Anda di halaman 1dari 24

Tugas : Makalah Penyuluhan Penyakit Malaria

Mata Kuliah : Promosi Kesehatan


Dosen : Pius Nalang, S.ST, M.kess

PENYULUHAN PENYAKIT MALARIA

Oleh

NAMA : SERLY FEBRIANTI


NIM : 081077
KELAS : II A

UPTD AKADEMI KEPARAWATAN ANGING MAMMIRI


PROVINSI SULAWESI SELATAN
MAKASSAR
2009
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


karena limpahan Rahmat dan Taufik-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah Penyuluhan penyakit malarian ini berisi analisis tentang
pengertian, penyebab terjadinya penyebaran Malaria di Indonesia, dampak
yang ditimbulkan serta solusi penanganannya.
Akhirnya penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tidak tertutup
kemungkinan isi makalah ini tidak sesuai dengan harapan berbagai pihak,
karena potensi yang menyusun masih sangat terbatas oleh karena itu saran
dan kritikan yang sifatnya konstruktif, sangat penyusun harapkan terutama
dari Dosen Penanggung Jawab mata kuliah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, semoga setiap gerak dan
langkah yang kita tempuh selama ini akan bernilai ibadah dan mendapat
ridha dari Allah SWT. Amin....

Makassar, Oktober 2009

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
A. Defenisi Malaria....................................................................... 7
B. Jenis Malaria............................................................................ 7
C. Triagle Of Epidemiologi Pada Malaria..................................... 9
D. Mekanisme Penularan Malaria................................................ 11
E. Masa Inkubasi.......................................................................... 13
F. Gejala dan Pola Malaria.......................................................... 14
G. Diagnosa dan Pengobatan Malaria......................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 23
A. Penyakit Malaria Menurut Orang (Person)............................... 23
B. Penyakit Malaria Menurut Tempat (Place)............................... 24
C. Penyakit Malaria Menurut Waktu (Time).................................. 25
BAB V PENUTUP................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera
dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang
disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah
dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam
berkepanjangan.
Malaria merupakan salah satu dari penyakit menular yang cukup
mudah penyebarannya dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Cepatnya pertumbuhan penduduk, migrasi, sanitasi yang buruk dan
daerah yang terlalu padat, memudahkan penyebaran penyakit ini.
Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke
kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan
manusia yang bermukim di daerah itu. Selain itu, perubahan iklim,
perubahan lingkungan seperti penelantaran tambak, genangan air di
bekas galian pasir juga penebangan hutan bakau, juga mempercepat
penyebaran penyakit malaria. Hal itu diperparah dengan perpindahan
penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya.
Malaria juga sudah dikenal oleh para dokter pada zaman China
kuno sekitar tahun 2700 sebelum masehi. Adalah Hippocrates, sang
bapak kedokteran, yang pertama kali menggambarkan gejala-gejala klinis
malaria pada sekitar abad IV Masehi. Kata malaria sendiri berasal dari
bahasa Itali, “mal’aria”. Pada zaman dulu, orang beranggapan bahwa
malaria disebabkan oleh udara yang kotor. Sementara di Perancis dan
Spanyol, malaria dikenal dengan nama “paladisme atau paludismo”, yang
berarti daerah rawa atau payau karena penyakit ini banyak ditemukan di
daerah pinggiran pantai. Saking terkenalnya penyakit malaria, William
Shakespeare, salah satu penulis Inggris yang paling terkenal sepanjang
abad 16-17, juga telah menggambarkan penyakit malaria dalam salah
satu karyanya sebagai “The Caliban Curse”. Caliban adalah salah satu
budak Afrika yang dikutuk dalam karya Shakespeare, The Tempest
(1611).
Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap
tingginya angka kematian di banyak negara dunia. Diperkirakan, sekitar
1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau
sejak 1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa,
Amerika Tengah dan Selatan, tapi di beberapa bagian benua Afrika dan
Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar seratus
juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen
diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya,
malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang.
Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk
Indonesia.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan
