Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

November 2023

MALARIA ec PLASMODIUM FALCIPARUM

Oleh :

dr. Risna Ramadanti

Pendamping:
dr. Hotma S

(Dibawakan dalam rangka menyelesaikan tugas Program Internship DokterIndonesia)


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS MALAWILI
KAB SORONG
2023
Lembar Pengesahan

Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini Menerangkan, Bahwa:

Nama : dr. Risna Ramadanti

SIP :

Judul Laporan Kasus : Malaria ec Plasmodium Falciparum

Telah Menyelesaikan Laporan kasus Sebagai salah satu syarat untuk


menyelesaikan tugas Program Internship Dokter Indonesia

Sorong, November 2023

Pendamping,

dr. Hotma S
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, kesehatan dan

kesempatan-Nya sehingga Laporan Kasus Program Internship Dokter Indonesia

dengan judul “Malaria ec Plasmodium Falciparum” ini dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, sang pembelajar

sejati yang memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.Pada kesempatan ini,

secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada pendamping Program Internship Dokter Indonesia di Puskesmas

Malawili, dr. Hotma S yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang

sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya laporankasus ini.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan

dalam penyusunan laporan kasus ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu

kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan

laporan kasus ini.

Demikian, semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan

penulis secara khususnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sorong, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
A. DEFINISI................................................................................... 4
B. EPIDEMIOLOGI....................................................................... 4
C. ETIOLOGI................................................................................. 5
D. SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA....................................5
E. PATOMEKANISME................................................................. 8
F. DIAGNOSIS...............................................................................10
G. DIAGNOSIS BANDING........................................................... 13
H. PENATALAKSANAAN........................................................... 16

BAB III: LAPORAN KASUS...................................................................... 20


BAB IV : PEMBAHASAN........................................................................... 28
BAB V : KESIMPULAN.............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

Berdasarkan data The World Malaria Report, di seluruh dunia terdapat lebih

dari satu juta orang meninggal tiap tahunnya akibat Malaria. Dari jumlah itu,

80% meninggal di Afrika, 15% di Asia, termasuk Eropa Timur. Badan

Kesehatan Dunia (WHO) dalam Engka dkk (2016) juga menyatakan, hingga

tahun 2025, Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di

dunia. Sekitar 350-500 juta orang tiap tahunnya terjangkit malaria.

Diperkirakan sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria.

Gambar 1. Negara-negara dengan nol kasus asli selama minimal 3 tahun

berturut-turut dianggap telah memberantas malaria.

Malaria telah lama menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia,

tak terkecuali Indonesia. Dengan rata-rata kasus tahunan mencapai ratusan ribu

kasus, malaria seharusnya menjadi sorotan penting di dunia kesehatan.

1
Beberapa wilayah di Indonesia dengan kasus malaria tertinggi termasuk Papua,

Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur.

Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium dan disebarkan ke manusia

lewat gigitan nyamuk betina Anopheles yang telah terinfeksi. Gejala malaria

biasanya muncul 10-15 hari setelah parasit masuk ke tubuh manusia. Jika tidak

ada penanganan medis dalam 24 jam, maka gejala dengan cepat akan menjadi

penyakit kronis yang tidak jarang berujung pada kematian.

Kementerian Kesehatan mencatatkan bahwa total kasus malaria di

Indonesia tahun 2020 sebanyak 254.055. Persentase suspek malaria yang

dikonfirmasi laboratorium baik menggunakan mikroskopis maupun RDT pada

tahun 2020 adalah 97% dengan jumlah pemeriksaan 1.823.104 dari 1.877.769

suspek yang diperiksa dengan positivity rate (PR) adalah 14%.

Kabupaten/kota endemis tinggi malaria masih terkonsentrasi di Indonesia

bagian timur, diantaranya Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi

Nusa Tenggara Timur.

Program penanggulangan malaria di Indonesia ingin mengeliminasi malaria

secara bertahap selambat-lambatnya hingga 2030. Kementerian Kesehatan akan

mengajukan penilaian sertifikasi eliminasi malaria di Indonesia kepada

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2030.

