Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

TANTANGAN PENANGGULANGAN MALARIA


DOSEN PENGAMPUH:
Servasius T.J.Mulu,S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun Oleh:
JULIA KRISDAYANTI KOMBA NOVA RAMBU KAHI TIMBA
YULINDA LIHA LONI NOSTRI KARERI ATA KASSI
JOHNIYANTO.U.Y.RANDJAWA CHRISTINA TANGE WINI
LI NAOMI YADI
ANDI RISAL SOLO ADMI KALIKIT RIWU
JINI MARTHEN SATRIA BOBY.J.PARALOMI

TINGKAT 2-B
P0LITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa karna telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan ASUHAN
KEPERAWATAN ini.atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan MANAJEMEN INFEKSI dengan judul
Asuhan Keperawatan “TANTANGAN PENANGGULANGAN MALARIA”tepat
pada waktunya.adapun asuhan keperawatan ini disusun guna memenuhi tugas dari
dosen Bapak Servasius R.J.Mulu.S.Kep.,Ns.,M.Kep.pada mata kuliah Manajemen
infeksi.
Dalam penulisan Asuhan keperawatan ini banyak mengalami kesulitan
terutama di sebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang.namun,berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Asuhan Keperawatan ini mungkin masih jauh dari kata sempurna.dengan
masih banyaknya kekurangan dalam asuhan keperawatan ini.oleh karena itu
penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
dengan harapan kedepan supaya asuhan keperawatan ini dapat lebih sempurna
lagi dan berguna bagi kita semua.

WAINGAPU,02 APRIL2022

PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1 Konsep Dasar Malaria................................................................... 4
A. Definisi...................................................................................... 4
B. Anatomi Fisiologi Sel Darah..................................................... 4
C. Etiologi...................................................................................... 4
D. Patofisiologi.............................................................................. 5
E. Manifestasi klinik...................................................................... 7
F. Test Diagnostik......................................................................... 12
G. Penatalaksanaan Medis............................................................. 14
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................ 15
A. Pengkajian................................................................................. 15
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 16
C. Intervensi Keperawatan............................................................. 16
D. Discharge Planning .................................................................. 19
2.3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien................................................. 19
A. Pengkajian................................................................................. 19
B. Diagnosa keperawatan.............................................................. 20

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 23

3.1 Kesimpulan.................................................................................... 23
3.2 Saran.............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia's World Malaria Report
2005,Pada akhir 2004, sekitar 3,2 milyar orang tinggal di daerah beresiko
penularan malaria di 107 negara dan teritori. Antara 350 dan 500 juta episode
klinis malaria terjadi setiap tahun. Setidaknya satu juta kematian terjadi setiap
tahun karena malaria. Sekitar 60% dari kasus malaria di seluruh dunia dan
lebih dari 80% dari kematian di seluruh dunia malaria terjadi di Afrika selatan
Sahara. Malaria masih menjadi masalah kesehatan besar dengan 300-500 juta
kasus per tahun dilaporkan.
Malaria adalah masalah potensial di hampir semua daerah di luar pusat-
pusat metropolitan utama di Indonesia. Hal ini lebih efektif dan sehat untuk
lebih mengandalkan langkah-langkah anti-nyamuk dari pada obat anti-parasit.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
Indonesia, khususnya diluar Jawa dan Bali, di Indonesia transmigrasi dan
daerah lain yang didatangi penduduk baru di daerah non endemik sering
terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan kematian. Lebih dari setengah
penduduk Indonesia masih hidup di daerah dimana terjadi penularan malaria,
sehingga beresiko tertular malaria.Sekarang ada beberapa kasus dilaporkan
malaria di daerah wisata yang sebelumnya bebas dari penyakit. (Chairuddin
Meuraxa, 2004)
Sindrom klinis yang disebabkan oleh malaria berbeda tergantung
apakah pasien tinggal di daerah dengan penularan malaria endemis yang
stabil (terus-menerus) atau penularan labil (kadang-kadang dan/atau jarang).
Di daerah dengan penularan stabil, penyakit mempengaruhi anak dan
orang dewasa dengan cara yang berbeda. Anak mengalami infeksi kronis

4
dengan parasitemia berulang yang mengakibatkan anemia berat dan sering
kematian.
Yang tahan hidup infeksi berulang ini mendapatkan sebagian kekebalan
pada usia lima tahun dan kekebalan ini tetap tertahan pada masa dewasa. Di
daerah dengan penularan labil, kekebalan tidak terdapat, sehingga hampir
semua perwujudan klinis adalah penyakit demam akut yang dapat
menghasilkan malaria serebral (pada susunan saraf pusat) dan kematian pada
orang dengan semua usia.
Cara penularannya tergantung faktor setempat; seperti pola curah air
hujan, kedekatan antara lokasi perkembangbiakan nyamuk dengan manusia,
dan jenis nyamuk di wilayah tersebut.
Dikenal istilah ‘endemis malaria’. Epidemik yang luas dan berbahaya
dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di
mana masyarakatnya memiliki kontak dengan parasit namun memiliki sedikit
atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau,
ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang
memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim
basah dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus
1.2.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menerapkan ilmu pengetahuannya
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien “Malaria” yang
dirawat
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Dapat melakukan pengkajian pada klien “Malaria”
b) Dapat menganalisa dan merumuskan serta memprioritaskan
diagnosa keperawatan klien “Malaria”
c) Dapat menyusun rencana keperawatan pada klien “Malaria”
d) Dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien “Malaria”

