Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN PENYAKIT TERKINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MALARIA


DOSEN PEMBIMBING : Ns. Erni Indarti, M.Kep

OLEH KELOMPOK 9
AHMAD RAFLI ARDIANSYAH (202114201003)
WAHYU KAMELIA KHASANATI (202114201023)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN – PROFESI NERS


STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN 2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan anugrah yang
dilimpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan lancer dan sesuai
dengan jadwal. Sholawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada nabi besar Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari zaman kegelapan hingga zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Malaria” diharapkan
dapat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dan dapat mempermudah dalam proses
pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna karena kemampuan
ilmu serta pengalaman yang kami miliki masih sangat rendah, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan
makalah kami.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terutama
kepada dosen pembimbing kami yaitu Ibu Ns. Oktaffrastya, M.Kep yang dengan sabar telah
membantu membimbing kami dengan sangat sabar, serta pihak – pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga apa yang telah diberikan mempunyai arti tersendiri
bagi kami penulis dan bermanfaat bagi kita semua.

Nganjuk, 20 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................iv

B. Rumusan Masalah............................................................................................... iv

C. Tujuan.................................................................................................................v

D. Manfaat...............................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Malaria..................................................................................................1

B. Etiologi................................................................................................................1

C. Manifestasi Klinis...............................................................................................4

D. Patofisiologi........................................................................................................6

E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................8

F. Penatalaksanaan Medis.......................................................................................9

G. Komplikasi..........................................................................................................10

H. Konsep Asuhan Keperawatan Malaria................................................................11

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................15

B. Saran...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Sudoyo. W. Aru. (1999) Malaria adalah infeksi parasit yang disebabkan
oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan di tandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual di dalam darah. Sedangkan menurut WHO (1981), malaria merupakan penyakit
yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya. Malaria disebabkan oleh parasit
malaria (protozoa genus plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh
manusia di tularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina ditandai dengan demam,
muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Agen penyebab penyakit
malaria adalah nyamuk anopheles betina. Parasit malaria pada manusia yang
menyebabkan malaria adalah Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale dan Plasmodium malariae.
Setelah manusia digigit oleh nyamuk anopheles betina tersebut, maka akan timbul
tanda dan gejala seperti demam menggigil, kejang-kejang, anemia, nafas sesak, gangguan
kesadaran dan hilangnya nafsu makan. Setelah tanda dan gejala muncul jika tidak segera
diobati akan menyebabkan akibat lanjut (komplikasi ). Adapun komplikasi dari penyakit
malaria adalah anemia berat, malaria selebral (koma), gagal ginjal akut, edema paru,
kelainan hati dan hipoglikemia.
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia dan pembesaran limpa.
Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun
kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil,
anemia, dan pembesaran limpa

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang tersebut, maka
permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu :
1. Apa pengertian dari malaria
2. Bagaimana etilogi mengenai malaria
3. Seperti apa manifestasi klinis malaria
4. Apa saja patofisiologi dari malaria
5. Bagimana prosedur pemeriksaan malaria

iv
6. Seperti apa penatalaksanaan malaria
7. Apa saja komplikasi yang dapat dialami dari penyakit malaria
8. Konsep asuhan keperawatan penyakit malaria

C. Tujuan
Makalah ini kami susun dengan beberapa tujuan, yaitu :
1. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan penyakit terkini
2. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit malaria
3. Bagaimana etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, hingga pemeriksaan dan
juga apa saja komplikasi yang akan terjadi jika seseorang menderita malaria

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah kami, yaitu :
1. Dengan adanya penulisan makalah ini, diharapkan para pembaca mengerti dan
faham mengenai penyakit malaria
2. Sebagai sumber referensi dalam penyusunan ataupun pembuatan makalah,
sehingga membawa manfaat bagi para pembaca