Setiap wilayah akan dinilai bebas malaria apabila memenuhi syarat-syarat

seperti dapat membuktikan bahwa wilayahnya sudah bebas dari penularan lokal

(kasus indigenous) malaria dalam tiga tahun terakhir, memiliki sistem yang baik

untuk menjamin tidak ada penularan kembali, tingkat positivitas kurang dari

5% , dan API (Annual Parasite Incidence) atau jumlah penderita malaria kurang

dari 1 per 1.000 penduduk.


2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh

protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia dan

pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu

penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi

Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya

bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia,

dan pembesaran limpa.

B. EPIDEMIOLOGI

Kementerian Kesehatan mencatatkan bahwa total kasus malaria di

Indonesia tahun 2020 sebanyak 254.055. Persentase suspek malaria yang

dikonfirmasi laboratorium baik menggunakan mikroskopis maupun RDT

pada tahun 2020 adalah 97% dengan jumlah pemeriksaan 1.823.104 dari

1.877.769 suspek yang diperiksa dengan positivity rate (PR) adalah 14%.

Kabupaten/kota endemis tinggi malaria masih terkonsentrasi di

Indonesia bagian timur, diantaranya Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat,

dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, masih ada satu provinsi

di luar wilayah timur yang memiliki kabupaten endemis tinggi, yaitu

Kabupaten Penajaman Paser Utara, Kalimantan Timur.

3
C. ETIOLOGI

Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles

betina. Spesies plasmodium yang dapat ditemukan pada manusia adalah :

1. Plasmodium falciparum (P. falciparum).

2. Plasmodium vivax (P. vivax).

3. Plasmodium ovale (P. ovale).

4. Plasmodium malariae (P. malariae).

5. Plasmodium knowlesi (P. knowlesi).

Jenis plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum

dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi

antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P. ovale pernah

ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Sejak tahun 2009 di Pulau

Kalimantan dan Sumatera dilaporkan kasus P. knowlesi yang ditularkan dari

monyet / primata ke manusia, tetapi infeksi dari manusia ke manusia lainnya

sampai saat ini belum dilaporkan.

D. SIKLUS HIDUP

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu

manusia dan nyamuk anopheles betina.

1. Siklus pada manusia

Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,

sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam

peredaran darah selama lebih kurang setengah jam. Setelah itu sporozoit

4
akan masuk kedalam sel hati dan menjadi trofozoit hati. Kemudian

berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10,000- 30,000

merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-

eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P.

vivax dan P. ovale, sebagian trofozoit hati tidak langsung berkembang

menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut

hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama

berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas

tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps

(kambuh). Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan

masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam

sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium trofozoit

sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses

perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang

terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel

darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.

2. Siklus pada nyamuk anopheles betina

Apabila nyamuk anopheles betina mengisap darah yang mengandung

gametosit, di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan

pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet

kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar

lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi

sporokista yang mengandung ribuan sporozoit. Sporozoit ini bersifat

5
infektif dan siap ditularkan ke manusia. Masa inkubasi adalah rentang

waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala

klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi

tergantung spesies plasmodium. Masa prepaten adalah rentang waktu

sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi

dalam sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik.

Gambar 2.4.1. Masa inkubasi malaria

Gambar 2.4.2. Siklus Hidup Plasmodium

6
E. PATOMEKANISME

1. Demam

Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah

yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan

merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang

mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain tumor necrosis

factor (TNF) dan interleukin-6 (IL-6). TNF dan IL-6 akan dibawa

aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu

tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke-4 plasmodium

memerlukan waktu yang bebeda-beda. Plasmodium falciparum

memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax / P. ovale 48 jam, dan P.

malariae 72 jam. Demam pada P. falciparum dapat terjadi setiap hari,

P. vivax / P. ovale selang waktu satu hari, dan P. malariae demam

timbul selang waktu 2 hari. P.knowlesi hanya membutuhkan waktu

24 jam.