15 juta penduduk Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya
meninggal dunia. Morbiditas (angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun
terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi peningkatan:
dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100
ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah
(Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa
dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100 ribu penduduk
(1998) menjadi 2.800 kasus per 100 ribu penduduk (2000): tertinggi di
NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk. (Apa dan Bagaimana
Mengatasi Malaria; diakses dari: www.ppmplp.depkes.go.id tanggal 4
November 2008).
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus-kasus malaria ini kembali
meningkat setelah berhasil ditekan dalam beberapa dekade. Tahun 2002
misalnya, peningkatan kasus terjadi di kawasan Banjarnegara dan
Kebumen (Jawa Tengah), serta Sumba di Nusa Tenggara Timur. Tahun
2001 ada Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria di Kepulauan Seribu,
tepatnya di Pulau Tidung dan Pari. Sedang tahun 1998-99 KLB malaria
terjadi di 62 desa di seluruh Indonesia, mulai dari kawasan Lampung
Selatan, Pulau Batam, Singkep, sampai dataran tinggi di Papua. (Malaria
Kembali Jadi Ancaman; diakses dari: www.kompas.com tanggal 3
November 2008).
Di Indonesia sendiri, diperkirakan 50 persen penduduk Indonesia
masih tinggal di daerah endemis malaria. Menurut perkiraan WHO, tidak
kurang dari 30 juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya di Indonesia,
dengan 30.000 kematian. Survei kesehatan nasional tahun 2001
mendapati angka kematian akibat malaria sekitar 8-11 per 100.000 orang
per tahun. United Nation Development Program (UNDP, 2004) juga
mengklaim bahwa akibat malaria, Indonesia sedikitnya mengalami
kerugian ekonomi sebesar $ 56,6 juta pertahun.
Secara nasional, Propinsi NTT merupakan propinsi dengan angka
kesakitan malaria tertinggi. Data Depkes RI tahun 2005 menunjukkan
bahwa NTT memiliki angka kesakitan malaria 150 per 1.000 orang per
tahun, diikuti oleh Papua, 63,91 kasus per 1000 penduduk per tahun. Di
tahun 2004, dilaporkan tidak kurang dari 711.480 kasus malaria klinik
terjadi di NTT, dimana 20 % dari 75.000 slide darah yang diperiksa positif
malaria. Bahkan data Depkes (2000) menunjukkan bahwa tidak kurang
dari 73% kasus yang diobati di puskesmas dan rumah sakit di NTT adalah
malaria. Dinas Kesehatan NTT juga mencatat bahwa khusus untuk
Kabupaten Kupang, rata-rata kasus malaria klinis dari tahun 2002-2004
mencapai 181 kasus per 1.000 orang pertahun, bahkan di tahun 2004
mencapai 205 kasus, per 1.000 orang pertahun. Angka ini menunjukkan
bahwa untuk daratan Timor, Kabupaten Kupang menempati rangking
tertinggi kejadian malaria klinis setiap tahunnya. (Malaria, Pembunuh
Terbesar Sepanjang Abad; diakses dari; www. kesehatanlingkungan.
wordpress. com tanggal 3 November 2008).
Pada tahun 2006 dan 2007 malaria dinyatakan sebagai kejadian
luar biasa (KLB). Peningkatan kasus malaria di delapan provinsi, delapan
kabupaten yang meliputi 20.331 penduduk, 12 desa dengan kesakitan
sejumlah 1.051 orang dan kematian 23 orang. Case fatality rate sebesar
2,19 persen. (49,6 Persen Penduduk Berisiko Tertular Malaria; diakses
dari; www. kompas. com tanggal 3 November 2008).
Antara 2,5 dan tiga juta kasus malaria tercatat di Indonesia pada
2007, dibandingkan dengan 1,8 juta kasus yang tercatat pada 2006. Hal
ini dikatakan oleh Rita Kusriastuti, ketua subdivisi malaria di Departemen
Kesehatan. Kusriastuti mengatakan peningkatan jumlah kasus malaria
adalah karena “pembentukan lembaga kesehatan” di wilayah baru di
Indonesia yang telah meningkatkan akses layanan kesehatan di “daerah
terpencil” dan membantu petugas kesehatan “menemukan” lebih banyak
kasus malaria. Dia mengatakan bahwa provinsi Papua adalah yang paling
mudah diserang malaria di Indonesia. (Kasus Malaria di Indonesia
Meningkat Menjadi Hampir 3 Juta pada 2007; diakses dari: www spirita.
or. id tanggal 3 November 2008).
Untuk mengurangi kasus malaria, para pemimpin dunia telah
menetapkan dalam Millenium Development Goals bahwa malaria menjadi
salah satu penyakit yang diprioritaskan. Tahun 2015 diharapkan penyakit
malaria berkurang paling tidak 50 persen.
Di Indonesia, Gebrak (Gerakan Berantas Kembali) Malaria
dicanangkan Menteri Kesehatan Achmad Sujudi bersamaan dengan
peringatan Hari Kesehatan Sedunia Ke-52 di NTT tanggal 8 April 2000
lalu. Gebrak Malaria adalah gerakan nasional di mana seluruh komponen
masyarakat berperan serta untuk memberantas malaria secara intensif.