5
e) Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien
“Malaria”
f) Dapat membahas kesenjangan antara asuhan keperawatan pada
klien “Malaria” menurut teori dengan kenyataan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Malaria


A. Definisi
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam
bentuk infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh
manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria
diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara
atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa
yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain
seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam
charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi
hanya 60 spesies berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia,
ditemukan 80 spesies nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai
vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles. Relatif sulit
membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca
pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang
adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di
dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat
di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja,tempat tidur
atau di bawah dan di belakang lemari(www.Depkes.go.id )

B. Anatomi Fisiologi Sel Darah


Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.

7
C. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan
pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap
24-48 jam).
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat,
diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi
yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan,
menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan
tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax
14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14
hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).

D. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti.
Berbagai macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan
patofisiologi pada malaria terutama mungkin berhubungan dengan
gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang
mengandung parasit pada endothelium kapiler. Perubahan ini cepat
reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran beberapa mediator
humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis
demam dan peradangan. Skizogoni ekso-eritrositik mungkin dapat
menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit, sedangkan sprozoit dan
gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik.(9,13)

8
Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan
dengan hal-hal sebagai berikut
Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh
pecahnya eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis
eritrosis yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit,
sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis
intravaskular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever)
dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Mediator endotoksin makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang
mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk
melepaskan berbagai mediator yang rupanya menyebabkan perubahan
patofisiologi yang berhubungan dengan malaria. Endotoksin tidak
terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran
pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis
tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin, ditemukan dalam peredaran
darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin
lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglikemia dan sindrom
penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = Adult Respiratory
Disease Sindrom) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah
paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum in vitro dan dapat
meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada
endothelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan
malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas,
hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan
stadium lanjut P. falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs)
pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria dan
bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas
eritrosit yang mengandung P. falciparum terhadap endotelium kapiler
darah dalam organ tubuh, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi
organ tubuh, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel

9
pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang
membendung kapiler dalam organ tubuh.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor
(menjadi lebih permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan.
Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian.
Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan
tersebut.

E. Manifestasi klinik
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
 Malaria tertiana
Disebabkan oleh plasmodium vivax. Serangan pertama dimulai
dengan sindrom prodormal berupa: sakit kepala, sakit punggung,
mual, malaise umum. Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama,
tetapi kemudian menjadi intermitten dengan perbedaan yang nyata
pada pagi dan sore hari, dimana suhu meninggi kemudian turun
menjadi normal.
 Malaria quartana atau Malaria malariae
Disebabkan oleh plasmodium malariae. Serangan demam lebih teratur
dan terjadi pada sore hari. Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat
 Malaria tropika atau Malaria serebral
Disebabkan oleh plasmodium falciparum. Penyakit ini merupakan
spesies yang paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya
dapat menjadi berat. Demam tidak teratur, disertai gejala terkenanya
otak, koma, dan kematian mendadak.
 Malaria ovale
Disebabkan oleh plasmodium ovale. Gejalanya mirip dengan malaria
vivax, serangannya sama hebat tetapi penyembuhannya sering secara
spontan dan relapsnya lebih jarang.

10
Perjalanan penyakit malaria terdapat serangan demam yang
disertai oleh gejala lain diselingi oleh periode bebas penyakit. Gejala
khas demamnya adalah periodisitasnya masa tunas intrinsik pada
malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes
sampai timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung antara 8-38
hari, tergantung pada spesies parasit. (terpendek untuk P. Falciparum,
terpanjang untuk P. malariae), pada beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau derajat resistensi hospes. Disamping itu
juga tergantung pada cara infeksi, yang mungkin disebabkan oleh
tusukan nyamuk atau secara induksi, misalnya melalui transfusi darah
yang mengandung stadium aseksual.
Masa prepaten berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan
parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit
telah melewati ambang mikroskopik (Microscopic threshold).
Periode laten klinis, yaitu bila infeksi malaria tidak
menunjukkan gejala diantara serangan pertama dan relaps, walaupun
mungkin ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali. Periode
laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah
tepi, tetapi stadium ekso-eritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Demam. Pada infeksi malaria, demam secara periodik
berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan
keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah (sporulasi). Pada
malaria vivax dan ovale (tersiana), skizon setiap Brood (kelompok)
menjadi matang setiap 48 jam sehingga periodisitas demamnya
bersifat tersiana. Pada malaria kuartana yang disebabkan oleh P.
malariae hal ini terjadi dengan interval 72 jam. Masa tunas intrinsik
parasit malaria yang ditularkan oleh nyamuk kepada manusia adalah
12 hari untuk malaria falciparum, 13-17 hari untuk malaria vivax dan
ovale dan 28-30 hari untuk malaria malariae (terlama). Masa tunas
intrinsik berakhir dengan timbulnya serangan demam pertama (first
attack).