2. Anemia

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi

maupun yang tidak terinfeksi. Plasmodium vivax dan P. ovale hanya

menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari

seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan P. malariae menginfeksi

sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah sel darah

merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P. vivax, P. ovale,

dan P. malariae umumnya terjadi pada keadaan kronik. Plasmodium

7
falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga

anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronik.

3. Splenomegali

Limpa merupakan organ retikuloendothelial, tempat plasmodium

dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel- sel

radang ini akan menyebabkan limpa membesar.

4. Malaria berat

Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang khusus.

Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum mengalami proses sekuestrasi,

yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh

kapiler alat dalam tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang

terinfeksi membentuk knob yang berisi berbagai antigen P.

falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain lain) yang diproduksi oleh

sel makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan

terekspresinya reseptor endotel kapiler. Pada saat knob tersebut

berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler terjadilah proses

sitoadherensi. Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi

(penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan

terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung

oleh proses terbentuknya “rosette”, yaitu bergerombolnya sel darah

merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya.

Pada proses sitoaderensi ini juga terjadi proses imunologik yaitu

terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, IL-6 dan

8
lain lain); mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan

fungsi pada jaringan tertentu.

Gambar 2.5.1. Patofisiologi Cytoadherence

F. DIAGNOSIS

Diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis

malaria yang bervariasi dari ringan sampai membahayakan jiwa. Gejala

utama demam sering didiagnosis dengan infeksi lain, seperti demam tifoid,

demam dengue, leptospirosis, chikungunya, dan infeksi saluran napas.

Trombositopenia sering didiagnosis dengan leptospirosis, demam dengue

atau tifoid. Apabila ada demam dengan ikterik bahkan sering

diintepretasikan sebagai hepatitis dan leptospirosis. Penurunan kesadaran

dengan demam sering juga diduga sebagai infeksi otak atau bahkan stroke.

Sedangkan pada anak <5 tahun, penegakkan diagnosis menggunakan

Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS) dan ditambahkan riwayat

perjalanan ke daerah endemis, riwayat sakit malaria dan transfusi

sebelumnya pada daerah endemis rendah dan sedang. Pada MTBS

9
diperhatikan gejala demam dan atau pucat untuk dilakukan pemeriksaan

sediaan darah.

1. Anamnesis

Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka anamnesis

riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria pada setiap pasien dengan

demam harus dilakukan. Keluhan utama pada malaria adalah demam,

menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare,

dan nyeri otot atau pegal-pegal. Pada anamnesis juga perlu ditanyakan :

o Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.

o Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.

o Riwayat sakit malaria / riwayat demam.

o Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

o Riwayat mendapat transfusi darah.

o Riwayat menginap / tinggal di hutan.

2. Pemeriksaan fisis

o Demam (>37,5oC aksila).

o Konjungtiva atau telapak tangan pucat

o Pembesaran limpa (splenomegali) pada keadaan kronik.

o Pembesaran hati (hepatomegali) pada keadaan kronik.

Manifestasi malaria berat dapat disertai berupa penurunan kesadaran,

demam tinggi, ikterik, oliguria, urin berwarna coklat kehitaman (black

water fever), kejang dan sangat lemah (prostration).

Pasien malaria berat harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan

10
kesehatan yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk

mendapatkan perawatan lebih lanjut.

3. Pemeriksaan laboratorium

Diagnosis pasti malaria dilakukan dengan pemeriksaan darah. Pemeriksaan

tersebut dilakukan melalui cara berikut:

o Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan dengan mikroskopik merupakan gold standard (baku

emas) untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskopik

dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan

ulang darah dapat sampai 72 jam (untuk antisipasi P.vivax). Pemeriksaan

sediaan darah tebal dan tipis di rumah sakit / puskesmas / laboratorium

untuk menentukan :

- Ada tidaknya parasit malaria;

- Spesies dan stadium plasmodium;

- Jumlah parasit / kepadatan parasit

o Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test / RDT)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,

dengan menggunakan metode imunokromatografi. Tes ini digunakan pada

kondisi kegawatdaruratan (emergensi) di fasilitas pelayanan kesehatan,

kejadian luar biasa malaria, fasilitas pelayanan kesehatan dengan

11
keterbatasan pemeriksaan mikroskopik dan skrining malaria. Semua

pemeriksaan dengan RDT idealnya harus disertai dengan pemeriksaan

mikroskopik.