Sosialisasi kembali dilakukan, terutama untuk mengenali kawasan
malaria, gejala dan deteksi dini, dan bagaimana tindakan pengobatannya.
Departemen Kesehatan melalui Gebrak Malaria, memang telah
berupaya meningkatkan kesiagaan petugas Puskesmas dan jajaran
kesehatan lain termasuk mengaktifkan lagi juru malaria. Namun, sebagai
penyakit yang amat dipengaruhi lingkungan, kunci utama pembasmian
malaria adalah perbaikan lingkungan dan perilaku manusia
Disamping itu, pemerintah juga membuat rencana pengendalian
tahun 2008, yang meliputi kegiatan sosialisasi dan peningkatan kualitas
pengobatan obat anti malaria dengan ACT di seluruh Indonesia,
peningkatan pemeriksaan laboratorium/mikroskop, dan penemuan
pengobatan dan pencegahan penularan malaria. Selain itu, dilakukan
peningkatan perlindungan penduduk berisiko dan pencegahan penularan
malaria khususnya melalui kegiatan pembagian kelambu berinsektisida
(Long Lasting Insectisidal Net) gratis ke daerah endemis malaria tinggi
yang masih dibantu oleh Global Fund. (Indonesia Masih Berisiko Malaria;
diakses dari: www. kompas.com tanggal 3 November 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Malaria
 Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk)
dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di
daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk
(http://www.infeksi.com).
 Menurut WHO tahun 1981, malaria adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh parasit plasmodium yang masuk ke dalam tubuh
manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
 Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit
dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering
periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala
oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati
dan ginjal. (Prabowo, A, 2004)
B. Jenis Malaria
Penyakit malaria memiliki empat jenis dan masing-masing
disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah :
 Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan plasmodium vivax.
Nama tertiana adalah berdasarkan fakta bahwa timbulnya gejala
demam terjadi setiap 48 jam. Nama tersebut diperoleh dari istilah
Roma, yaitu hari kejadian pada hari pertama, sedangkan 48 jam
kemudian adalah hari ke 3. Penyakit banyak terjadi di daerah tropik
dan sub tropik, kejadian penyakit malaria 43% disebabkan oleh P.
vivax.
 Demam rimba (jungle fever) atau malaria aestivo-autumnal atau
disebut juga malaria tropika, disebabkan plasmodium falciparum
merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Malaria
ini merupakan penyakit malaria yang paling ganas yang menyerang
manusia. Daerah penyebaran malaria ini adalah daerah tropik dan
sub-tropic, dan kadang dapat meluas kedaerah yang lebih luas,
walaupun sudah mulai dapat diberantas yaitu di Amerika Serikat,
Balkan dan sekitar Mediterania. Malaria falciparum adalah pembunuh
terbesar manusia di daerah tropis di seluruh dunia yang diperkirakan
sekitar 50 % penderita malaria tidak tertolong. Malaria tertiana maligna
selalu dituduh sebagai penyebab utama terjadinya penurunan populasi
penduduk di jaman Yunani kuno dan menyebabkan terhentinya
expansi “Alexander yang agung” menaklukkan benua Timur karena
kematian serdadunya oleh serangan malaria ini. Begitu juga pada
perang Dunia I dan II terjadinya kematian manusia lebih banyak
disebabkan oleh penyakit malaria ini daripada mati karena perang.
 Malaria kuartana atau malaria malariae yang disebabkan plasmodium
malariae dengan terjadinya krisis penyakit setiap 72 jam. Hal tersebut
di kenali sejak jaman Yunani, karena waktu demam berbeda dengan
parasit malaria tertiana. Pada tahun 1885 Golgi dapat membedakan
antara demam karena penyakit malaria tertiana dengan quartana dan
memberikan deskripsi yang akurat dimana parasit tersebut diketahui
sebagai P. malariae.
 Malaria ovale yang disebabkan oleh plasmodium ovale dan jarang
ditemukan. Biasanya penyakit malaria ini tersebar di daerah tropik,
tetapi telah dilaporkan di daerah Amerika Serikat dan Eropa. Penyakit
banyak dilaporkan di daerah pantai Barat Afrika yang merupakan
lokasi asal kejadian, penyakit berkembang ke daerah Afrika Tengah
dan sedikit kasus di Afrika Timur. Juga telah dilaporkan kasus di
Philipina, New Guenia dan Vietnam. Plasmodium ovale sulit di
diagnosis karena mempunyai kesamaan dengan P. vivax.
C. Triangle of Epidemiologi (Host, Agent Environment) Pada Malaria
Suatu penyakit akan terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara
host, agent dan environment. Begitu pula halnya pada penyakit malaria
yang akan terjadi apabila ketiga komponen tersebut saling mendukung.
Bila digambarkan secara skema yaitu sebagai berikut :
HOST