11
Serangan demam yang khas terdiri 3 stadium :
a. Stadium frigonia (menggigil)
Dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil.
Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan dengan
selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya
menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai
dengan muntah. Pada anak sering disertai kajang-kejang. Stadium
ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
b. Stadium akme (puncak demam)
Dimulai pada saat perasaan dingin sekali berulang menjadi
panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas
seperti terbakar, sakit kepala makin hebat. Biasanya ada mual dan
muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali
pada saat suhu naik sampai 41°C (106°F) atau lebih. Stadium ini
berlangsung selama 2-6 jam.
c. Stadium sudoris (berkeringat banyak, suhu turun)
Dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga
tempat tidurnya basah, suhu turun dengan cepat kadang-kadang
sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak dan waktu bangun, merasa lemas tetapi sehat. Stadium ini
berlangsung 2-4 jam.
Tiap serangan terdiri atas beberapa serangan demam yang
timbulnya secara periodik, bersamaan dengan sporulasi (sinkron).
Timbulnya demam juga bergantung kepada jumlah parasit
(pyrogenic level, fever threshold). Berat infeksi pada seseorang
ditentukan dengan hitung parasit (parasit count) pada sediaan
darah. Demam biasanya bersifat intermitten (febris intermitens),
dapat juga remiten (febris remittens) atau terus menerus (febris
kontinous).(7,8,11)
Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan gejala
prodromal, yaitu: sakit kepala, tidak nafsu makan, kadang-kadang
disertai dengan mual dan muntah diikuti dengan masa bebas gejala

12
dimana penderita merasa sehat seperti sediakala, namun setelah
beberapa hari gejala-gejala seperti di atas akan berulang kembali,
demikian seterusnya berulang-ulang. Serangan ini makin lama
makin berkurang beratnya karena tubuh menyesuaikan diri dengan
adanya parasit dalam badan dan karena adanya respon imun
hospes.
Serangan demam berbeda-beda sesuai dengan spesies
penyebab penyakit malaria ini. Serangan demam yang khas ini
sering dimulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam setelah
itu terjadi stadium apireksia. Gejala infeksi yang timbul kembali
setelah serangan pertama disebut Relaps.
Relaps dapat bersifat :
a. Rekrudensi (short term relapse)
Yaitu timbul karena parasit malaria dalam eritrosit menjadi
banyak. Timbul 8 minggu setelah penyakit sembuh.
b. Rekurensi (long term relapse)
Karena parasit siklus ekso-eritrosit masuk ke dalam darah dan
menjadi banyak. Biasanya timbul kira-kira 6 bulan (24 minggu)
atau lebih setelah sembuh.
Splenomegali. Pembesaran limpa merupakan gejala klinis
terutama pada malaria menahun. Perubahan pada limpa biasanya
disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian limpa berubah berwarna
hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung
parasit dalam kapiler dan sinosoid. Eritrosit yang tampaknya normal
dan yang mengandung parasit dan butir-butir hemozin tampak dalam
histiosit di pulpa dan sel epitel sinusoid. Pigmen tampak bebas atau
dalam sel fagosit raksasa hiperplasia, sinus melebar dan kadang-
kadang trombus dalam kapiler dan fokus nekrosis tampak dalam pulpa
limpa. Pada malaria menahun jaringan ikat makin bertambah sehingga
konsistensi limpa menjadi keras.
Anemia. Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung
pada spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia terutama tampak

13
jelas pada malaria falciparum dengan penghancuran eritrosit yang
cepat dan hebat dan pada malaria menahun. Jenis anemia pada malaria
adalah hemolitik, normokrom dan normositik. Pada serangan akut
kadar hemoglobin turun secara mendadak.
Anemia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak
mengandung parasit terjadi di dalam limpa, dalam hal ini faktor
auto imun memegang peranan.
2. Reduced survival time, eritrosit normal yang tidak mengandung
parasit tidak dapat hidup lama.
3. Diseritropoesis, bagian dalam pembentukan eritrosit karena
depresi eritropoesis dalam sumsum tulang; retikulosit tidak
dilepaskan dalam peredaran perifer.
4. Derajat fagositis RES meningkat, sehingga akibatnya banyak
eritrosit yang hancur.
Sumbatan-sumbatan pada pembuluih kapiler darah dapat
menyebabkan kerusakan organ yang sangat sensitif terhadap
kekurangan suplai darah, seperti otak dan sebagainya. Pada malaria
berat, gejala dapat memperlihatkan adanya gangguan kesadaran,
kejang-kejang, diare sampai kehilangan kesadaran.
Malaria pada anak-anak. Anak-anak penderita malaria dapat
dibagi dalam 2 kelompok, yaitu mereka yang sebelumnya tanpa
kontak (dimana tidak ada atau sedikit imunitas terhadap penyakit dan
akan mengalami sakit berat kecuali diobati), dan anak-anak dengan
infeksi-infeksi malaria berulang sejak lahir yang dapat bertahan pada
awal masa kanak-kanak dan mencapai derajat toleransi tinggi pada
sekitar usia 10 tahun, meskipun pertumbuhan dan perkembangannya
dapat mengalami gangguan.
Pada anak-anak yang tidak imun, tanda-tanda klinis biasanya
tampak 8-15 hari setelah infeksi. Dapat diobservasi adanya
perubahan-perubahan tingkah laku seperti perasaan sedih, anoreksia,
menangis tidak sebagaimana biasanya, perasaan mengantuk secara

