FARMAKOTERAPI 1
“PATOFISIOLOGI, GEJALA KLINIK, STRATEGI TERAPI DAN
PENATALAKSANAAN TERAPI PADA MALARIA DAN DEMAM BERDARAH”
OLEH :
KELOMPOK 1
Sy. Sutila Herma 20160003
Anggun Wulan Sari 20160012
Lira Fadilla 20160018
Sri Nofri Ningsih 20160020
Della Syafira Refsa 20160021
Dira Ilmana Isra 20160045
5 FARMASI 1
UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Penulis berterimakasih kepada Dosen Mata kuliah farmakoterapi 1 Universitas
Dharma Andalas yang telah memberikan tugas dengan judul biofarmaseutikal dan farmakokinetik
yaitu mengenai “patofisiologi, gejala klinik, strategi terapi dan penatalaksanaan terapi pada
malaria dan demam berdarah” sehingga penulis dapat memenuhi tugas ini dengan usaha yang sia-
sia. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca dalam penuntutan ilmu diperguruan tinggi khususnya pada mata kuliah
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam membuat tugas mandiri ini tapi
dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis
mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
ketidaksempurnaan yang saya miliki.. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Padang, 1 oktober 2022
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Malaria yaitu salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite plasmodium
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Pada tubuh manusia, parasite membelah diri dan
bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah. Malaria pada
mausia disebabkan oleh P. malariae, P. falciparum, P. vivax, P.ovale. malaria masih
menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara iklim tropis dan secara ekonomi
masih tertinggal
Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan
nyamuk aedes terutama aedes aegypti. Patofisiologi utama dari DBD adalah manifestasi
pendarahan dan kegagalan sirkulasi. Pendarahan biasanya disebabkan oleh trombositopaty
dan trombositopenia, karena itu diperlukan pemeriksaan trombosit. Negara beriklim tropis
dan subtropics beresiko tinggi terhadap virus ini
B. Rumusan masalah
Apa itu penyakit malaria dan demma berdarah?
Bagaimana patofisiologi malaria dan demam berdarah?
Apa faktor resiko malaria dan demam berdarah?
Bagaimana diagnose malaria dan demam berdarah?
Bagaimana penatalaksanaan malaria dan demam berdarah?
C. Manfaat
Mengetahui apa itu penyakit malaria dan demam berdarah
Mengetahui patofisiologi malaria dan demam berdarah
Mengetahui faktor resiko malaria dan demam berdarah
Mengetahui diagnose malaria dan demam berdarah
Mengetahui penatalaksanaan malaria dan demam berdarah
BAB II
PEMBAHASAN
MALARIA
A. PENGERTIAN
Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh infeksi sel darah
merah dengan parasit protozoa genus Plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
D. KLASIFIKASI
Secara klinis, ada 4 klasifikasi parasit malaria :
1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria Plasmodium falciparum. Merupakan malaria terberat karena
dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti anemia berat, syok dan gagal
ginjal.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana yaitu gejalanya timbul tiap 48 jam sekali atau 2 hari
sekali. Bisa kambuh jika tidak diobati
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria kuartana yaitu gejala muncul tiap 3 x 24 jam. Asimtomatis (
tidak menimbulkan gejala) dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale
Jarang ditemui. Banyak di afrika dan pasifik barat. Merupakan malaria ringan yang
dapat sembuh tanpa pengobatan
E. PENYEBAB MALARIA
Ada 3 faktor :
1. Faktor agen
Oleh bakteri plasmodium
2. Faktor manusia
Biasanya disebabkan karna ras, kekurangan enzim tertentu, imunitas dan umur serta
jenis kelamin
3. Faktor lingkungan
Dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, kadar garam, Ph, lumut, ganggang,dll.
F. PENULARAN
Penularannya bisa secara alami melalui nyamuk anopheles yang terinfeksi Plasmodium
dan bisa dari transfuse darah yang terinfeksi plasmodium
Nyamuk anopheles betina yang terinfeksi oleh parasite plasmodium, di dalam tubuhnya
membutuhkan waktu 7-10 hari untuk berkembang menjadi bentuk yang infektif bagi
manusia. Parasite ini hidup didalam sel tubuh dan sel darah manusia
Nyamuk Anopheles betina menghisap darah terutama pada malam hari, meskipun
beberapa spesies dapat menggigit pada siang hari dalam kondisi yang sangat teduh, dan
beberapa menunjukkan puncak aktivitas menggigit pada sore atau pagi hari.