AGENT ENVIRONMENT

1. Host (Pejamu)
a. Manusia (host intermediate)
Pada dasarnya setiap orang bisa terinfeksi oleh agent atau
penyebab penyakit dan merupakan tempat berkembangbiaknya
agent (parasit Plasmodium). Beberapa faktor intrinsik yang dapat
mempengaruhi resiko untuk terpapar penyakit malaria, yaitu :
 Usia → Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria.
 Jenis Kelamin → Infeksi malaria tidak membedakan jenis
kelamin akan tetapi apabila menginfeksi ibu yang sedang hamil
akan menyebabkan anemia yang lebih berat.
 Ras → Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk
mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya
penderita “sickle cell anemia” dan ovalositosis.
 Cara Hidup → Sangat berpengaruh terhadap penularan
malaria. Misalnya : tidur tidak memakai kelambu dan senang
berada di luar rumah pada malam hari.
 Sosial Ekonomi → Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya
dengan infeksi malaria.
 Status Gizi → Masyarakat yang gizinya kurang baik dan tinggal
di daerah endemis malaria lebih rentan terhadap infeksi
malaria.
 Immunitas → Masyarakat yang tinggal di daerah endemis
malaria biasanya mempunyai immunitas alami sehingga
mempunyai pertahanan alam dari infeksi malaria.
b. Nyamuk Anopheles (host definitive)
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh
nyamuk Anopheles betina. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000
spesies Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai
penular malaria. Di Indonesia ada sekitar 80 jenis Anopheles, 24
spesies diantaranya telah terbukti penular malaria. Sifat masing-
masing spesies berbeda-beda, tergantung berbagai faktor, seperti
penyebaran geografis, iklim, dan tempat perindukannya. Semua
nyamuk Anopheles hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat,
contohnya nyamuk Anopheles yang hidup di air payau (Anopheles
sundalcus dan Anopheles suhpictus), di sawah (Anopheles
aconitus), atau air bersih di pegunungan (Anopheles maculatus).
Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan
subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah yang beriklim sedang.
Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih
dari 2.000-2.500 meter. Tempat perindukannya bervariasi
(tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan,
yaitu pantai, pedalaman, dan kaki gunung. Biasanya, nyamuk
Anopheles betina menggigit manusia pada malam hari atau sejak
senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5-3 km dari
tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa
terbawa sejauh 20 - 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa
pesawat terbang atau kapal laut, dan menyebarkan malaria ke
daerah nonendemis. Umur nyamuk Anopheles dewasa di alam
bebas belum banyak diketahui, tetapi di laboratorium dapat
mencapai 3 - 5 minggu.
2. Agent (Parasit/Plasmodium)
Hidup di dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk.
Manusia disebut host intermediate (pejamu sementara) dan nyamuk
disebut host definitive (pejamu tetap). Parasit/Plasmodium hidup
dalam tubuh nyamuk dalam tahap daur seksual (pembiakan melalui
kawin) dan hidup dalam tubuh manusia pada daur aseksual
(pembiakan tidak kawin, yaitu melalui pembelahan diri). Pada tahun
1880, Charles Louis Alphanse Laverant (seorang dokter
berkebangsaan Perancis), menemukan bahwa malaria disebabkan
oleh Plasmodium.
Empat spesies Plasmodium penyebab malaria pada manusia
adalah :
1. Plasmodium falciparum (P. falciparum)
2. Plasmodium vivax (P. vivax)
3. Plasmodium ovale (P. ovale)
4. Plasmodium malariae (P. malariae)
D. Mekanisme Penularan Malaria
Mekanisme penularan malaria meliputi port of entry dan port of exit
parasit penyebab malaria dari reservoir ke pejamu potensial. Mekanisme
penularan ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi
melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terjadi secara mekanistik.
Proses terjadinya penularan malaria di suatu daerah meliputi 3
(tiga) faktor utama yaitu : (a) Adanya penderita baik dengan adanya
gejala klinis ataupun tanpa gejala klinis; (b) Adanya nyamuk atau
vektor; (c) Adanya manusia yang sehat (Depkes RI, 1999a).