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Malaria
Menurut Arif Mansjoer (1999) malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut
maupun kronik, di sebabkan oleh protozoagenus plasmodium. Sedangkan menurut
Sudoyo W. Aru (1999) malaria adalah infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium
yang menyerang eritrosit dan di tandai dengan di temukannya bentuk aseksual di dalam
darah.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk
malaria (Anopheles) betina
B. Etiologi Penyakit Malaria
Malaria adalah parasit protozoa Plasmodium. Ada 5 spesies Plasmodium yang
dapat menginfeksi manusia.
1. Plasmodium Falciparum
Plasmodium falciparum (malaria tropika) adalah spesies Plasmodium
yang paling sering menyebabkan malaria berat hingga kematian. Masa
inkubasi berkisar antara 9–14 hari, menimbulkan demam intermiten atau
kontinu.
Pada malaria berat yang disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum,
patogenesis berkaitan dengan kemampuan parasit mengubah struktur dan
biomolekul sel eritrosit untuk mempertahankan hidup parasit. Perubahan
tersebut meliputi mekanisme transpor membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi,
dan rosetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah
terinfeksi Plasmodium falciparum pada reseptor di bagian endotel venula dan
kapiler. Sitoadherensi dimediasi oleh protein membran eritrosit Plasmodium
falciparum (PfEMP1) yang dihasilkan dari transkripsi gen var dan secara
dominan berikatan dengan reseptor CD36 dan intercellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1) pada sel endotel.
Selain itu, eritrosit yang diinfeksi parasit tersebut juga dapat melekat pada
eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga membentuk struktur seperti bunga
(rosette).
Sitoadherensi eritrosit pada endotel dan eritrosit normal menyebabkan
sekuestrasi di pembuluh darah kecil pada berbagai organ, sehingga
menimbulkan obstruksi sirkulasi mikro, gangguan perfusi jaringan, asidosis
laktat, dan pada kondisi berat menimbulkan kerusakan end-organ. Sekuestrasi
pada plasenta wanita hamil dapat menimbulkan komplikasi,
yakni abortus, berat badan lahir rendah, dan malaria kongenital.

vi
2. Plasmodium Vivax
Plasmodium vivax (malaria tertiana) memiliki masa inkubasi 12–18 hari
dan menimbulkan demam berulang dengan interval bebas demam selama 2
hari. Jenis ini juga dapat menyebabkan malaria berat.
Ciri khas infeksi Plasmodium vivax adalah sel darah merah yang dominan
dengan retikulosit dan antigen Duffy untuk invasi parasit. Akibatnya,
parasitemia relatif rendah pada malaria vivax. Ukuran retikulosit lebih besar
daripada sel darah merah matur, sehingga pada apusan darah tepi akan tampak
sel yang terinfeksi lebih besar daripada sel darah merah di sekitarnya. Demam
pada plasmodium vivax dapat muncul kembali saat hipnozoit melepaskan
merozoit.
Pada pasien tanpa penyakit komorbid, Plasmodium vivax jarang
menyebabkan kematian. Namun, Plasmodium vivax dapat relaps dan pada
pasien dengan penyakit kronis, spesies ini dapat menimbulkan anemia
berat, malnutrisi, dan respons imun yang buruk.
Manifestasi berat yang dapat timbul adalah acute respiratory distress
syndrome, gagal hati, gagal ginjal, dan syok. Koma dapat terjadi walaupun
jarang karena spesies ini tidak seperti Plasmodium falciparum yang dapat
menyebabkan sekuestrasi parasit di otak dalam jumlah banyak.
3. Plasmodium Ovale
Masa inkubasi Plasmodium ovale adalah 12–18 hari sehingga pola demam
sama seperti malaria vivax, dengan manifestasi klinis ringan.
Terdapat 2 spesies Plasmodium ovale, yakni Plasmodium ovale
curtisi dan Plasmodium ovale wallikeri. Kedua spesies ini memiliki
manifestasi klinis dan penatalaksanaan yang sama. Plasmodium ovale mirip
dengan Plasmodium vivax, tetapi tidak membutuhkan antigen Duffy untuk
menginvasi sel darah merah.
Pada pemeriksaan apusan darah tepi, Plasmodium ovale tampak trofozoit
seperti komet dan sel darah merah akan tampak oval dengan fimbria (seperti
jari) pada membran sel. Bentuk cincin, skizon, dan gametosit Plasmodium
ovale sama dengan Plasmodium vivax.
4. Plasmodium Malariae
Plasmodium malariae (malaria kuartana) merupakan malaria dengan
manifestasi klinis paling ringan. Masa inkubasi sekitar 2–4 minggu dengan
demam berulang dan interval bebas demam selama 3 hari.
Jumlah merozoit yang dikeluarkan saat skizon ruptur jauh lebih sedikit,
sehingga parasitemia pun lebih rendah dibandingkan malaria jenis lainnya.
Plasmodium malariae juga sering disebut sebagai malaria kronis karena dapat