Gambar 2.6.1. Alur Penemuan Pasien Malaria6

G. DIAGNOSIS BANDING

Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan sampai

berat, terutama dengan penyakit-penyakit di bawah ini :

1. Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit

infeksi lain sebagai berikut :

(1) Demam tifoid

Demam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare,

obstipasi), lidah kotor, bradikardia relatif, roseola, leukopenia, limfositosis

relatif, aneosinofilia, uji serologi dan kultur.

12
(2) Demam dengue

Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai keluhan sakit kepala,

nyeri tulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan

jumlah trombosit dan kenaikan kadar hemoglobin dan hematokrit dan tes

serologi (antigen dan antibodi).

(3) Leptospirosis

Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah,

conjunctival injection (kemerahan pada konjungtiva bola mata), dan nyeri

betis yang mencolok. Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test

(MAT) atau tes serologi positif.

2. Malaria berat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai

berikut:

(1) Infeksi susunan saraf pusat

Pasien panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya

kesadaran, kaku kuduk, kejang dan gejala neurologis lainnya. Pada pasien

dapat dilakukan analisa cairan otak dan imaging otak.

o Stroke (gangguan serebrovaskular)

Hilangnya atau terjadi penurunan kesadaran, gejala neurologik

lateralisasi (hemiparese atau hemiplegia), tanpa panas dan ada

penyakit yang mendasari (hipertensi, diabetes melitus, dan lain-lain).

13
o Ensefalopati tifoid

Gejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan

keluhan saluran cerna, seperti nyeri perut dan diare. Didukung

pemeriksaan penunjang sesuai demam tifoid.

o Hepatitis A

Prodromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak

bisa makan diikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau

kulit kuning, dan urin seperti air teh. Kadar SGOT dan SGPT

meningkat >5 kali tanpa gejala klinis atau meningkat >3 kali dengan

gejala klinis.

o Leptospirosis berat / penyakit Weil

Demam dengan ikterus, nyeri pada betis, nyeri tulang, riwayat

pekerjaan yang menunjang adanya transmisi leptospirosis (pembersih

selokan, sampah, dan lain lain), leukositosis, gagal ginjal. Insidens

penyakit ini meningkat biasanya setelah banjir.

o Glomerulonefritis akut

Gejala gagal ginjal akut dengan hasil pemeriksaan darah terhadap

malaria negatif.

o Sepsis

Demam dengan fokal infeksi yang jelas, penurunan kesadaran,

gangguan sirkulasi, leukositosis dengan granula-toksik yang

didukung hasil biakan mikrobiologi.

14
o Sindrom syok dengue

Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari, disertai syok atau tanpa

syok dengan keluhan sakit kepala, nyeri tulang, nyeri ulu hati,

manifestasi perdarahan (epistaksis, gusi, petekie, purpura, hematom,

hemetemesis dan melena), sering muntah, penurunan jumlah

trombosit dan peningkatan hemoglobin dan hematokrit, uji serologi

positif (antigen dan antibodi).

H. PENATALAKSANAAN

1. Pengobatan malaria tanpa komplikasi

a. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks

Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks saat ini

menggunakan obat-obat golongan ACT ditambah primakuin. Saat ini ACT

yang dipakai di Indonesia adalah DHP (dihydroartemisinin-piperakuin).

