusan diagnosis keperawatannya, penulis
mengacu pada diagnosa SDKI (2018). Berdasarkan teori patofisiologi penyakit
morbili dapat ditemukan diagnosa keperawatan
1. Hipertermia
2. Gangguan integritas kulit
3. Bersihan jalan napas tidak efektif
4. Risiko defisit nutrisi
5. Risiko ketidakseimbangan cairan
Diagnosa tersebut umum ditemukan pada pasien dengan diagnosa medis morbili,
namun pada setiap pasien akan mengalami tanda dan gejala yang berbeda sesuai
dengan sistem imun dan tempat berkembangnya virus morbili tersebut.
Pada pasien An.A.M ditemukan dua diagnosa keperawatan yaitu
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan dengan
suhu tubuh di atas normal
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penyebaran infeksi ke kulit
dibuktikan dengan ruam kemerahan di tubuh
Diagnosa diatas sesuai dengan teori yang dilampirkan, hanya saja pada An.A.M
mengalami ruam merah dikulit karena virus morbili menginfeksi bagian kulit
melalui hematogen. Sehingga hal ini sesuai dengan teori yang dilampirkan. Pada
perumusan diagnosa keperawatan ini, penulis tidak menemukan hambatan yang
berarti
C. Intervensi Keperawatan
Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah.
Dalam penentuan prioritas, penulis menentukan berdasarkan teori Hirarki
Maslow dan masalah yang mengancam jiwa pasien diprioritaskan terlebih
dahulu. Penentuan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi
dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada masing-masing diagnosa untuk

51
tujuan disesuaikan dengan teori yang ada dan lebih banyak melihat dari kondisi
pasien, keadaan tempat/ruangan dan sumber daya dari tim kesehatan. pada
penentuan kriteria waktu, penulis juga menetapkan berdasarkan kondisi pasien
dan kondisi ruangan pelayanan sehingga penulis berharap tujuan yang sudah
disusun dan telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam penentuan perencanaan
tindakan keperawatan ini penulis mengacu pada buku Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI)
Adapun pembahasan perencanaan tindakan keperawatan pada An.A.M yaitu:
1. Manajemen hipertermia
2. Perawatan integritas kulit
Pada perencanaan ini disesuaikan dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan
pelayanan sehingga tidak semua rencana tindakan keperawatan diambil.
D. Implementasi dan Evaluasi
Pada tahap implementasi/pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan
dengan sesunan perencanaan dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat
terpenuhi secara optimal. Adapun pembahasan pelaksanaan dari masing-masing
diagnosa yang elah tersusun adalah sebagai berikut:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan dengan
suhu tubuh di atas normal. Perencanaan dari diagnosa priorias ini sudah
sesuai dengan teori di buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
yaitu manajemen hipertermia
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penyebaran infeksi ke kulit
dibuktikan dengan ruam kemerahan di tubuh. Perencanaan dari diagnosa
kedua ini sesuai dengan dengan teori di buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) yaitu perawatan integritas kulit.
Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilaksanakan dalam
pemenuhan kebutuhan klien. Pengukuran keberhasilan tindakan yang diberikan
dilihat berdasarkan luaran atau tujuan dari dilakukannya intervensi keperawatan
sesuai dengan teori dalam buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

52
Evaluasi ini dibuktikan dengan adanya data subjektif, objektif, assessment, dan
perencanaan tindak lanjut (SOAP). Pada pasien An.A.M evaluasi dari setiap
intervensi yang dilakukan yaitu masalah belum teratasi dan perlunya lanjutan
intervensi dan pasien rawat jalan.

53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada An.A.M dengan diagnosa medis morbili di
ruang perawatan anak (MTBS) di puskesmas Limboto dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian An.A.M didapatkan hasil data pasien mengalami penyakit
morbili atau biasa yang disebut dengan campak. Ditemukan tanda dan gejala
yang sesuai dengan diagnosa tersebut yaitu suhu tubuh di atas normal dan
terdapat ruam kemerahan dibagian tubuh An.A.M
2. Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengkajian, maka diagnosa
keperawatan yang diangkat adalah hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit (infeksi) dibuktikan dengan suhu tubuh di atas normal dan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penyebaran infeksi ke kulit
dibuktikan dengan ruam kemerahan di tubuh
3. Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pada hipertermia
yaitu manajemen hipertermia dan untuk gangguan integritas kulit yaitu
perawatan integritas kulit
4. Implementasi dan evaluasi dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan
kondisi ruangan pelayanan di ruang perawatan anak (MTBS) Puskesmas
Limboto.
5.2 Saran

54
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose


medis & NANDA NIC-NOC.Jakarta : Med Action Publishing

Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6,
Jakarta: EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:EGC

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator


Diagnostic. Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan


Keperawatan. Edisi II. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil.
Edisi II. Jakarta: DPP PPNI

Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi


6 Volume 1. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi


6 Volume 1. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC

55

Anda mungkin juga menyukai