Disusun Oleh:
Masridi (21144010033)
Aldi Diwantoro (21144010003)
Kelas: 2B
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Malaria”. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi tantangan itu bisa teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTARISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Penyebab terjadinya Penyakit Malaria ?
2. Bagaimana Distribusi Penyakit Malaria?
3. Bagaimana Cara Penginfeksian Penyakit Malaria ?
4. Bagaimana Siklus Hidup Plasmodium?
5. Bagaimana Patologi dan Gejala Klinis Penyakit Malaria?
6. Bagaimana Gejala Spesifik Penyakit Malaria?
7. Bagaimana Gejala dan Pola Penyakit Malaria ?
1
8. Bagaimana Diagnosis Penyakit Malaria ?
9. Bagaimana Pengobatan Penyakit Malaria?
10. Bagaimana Pencegahan Penyakit Malaria?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia,
2. Untuk memperoleh tambahan Ilmu Pengetahuan di luar bangku perkuliahan.
3. Untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan yang penulis dapat dari kampus dan ikut
serta mengabdi kepada masyarakat.
D. Manfaat
1. Mengetahui apa itu Penyakit Malaria.
2. Mengetahui Gejala dan Penyebab Penyakit Malaria.
3. Mengetahui Cara Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Malaria.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dan
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
(Prabowo,2004:2) Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari
atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI Jakarta)
Berdasarkan pengertian diatas penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk
meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria
juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan
global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan
melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur,
kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering
bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak
muncul berbagai penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria.
3
B. Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah
manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang
disebut Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan
perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan
berkembang biak dengan membelah diri.
4
Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah/ eritrositer terbagi dalam :
Fase sisogoni yang menimbulkan demam
Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penularan
penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada Plasmodium falciparum
disebut rekrudensi (short term relapse), karena siklus didalam sel darah
merah masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur.
Merozoit sebagian besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk
diisap oleh nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor
malaria. mengalami siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu
bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
C. Klasifikasi Malaria
Menurut Harijanto (2000) klasifikasi malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya
antara lain sebagai berikut:
1. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum).
Malaria tropika/ falciparum merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan
panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering
terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua
bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa
Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan
satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). Malaria
falciparum dikelompokkan atas dua kelompok yaitu Malaria falciparum tanpa
komplikusi yang digolongkan sebagai malaria ringan adalah penyakit malaria yang
disebabkan Plasmodium falciparum dengan tanda klinis ringan terutama sakit kepala,
demam, menggigil, dan mual tanpa disertai kelainan fungsi organ. Sedangkan malaria
falciparum dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang
menurut WHO di definisikan sebagai infeksi Plasmodium falciparum stadium
aseksual dengan satu atau lebih komplikasi, penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung
parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding
kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering
5
Serebral. kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria
gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
2. Malaria Kwartana (Plasmodium Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax,
lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak lebih biru. Tropozoit matur mempunyai
granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk
pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti
kelopak bunga rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax
tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain
nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.
Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan
komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites,
proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
3. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae,
skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang
terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale
merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11 16 hari, walaupun periode laten sampai 4 tahun.
Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walaupun tanpa
terapi dan terjadi pada malam hari.
4. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang
diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium
Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi
amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit
berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen
kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias
malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam
setiap 72 jam.
D. Patofisiologi
6
Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi
melalui dua cara yaitu: secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
mengandung parasit malaria. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke
dalam darah manusia, misalnya melalui transfusi darah, suntikan, atau pada bayi yang
baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (congenital).
Palofisilogi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan denga hal-hal sebagai
berikut:
1. Penghancuran eritrosit yang terjadi karena pecahnya eritrosit yang mengandung
parasit, fagositosis eritrosit yang mendung dan tidak mengandung parasit, akibatnya
terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
2. Pelepasan mediator Endotoksin - magkrofag melepaskan berbagai mediator
endotoksin.