vii
bertahan hingga puluhan tahun. Plasmodium malariae memiliki ciri khas,
yakni deposit kompleks imun di ginjal yang bisa menyebabkannefritis.
Pada apusan darah tepi, parasit ditemukan dalam bentuk band, skizon
dengan beberapa merozoit, dan globul dengan pigmen di bagian sentral
berwarna keemasan.
5. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium knowlesi memiliki masa inkubasi 9–12 hari. Manifestasi
klinis yang utama adalah demam dan sakit kepala. Proporsi kasus dengan
komplikasi berat akibat Plasmodium knowlesi lebih sering terjadi
daripada Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum.
Manifestasi berat pada Plasmodium knowlesi berupa hipotensi, distres
pernapasan, gagal ginjal akut, hiperbilirubinemia, dan syok. Koma tidak selalu
terjadi pada infeksi Plasmodium knowlesi.
Manifestasi berat terjadi akibat respons imun tubuh berlebihan yang
muncul saat penanganan terlambat. Plasmodium knowlesi memberikan
gambaran patologi mirip Plasmodium falciparum pada jaringan otak, tetapi
dengan ICAM-1 yang lebih sedikit. Mekanisme Plasmodium
knowlesi berinteraksi dengan endotel untuk menciptakan sekuestrasi masih
belum diketahui pasti.
 Transmisi Malaria
Mekanisme transmisi malaria ke manusia adalah melalui gigitan nyamuk,
yaitu Anopheles sp. betina yang bertindak sebagai vektor yang berhabitat di daerah tropis
dan subtropis. Vektor ini jarang ditemukan pada ketinggian di atas 2.000
meter. Anopheles sp. terutama menggigit saat senja dan fajar.
Ada lebih dari 60 spesies nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria ke
manusia. Walaupun jarang terjadi, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah,
tusukan jarum bekas penderita malaria, atau dari ibu hamil ke janin (malaria kongenital).
Plasmodium knowlesi memiliki host spesifik, yakni kera Macaca
fascicularis  dan  Macaca nemestrina yang di Indonesia dapat ditemukan di
Kalimantan.  Plasmodium knowlesi merupakan infeksi zoonotik dan belum ada bukti kuat
bahwa malaria jenis ini dapat bertransmisi antarmanusia.
 Faktor Risiko
Beberapa faktor dapat meningkatkan kemungkinan terinfeksi malaria, seperti:
 Anak-anak berusia <5 tahun

 Wanita hamil
 Penderita human immunodeficiency virus dengan acquired immune deficiency
syndrome (HIV/AIDS)
 Seseorang yang bermigrasi ke daerah endemis malaria dan tidak memiliki kekebalan
tubuh terhadap malaria

viii
 Mobilisasi penduduk
 Para pelancong
Beberapa kelainan genetik yang mengubah struktur hemoglobin atau adanya
enzim tertentu dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria. Misalnya, golongan
darah duffy negatif memberikan perlindungan terhadap infeksi Plasmodium vivax. Begitu
pula dengan orang dengan thalassemia, hemoglobin C, dan hemoglobin E, yang memiliki
peluang infeksi malaria falciparum atau vivax lebih kecil. Pasien dengan defisiensi
glukosa 6 fosfat dehidrogenase (G6PD) dan hemoglobin sel sabit lebih terlindung dari
malaria berat dan komplikasinya.