14
lambat, kemungkinan demam tidak ditemukan atau meningkat secara
lambat selama 1-2 hari atau awitan dapat mendadak dengan
peningkatan suhu tubuh hingga 40 °C (105° F) atau lebih tinggi
dengan atau tanpa gejala menggigil prodromal. Paroksismal demam
dapat demikian pendek atau dapat berlangsung selama 2-12 jam. Pola
karakteristik biasanya tidak jelas pada anak kurang dari 5 tahun.
Keluhan-keluhannya terdapat nyeri kepala, mual, muntah, nyeri umum
terutama punggung serta kadang-kadang nyeri pada abdomen jika
limpa membesar dengan cepat serta nyeri tekan.
Pada infeksi-infeksi vivax dan kuartana yang didominasi oleh
satu brood, demam merupakan manifestasi karakteristik yang terjadi
dalam interval 48 jam pada keadaan pertama dan 72 jam pada keadaan
terakhir. Bila terjadi kejang, maka biasanya akan mereda jika demam
turun. Tidak jarang, terjadi lesi-lesi herpes pada mulut. Hitung jenis
eritrosit dan kadar hemoglobin dapat menurun dengan cepat;
leukopenia bervariasi tetapi monositosis sering terjadi.
Pada infeksi-infeksi falciparum, demam kurang karakteristik
bahkan dapat terus menerus, dapat ditutupi oleh manifestasi berat
yang berkaitan dengan sistem otak, paru, usus atau saluran kemih.
Penyulit-penyulit otak dibuktikan dengan adanya kejang atau koma
dan cairan serebrospinal normal (kecuali dibarengi pula oleh infeksi
bakteri atau virus pada SSP). Mual dan muntah yang menetap, hati
yang membesar dan keras, dan ikterus progresif dapat berlanjut
menjadi kegagalan hati. Terjadi diare berat atau kadang-kadang dapat
menyerupai tanda-tanda appendisitis akut.
Limpa umumnya lebih membesar pada infeksi P. vivax daripada
infeksi P. falciparum, kemungkinan terjadi perisplenitis, infark dan
bahkan ruptura limpa dan setelah serangan-serangan berulang, limpa
dapat menjadi sangat besar dan keras. “Splenomegali Idiopatis” (yang
disebut sebagai penyakit limpa besar di Afrika) merupakan respon
imun yang abnormal terhadap P. malariae. Pada anak-anak yang
mengalami malnutrisi di negara-negara berkembang, pembesaran

15
limpa disertai infiltrasi sinusoid-sinusoid hati dan peningkatan titer
antibodi fluoresen malaria dengan atau tanpa parasitemia.

F. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya
didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-
macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis
dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey
epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan.
Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya
parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis
satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis
deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan
interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu
agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan
spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup
matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan
tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium

16
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan
obat.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada
plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan
mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan
teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan
diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak
dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai
instrumen hitung parasit.
c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi
antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen
spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik
ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radio
immunoassay dan enzim immunoassay.
d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA
spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini
menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit
penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.

G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi menjadi
pencegahan bila obat diberikan sebelum infeksi terjadi, pengobatan
supresif bila obat diberikan untuk mencegah timbulnya gejala klinis,
pengobatan kuratif untuk pengobatan infeksi yang sudah terjadi terdiri
dari serangan akut dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah transmisi
atau penularan bila obat digunakan terhadap gametosit dalam darah
Program pemberantasan malaria dikenal 3 cara pengobatan, yaitu :

17
1. Pengobatan presumtif dengan pemberian skizontisida dosis tunggal
untuk mengurangi gejala klinis malaria dan mencegah penyebaran
2. Pengobatan radikal diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps
jangka panjang
3. Pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di daerah
endemis malaria secara teratur. Saat ini pengobatan massal hanya di
berikan pada saat terjadi wabah.
Obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain(11,15) :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit, yaitu
proguanil, pirimetamin
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit ekso-eritroit,
yaitu primakuin
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,
klorokuin, dan amodiakuin
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah
gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk
P.vivax, P.malaria, P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan amidokuin
5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk
ookista dan sporozoid dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan
proguanil.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan pada Malaria :
A. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer
kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis )
karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi),
hipovolemia,penurunan aliran darah.

18
3. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
4. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan
Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau
koma.
6. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan
alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur
invasif, luka traumatik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan
nutrient dalam tubuh.
4. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat
kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

19
C. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan makanan yang tidak adekuat ; anorexia; mual/muntah
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan
nilai laboratorium normal, tidak mengalami tanda malnutrisi.
menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji riwayat nutrisi, Observasi dan catat masukan
termasuk makanan yang makanan klien mengawasi
disukai. masukan kalori atau kualitas
kekeurangan konsumsi
makanan
2 Berikan makan sedikit dan Dilatasi gaster dapat terjadi
makanan tambahan kecil bila pemberian makan terlalu
yang tepat cepat setelah periode anoreksia

3 Pertahankan jadwal Mengawasi penurunan berat


penimbangan berat badan badan atau efektifitas
secara teratur. nitervensi nutrisi
4 Diskusikan yang disukai Dapat meningkatkan masukan,
klien dan masukan dalam meningkatkan rasa
diet murni. berpartisipasi/ kontrol
5 Observasi dan catat kejadian Gejala GI dapat menunjukan
mual/ muntah, dan gejala efek anemia (hipoksia) pada
lain yang berhubungan organ
6 Kolaborasi untuk Perlu bantuan dalam
melakukan rujukan ke ahli perencanaan diet yang
gizi memenuhi kebutuhan nutrisi.