Orang Sakit Malaria


(Mengandung Parasit)

Nyamuk Anopheles (Belum terinfeksi parasit)


Orang Rentan

Nyamuk Anopheles Terinfeksi


(Mengandung Sporozoit)

Gambar
Siklus Penularan Malaria

Siklus penularannya adalah sebagai berikut : orang yang sakit


malaria digigit nyamuk Anopheles dan parasit yang ada di dalam
darah akan ikut terisap didalam tubuh nyamuk dan akan mengalami
siklus seksual (siklus sporogoni) yang menghasilkan sporozoit.
Nyamuk yang didalam kelenjar ludahnya sudah terdapat sporozoit
mengigit orang yang rentan, maka didalam darah orang tersebut akan
terdapat parasit dan berkembang didalam tubuh manusia yang dikenal
dengan siklus aseksual (Depkes RI, 1999).
2. Penularan yang tidak alamiah
a. Malaria Bawaan (Congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta. Gejala
pada bayi yang baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah
terangsang sehingga sering menangis/rewel), pembesaran hati dan
limpa, anemia, tidak mau makan/minum, serta kuning pada kulit
dan selaput lendir.
b. Melalui Jarum Suntik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara
penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di
Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan
mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik
yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat
suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble). Parasit
malaria dapat hidup selama tujuh hari dalam darah donor.
c. Secara Oral (Melalui Mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet
(P.Knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia
adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun
tanpa gejala klinis.
E. Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada penyakit malaria dibedakan atas masa
inkubasi ekstrinsik (stadium sporogoni) dan masa inkubasi intrinsik.
1. Masa inkubasi ekstrinsik adalah mulai saat masuknya gametosit ke
dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogoni dalam
tubuh nyamuk, yaitu terbentuknya sporozoit yang kemudian masuk ke
dalam kelenjar liur. Masa inkubasi ekstrinsik dipengaruhi oleh suhu
udara sehingga berbeda untuk setiap spesies.
Pada suhu 27,6°C
1) Plasmodium falciparum : 10 - 12 hari
2) Plasmodium vivax : 8 - 11 hari
3) Plasmodium malariae : 14 hari
4) Plasmodium ovale : 15 hari
2. Masa inkubasi intrinsik adalah waktu mulai saat masuknya sporozoit
ke dalam darah sampai timbulnya gejala klinis/demam atau sampai
pecahnya zison darah. Masa inkubasi intrinsik berbeda untuk setiap
spesiesnya, yaitu :
1) Plasmodium falciparum : 9 - 14 hari
2) Plasmodium vivax : 12 - 17 hari
3) Plasmodium malariae : 18 - 40 hari
4) Plasmodium ovale : 16 - 18 hari
(Sumber : WHO, 1997, Jan Bruce Chwatts).
F. Gejala dan Pola Malaria
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 10-35 hari setelah
parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Gejala
awalnya seringkali berupa demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala,
sakit otot dan menggigil, bersamaan dengan perasaan tidak enak badan
(malaise). Kadang gejalanya diawali dengan menggigil yang diikuti oleh
demam. Gejala ini berlangsung selarna 2-3 hari dan sering diduga
sebagai gejala flu. (Malaria; diakses dari: www.medicastore.com tanggal
7 November 2008).
Serangan demam yang khas pada malaria terdiri dari tiga stadium,
yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan
segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi
lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan
pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi
kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium Demam (hot stage)
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa
kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti
terbakar, sakit kepala menjadi-jadi dan muntah kerap terjadi, nadi
menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu
badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini
berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh
pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit
darah kedalam aliran darah.
G. Diagnosa Dan Pengobatan Malaria
