Oleh:
M.Hafidz Al-Qadri
2207501010041
Pembimbing:
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul
“KISTA DERMOID”. Salawat beserta salam penulis sanjung kan ke pangkuan
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke zaman yang
berpendidikan dan terang benderang.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik
senior pada Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan,
bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Vivi Keumala Mutiawati, Sp.PK,
M.Kes yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan referat ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah
memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan referat ini nantinya. Harapan penulis
semoga referat ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.
M.Hafidz Al-Qadri
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1. Malaria.......................................................................................................3
2.2.2. Definisi...............................................................................................3
2.2.3. Epidemiologi......................................................................................3
2.2.4. Etiologi...............................................................................................5
2.2.5. Patogenesis.......................................................................................14
2.2.6. Diagnosis..........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Stadium trofozoit plasmodium vivax pada sel darah merah...............6
Gambar 2.3 Stadium skizon plasmodium vivax pada sel darah merah...................7
Gambar 2.5 Stadium troozoit plasmodium malariae pada sel darah merah...........8
Gambar 2.6 Stadium skizon plasmodium malariae pada sel darah merah.............9
Gambar 2.7 Stadium gametosit plasmodium malariae pada sel darah merah.......9
Gambar 2.8 Stadium trofozoit plasmodium falciparum pada sel darah merah....10
Gambar 2.9 Stadium skizon plasmodium falciparum pada sel darah merah........11
Gambar 2.10 Stadium gametosit plasmodium falciparum pada sel darah merah 12
Gambar 2.11 Stadium trofozoit plasmodium ovale pada sel darah merah...........13
Gambar 2.12 Stadium skizon plasmodium ovale pada sel darah merah...............13
Gambar 2.13 Stadium gametosit plasmodi ovale pada sel darah merah..............14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
30.000 kasus kematian akibat malaria yang dilaporkan oleh unit pelayanan
kesehatan, antara lain pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit.[4]
Manifestasi klinis malaria hampir seluruhnya disebabkan oleh parasit malaria
stadium eritrositer. Oleh karena itu upaya untuk pencegahan terhadap malaria
pada saat ini cenderung memberi perhatian yang cukup banyak pada stadium
eritrositer yang meliputi merozoit, trofozoit, dan skizon. Manifestasi klinis malaria
sendiri sangat beragam diantara individu, mulai dari malaria asimtomatik (tanpa
gejala klinis) sampai ke malaria berat atau malaria dengan komplikasi. gejala
malaria juga berbeda tergantung dari agen yang menyerang dimana Plasmodium
Falciparum biasanya memiliki gejala yang lebih berat yang dapat menyebabkan
komplikasi seperti kejang hingga koma, sehingga diperlukan pemeriksaan yang
akurat untuk mendeteksi jenis malaria. Oleh karena itu, tinjauan ini bertujuan
untuk mengumpulkan pengetahuan tentang malaria dan varian nya serta
pemeriksaan laboratorium yang penting untuk penegakan diagnosis malaria.[3.4]
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malaria
2.2.2. Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus
Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Plasmodium
terbagi dalam empat jenis spesies di dunia yang dapat menginfeksi sel darah
merah manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale. Penyakit ini secara alamiah ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina. Orang yang menderita malaria secara khas
mengalami gejala awal mirip seperti flu, demam tinggi, rasa dingin, dan sakit
kepala. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur. Gejala malaria akan
tampak setelah 10 hari sampai 4 minggu berupa demam, sakit kepala, muntah, dan
menggigil.[1.4]
2.2.3. Epidemiologi
Malaria sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di dunia dan dilaporkan 3,2 milyar dari penduduk dunia terjangkit malaria.