2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,


dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tujuan: suhu antara 36 – 37 0C
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Pantau suhu pasien (derajat Hipertermi menunjukan proses
dan pola), perhatikan penyakit infeksius akut. Pola
menggigil. demam menunjukkan
diagnosis.
2 Pantau suhu lingkungan. Suhu ruangan/ jumlah selimut
harus diubah untuk
mempertahankan suhu

20
mendekati normal.
3 Berikan kompres mandi Dapat membantu mengurangi
hangat, hindari penggunaan demam, penggunaan es/alkohol
alkohol. mungkin menyebabkan
kedinginan. Selain itu alkohol
dapat mengeringkan kulit.
4 Berikan antipiretik. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan
nutrient dalam tubuh.
Tujuan : pemenuhan oksigen ke jaringan cukup

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Pertahankan tirah baring Menurunkan beban kerja
bantu dengan aktivitas miokard dan konsumsi
perawatan. oksigen, memaksimalkan
efektifitas dari perfusi jaringan.
2 Pantau terhadap Hipotensi akan berkembang
kecenderungan tekanan bersamaan dengan kuman yang
darah, mencatat menyerang darah
perkembangan hipotensi dan
perubahan pada tekanan
nadi.
3 Perhatikan kualitas, Pada awal nadi cepat kuat
kekuatan dari denyut karena peningkatan curah
perifer. jantung, nadi dapat lemah atau
lambat karena hipotensi yang
terus menerus, penurunan
curah jantung dan vaso
kontriksi perifer.

4 Kaji frukuensi pernafasan Perhatikan dispnea berat.


kedalaman dan kualitas. Peningkatan pernafasan terjadi
sebagai respon terhadap efek-
efek langsung dari kuman pada
pusat pernafasan. Pernafasan
menjadi dangkal bila terjadi
insufisiensi pernafasan,
menimbulkan resiko kegagalan
pernafasan akut.
5 Berikan cairan parenteral. Untuk mempertahankan perfusi
jaringan, sejumlah besar cairan

21
mungkin dibutuhkan untuk
mendukung volume sirkulasi.

4. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat
kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan: memahami prognosis dan cara pengobatan malaria
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Tinjau proses penyakit dan Memberikan pengetahuan
harapan masa depan. dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan.
2 Berikan informasi mengenai Meningkatkan pemahaman dan
terapi obat – obatan, meningkatkan kerja sama
interaksi obat, efek samping dalam penyembuhan dan
dan ketaatan terhadap mengurangi kambuhnya
program. komplikasi.
3 Diskusikan kebutuhan untuk Perlu untuk penyembuhan
pemasukan nutrisional yang optimal dan kesejahteraan
tepat dan seimbang. umum.
4 Dorong periode istirahat dan Mencegah pemenatan,
aktivitas yang terjadwal. penghematan energi dan
meningkatkan penyembuhan.

5 Tinjau perlunya kesehatan Membantu mengontrol


pribadi dan kebersihan pemajanan lingkungan dengan
lingkungan. mengurangi jumlah penyebab
penyakit yang ada.
6 Identifikasi tanda dan gejala Pengenalan dini dari
yang membutuhkan evaluasi perkembangan / kambuhnya
medis. infeksi.
7 Tekankan pentingnya terapi Pengguaan terhadap
antibiotik sesuai kebutuhan. pencegahan terhadap infeksi.

D. Discharge Planning
a. Menjaga lingkungan rumah dengan baik
b. Menggunakan obat pembasmi nyamuk di sekitar tempat tidur
c. Menggunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja sampai
fajar
d. Menggunakan kelambu di atas tempat tidur, untuk menghalangi
nyamuk mendekat

22
e. Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi, bekas kaleng
atau tempat lain yang bisa menjadi sarang nyamuk

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien


A. Pengkajian
1.Identitas klien
Nama :Ny. J
Umur :40 Tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Pendidikan :SMP
Agama :Kristen
Alamat :Matawai
Ruangan : Ruang Anggrek
Tanggal masuk :17 maret 2022
Tanggal pengkajian :18 Maret 2022, pukul 10.00 WIB
Diagnosa medis : Malaria
2.Identitas Penanggung Jawab
Nama :Tn M
Umur :42 Tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Pendidikan :SMA
Agama :Kristen
Alamat :Matawai
Hubungan dengan Keluarga : Suami

1.Keluhan utama
a. Riwayat kesehatan Sekarang
Klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Umbu Rara MehaKabupaten
Suma Timur pada tanggal 17 Maret 2022 pukul 10.00 WITA dengan keluhan
demam dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, keluhan menggigil baru
dirasakan sejak kemarin (16 Maret 2022), merasa mual, muntah satu kali,
tubuh terasa panas, sering berkeringat, kepala pusing, seluruh tubuh dirasakan