3. Pelepasan TNF Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria.
TNF ini bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS
4. Sekuentrasi eritrosit Eritrosiy yang terinfeksi dapat membentuk knob di
permukaannya, Knob ini mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi
dengan antibody yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler alat dalam dan
membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan
Ada 4 proses patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia,
imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlekatan eritrosit yang
terinfeksi pada endotel kapiler. Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies
tergantung dari lama maturasi skizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya
eritrosit sewaktu proses skizogoni-eritrositik dan masuknya merozoit ke dalam sirkulasi
darah. Demum mengakibatkan terjadinya vasodilatasi perifer yang mungkin juga
disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit masuk
dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan cepat sehingga penderita
merasa kepinsan dan berkeringat banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit
yang berlebihan, hemolisi autoimun, dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin
malaria malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit
pecah saat melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegal disebabkan oleh adanya
peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit sehingga terjadi aktivasi RES untuk
memfagositosis eritrosit baik yang terinfeksi maupun yang tidak. Kelainan patologik
pembuluh darah kapiler disebabkan karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan
7
lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat pada ensotel kapiler,
menghambat aliran kapiler, timbul hipoksia/anoksia jaringan. Juga terjadi gangguan
integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran plasma. Monosit/makrofag merupakan
partisipan seluler terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi. Rangkaian
kelainan patologik ini dapat menimbulkan manifestasi klinis sebagai malaria serebral,
edema paru, gagal ginjal dan malabsorbsi usus.
E. WOC
8
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam
yang yang intermiten, anemia sekunder dan spenomegali. Penyakit ini cenderung untuk
beralih dari keadaan akut ke keadaan menahun. Selama stadium akut terdapat masa
demam yang intermiten. Selama stadium menahun berikutnya, terdapat masa laten yang
diselingi oleh relaps beberapa kali. Relaps ini sangat mirip dengan serangan pertama.
Masa tunas dapat berbeda-beda, antara 9 sampai 40 hari, dan ini menggambarkan
waktu antara gigitan nyamuk yang mengandung sporozoit dan permulaan gejala klinis.
Selain itu, masa tunas infeksi P. vivax dapat lebih panjang dari 6 sampai 12 bulan atau
lebih. Infeksi P. malariae dan P. ovale sampai bertahun-tahun. Karena itu di daerah
beriklim dingin infeksi P. vivax yang didapati pada musim panas atau musim gugur,
mungkin tidak menimbulkan penyakit akut sampai musim semi berikutnya. Malaria klinis
dapat terjadi berbulan-bulan setelah obat-obatan supresif dihentikan. Serangan pertama
pada malaria akut terdiri atas beberapa serangan dalam waktu 2 minggu atau lebih yang
diikuti oleh masa laten yang panjang, dan diselingi oleh relaps pada malaria menahun.
Serangan demam ini berhubungan dengan penghancuran sel darah merah yang progresif,
badan menjadi lemah, dan limpa membesar. Tipe jinak biasanya disebabkan oleh P.
vivax, P. malariae atau P. ovale. Tipe ganas terutama disebabkan oleh P. falcifarum.
Dalam periode prodromal yang berlangsung satu minggu atau lebih, yaitu bila
jumlah parasit di dalam darah sedang bertambah selama permulaan siklus aseksual, tidak
tampak manifestasi klinis yang dapat menentukan diagnosis. Gejala dapat berupa
perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi. Demam tiap hari atau
tidak teratur, mungkin sudah ada. Di daerah non-endemi diagnosis pertama seringkali
ialah influenza. Serangan permulaan atau pertama sangat khas oleh karena adanya
serangan demam intermiten yang berulang-ulang pada waktu berlainan : 48 jam untuk P.
vivax, P. ovale, P falcifarum dan 72 jam untuk P. malariae. Waktu yang sebenarnya pada
berbagai strain P. vivax berbeda-beda dari 43,6 jam sampai 45,1 jam. Serangan mulai
dengan stadium dingin atau rigor yang berlangsung selama kurang lebih satu jam. Pada
waktu itu penderita menggigil, walaupun suhu badannya lebih tinggi dari normal.
Kemudian menyusul stadium panas yang berlangsung lebih lama dan kulit penderita
manjadi kering serta panas, muka menjadi merah, suhu mencapai 390 - 410C, nadi cepat
dan penuh, kepala pusing, mual, kadang-kadang muntah, dan pada anak kecil timbul
kejang - kejang. Kemudian penderita berkeringat banyak, suhu badan turun, sakit kepala
9
hilang, dan dalam waktu beberapa jam penderita menjadi lelah. Serangan demam
biasanya berlangsung 8 sampai 12 jam, dan pada infeksi P. falcifarum berlangsung lebih
lama. Serangan ini sering dianggap disebabkan oleh hemolisis sel darah merah atau
disebabkan oleh syok karena adanya hemoglobin bebas atau adanya hasil metabolisme.