C. Manifestasi Klinis Malaria


Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis :
o Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan
penderitanya cukup menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang utama
yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah,
diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi
tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit
berasal.
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI
(glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya.
Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah
hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran
karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari
spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P.
malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat
resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan
gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang
mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi
sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang
belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan
dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering
terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae
keluhan prodromal tidak jelas.

ix
3. Gejala-gejala umum Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria
(malaria proxym) secara berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage) Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai
dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi
gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan
(sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage) Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita
merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali
muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat
meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat
tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage) Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam.
Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-
kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat
hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada
gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.
Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami
oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang
belum mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita
yang baru pertama kali menderita malaria.Di daerah endemik malaria dimana
penderita telah mempunyai kekebalan (imunitas) terhadap malaria, gejala
klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak selalu ada, dan seringkali
bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di daerah yang
mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali
penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya:
diare dan pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang bersifat
lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,
sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat
atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak
demam yang berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam
pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae9,10 .
o Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya
ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi
atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa
gejala/komplikasi berikut ini:
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai
penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau,
bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)

x
2. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3. Kejang-kejang
4. Panas sangat tinggi
5. Mata atau tubuh kuning
6. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang,
bibir kering, produksi air seni berkurang)
7. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8. Nafas cepat atau sesak nafas
9. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan penanganan semestinya.

D. Patofisiologi Malaria
Memahami siklus hidup Plasmodium merupakan hal yang penting untuk mengerti
patofisiologi malaria.
Siklus Hidup Plasmodium

Siklus hidup Plasmodium dibagi 2, yakni stadium aseksual di dalam tubuh mansia


dan stadium seksual di dalam tubuh nyamuk.
Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium
Sumber gambar: dr. Saphira Evani, 2020

xi
Saat menggigit manusia, nyamuk Anopheles sp. betina yang
terinfeksi Plasmodium akan menginokulasi sporozoit dari air ludahnya ke sirkulasi darah
manusia.
Siklus Eksoeritrositik

Pada siklus eksoeritrositik, sporozoit akan menginvasi hepatosit, bereplikasi


secara aseksual dan mengalami maturasi menjadi skizon. skizon kemudian ruptur
melepaskan merozoit ke peredaran darah. Pasien asimtomatik selama siklus
eksoeritrositik. Siklus eksoeritrositik berlangsung selama 8–25 hari untuk Plasmodium
falciparum, 8–27 hari untuk Plasmodium vivax, 9–17 hari untuk Plasmodium ovale, dan
15–30 hari untuk Plasmodium malariae.

Sejumlah sporozoit Plasmodium vivax  dan Plasmodium ovale  tidak segera


berkembang menjadi merozoit dalam siklus eksoeritrositik, melainkan menjadi hipnozoit.
Hipnozoit mampu bertahan (dorman) di hepatosit dalam waktu panjang, yakni beberapa
minggu hingga beberapa tahun. Setelah fase dorman tersebut, hipnozoit dapat kembali
aktif dan menghasilkan merozoit untuk dilepaskan ke sirkulasi darah. Hipnozoit yang
menyebabkan kasus malaria relaps.
Siklus Eritrositik
Merozoit kemudian menginfeksi eritrosit yang menandai awal siklus eritrositik.
Merozoit kemudian berkembang menjadi trofozoit imatur (cincin), trofozoit matur,
terakhir menjadi skizon yang ketika ruptur kembali melepaskan merozoit dan kembali
menginfeksi eritrosit normal.

Sebagian parasit dalam bentuk trofozoit imatur berdiferensiasi menjadi


mikrogametosit (jantan) atau makrogametosit (betina). Gametosit tersebut akan ikut
masuk ke dalam tubuh nyamuk Anopheles sp. saat menggigit manusia
Durasi siklus eritrositik berbeda-beda tergantung pada spesies Plasmodium yang
berimplikasi pada gejala demam yang muncul setiap 24 atau 48 jam.
Siklus Sporogenik