Dosis obat DHP diberikan sama untuk malaria falsiparum dan malaria

vivaks. Obat primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari

pertama saja, sedangkan malaria vivaks selama 14 hari. Dosis primakuin

adalah 0,25 mg/kgBB. Pengobatan malaria knowlesi sama seperti malaria

falciparum yaitu dengan ACT selama 3 hari dan pemberian primakuin pada

hari pertama. Lini pertama pengobatan malaria falsiparum dan malaria

vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini :

15
o Lini pertama

Gambar 2.7.1. Pengobatan lini pertama malaria falsiparum menurut berat

badan dengan DHP dan primakuin

Gambar 2.7.2. Pengobatan lini pertama malaria vivaks menurut berat

badan dengan DHP dan primakuin

16
o Lini kedua

Gambar 2.7.3. Pengobatan lini kedua malaria falsiparum (denganobat

kombinasi kina dan doksisiklin)

Gambar 2.7.4. Dosis Doksisiklin

2. Kemoprofilaksis

Kemoprofilaksis malaria bagi yang bepergian ke daerah risiko tinggi

malaria (Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan NTT) dapat diberikan

kapsul doksisiklin 1 x 100 mg /hari. Obat doksisiklin mulai diminum 1 hari

sebelum bepergian, selama tinggal di daerah risiko sampai dengan 4 minggu

setelah keluar dari daerah tersebut. Kemoprofilaksis untuk anak <8 tahun

tidak ada sehingga sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan secara

personal seperti penggunaan pakaian lengan panjang, lotion anti nyamuk,

kelambu dan lain-lain.

17
3. Pengobatan malaria pada ibu hamil

Di semua trimester juga menggunakan DHP, primakuin tidak diberikan

karena ada risiko toksisitas pada janin. Untuk pengobatan lini kedua,

menggunakan kina dan klindamisin sesuai berat badan.

4. Malaria Berat

Gambar 2.7.5. Tatalaksana malaria berat pada dewasa

18
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama : Tn. M
Tanggal Lahir : 10 Mei 1986
Umur : 37 tahun
Alamat : Jl. Klalin
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Masuk : 19 September
2023

A. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Demam sejak 3 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli Umum dengan keluhan Demam sejak 3 hari yang lalu.

demam dirasakan hilang timbul dan terus menerus, demam disertai mengigil

dan berkeringat, demam biasanya meningkat pada malam hari. Mual(+), muntah

(+) frekuensi 1x dalam 1 hari, isi sisa makanan. Nyeri kepala (+), Riwayat

mimisan (-), gusi berdarah (-), Batuk. (-), Nyeri ulu hati (+), nyeri perut (-).

Nafsu makan dan minum kesan berkurang. BAK kesan biasa, kemerahan (-)

kehitaman (-), dan nyeri saat berkemih (-). BAB kesan biasa, tidak ada BAB

kehitaman, ataupun BAB dempul.

Riwayat alergi obat (-), alergi makanan (-). 2 hari sebelum demam pasien

merasa sakit kepala, badan lemah, pegal-pegal yang dirasakan hingga saat ini.

Riwayat Penyakit Dahulu : Rw malaria

Riwayat Penyakit Keluarga : (-)


19
Riwayat Lingkungan dan Sosial :

Riwayat pengobatan selama sakit : Meminum obat penurun demam

(paracetamol) , namun demam kembali muncul selang beberapa jam?

B. PEMERIKSAAN FISIK

KU: baik, gizi baik; Kesadaran compos mentis

BB 58 kg ; TB 158 cm ; LP 89 cm

TD 110/80 mmHg ; N 80 x/menit ; T 38,4C ; RR 23x/menit ; SpO2 99%

Kepala/leher: konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-)

Thoraks:

 Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas kanan atas SIC II ln. parasternal dextra

Batas kiri atas SIC II ln. parasternal sinistra

Batas kiri bawah SIC V ln. midclavicula sinistra

Auskultasi : S1-S2, irregular, murmur (-), gallop (-)

 Paru

Inspeksi : Simetris, massa (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), vocal fremitus kiri=kanan

Perkusi : Sonor/sonor

Auskultasi : Vesikuler, rh -/- wh -/-

Abdomen

Inspeksi : Distended abdomen (-), massa (-)

Auskultasi : Peristaltik kesan normal

Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+) Pembesaran


20
hepar (-) pembesaran lien (-)

Perkusi : Tymphani (+)