Virulensi sering berhubungan dengan intensitas parasitemia.
Periodisitas serangan berhubungan dengan berakhirnya skizogoni, bilamana skizon
matang kemudian pecah, merozoit bersama dengan pigmen dan benda residu keluar dari
sel darah merah memasuki aliran darah. Ini sebenarnya merupakan suatu infeksi protein
asing. Pada infeksi akut terdapat leukositosis sedang dangan granulositosis, tetapi dengan
turunnya suhu badan maka timbul leukopenia dengan monositosis relatif dan limfositosis.
Jumlah sel darah putih sebesar 3000 sampai 45.000 pernah dilaporkan. Pada permulaan
infeksi dapat terjadi trombositopenia jelas, tetapi hal ini bersifat sementara.
Hanya pada beberapa penderita malaria tampak ada ikterus: hemoglobinuria hanya
tampak bila kadar hemoglobin dalam plasma melampaui ambang ginjal. Pembesaran
limpa akut terdapat pada kurang lebih seperempat jumlah penderita dengan malaria akut.
Nyeri di kuadran kiri atas dan epigastrium mungkin disebabkan oleh meregangnya simpai
limpa, atau infark kecil yang pecah, atau perdarahan dibawah simpai. Fungsi ginjal
biasanya tidak terganggu pada penderita malaria biasa. Sebaliknya nefritis dengan
oliguria, albuminuria hebat, torak noktah, sembab pada seluruh tubuh, protein darah
berkurang, hipertensi sedang, hematuria yang dapat dilihat dengan mata biasa atau
dengan mikroskop dapat terjadi dan dapat menyulitkan diagnosis malaria. Albumin
terdapat pada dalam urin pada kurang lebih 2 persen penderita malaria akut. Kelainan
pada mata yang hebat jarang ditemukan pada infeksi malaria, tetapi pada serangan akut
komplikasi yang sering terjadi ialah sakit kepala dan sakit di sekitar mata, keratitis
dendritika atau herpetika dengan gangguan berupa fotofobia dan lakrimasi. Pada infeksi
P. falcifarum terdapat perdarahan, uveitis alergik dan sering terjadi herpes labialis.
H. Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejalanya dimana terjadi serangan demam dan
menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas Dugaan malaria semakin kuat jika
dalam waktu 1 tahun sebelumnya penderita telah mengunjungi daerah malaria dan dalam
pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran limpa.
10
Untuk memperkuat diagnosa dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan
parasite penyebabnya. Mungkin perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan karna kadar
parasit di dalam darah bervariasi dari waktu ke waktu.
11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Aktivitas/istirahat
Gejala: Malaise
Tanda: TD normal/sedikit dibawah jangkauan normal. Kult hangat, kering,
bercahaya (asodilasi), pucat, lembab, burk (vasokonstriksi).
Makanan cairan
Gejala: Anoreksia, mualmurah
Tanda: Penurunan berat badan penurunan lemak subkutan/missa otot. Penurunan
hakaran, konsentrasi uine; perkembangan ke arah olguria, auri
Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing pingan
Tanda: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi, delinum/koma.
Nyerikenyamanan
Gejala: Kejang abdominal kaksasi rasa sakit ketidaknyamanan
Pernapasan
Gejala: Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan, penggunan
kortikosteroid infeksi baru
Tunda: Subu: umumnya meningkat (37.95 oC atau lebh) tetapi mungkin normal
pada kama Menggigil ang ertema makular, drainase purulen
B. Diagnosa Keperawatan
1. Rako tinggi infeksi bid penunnan sistem imun
2. Hipertermia bid perubahan pada regulisi temperatur.
3. Risiko kekurangan volume cairan hd peningkatan metabolisme tubuh.
4. Inoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara supli oksigen dan nutrisi dari
kebutuhan
5. Nyeri hid proses inflamasi
C. Intervensi
12
1. Risiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem imun
Tujuan: Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari tanda-tanda
infeksi.