G. GEJALA
1. Gejala ringan (tanpa kompilasi)
Demma, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal
2. Gejala berat (dengan komplikasi)
Tubuh sangat lemah
Kejang-kejang dan panas sangat tinggi
Perdarahan hidung, gusi dan saluran pencernaan
Napas cepat atau sesak
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan dan minum
koma
H. PATOFISIOLOGI
Siklus hidup plasmodium terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Silkus aseksual (skizogoni)
Yang terjadi di dalam tubuh manusia
2. Siklus seksual (sporogoni)
Terjadi didalam tubuh nyamuk anopheles
1. Siklus sporogenik
Yaitu terjadi di dalam tubuh nyamuk.
Mekanismenya :
Ketika darah dihisap manusia dihisap oleh nyamuk, gametosit atau sel gamet
nyamuk akan membelah diri menjadi makrogametosit dan mikrogametosit. Makro
dan mikro akan melebur membentuk zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet
dan menembus dinding usus nyamuk. Ookinet akan membulat (ookista). Ookista
menghasilkan beribu sporozoit yang akan smpai ke kelenjar liur nyamuk. Ketika
nyamuk menggigit manusia, sporozoit ini akan masuk ke tubuh manusia.
2. Siklus eksoeritrositik
Ketika nyamuk menggigit, sporozoit akan masuk ke tubuh manusia dan akan
menginvasi (menguasai) sel hepar/hati, lalu bereplikasi secar aseksual dan
mengalami maturase/pematangan sel menjadi skizon. Skizon berkembang menjadi
skizon rupture. Skizon rupture akan melepaskan merozoit (bentuk infektif
plasmodium) ke peredaran darah. pada fase ini, pasien mengalami asimtomatik
selama 8-25 hari.
3. Siklus eritrositik
Merozoit yang masuk ke peredaran darah disebut tropozoit. Tropozoit berubah
menjadi skizon dewasa. Lalu skizon membelah secara aseksual menjadi skizon
dewasa. Skizon dewasa akan membelah menjadi beberapa merozoit. Merozoit akan
dilepaskan bersamaan dengan pecahnya sel darah merah, dengan tujuan untuk
menginfeksi sel darah merah baru. Kejadian ini terjadi berulang-ulang.
Karena terjadi secara berulang-ulang, maka sel darah merah akan dipenuhi oleh
beribu-ribu merozoit. Ketika merozoit dilepas, merozoit akan mengeluarkan racun
sehingga memunculkan rasa menggigil atau demam pada penderita. Nanti merozoit
akan kembali menjadi gametosit pada siklus awal.
I. DIAGNOSA
Di daerah endemis malaria, biasanya timbul demam 37,5°C, telapak tangan pucat
Perbesaran limpa dan pembesaran hati.
Sering terjadi memam paroksismal, yaitu diawali dengan menggigil 1-2 jam,
disusul demam tinggi, lalu diaphoresis (keringat secara tiba2 tanpa aktivitas berat)
dan suhu tubuh pasien kembali normal atau dibawah normal. Demam ini dpat
terjadi selama 48 jam.
Terjadi palmar pallor atau konsentrasi hemoglobin ˂ 8 g/dL pada anak-anak
Di wilayah dengan kejadian malaria rendah, jika terjadi demma tanpa sebab, maka
harus segera dilakukan tes parasitology. Karena bisa saja itu akibat dari
plasmodium penyebab malaria
Pasien malaria berat seperti penyandang HV/AIDS harus segera mungkin diberi
obat anti malaria.
tes imuno-kromatografi dapat dillakukan untuk mendeteksi antigen spesifik parasit
dalam sampel darah tusukan jari. Tes ini didasarkan pada deteksi protein kaya
histidine 2 yang spesifik terhadap p. falciparum.
J. OBAT ANTI-MALARIA
1. Klorokuin dan turunannya
Turunannya yaitu amodiakuin dan hidroksiklorokuin.
Bekerja menghambat aktivitas polymerase heme plasmodia yang
mendetoksifikasi heme ferriprotoporphurin IX yang menimbulkan lisis
membran parasite bakteri.
Amodiakuin lebih aktif terhadap P. falciparum yang resisten terhadap
klorokuin. Tetapi obat ini tidak digunakan rutin karena efek samping
granulosit yang fatal dan toksik pada hati.
Klorokuin hanya efektif terhadap parasite pada fase eritrosit
Efektivitas tinggi terhadap P. vivax, P. malariae, P. ovale dan p. falciparum
sensitive klorokuin.
Efektif menekan serangan akut malaria vivax, tetapi jika dihentikan, relaps
dapat terjadi, sehimgga perlu diberikan bersama primakuin sampai
meninggalkan daerah endemic tsb.