Ekstremitas

Akral hangat (+), CRT < 2”, udem (-), petechie (-), ruam (-), turgor kulit baik.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(19 September 2023)

Darah Lengkap

Hb : 11,2 gr/dL

Leukosit : 10.400 mg/dL

Trombosit : 228.000 mg/dL

Ns1 : negatif

Mikrofilaria Plasmodium Sp : (+) P. falciparum

D. RESUME

Pasien datang ke Poli Umum dengan keluhan Demam sejak 3 hari yang lalu.

demam dirasakan hilang timbul dan terus menerus, demam disertai mengigil

dan berkeringat, demam biasanya meningkat pada malam hari. Mual(+), muntah

(+) frekuensi 1x dalam 1 hari, isi sisa makanan. Nyeri kepala (+), Nyeri ulu hati

(+), Nafsu makan dan minum kesan berkurang. BAK kesan biasa dan BAB

kesan biasa.2 hari sebelum demam pasien merasa sakit kepala, badan lemah,

pegal-pegal yang dirasakan hingga saat ini. Os sudah minum obat penurun

demam (paracetamol) , namun demam kembali muncul selang beberapa jam,

os sebelumnya pernah keluhan dan sakit yang sama (Malaria).

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan normotensi, nadi dalam batas

normal, pernapasan dan suhu dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan pemeriksaan dalam batas normal, tidak di dapatkan hepato megali,


21
sphlenomegali. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil terdapat

mikrofilaria plasmodium Falciparum

E. DIAGNOSIS KERJA

Malaria e.c Plasmodium Falciparum

F. DIAGNOSIS BANDING

 Demam Typhoid

 Demam Dengue

 Leptospirosis

G. PENATALAKSANAAN

- Paracetamol 500mg tab 3x1

- Omeprazole 20mg tab 2x1 ac

- DHP 1x3 tab (3 hari)

- Primakuin 1x1 tab (SD)

Penatalaksanaan non farmakologis

- Menyemprot ruangan rumah dengan insektisida dapat membunuh

nyamuk dewasa yang masuk ke dalam rumah

- Menjaga rumah tetap bersih, kering, dan higienis

- Menggunakan kelambu

- Menutupi kulit dengan mengenakan celana Panjang dan baju

berlengan Panjang

- Menjaga asupan cairan dan gizi

- Tidak membiarkan ada air tergenang di sekitar rumah (3M)

H. PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam


22
BAB IV

PEMBAHASAN

Malaria merupakan penyakit infeksi akut hingga kronik yang

disebabkan oleh spesies palsmodium, ditandai dengan panas tinggi bersifat

intermiten, anemia dan splenomegali.

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Malaria e.c Plasmodium

Falciparum berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

Pada anamnesis pasien mengelukan demam yang hilang timbul

dirasakan terus menerus dan biasanya meningkat pada malamm hari

disertai menggigil dan nyeri kepala. Pasien juga muntah frekuensi 1x

dalam 1 hari. Hal ini sesuai dengan gejala malaria Falciparum, dimana

demam pada P. falciparum dapat terjadi setiap hari. Selain itu, keluhan

lainnya yaitu menggigil, berkeringat disertai sakit kepala, mual, muntah,

dan nyeri otot atau pegal-pegal pada pasien mengarah pada manifestasi

klinis dari malaria. Karena manifestasi klinis malaria sangat bervariasi

maka harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain. Anamnesa yang

mendukung diagnosis adalah pasien tinggal didaerah endemik malaria

dengan lingkungan rumahyang masih banyak pohon dan banyak nyamuk.

Diagnosis pasti malaria dilakukan dengan pemeriksaan penunjang

berupa pemeriksaan darah yang dilakukan dengan cara pemeriksaan

dengan mikroskopik yang merupakan gold standard (baku emas) untuk

diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan

membuat sediaan darah tebal dan tipis untuk memaeriksa ada tidaknya

23
parasit malaria, Spesies dan stadium plasmodium, serta jumlah parasit /

kepadatan parasit. Pemeriksaan malaria lainnya yaitu Pemeriksaan dengan

tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test / RDT). Pada pemeriksaan

penunjang pasien didapatkan Malaria Plasmodium Falciparum yang

menjadi penanda diagnosis yang pasti.