Cara satu-satunya untuk melakukan diagnosis infeksi malaria
adalah menemukan parasit Plasmodium dengan pemeriksaan darah
secara mikroskopis. Pemeriksan ini seharusnya dilakukan secara rutin,
tidak saja di daerah malaria, tetapi juga di daerah non-malaria, apapun
gejala atau diagnosisnya, bila penderita pernah ke daerah endemi malaria
dalam waktu 1 tahun. Alasannya terutama karena gambaran klinis malaria
dapat sangat bervariasi; infeksi malaria dapat juga terjadi sebagai akibat
transfusi darah dari donor yang diinfeksi atau merupakan faktor
komplikasi penyakit lain. Adanya parasit malaria dalam darah merupakan
tanda adanya suatu infeksi, tetapi tidak harus sebagai penyakit; orang
yang pernah tinggal di daerah malaria beberapa tahun dapat
mengandung beberapa parasit malaria dalam darahnya tetapi gejala yang
membuat ia pergi ke dokter mungkin disebabkan oleh penyakit lain.
Pemeriksaan darah untuk parasit malaria dapat dilakukan dengan
mengambil darah dari jari tangan dan membuat sediaan darah tebal dan
tipis untuk kemudian dipulas dengan Giemsa. Sediaan darah tebal tidak
difiksasi dengan methanol murni, hanya sediaan darah tipis yang harus
difiksasi dulu dengan methanol. Pemerikasaan darah tebal dilakukan
untuk memeriksa dengan cepat adanya parasit malaria, terutama bila
infeksinya ringan. Pemeriksaan sediaan darah tipis dilakukan untuk
menentukan spesiesnya, yaitu P. vivax, P. falcifarum, P. malariae atau P.
ovale. Kadang-kadang ditemukan infeksi campur P. vivax dan P.
falcifarum. (Malaria; diakses dari: www.fkuii.org tanggal 7 November
2008).
Secara garis besar, penemuan dan pengobatan penderita malaria
adalah sebagai berikut :
1) Mencari Penderita Malaria
Salah satu cara memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah
menemukan penderita sedini mungkin, baik dilakukan secara aktif oleh
petugas khusus yang mengunjungi rumah secara teratur (active case
detection) maupun dilakukan secara pasif (passive case detection),
yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke unit pelayanan
kesehatan (UPK), yaitu Polindes, Pustu, PKM dan Rumah Sakit.
2) Pengobatan Penderita Malaria
Ada beberapa cara dan jenis pengobatan terhadap penderita malaria
yang meliputi :
a) Pengobatan presumtif
Dilaksanakan dengan cara penemuan penderita secara intensif,
baik secara aktif dari rumah ke rumah maupun secara pasif di unit-
unit pelayanan kesehatan yang ada. Tujuan pengobatan ini adalah
untuk meringankan gejala malaria dan mencegah penularan
selama penderita menunggu hasil pemeriksaan laboratorium
darah. Kepada penderita demam yang tersangka malaria, diberikan
pengobatan dosis tunggal dengan empat tablet Klorokuin ditambah
tiga tablet Primakuin.
b) Pengobatan supresif
Pengobatan ini diberikan kepada semua penderita demam di
daerah endemis malaria yang berobat di unit-unit pelayanan
kesehatan. Jika penderita tinggal di daerah yang diduga P.
falciparum-nya telah resisten terhadap Klorokuin, diberikan
kombinasi empat tablet Klorokuin ditambah tiga tablet Primakuin
secara dosis tunggal. Jika penderita tinggal di daerah yang P.
falciparum-nya masih sensitif, hanya diberikan empat tablet
Klorokuin secara dosis tunggal.
c) Pengobatan radikal
Pengobatan ini diberikan kepada penderita di daerah nonendemis
dan penderita dari daerah endemis malaria yang akan bepergian
ke daerah nonendemis malaria. Tujuannya, membasmi semua
infeksi malaria dan mencegah timbulnya relaps. Penderita
diberikan pengobatan kombinasi Primakuin dengan Klorokuin (jika
P. falciparum masih sensitif) atau Sulfadoksin/Pirimetamin (jika P.
falciparum telah resisten terhadap Klorokuin).
d) Pengobatan massal
Diberikan kepada suatu kelompok penduduk tertentu si daerah
yang endemis malaria. Sasaran pengobatan bisa seluruh
penduduk atau kelompok penduduk tidak kebal (seperti bayi, anak
balita, ibu hamil, menyusui, dan pendatang baru dari daerah yang
nonendemis). Pengobatan diberikan dua minggu sekali, minimum
dua kali. Dosis obat yang diberikan sama dengan dosis pada
pengobatan supresif.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Penyakit Malaria Menurut Orang (Person)