Farmakokinetik :
Dosis :
Oral : Dosis awal 10 mg/kgBB, dilanjutkan 5 mg/kgBB pada 6, 12, 24, 36 jam
berikutnya sehingga mencapai dosis total 30 mg/kgBB dalam 2 hari. Untuk malaria
P. vivax atau P. ovale 5 mg/kgBB diulang pemberiannya pada hari ke 7 dan 14.
Untuk profilaksi : orang dewasa/ oral 500 mg setiap minggu, dimulai 1 minggu
sebelum nasuk daerah endemic dan diteruskan sampai 4 minggu meninggalkan
daerah tersebut. Untk anak 8,3 mg/kgBB klorokuin fosfat
2. Pirimetamin
Farmakodinamik :
Efeknya mirip dengan proguanil tetapi lebih kuat. Waktu paruh lebih panjang.
Kombinasi dengan sulfadoksin digunakan untuk profilaksis dan supresi malaria,
terutama oleh P. falciparum yang resisten klorokuin.
Mekanisme kerja :
Menghambat enzim dihidrofolat reductase plasmodia yang menggagalkan
pembelahan skizon dalam hati dan eritrosit.
Farmakokinetik:
Kadar puncak dalam plasma 4-6 jam.
Efek samping dan kontraindikasi:
Dalam dosis besar dapat terjadi anemia makrolistik. Gejala ini akan hilang dengan
pemberian asam folinat.
4. Proguanil
Penggunaannya mudah dan hampir tanpa efek samping. Digunakan sebagai
profilaksis dan supresi jangka panjang malaria tropika. Sampai saat ini penggunaan
proguanil dikombinasikan dgn klorokuinon
Proguanil cukup aman untuk wanita hamil.
5. Meflokuin
Untuk mengobati malari resistensi klorokuin dan P. falciparum resisten banyak
obat.
Efek sampingny mual, muntah, nyeri abdomen, sakit kepala, diare, pusing.
Dosis :
- 1 tablet (250) untk BB lebih 45 kg
- ¾ tablet untk BB 31-45 kg
- ½ tablet untuk BB 20-30 kg
- ¼ tablet untuk BB 15-19 kg
Per oral dosis maksimal 1000-1250 mg 12 jam kemudian dilanjutkan dengan dosisi
10 mg/kgBB.
6. Halofantrin
Memiliki efektivitas tinggi terhadap skizontosid darah, tetapi tidak untuk fase
eritrosit dan gametosit.
Penggunaannya terbatas karena dapat menimbulkan aritmia jantung.
Dosis :
- Untuk malaria falciparum diberi oral 3x500 mg setiap 6 jam dan diulang setelah
7 hari
- Untuk anak-anak 8 mg/kgBB setiap 6 jam sebanyak 3 kali diulang setelah 7
hari.
7. Tetrasiklin
Digunakan untuk profilaksis daerah endemic P. falciparum.
Dosis :
- Dewasa 100 mg per oral/hari, diberikan 2 hari sebelum masuk daerah endemic
sampai 4 minggu meninggalkan daerah endemic.
Anak usia lebih 8 tahun, 2 mg/kgBB oral/hari.
Tidak dianjurkan untuk wanita hamil, anak dibawah 8 tahun dan hipersensitif tdap
tetrasiklin.
8. Kombinasi sulfadoksin-pirimetamin
Sangat efektif untuk malaria P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Tetapi
pemberian rutin untuk keperluan kemoprofilaksis malaria tidak dianjurkan karena
relative toksik terutama pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
Bekerja dengan cara mencegah pembentukan asam folinat dari PABA pada
plasmodia.
Dosis:
- 3 tablet unk dewasa atau anak-anak BB besar dari 45 kg
- 2 tablet untuk anak BB 31-45 kg
- 1 setengah tablet untuk anak BB 21-30 kg
- 1 tablet untuk BB 11-20 kg
- ½ tablet untuk anak BB 5-10 kg
Untuk malaria P. falciparum tanpa komplikasi, dapat diberikan 3 tablet sekali saja
setelah pemberian kina 3x650 mg/ hari selama 3-7 hari.
Kontraindikasi :
K. PENGOBATAN
1. Wanita hamil dan menyusui
Malaria pada kehamilan dikaitkan dengan bayi berat lahir rendah, keguguran dan
kematian. Kombinasi sulfadoksin dan pirimetamin dianjurkan. Primakuin dan
tetrasiklin tidak boleh digunakan pada kehamilan.