Siklus sporogenik terjadi dalam tubuh nyamuk. Parasit berkembang biak secara
seksual, yang diawali dengan mikrogametosit mempenetrasi makrogametosit dan
menghasilkan zigot. Kemudian, zigot berubah menjadi ookinet yang motil dan
menginvasi dinding saluran pencernaan tengah (midgut) nyamuk dan berkembang
menjadi oocyst. Oocyst kemudian akan ruptur dan melepaskan sporozoit yang akan
masuk ke kelenjar ludah nyamuk.
o Patofisiologi Malaria
Patofisiologi munculnya gejala pada malaria berkaitan dengan siklus
eritrositik parasit. Parasitemia meningkat setiap kali terjadi lisis eritrosit dan
ruptur skizon eritrosit yang melepaskan ribuan parasit dalam bentuk merozoit dan

xii
zat sisa metabolik ke sirkulasi darah. Tubuh yang mengenali antigen tersebut
kemudian melepaskan makrofag, monosit, limfosit, dan berbagai sitokin,
seperti tumor necrosis factor alpha (TNF- α).
Sitokin TNF-α dalam sirkulasi darah yang sampai ke hipotalamus akan
menstimulasi demam. Demam bertahan selama 6–10 jam, lalu suhu tubuh
kembali normal, dan meningkat kembali setiap 48–72 jam saat siklus eritrositik
lengkap. Selain TNF-α, ditemukan juga sitokin proinflamasi lainnya, seperti
interleukin 10 (IL-10) dan interferon γ (IFN- γ). Pada fase infeksi lanjutan, tubuh
memproduksi antibodi yang membantu proses pembersihan parasit melalui jalur
makrofag-sel T-sel B.
Parasitemia pada malaria falciparum lebih hebat dibandingkan parasitemia
spesies lain. Hal ini disebabkan karena Plasmodium falciparum dapat menginvasi
semua fase eritrosit, sedangkan Plasmodium vivax lebih dominan menginfeksi
retikulosit dan Plasmodium malariae menginvasi eritrosit matur. Tingkat
parasitemia biasanya sebanding dengan respons tubuh manusia dan keparahan
gejala klinis.
Anemia pada malaria terjadi akibat proses hemolisis dan fagositosis
eritrosit, baik yang terinfeksi maupun normal oleh sistem retikuloendotelial pada
limpa. Peningkatan aktivitas limpa menyebabkan splenomegali. Anemia berat
juga dipengaruhi oleh gangguan respons imun monosit dan limfosit akibat
hemozoin (pigmen toksik hasil metabolisme Plasmodium), sehingga terjadi
gangguan eritropoiesis dan destruksi eritrosit normal.
Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primaquine pada orang
dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) herediter. Pigmen yang
keluar ke dalam sirkulasi saat hemolisis dapat terakumulasi di sel
retikuloendotelial limpa, sehingga folikelnya menjadi hiperplastik dan kadang-
kadang nekrotik. Pigmen juga dapat mengendap dalam sel Kupffer hati, sumsum
tulang, otak, dan berbagai organ lain.
Hemolisis dapat meningkatkan serum bilirubin sehingga menimbulkan
jaundice. Malaria falciparum dapat disertai hemolisis berat yang menyebabkan
hemoglobinuria (blackwater fever).

E. Pemeriksaan Malaria
o Pemeiksaan darah tepi
o Pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat keberadaan
parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin.
 Pemeriksaan Penunjang
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan kapan gejala muncul,
dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan menanyakan apakah

xiii
pasien tinggal di daerah yang banyak kasus malaria, atau baru saja bepergian ke daerah
tersebut.
Guna memastikan diagnosis malaria, dokter akan melakukan pemeriksaan darah
yang disebut tes diagnostik cepat malaria (RDT malaria). RDT malaria bertujuan untuk
mendeteksi protein (antigen) yang menjadi tanda keberadaan parasit malaria. Hasil tes ini
dapat diketahui dalam beberapa menit.
Tidak cukup dengan pemeriksaan RDT saja, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan darah di bawah mikroskop, untuk melihat keberadaan parasit dan
membedakan jenis malaria. Sampel darah bisa diambil lebih dari sekali dan diambil
ketika keluhan timbul.
Dokter juga dapat melakukan tes darah lain, seperti uji fungsi hati atau fungsi
ginjal, untuk mengetahui apakah malaria menyebabkan komplikasi ke organ lain