Untuk terapi pada pasien yang datang ke Puskesmas, diberikan

paracetamol 500mg tab 3x1, Omeprazole 20mg tab 2x1 untuk mengurangi

gejala simptomatiknya dan diberikan obat Anti Malaria Antimalaria yang

digunakan yaitu kombinasi tetap (fixed dose combination = FDC) yang

berisi dehidroartemisinin dan piperakuin (DHP) yang merupakan terapi

Artemisin Combination Therapy (ACT) lini pertama yang

direkomendasikan WHOdan Kementerian Kesehatan. Satu tablet FDC

mengandung 40 mg dihidroartemisinin dan 320 mg piperakuin. Untuk

pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi digunakan antimalaria

lini pertama berupa ACT ditmbah primakuin pada hari pertama. Menurut

pedoman tatalaksana Malaria yang dikeluarkan oleh Kementrian

kesehatan RI untuk BB 58kg DHP 1x3 tab selama 3 hari, Primakuin1x1 tab

Single Dose.

Pengobatan dengan ACT harus disertai dengan kepastian

ditemukannya parasit malaria secara mikroskopik atau sekurang-

kurangnya dengan pemeriksaan RDT (Rapid 5. Diagnostic Test).

Pencegahan malaria dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan

kematian dilakukan melalui program pemberantasan malaria dengan

penegakkan diagnosis dini dan terapi yang cepat dan tepat. Upaya

24
pencegahan yang dapat dilakukan meliputi pemakaian kelambu dan

pengendalian vektor (nyamuk).

Prognosis pada kasus ini dubia ad bonam. belum ada tanda-tanda

yang mengarah pada komplikasi.

25
BAB V

KESIMPULAN

Malaria telah lama menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia,

tak terkecuali Indonesia. Dengan rata-rata kasus tahunan mencapai ratusan ribu

kasus, malaria seharusnya menjadi sorotan penting di dunia kesehatan.

Beberapa wilayah di Indonesia dengan kasus malaria tertinggi termasuk Papua,

Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur.

Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi maka harus dapat dibedakan

dengan penyakit infeksi lain.

Diagnosis pasti malaria dilakukan dengan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan darah yang dilakukan dengan cara pemeriksaan dengan

mikroskopik yang merupakan gold standard (baku emas) untuk diagnosis pasti

malaria. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan membuat sediaan darah

tebal dan tipis untuk memaeriksa ada tidaknya parasit malaria, Spesies dan

stadium plasmodium, serta jumlah parasit / kepadatan parasit. Pemeriksaan

malaria lainnya yaitu Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (rapid

diagnostic test / RDT).

Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks saat ini menggunakan

obat-obat golongan ACT ditambah primakuin. Saat ini ACT yang dipakai di

Indonesia adalah DHP (dihydroartemisinin-piperakuin). Dosis obat DHP

diberikan sama untuk malaria falsiparum dan malaria vivaks.

26
DAFTAR PUSTAKA

CDC. Malaria: Biology. Global Health, Division of Parasitic Diseases and


Malaria. 2020

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Jumlah Kasus Penyakit


Menurut Jenis Penyakit dan Kabupaten/Kota 2020. Badan Pusat Statistik
Provinsi Kalimantan Timur. 2020

Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, Hal: 1754-60, 2006.

Kemenkes, RI. Lampiran Derah Endemis Malaria di Indonesia. Manajemen

Terpadu Balita Sakit(MTBS). 2022

Kemenkes, RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Tatalaksana


Malaria. Nomor HK.01.07/MENKES/556/2019. 2019

Kemenkes, RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Tatalaksana


Malaria. Nomor HK.01.07/MENKES/556/2019. 2019

Kemenkes, RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Tatalaksana Malaria.

Nomor HK.01.07/MENKES/556/2019. 201

WHO. World Malaria Report. 2022

27

Anda mungkin juga menyukai