Intervensi :
1) Berkan bolsipantau pengunjung sesuai indikasi:
R/ Mengurangi risiko kemungkinan infeksi.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunakan
sarung tangan steril
R/ Mengurangi kontaminasi silang
3) Pammi kecenderungan suhu
R/ Demam disebabkan oleh efek-efek dari endotoksin pada hipotalamus dan endorfin
yang melepaskan progen. Hipotermia adalah tanda-tanda genting yang merefleksikan
perkembangan status syok/penurunan perisi jaringan
4) Amati adanya menggigil dan diaforesis,
R/ Menggigil seringkali mendahului memuncaknya suhu pada indeksi.
5) Pantau tanda-tanda penyimpangan kondiske gagalan untuk membaik selama masa
terapi
R/Dapat menunjukkan ketidaktepatan ketidakadekuatan terapi antibiotik atau
pertumbuhan berlebihan dari organi me resisten/oportunistik.
6) Kolaborasi pemberian obat arti infeksi sesuai indikasi
R/ Dapat membasmi/memberikan imunitas sementara untuk infeksi
2. Hipertermia bid perubahan pada regulasi temperatur Tujuan: Memjukkan suhu dalam
batas normal bebas dari kedinginan.
Intervensi :
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan adanya menggigil/ difresi
R/ Suhu 38,90€-41,10C menunjukkan proses penyaki infeksius akut. Pola demam
dapat membantu dalam diagnosis. Menggigil sering mendahului puncak subu
2) Para suhu lingkungan, tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
R/ Sulu ruangan/jumlah semut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal
3) Berkan kompres mandi hangat: hindari penggunan akohol R/ Menhamu mengurangi
demam. Akohol mungkin menyebabkan kedinginan dan dapat mengeringkan kulit
4) Kolaborasi pemberian pretik sesuai indikasi.
13
R/ Mengurangi demum dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
14
4) Gunakan teknik penghematan energi mis: mandi dengan duduk, duduk untuk
melakukan tugas-tugas.
R/ Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi
dan mencegah kelemahan
5) Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi nyeri dada, napas
pendek. kelemahan, atau pusing terjadi
R/ Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stress dapat menimbulkan
dekompensasi kegagalan
5. Nyeri h/d proses inflamasi.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang terkontrol.
Intervensi :
1) Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri
R/ Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang
kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.
2) Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman
R/ Tirah baring pada posisi Fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen,
namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyen secara alamiah.
3) Kontrol suhu lingkungan.
R/ Dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan ketidaknyamanan kulit.
4) Dorong menggunakan teknik relaksasi Berikan aktivitas senggang.
R/Meningkatkan istirahat dan dapat meningkatkan koping.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
R/Menghilangkan membantu dalam manajemen nyeri
D. Evaluasi
Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari tanda-tanda infeksi
Menunjukkan suhu dalam batas normal bebas dari kedinginan.
Mempertahankan volume sirkulasi adekuat dengan tanda-tanda vital dalam batas normal
pasien, nadi perifer teraba, dan hakaran urine adekuat.
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas harian).
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang disebarkan melalui perantara nyamuk anopheles.
Malaria disebabkan oleh plasmodium, parasit yang bersel tunggal yang terdiri atas 4
jenis plasmodium yaitu:
a. Plasmadium vivax: menyebabkan malaria tertiana benigna.
b. Plasmadium ovale: menyebabkan malaria tertiana benigna.
c. Plasmadium malariae: menyebabkan malaria quartana.
d. Plasmadium falcifarum: menyebabkan malaria tertiana maligna yang berat,
progresif dan biasanya fatal.
Agar kita terhindar dari penyakit ini, hendaknya kita melakukan tindakan
pencegahan dari gigitan nyamuk Anopheles.Pencegahannya ada yang dengan
menggunakan obat dan ada juga yang tanpa obat.Menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan
nyamuk yang aktif di malam hari ini.Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh
kesadaran masyarakat setempat.
B. Saran
Dalam penulisan makalah yang berjudul "Asuhan keperawatan pada malaria S"
nantinya makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Namun penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih bnyak
terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu
kritik dan saran yng bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah di masa yang akan datang.
16
DAFTAR PUSTAKA
vhirafkm.blogspot.com/2010/07/makalah-penyakit-malaria.html
hamsahpk4.blogspot.com/2014/04/makalah-malaria.html
Doengoes. E.Marlylynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Mansjoer, Ari, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius.
Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jild 1 Ed.3. Balai Penerbit
FKUL Jakarta.
17