F. Penatalaksanaan Malaria
Tenaga kesehatan perlu memperhatikan informasi terbaru tentang malaria karena
pola resistensi obat anti-malaria terus berubah. Penatalaksanaan malaria tidak berat
(tanpa komplikasi) adalah secara rawat jalan dengan obat anti-malaria yang
direkomendasikan WHO. Klorokuin dan sulfodoksin-pirimetamin tidak lagi digunakan
karena tingginya resistensi P. falciparum terhadap obat ini di banyak negara.
Penatalaksanaan malaria tidak berat meliputi pengobatan simptomatik dan pengobatan
anti-malaria bertujuan untuk eradikasi parasit dalam tubuh dan mencegah terjadinya
komplikasi.
Pengobatan Simptomatik Pemberian antipiretik pada anak demam untuk
mencegah hipertermia dengan dosis paracetamol 15 mg/kgBB/dosis setiap 4-6 jam.
Apabila terjadi hipertermia (suhu rektal >40°C), berikan paracetamol dosis inisial 20
mg/kgBB/dosis dilanjutkan dengan dosis rumatan 15 mg/kgBB/dosis. Pada anak kejang,
sebaiknya berikan diazepam intravena perlahan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/dosis atau
diazepam rektal 5 mg (berat badan 10 kg), dan segera rujuk ke rumah sakit, karena
kejang merupakan salah satu gejala malaria berat yang membutuhkan penanganan
lanjutan.
Suplementasi zat besi dengan atau tanpa zinc secara bermakna meningkatkan
kadar hemoglobin pada penderita malaria tropikana di daerah endemis. Namun,
pemberian zat besi pada malaria dengan anemia ringan tidak dianjurkan, kecuali bila
disebabkan oleh defi siensi besi.

xiv
Pengobatan Anti-malaria
Lini pertama:
1. Dehidroartemisin + piperakuin (fi xed dose combination) Dosis dehidroartemisin 2-4
mg/kgBB dan piperakuin 16-32 mg/kgBB/dosis tunggal, diberikan selama 3 hari. Saat
ini, rutin digunakan di Papua dan Papua Barat. Penggunaan dehidroartemisin-
piperakuin pada anak lebih ditoleransi karena adverse event yang lebih rendah dari
artesunatamodiakuin.
2. Artesunat + amodiakuin (tablet 50 mg artesunat dan 153 mg amodiakuin) Dosis
artesunat 4 mg/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari, dan amodiakuin 10 mg- basa/
kgBB/dosis tunggal juga selama 3 hari.
Lini kedua:
1. Kina (tablet 200 mg kina fosfat/sulfat) Dosis kina 10 mg/kgBB/dosis, diberikan 3 kali
sehari selama 7 hari. Kina harus dikombinasikan dengan doksisiklin pada P.
falciparum, dengan dosis doksisiklin: 2 mg/kgBB/dosis (usia >14 tahun), 1
mg/kgBB/dosis (8-14 tahun), 2 kali sehari selama 7 hari. Pada ibu hamil dan anak
kurang dari 8 tahun direkomendasikan mengganti doksisiklin dengan klindamisin.
Kombinasi kina dan klindamisin aman, efektif, dan memiliki adverse event lebih
sedikit. Dosis klindamisin: 20 mg basa/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 7 hari.
Obat anti-malaria lini pertama dan kedua (blood schizonticidal) harus ditambah
primakuin. Primakuin bermanfaat untuk eradikasi Plasmodium yang dorman dalam
jaringan, terutama hepar (tissue schizonticidal). Untuk P. falciparum khusus untuk anak
>1 tahun, dosis primakuin: 0,75 mg-basa/kgBB/ dosis tunggal 1 hari. Sedangkan untuk P.
vivax, P. ovale dan P. malariae dikombinasikan dengan primakuin 0,25 mg/kgBB/dosis
tunggal selama 14 hari.
Edukasi orang tua pasien penting sebagai partner pemantauan selama rawat jalan.
Apabila anak tidak bisa menoleransi obat oral atau muncul gejala-gejala malaria berat
sebaiknya dirujuk untuk pemberian antimalaria intravena dengan dosis terukur. WHO
merekomendasikan pemberian artesunat rektal dosis tunggal pada anak dengan malaria
sebelum dirujuk ke pusat pelayanan lanjutan. Data menunjukan kematian akibat malaria
pada anak menurun dengan pemberian artesunat per rektal jika waktu rujuk melebihi 6
jam.