Daerah–daerah yang berisiko terjadi penularan malaria berasal dari 108 negara,
serta diperkirakan sekitar 300-500 juta kasus klinis malaria di seluruh dunia
dengan angka kematian lebih dari 1 juta orang per tahun. Menurut data dari Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2020 di Indonesia diperkirakan sekitar 46,2% dari
210,6 juta total penduduk tinggal di daerah endemik malaria dan 56,3 juta
penduduk tinggal di daerah yang berisiko sedang sampai tinggi. Lebih dari 3 juta
kasus klinis malaria dilaporkan per tahun, terutama pada daerah-daerah yang
dikategorikan sebagai daerah miskin, dan 30.000 kasus kematian akibat malaria
yang dilaporkan oleh unit pelayanan kesehatan, antara lain pusat kesehatan
masyarakat dan rumah sakit.[5]
Malaria merupakan salah satu penyakit menular selain HIV AIDS dan
Tuberkolusis yang pengendaliannya menjadi bagian dari tujuan Sustainable
3
Development Goals (SDGs) sebagai komitmen global yang harus dicapai pada
akhir tahun 2030. Pada tingkat nasional program eliminasi malaria ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009
tanggal 28 April 2009 tentang “Eliminasi Malaria di Indonesia”. Target program
eliminasi malaria adalah seluruh wilayah di Indonesia bebas dari malaria
selambat-lambatnya tahun 2030.[6]
Penilaian eliminasi malaria diawali dari tingkat kabupaten/kota. Tahun 2020
terdapat tiga provinsi yang seluruh kabupaten/kotanya telah dinyatakan bebas
malaria, yaitu DKI Jakarta, Bali, dan Jawa Timur. Tiga provinsi di Indonesia
bagian timur belum memiliki kabupaten/kota yang berstatus eliminasi malaria,
yaitu Maluku, Papua Barat, dan Papua. Meskipun belum ada kabupaten/kota yang
eliminasi di tiga provinsi tersebut namun sudah ada beberapa kabupaten yang
mencapai endemis rendah dan bersiap menuju eliminasi malaria. Secara nasional,
terdapat 318 kabupaten/kota atau 61,9% yang telah dinyatakan bebas malaria pada
tahun 2020. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2019 yang sebanyak 300
kabupaten/kota. Capaian indikator lain seperti persentase konfirmasi kesediaan
darah dan persentase pengobatan standar merupakan beberapa upaya yang
berkontribusi terhadap peningkatan capaian eliminasi malaria.[5,6]
4
eliminasi. Tingkat endemisitas digambarkan dengan warna hijau, kuning dan
gradasi merah.[6]
2.2.4. Etiologi
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu
parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Malaria
berkembang pasca penularan transplasenta atau sesudah transfuse darah yang
terinfeksi, dimana keduanya melewati fase pre-eritroser perkembangan parasit
dalam hati. Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam
genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler.
Terdapat 4 spesies Plasmodium yang menginfeksi manusia yaitu Plasmodium
vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun
ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta
dari ibu hamil kepada janinnya.[1.3]
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria
kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam
waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ tubuh.[1]
5
terdapat titik halus yang menyebar merata pada sitoplasma Ada tiga stadium
perkembangan Plasmodium vivax, yaitu:[7]
Gambar 2.2 Stadium trofozoit Plasmodium vivax pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
6
Gambar 2.3 Stadium skizon Plasmodium vivax pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic
Diseases and Malaria. 2020)
Gambar 2.4 Stadium gametosit Plasmodium vivax pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
2.1.3.1
2.1.3.2 Plasmodium malariae
Secara historis, infeksi Plasmodium malariae belum banyak mendapat
perhatian. Hal ini disebabkan, oleh prevalensi nya yang rendah dan sulitnya
penilaian untuk plasmodium malariae. Malaria yang di sebabkan oleh
plasmodium malariae ditandai dengan 72 jam periode deman, secara signifikan
lebih lama daripada infeksi plasmodium lainnya (biasa 48 jam) dan merupakan
penyakit kronis namun ringan. Ada tiga stadium dari perkembangan plasmodium
malariae, yaitu:[9]
Stadium pertama adalah Trofozoit, Trofozoit pada Plasmodium falciparum
berbentuk seperti cincin dengan sitoplasma tebal dengan inti yang besar. Pada
7
trofozoit dewasa bentuk cincin berukuran lebih besar, pigmen kasar dan sering
menutupi inti. Sulit dibedakan dengan bentuk gametosit Plasmodium falciparum.