Dosis:
tiga tablet SP (setiap tablet mengandung 500 mg/25 mg SP), dengan total
dosis yang dibutuhkan 1500 mg/75 mg SP (sulfadoksin pirimetamin).
artemeter + lumefantrine enam dosis standar saat ini untuk pengobatan
malaria falciparum tanpa komplikasi diberikan selama 5 hari
penggunaan amodiakuin untuk pengobatan malaria pada kehamilan telah
didokumentasikan secara resmi hanya pada > 1300 kehamilan
Dihydroartemisinin + piperaquine berhasil digunakan pada trimester kedua
dan ketiga kehamilan untuk pengobatan lini pertama di Indonesia
Mefloquine dianggap aman untuk pengobatan malaria selama trimester
kedua dan ketiga; namun, itu harus diberikan hanya dalam kombinasi
dengan turunan artemisinin.
Regimen pengobatan yang paling aman untuk ibu hamil trimester pertama
dengan malaria falsiparum tanpa komplikasi adalah kina + klindamisin
(10mg/kg bb dua kali sehari) selama 7 hari
Kina dikaitkan dengan peningkatan risiko hipoglikemia pada akhir
kehamilan, dan harus digunakan (dengan klindamisin) hanya jika alternatif
yang efektif tidak tersedia.
Jadwal :
Kombinasi sulfadoksin pirimetamin tidak boleh diberikan sebelum minggu ke-13
kehamilan karena peningkatan risiko malformasi janin. Sulfadoksin pirimetamin
harus dimulai pada trimester kedua dan dosis harus diberikan pada setiap kontak
ANC yang dijadwalkan sampai saat persalinan, asalkan dosisnya terpisah
setidaknya satu bulan. Setidaknya tiga dosis SP harus diterima selama kehamilan.
Kontraindikasi:
Asam folat dosis tinggi (dosis harian 5 mg) telah terbukti melawan
kemanjuran SP sebagai antimalaria, dan hanya formulasi dosis rendah
(yaitu 0,4 mg setiap hari) yang harus diberikan bersama dengan SP.
Tetrasiklin dikontraindikasikan pada ibu menyusui karena efek
potensialnya pada tulang dan gigi bayi.
Ketentuan :
SP (dengan artesunat) harus dihindari pada minggu-minggu pertama
kehidupan karena menggantikan bilirubin secara kompetitif dan dengan
demikian dapat memperburuk hiperbilibinaemia neonates
Primakuin harus dihin
dari dalam 6 bulan pertama kehidupan, dan tetrasiklin harus dihindari
selama masa bayi. Dengan pengecualian ini, tidak ada pengobatan
antimalaria lain yang saat ini direkomendasikan yang menunjukkan
toksisitas serius pada masa bayi.
Dosis:
Dosis standar untuk anak kecil dan bayi adalah per kgBB
5. Malaria berat
Malaria berat memiliki resiko kematian hampir menuju 100%. Malaria berat
menunjukkan kerusakan organ vital dan tingkat parasite yang sangat tinggi yaitu ˃
10.000/µL
Gejala :
Koma
Anemia berat
Gangguan ginjal
Pendarahan
Syok
Pengobatan untuk malaria ini adalah hanya dengan mengurangi atau menghindari
gejala. Tujuan pengobatannya untuk mencegah pasien dari kematian dan kecacatan
permanen.
DEMAM DENGUE
L. PENGERTIAN
Demam berdarah adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi. Vektor utama yang menularkan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti
dan, pada tingkat lebih rendah, Ae. albopictus. Virus yang menyebabkan demam berdarah
disebut virus dengue (DENV).
M. KLASIFIKASI
Demam berdarah (dengan / tanpa tanda-tanda peringatan)
Subklasifikasi dengue dengan atau tanpa tanda peringatan dirancang untuk
membantu praktisi kesehatan melakukan triase pasien untuk masuk rumah sakit,
memastikan observasi ketat, dan meminimalkan risiko berkembangnya demam
berdarah yang lebih parah
Demam berdarah parah
Demam berdarah yang parah adalah komplikasi yang berpotensi fatal, karena
kebocoran plasma, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, perdarahan hebat, atau
kerusakan organ.
N. PENYEBAB
Dengue disebabkan oleh virus dari keluarga Flaviviridae dan ada empat serotipe virus yang
berbeda, tetapi terkait erat, yang menyebabkan dengue (DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan
DENV-4). Pemulihan dari infeksi diyakini memberikan kekebalan seumur hidup terhadap
serotipe itu. Namun, kekebalan silang ke serotipe lain setelah pemulihan hanya sebagian,
dan sementara. Infeksi berikutnya (infeksi sekunder) oleh serotipe lain meningkatkan
risiko berkembangnya demam berdarah yang parah.