23
sakit dan pegal-pegal. Tiga hari yang lalu klien sudah minum obat yang di
beli di warung yaitu paracetamol guna menurunkan panas tetapi tidak ada
perubahan. Tanda tanda vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 86 x/menit,
Pernafasan : 22 x/menit, Suhu : 380C, Berat badan : 49 kg, Tinggi badan :
155 cm.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18/03/2022 pukul 10.00 WITA,
keadaan umum klien masih tampak lemah, mukosa bibir terlihat kering,
conjungtiva anemis, klien mengeluh terasa nyeri pada daerah persendian
tulang dan juga otot, skala nyeri 3 (1-5), tubuh terasa pegal-pegal, merasa
mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit, tidak ada nafsu makan, sakit
kepala, panas pada tubuh sering dirasakan hilang timbul dan sering
berkeringat, keluhan menggigil sudah berkurang tidak seperti pada saat
pertama masuk. Klien juga
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien pernah mengalami demam seperti sekarang ini dengan
diagnosa yang sama yaitu Malaria pada dua tahun yang lalu dan dirawat selama
3 hari di ruang Ruang Anggrek RSUD Umbu Rara Meha Kabupaten Sumba
Timur. Riwayat operasi caesaria : 1 (satu) kali karena melahiran kembar
C.Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga Ny. J terdapat keluarga yang pernah mengalami penyakit
malaria yaitu suaminya, anak pertama dan anak kedua.

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit 58
Suhu : 370C
Pernapasan : 22 x/menit

Pemeriksaan head to toe :


a. Kepala :
1) Rambut :
Inspeksi : Distribusi rambut merata, warna rambut hitam, kulit kepala
terlihat bersih, terlihat banyak rambut yang gugur pada bantal tempat
tidur klien.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
2) Mata :
Inspeksi : Fungsi penglihatan kurang klien menggunakan

24
kacamatan, letak simentris, sklera anikterik,
conjungtiva anemis, sekret tidak ada, pupil
isokor, reflek cahaya positif.
3) Telinga :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pengeluaran cairan
serumen, tidak ada penumpukan serumen, tidak
ada gangguan pendengaran.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
4) Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, klien mampu membedakan bau-
bauan,mukosa kering, benjolan tidak ada,59 polip tidak ada, tidak ada
tanda-tanda peradangan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
5) Mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir terlihat kering, lidah terlihat kotor,
tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, lidah terasa
pahit, tidak ada karies.
b. Leher :
Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolanatau bekas luka operasi, tidak
ada alat bantu pernafasan.
Auskultasi : Irama jantung teratur, bunyi jantung 1 normal, bunyi jantung
II normal, bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Redup, resonan pada lapang paru.
d. Abdomen :
Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas luka
operasi.
Auskultasi : Bising usus 12 x/menit.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan malaria
sesuai dengan tingkat keparahan klinis dan prioritas :
Uncomplicated malaria
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan suhu tubuh
klien > 37,5 derajat celcius, aklral teraba hangat.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan haluaran cairan
aktif (muntah, berkeringan, demam)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan
klien mengeluh nyeri pada kepala , dan nyeri pada badan, klien

25
tampak meringis.
4. Hipotermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan klien
tampak menggigil, suhu tubung dibawah 36,5 derajat celcius, klien
tampak berkeringat.
5. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan penyakit
6. Nausea berhubungan dengan toksin (infeksi plasmodium di daerah
saraf yang mempengaruhi pusat muntah) ditandai dengan klien
mengeluh mual, anoreksia.
7. Kelelahan berhubungan dengan ketidakseimbangan energi ditandai
dengan klien tampak lelah , klien tampak mengantuk.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pajanan pada
lingkungan
9. PK Infeksi

Severe Malaria
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
jalan napas (sekret) ditandai dengan dispnea, takipnea.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
ditandai dengan takipnea, penggunaan otot bantu pernapasan
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveoli ditandai dengan AGD abnormal (asidosis
metabolik), dispnea
4. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan aliran
arteri terhambat ditandai dengan klien mengeluh pusing, convulsi,
kejang.
5. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan
kerusakan transportasi oksigen melewati membran kapiler dan
alveolar ditandai dengan akral teraba dingin, kulit tampak pucat.
6. Retensi urin berhubungan dengan hambatan ditandai dengan Klien
mengeluh berkemih sedikit ,disuria, anuria
7. Resiko cedera
8. PK Asidosis metabolik

26
9. PK perdarahan
10. PK hipoglikemia
11. PK anemia
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh
2. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi
sistemik, mialgia, artralgia.
3. Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola

C.intervensi keperawatan
NO Diagnosa Intervensi Tujuan dan kriteria Rasional
keperawatan hasil
1 Perubahan perfusi Tujuan : setelah dilakukan a. Memeriksa tanda-  Memantau
jaringan berhubungan perawatan dalam waktu 1 tanda vital. perkembangan
dengan penurunan x24 jam tidak terjadi b. Catat adanya tekanan darah
komponen seluler penurunan tingkat kesadaran keluhan pusing dan perubahan
yang di perlukan dan dapat mempertahankan c. Kurangi aktivitas pada tekanan
untuk pengiriman cardiac output secara adekuat yang merangsang nadi. Hipotensi
oksigen dan nutrient guna meningkatkan perfusi timbulnya respons akan
dalam tubuh. jaringan Kriteria hasil : valsava/ aktivitas. berkembang
 Tanda-tanda vital d. Tingkatkan tirah bersamaan
normal baring. dengan kuman
 Klien tidak mengeluh e. Observasi yang
pusing perubahan sensori menyerang
 Klien tidak gelisah dan tingkat darah.
 Tidak terdapat kesadaran pasien  Keluhan pusing
sianosis yang menunjukan merupakan
 Kulit segar penurunan perfusi manifestasi
 Hemoglobin normal otak (gelisah, penurunan
confuse/bingu ng, suplai
 Akral hangat
apatis, somnolen). darah ke
 Conjungtiva
f. Kolaborasi jaringan
ananemis
Pemberian otak.
 Mukosa bibir tampak transfusi darah
lembab  Respons
PRC (packed red valsava akan
 Hasil pemeriksaan cells).
DDR meningkatkan
beban jantung
sehingga akan
menurunkan
curah jantung
ke otak.
 Menurunkan