[8]
Gambar 2.5 Stadium troozoit Plasmodium malariae pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
8
Gambar 2.6 Stadium skizon Plasmodium malariae pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
Gambar 2.7 Stadium gametosit Plasmodium malariae pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases and
Malaria. 2020)
9
Stadium pertama adalah trofozoit, trofozoit Plasmodium falciparum yang
sedang berkembang cenderung tetap dalam bentuk cincin, tetapi dapat menjadi
lebih tebal dan lebih kompak. Jumlah pigmen dan kromatin juga dapat
meningkat. Bentuk kompak atau amoeboid dapat terlihat pada apusan di mana
ada keterlambatan dalam memproses darah.[8]
10
Gambar 2.9 Stadium skizon Plasmodium falciparum pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
11
Gambar 2.10 Stadium gametosit Plasmodium falciparum pada sel darah
merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
12
Gambar 2.11 Stadium trofozoit Plasmodium ovale pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
Gambar 2.12 Stadium skizon Plasmodium ovale pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
13
Gambar 2.13 Stadium gametosit Plasmodi ovale pada sel darah merah
(Dikutip dari: Global Health Division of Parasitic Diseases
and Malaria. 2020)
2.2.5. Patogenesis
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang
dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena
skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya
anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah melalui limpa
sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia
mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. Limpa mengalami
pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam
limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis dari
eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi
hyperplasia dari retikulosit disertai peningkatan makrofag. Penyakit malaria
sendiri akan menyebabkan beberapa masalah klinis diantaranya, yaitu demam,
mengigil, anemia , pembesaran limfa dan bisa juga menyebabkan Black water
fever pada malaria yang berat[1]
Demam pada malaria mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah
yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang
14
selsel makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam
sitokin, antara lain TNF (Tumor Nekrosis Factor) dan IL-6 (Interleukin-6). TNF
dan IL-6 akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur
suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat plasmodium
memerlukan waktu yang bebeda-beda. Plasmodium falciparum memerlukan
waktu 36-48 jam, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale 48 jam, dan
Plasmodium malariae 72 jam. Demam pada Plasmodium falciparum dapat terjadi
setiap hari, Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale selang waktu satu hari, dan
Plasmodium malariae demam timbul selang waktu 2 hari.[1.11]
Anemia pada malaria terjadi karena hemolisis sel darah merah yang terinfeksi
maupun yang tidak terinfeksi. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya
menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah
sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah
tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang
disebabkan oleh Plasmodium vivax , Plasmodium ovale dan Plasmodium
malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis. Plasmodium falciparum
menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada
infeksi akut dan kronis. Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin
serum, dan pada malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan
hemoglobinuria (blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam
sel darah merah oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-
perubahan ini dan peningkatan fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit,
apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau
primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
herediter.[1,11]
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti
malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan apusan darah secara mikroskopik
atau tes diagnostik cepat.
15
Diagnosis malaria dapat ditegakkan juga dengan anamnésis, dimana pasien
biasanya akan datang dengan keluhan utama dapat meliputi demam, menggigil,
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik
malaria. Riwayat tinggal didaerah endemik malaria. Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir. Gejala klinis pada anak dapat
tidak jelas. Riwayat mendapat transfusi darah. Selain hal-hal tadi, pada pasien
penderita malaria berat, dapat ditemukan keadaan seperti Gangguan kesadaran
dalam berbagai derajat, Keadaan umum yang lemah, Kejang-kejang, Panas sangat
tinggi, Mata dan tubuh kuning, Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna, Nafas
cepat (sesak napas), Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum, Warna
air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman, Jumlah air seni kurang
bahkan sampai tidak ada dan Telapak tangan sangat pucat.[1]
16
ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB dan positif 4 (++++) bermakna ditemukan
>10 parasit dalam 1 LPB.
Selanjutnya ada penilaian Kuantitatif, pada jenis penilaian ini, jumlah parasit
dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan
darah tipis (eritrosit). Contoh: Bila dijumpai 1.500 parasit per 200 leukosit,
sedangkan jumlah leukosit 8.000/μL maka hitung parasit = 8.000/200 x 1500 =
60.000 parasit/μL. Bila dijumpai 50 parasit per 1.000 eritrosit = 5 %. Bila jumlah
eritrosit 450.000 maka hitung parasit = 450.000/1.000 x 50 = 225.000 parasit/μL.
[11,12]
17
karena reaksi silang dengan faktor rematoid di darah. Hasil negatif palsu yang
jarang dapat disebabkan oleh delesi atau mutasi dari gen hrp-2. Kelemahan lain
dari RDT adalah tidak mampu menghitung densitas parasitemia, dan
kemampuannya kurang optimal pada parasitemia yang rendah. Kualitas alat
diagnostik RDT sangat dipengaruhi transportasi dan penyimpanan alat diagnostik.
Kelembapan dan temperatur yang tinggi dapat dengan cepat merusak reagen.[12]
Cara membaca hasil pemeriksaan RDT jenis Combo/Pan adalah Bila terdapat
2 garis berwarna pada jendela test (T) dan 1 garis pada jendela kontrol (C)
menunjukkan infeksi P.falciparum atau infeksi campur. (HRP-2, pan LDH,
Aldolase), bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (HRP-2) dan 1 garis pada
jendela C, menunjukkan adanya infeksi falciparum, bila terdapat 1 garis berwarna
pada jendela T (pan-LDH/Aldolase) dan 1 garis pada jendela C, menunjukkan
adanya infeksi non falciparum, bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela C
menunjukkan negatif, dan bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela C
menunjukkan kesalahan pada RDT (Test harus diulang/invalid).[14]
18
Gambar 2.15 Hasil pemeriksaan RDT
(Dikutip dari : Buku pedoman pemeriksaan parasit malaria
2017)
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21
13. Pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2017
14. Tooy DC, Bernadus JB, Sorisi A. Deteksi Plasmodium falciparum dengan
menggunakan metode real-time polymerase chain reaction di daerah
Likupang dan Bitung.
22