P. PENULARAN
Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada
tingkat lebih rendah, Ae. albopictus. Nyamuk ini juga merupakan vektor chikungunya,
demam kuning dan virus Zika. Cara utama penularan DENV antar manusia melibatkan
vektor nyamuk. Namun ada bukti kemungkinan penularan ibu (dari ibu hamil ke bayinya).
Sementara tingkat penularan vertikal tampak rendah, dengan risiko penularan vertikal
tampaknya terkait dengan waktu infeksi dengue selama kehamilan. Ketika seorang ibu
memiliki infeksi DENV saat dia hamil, bayi mungkin menderita kelahiran prematur, berat
badan lahir rendah, dan gawat janin.
Q. GEJALA
Demam berdarah harus dicurigai bila demam tinggi (40 °C/104 °F) disertai dengan 2 gejala
berikut selama fase demam (2-7 hari):
a. sakit kepala parah
b. sakit di belakang mata
c. nyeri otot dan sendi
d. mual
e. muntah
f. kelenjar bengkak
g. ruam.
h. DBD parah
R. PATOFISIOLOGI
Seorang pasien memasuki apa yang disebut fase kritis biasanya sekitar 3-7 hari setelah
onset penyakit. Selama 24-48 jam fase kritis, sebagian kecil pasien dapat menunjukkan
penurunan gejala yang tiba-tiba. Pada saat inilah, ketika demam turun (di bawah
38°C/100°F) pada pasien, tanda-tanda peringatan yang terkait dengan demam berdarah
yang parah dapat bermanifestasi. Tanda-tanda peringatan yang harus dicari dokter
meliputi:
a. sakit perut parah
b. muntah terus menerus
c. pernapasan cepat
d. gusi atau hidung berdarah
e. kelelahan
f. kegelisahan
g. pembesaran hati
h. darah dalam muntah atau tinja.
S. DIAGNOSA
Beberapa metode dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi DENV. Tergantung pada waktu
presentasi pasien, penerapan metode diagnostik yang berbeda mungkin lebih atau kurang tepat.
Sampel pasien yang dikumpulkan selama minggu pertama sakit harus diuji dengan kedua
metode yang disebutkan di bawah ini:
Metode serologis
Metode serologis, seperti enzym-linked immunosorbent assays (ELISA), dapat
mengkonfirmasi adanya infeksi baru-baru ini atau masa lalu, dengan deteksi
antibodi anti-dengue. Antibodi IgM terdeteksi ~ 1 minggu setelah infeksi dan tetap
terdeteksi selama sekitar 3 bulan. Kehadiran IgM merupakan indikasi infeksi
DENV baru-baru ini. Tingkat antibodi IgG membutuhkan waktu lebih lama untuk
berkembang dan tetap berada di dalam tubuh selama bertahun-tahun. Kehadiran
IgG merupakan indikasi dari infeksi masa lalu.
Uji bending
Yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memancing pendarahan. Caranya yaitu
dengan menggunakan tensi. Misalkan tensi pasien itu adlaah 120/80 mmHg, maka
tensi ditahan pada skala 100, kemudian tunggu selama 5 menit. Setelah itu dicek
apakah didaerah tersebut muncul bercak-bercak merah atau tidak. Jika iya maka
kemungkinan orang tersebut terkena demam dengue.
T. PENGOBATAN
Sampai saat ini, tidak ada pengobatan khusus untuk demam berdarah.
Perawatan suportif seperti penurun demam dan penghilang rasa sakit dapat dilakukan untuk
mengendalikan gejala nyeri dan nyeri otot, serta demam.
Pilihan terbaik untuk mengobati gejala ini adalah asetaminofen atau parasetamol.
NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid), seperti ibuprofen dan aspirin harus dihindari.
Obat antiinflamasi ini bekerja dengan mengencerkan darah, dan pada penyakit dengan
risiko perdarahan, pengencer darah dapat memperburuk prognosis
Membasmi sarang nyamuk
Program vaksin DBD
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh infeksi sel darah
merah dengan parasit protozoa genus Plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Malaria pada mausia disebabkan oleh P.
malariae, P. falciparum, P. vivax, P.ovale.
Demam berdarah adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi. Vektor utama yang menularkan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti
dan, pada tingkat lebih rendah, Ae. albopictus. Virus yang menyebabkan demam berdarah
disebut virus dengue (DENV).
A. SARAN
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan kepada mahasiswa sudah memahami tentang
patofisiologi, gejala, diagnosis dan penatalaksanaan malaria dan demam berdarah
DAFTAR PUSTAKA