xv
G. Kompikasi pada Penyakit Malaria
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita malaria, antara lain:
1. Anemia parah
Anemia terjadi karena banyaknya sel darah merah yang hancur atau rusak
(hemolisis) akibat parasit malaria.

2. Malaria otak
Komplikasi ini terjadi saat sel darah dipenuhi parasit sehingga menghambat
pembuluh darah kecil pada otak. Akibatnya, otak menjadi bengkak atau rusak. Gejala
malaria otak berupa kejang dan koma.
3. Gagal fungsi organ tubuh
Beberapa organ yang dapat terganggu karena parasit malaria antara lain ginjal,
hati, atau limpa. Kondisi tersebut dapat membahayakan nyawa penderita. Pada
beberapa kasus, limpa bahkan dapat membesar (splenomegali) hingga lebih dari 10
cm.
4. Gangguan pernapasan
Komplikasi ini terjadi saat cairan menumpuk di paru-paru (edema paru) sehingga
membuat penderita sulit bernapas
5. Hipoglikemia
Malaria yang parah bisa menyebabkan hipoglikemia atau kadar gula darah
rendah. Gula darah yang sangat rendah bisa berakibat koma atau bahkan kematian.

Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Malaria

1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Sekarang : Keluhan saat ini, sesuai dengan manifestasi klinis yang telah
disebutkan pada penjelasan sebelumnya 53
b. Riwayat Masa Lalu : apakah ada riwayat pasien bepergian ke daerah endemic
malaria, kontak dengan nyamuk.

xvi
c. Pemeriksaan Fisik : inpeksi/lihat adakah kemerahan dan bentuk luka dikulit, sesak
dan palpasi adakah pembengkakan, demam, nyeri lambung.
d. Pemeriksaan Penunjang : adakah pemeriksaan laboratorium untuk melihat
keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin.
e. Penatalaksanaan : terapi yang diberikan sesuai intruksi dokter.
f. Dischart Planning tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan
nyamuk yaitu dengan cara :
1. Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu impregnated ( dicelup
peptisida : pemethrin atau deltamethin.
2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk : gosok, spray, asap, elektrik.
3. Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus
memakai proteksi ( baju lengan panjang, kaos stocking ). Nyamuk akan
menggigit diantara jam 18.00 sampai jam 06.00. nyamuk jarang pada
ketinggian di atas 2000 m.
4. Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti
nyamuk.
2. Diagnosa keperawatan
a. Umum
1. Hypertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
2. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan penatalaksanaannya
b. Resiko Infeksi
 Pada Hati
Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik 54
 Pada Ginjal
Ketidak seimbangan cairan elektrolit : kurang volume cairan berhubungan
dengan fase diuretic GGA, dengan peningkatan volume urine dan
melambatnya kemampuan absorpsi tubular.
 Pada Saluran GastroIntestinal
Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d kehilangan yang
berlebihan : diare berat, muntah, berkeringat, demam, hiperventilasi
 Pada Paru
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kapiler ( efek inflamasi ) Pada Otak (9) Perubahan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan hivovolemia