27
beban kerja
miokard dan
konsumsi
oksigen,
memaksimalkan
efektifitas dari
perfusi jaringan.
 Bukti aktual
terhadap
penurunan
aliran darah ke
jaringan
serebral adalah
adanya
perubahan
respons sensori
dan penurunan
tingkat
kesadaran pada
fase akut.
Adanya
kegagalan harus
dilakukan
monitoring
ketat.
 Jalur yang
paten penting
untuk
pemenuhan lisis
darah sebagai
intervensi
kedaruratan.
1. Observasi respons 1. Untuk
2 Gangguan aktivitas Tujuan : Setelah dilakukan klien terhadap mengidentifikasi
berhubungan dengan perawatan dalam 5x24jam aktivitas. indikasi kemajuan
kelemahan fisik klien dapat melakukan 2. Awasi tanda – atau
aktivitas sesuai dengan tanda vital selama penyimpangan
kemampuanya. Kriteria dan sesudah dari hasil yang
hasil : aktivitas. diharapkan.
 Klien mampu melakukan 3. Tingkatkan tirah 2. Agar mengetahui
aktivitas sendiri baring. perubahan
 Badan klien tidak lemah 4. Atur posisi pasien kelemahan dan
lagi dan kekuatan otot senyaman kekuatan pada
membaik mungkin pasien.
 Tanda-tanda vital dalam 5. erikan bantuan 3. Tirah baring
batas normal dalam aktivitas meningkatkan
seharihari bila istirahat dan
perlu. ketenangan klien

28
6. Libatkan serta menyediakan
keluarga dalam energi yang
pemenuhan digunakan untuk
kebutuhan klien. penyembuhan.
4. Agar klien bisa
beristirahat dan
memulihkan
kesehatan.
5. Membantu klien
bila perlu, untuk
meninggkatkan
kepercayaan diri
bila klien dapat
melakukan
aktivitas sendiri.
6. Membangun
hubungan yang
kooperatif antara
perawat dan
keluaraga.
3 Resiko penularan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Beri penjelasan 1. Klien dan keluarga
penyakit malaria perawatan dalam waktu 3x24 tentang apa itu dapat menjelaskan
berhubungan dengan jampenularan penyakit penyakit malaria, kembali dan
kurang pengetahuan malaria tidak terjadi. cara penularan menentukan
tentang penyakit Kriteria hasil : penyakit malaria pencegahan
malaria, kebersihan  Klien dan keluarga dan penyakit malaria
lingkungan dan pola dapat menjelaskan pencegahanya. secara dini.
hidup kembali apa itu 2. 2.Anjurkan 2. Dengan lingkungan
penyakit malariadan keluarga dan yang bersih dan
cara penularan penyakit klien untuk nyaman nyamuk
malaria. memelihara tidak akan
 Klien dan Keluarga danmeningkatka berkembang biak.
dapat menyebutkan n kebersihan diri 3. Akan mencegah
cara pencegahan dan terjadi penularan.
malaria. lingkunganya.
3. Anjurkan klien
dan keluarga
untuk membasmi
sarang nyamuk
atau tempat
berkembang biak
nyamuk.

D.IMPLEMENTASI
NO HARI IMPLEMENTASI RESPON HASIL PARAF
TGL

29
1 18/03/2022 1. Memeriksa tandatanda vital dan 1. TTV :
11.00 menanyakan keluhan klien. TD : 110/70 mmHg
WITA 2. Menanyakan adanya keluhan pusing. Nadi : 90 x/menit
3. Menyarankan kepada klien untuk RR : 22 x/menit
mengurangi aktivitas yang merangsang Suhu : 37 0C
timbulnya respon valsava/aktivitas. Klien mengatakan
4. Menganjurkan klien untuk tubuhnya sering merasakan
meningkatkan tirah baring. panas dan berkeringat.
5. Observasi perubahan sensori dan
Malam tadi tubuh klien
tingkat kesadaran pasien yang
terasa panas klien menjadi
menunjukan penurunan perfusi otak
(gelisah, confuse/bingung, apatis, susah untuk tidur, seluruh
somnolen). tubuh dirasakan pegal-
6. Memantau tetesan transfusi darah. pegal dan terasa nyeri pada
(Pemberian transfusi darah PRC persendian dan otot skala
(packed red cells). nyeri 3 (1-5).
2. Klien mengeluh
kepalanya terasa pusing.
3. Klien mau mendengarkan
anjuran perawat dan klien
hanya beristirahat
ditempat tidur.
4. Klien mau mendengarkan
anjuran perawat dan klien
tidur dengan satu bantal.
5. Klien tampak gelisah.
6. Transfusi darah telah
diberikan. Pada pukul
10.00 WIB. Sebelum
tranfusi darah terlebih
dahulu diberikan, NaCl,
dexamethasone,
Dhipinehidramine.
Dengan tetesan 30
gtt/menit. Transfusi darah
PRC habis pukul 13.00
WIB langsung ganti
dengan NaCL dengan
tetesan 20 gtt/menit.
2. 18/03/2022 1. Menjelaskan dan membantu klien 1. Klien mau untuk
13.15 dengan tindakan pereda nyeri melakukan saran perawat
WITA nonfarmakologi dan noninvasif. dengan meredakan nyeri
secara alami tanpa dengan
2. Mengajarkan teknik manajemen nyeri menggunakan obat pereda
keperawatan, dengan menganjurkan nyeri.
klien beristirahat bila merasakan nyeri, 2. Klien mengerti dan paham
mengajarkan teknik relaksasi cara meredakan nyeri
pernafasan dalam pada saat nyeri yaitu dengan beristirahat

30
muncul, dan mengatur kenyamanan saat nyeri muncul,
dan lingkungan klien seperti menarik nafas dalam pada
membatasi pengunjung untuk tidak saat terasa nyeri, dan
terlalu ramai demi kenyamanan klien. mengatur kenyamanan
tubuh dan lingkungan.
3. Ny. T mengerti dengan
3. Meningkatkan pengetahuan klien apa penyakit yang di
tentang sebabsebab nyeri mengapa alaminya tubuhnya terasa
Ny. T bisa terasa sakit pada sendi dan sakit dan pegal-pegal
tulang, dan juga pada otot, seluruh disebabkan parasit malaria
tubuh terasa pegalpegal itu semua yang terdapat dalam
karena penyakit yang Ny. T alami tubuhnya sehingga
yaitu malaria keluhan tersebut menimbulkan gejala.
merupakan respon dari proses
penyakit malaria.
3 18/03/2022 1. Mengobservasi respons klien terhadap 1. Klien mengatakan
13.30 aktivitas. apabila dibawa duduk/
WITA 2. Mengawasi tandatanda vital selama berdiri seperti ingin
dan sesudah aktivitas. kekamar mandi kepala
3. Menganjurkan klien untuk terasa pusing. Jadi klien
meningkatkan tirah baring. hanya berbaring ditempat
4. Mengatur posisi klien senyaman tidur.
mungkin. 2. Klien mengatakan
5. Memberikan bantuan dalam aktivitas apabila setelah di bawa
seharihari bila perlu. duduk atau beraktivitas
6. Memberitahukan keluarga untuk seperti kekamar mandi
membantu dalam memenuhi denyut jantung berdebar-
kebutuhan klien dan memberikan debar cepat dan kuat.
bantuan dalam aktivitas klien Namun sebaliknya bila di
bawa tiduran atau
istirahat denyut jantung
normal.
3. Klien mau menerima
saran perawat klien tidur
untuk beristirahat.
4. Klien tidur dengan satu
bantal, dan menggunakan
selimut.
5. Membantu klien saat
klien mau kekamar
mandi.
6. Keluarga menerima saran
perawat, setiap
kebutuhan dan aktivitas
klien di bantu oleh
keluarga seperti
membantu mengantar
klien untuk kekamar

31
mandi, membantu untuk
menyuapi makanan,
membantu memenuhi
kebutuhan kebersihan
tubuh klien seperti
mengelap tubuh klien.

E.EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Dari tiga diagnosa prioritas utama yang penulis tegakan sesua
dengan apa yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan
asuhan keperawatan, kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih
baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis
dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainya.

32
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406). Malaria adalah infeksi
parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies
plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk
(Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).Malaria adalah
penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja,
2000).Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.
Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi menjadi pencegahan
bila obat diberikan sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat
diberikan untuk mencegah timbulnya gejala klinis, pengobatan kuratif untuk
pengobatan infeksi yang sudah terjadi terdiri dari serangan akut dan radikal,
dan pengobatan untuk mencegah transmisi atau penularan bila obat digunakan
terhadap gametosit dalam darah

1.2 Saran
Dalam Penulisan asuhan Keperawatan Ini Penulis Berharap Agar
mahasiswa/mahasiswi dapat menerapkan ilmu pengetahuannya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien “Malaria” yang dirawat

33
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul.2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika.

Perry Potter. 2001. Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 3. Jakarta: EGC

atihrochmat.wordpress.com/2008/06/27/plasmodium falciparum-35k-, diakses


kamis, tanggal 18 Februari 2010

http://www.ppmpmlp.depkes.go.id/images/m1_s2_i92_b.pdf, diakses kamis,


tanggal 18 Februari 2010

www.kompas.com/read/xml/2008/01/1158363/puskesmas.samigaluh.cari harold
w brown, 1983, dasar-dasar patasitologi klinik, Jakarta, PT. Grameedia,
diakses kamis tanggal 18 Februari 2010.

(http://depkes.blogspot.com/malaria.html.) diakses kamis tanggal 05 maret 2010.

34

Anda mungkin juga menyukai