xvii
3. Intervensi atau Perencanaan Keperawatan
a. Umum

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN


INTERVEN
KEPERAWATA KRITERIA HASIL
SI
N
1 Hypertermia Tujuan : Mandiri
berhubungan
Setelah dilakukan tindakan o Pantau ( kaji ) tanda vital,
dengan
keperawatan selama 3 x 24 perhatikan adanya
peningkatan
jam, suhu tubuh klien diaphoresis
metabolisme
kembali nomal o Berikan pakaian tipis,
penyakit, ditandai
Kriteria hasil : terang, longgar sesuai
dengan :
DS : o Suhu tubuh 36-37°C kebutuhan
o Berikan kompres hangat, air
DO : o Akral teraba hangat
biasa
o Kulit lembab o Anjurkan pasien banyak
minum
o pemberian antipiuretik
2 Perubahan perfusi Tujuan : Mandiri
jaringan Setelah dilakukan tindakan
o awasi tanda vital, kaji
berhubungan keperawatan selama 3 x 24
dengan penurunan jam, kebutuhan pengisian kapiler, wana
komponen seluler oksigen/nutrient pasien kulit/membrane mukosa,
yang diperlukan terpenuhi dasa kuku
untuk pengiriman Kriteria hasil : o awasi upaya pernafasan,
oksigen/nutrient auskultasi bunyi nafas
o Menunjukan perfusi o selidiki keluhan nyeri dada,
ke sel, ditandai
dengan : adekuat palpitasi
DS : o tanda-tanda vital stabil o kaji untuk respon verbal
DO :
o membrane mukosa warna melambat, mudah
merah muda terangsang, agitasi,
gangguan memori, bingung
o pengisian kapilaer baik
o catat keluhan rasa dingin,
o haluaran urine adekuat pertahankan suhu
lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi
kolaborasi
o awasi lab : hb/ht, jumlah
SDM, AGD
o berika SDM darah
lengkap/packed, produk
darah sesuai indikasi, awasi

xviii
untuk komplikasi transfuse
o berikan O2 sesuai indikasi
3 Intoleransi Tujuan : Mandiri
aktifitas Setelah dilakukan tindakan
o Bantu kebutuhan klien
berhubungan keperawatan selama 3 x 24
dengan jam, aktifitas klien o Anjurkan klien untuk
kelemahan meningkat secara optimal melakukan aktifitas secara
umum, ditandai Kriteria hasil : bertahap
dengan :
o Klien dapat beraktifitas o Bantu klien melakukan
DS : latihan ROM aktif dan pasif
DO : dengan bantuan minimal
o Meningkatnya fungsi o Tingkatkan aktifitas dan
bagian tubuh yang sakit. partisipasi dalam merawat
diri sendiri sesuai
kemampuan
o Obsevasi adanya daerah
yang mengalami nyeri
Kolaborasi
o Ahli fisioterapi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

xix
Malaria adalah infeksi parasit yang di sebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
(Sudoyo.w.aru.1999). Malaria disebabkan oleh plasmodium yang dibawa oleh nyamuk
anopheles betina. Adapun gejala dari malaria adalah demam, kejang-kejang, anemia, nafas sesak,
dan hilangnya nafsu makan.
Gejala yang muncul pada penyakit ini akan berlanjut dan pada akhirnya dapat
menyebabkan anemia berat, edema paru, kelainan hati, dan maturia serebral (koma). Untuk itu
perlu pencegahan untuk penyakit ini yaitu dengan cara menggunakan kelambu, menggunakan
pembasmi nyamuk, membersihkan sarang nyamuk dan tempat hinggap nyamuk, memasang
ventilasi dan menghindari rumah yang gelap.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan perawat serta rekan
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit malaria
sehingga di harapkan dapat mengurangi angka kasus malaria.
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan STIKes
Satria Bhakti Nganjuk, bagi mahasiswa prodi S1 Keperawatan, D3 Keperawatan dan D3
Kebidanan. Sehingga menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa.
Diharapkan setelah melakukan presentasi makalah ini dapat menambah wawasan
mahasiswa dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dilapangan tentang penyakit malaria.

DAFTAR PUSTAKA

(PDF) Asuhan.Keperawatan.Malaria/oleh P Isma Rosmayanti.2019

xx
(PDF) Keperawatan.Malaria_Oleh Dede Suhartini.2019
Jurnal://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/182/mengenal-penyakit-malaria
Jurnal://poltekeskupang.oleh R Lewar.2016
Jurnal://rs-soewandhi.surabaya.go.id/penyebab-gejala-dan-pengobatan-malaria/

xxi

Anda mungkin juga menyukai