Data pada tabel 1 adalah distribusi penyakit malaria menurut umur
di Sulawesi Selatan tahun 2006. Distribusi penderita menurut kelompok
umur tertinggi pada kelompok umur 20 - 44 tahun terdapat 1007 penderita
(39,59 %). Selanjutnya berturut-turut pada kelompok umur 45-54 tahun
terdapat 338 penderita (13,26 %), kelompok umur 15 - 19 tahun terdapat
280 penderita (10,98 %), kelompok umur 10 - 14 tahun terdapat 178
penderita (8,5 %), kelompok umur 55 - 59 tahun 160 penderita (6,27 %),
kelompok umur 5 - 9 tahun terdapat 157 penderita (6,15 %), kelompok
umur 1 - 4 tahun terdapat 156 penderita (6,12 %), kelompok umur 60 - 69
tahun terdapat 99 penderita (3,88 %), kelompok umur bayi (0 - < 1 tahun )
terdapat 99 penderita (3,88 %), dan kelompok umur > 70 tahun terdapat
36 penderita (1,41 %). Pada kelompok umur 40 - 44 tahun dan 45 - 54
tahun terdapat banyak penderita karena mereka melakukan mobilisasi
dan kerja di luar rumah utamanya pada malam hari di mana nyamuk
anopheles beraksi pada saat itu atau berada pada usia produktif.
Sedangkan kelompok umur > 70 tahun dan 0 - < 1 tahun memiliki jumlah
penderita terendah. Hal ini disebabkan karena pada kelompok tersebut
ruang gerak anak dan lansia terbatas dan umumnya dalam pengawasan
pihak keluarga.
Distribusi penderita menurut jenis kelamin pada tabel 2 yaitu pada
jenis kelamin perempuan terdapat 1307 penderita (51 %) sedangkan
pada jenis kelamin laki-laki terdapat 1254 penderita (49 %). Jadi
berdasarkan hal tersebut di atas maka diketahui bahwa sebagian besar
yang menderita penyakit malaria adalah yang berjenis kelamin
perempuan.
B. Penyakit Malaria Menurut Tempat (Place)
Berdasarkan tabel 3, distribusi penyakit malaria menurut tempat di
Sulawesi Selatan enam tahun terakhir sampai bulan Juni 2006 sporadis.
Adapun wilayah yang penderita malarianya banyak ditemukan yaitu di
Kabupaten Bulukumba Selayar, Mamuju, Pangkep, Enrekang, dan
Soppeng.
Hasil distribusi penyakit malaria menurut tempat di Sulawesi
Selatan selama enam tahun terakhir ini sampai bulan Juni presentasinya
yaitu, pada tahun 2000 sebanyak 27,64 %, tahun 2001 sebanyak 17,58
%, tahun 2002 sebanyak 15,12 %, tahun 2003 sebanyak 14,45 %, tahun
2004 sebanyak 10,80 %, tahun 2005 sebanyak 9,68 %, dan pada tahun
2006 sampai bulan Juni yaitu sebanyak 4,64 %. Jadi berdasarkan hasil
tersebut jelas diketahui bahwa tiap, tahunnya penyakit malaria semakin
menurun.
Tetapi ada wilayah yang memiliki tingkat penderita malaria yang
tinggi hal ini terjadi dimungkinkan karena berhubungan dengan faktor
letak geografis yang mencakup dari curah hujan dan kecepatan angin, di
mana curah hujan yang tinggi mengakibatkan banyaknya genangan air
yang memulai secara tiba-tiba genangan air ini digunakan nyamuk
sebagai tempat perindukannya (breeding place) dan menyediakan tempat
bagi nyamuk anopheles untuk berkembang biak yang nantinya
mempengaruhi penyebaran dari penyakit malaria. Sedangkan kecepatan
angin yang tinggi mengakibatkan nyamuk anopheles mengurangi aktivitas
dan jarak terbang sehingga nyamuk tidak banyak melakukan kontak di
tempat perindukan atau rawa-rawa cenderung tidak meningkatkan tempat
selama angin berhembus sedangkan nyamuk anopheles yang berada di
luar rumah akan masuk ke dalam rumah untuk menghindar dari arah
angin yang memungkinkan nyamuk tersebut terbawa oleh angin.
C. Penyakit Malaria Menurut Waktu (Time)
Berdasarkan tabel 4 maka distribusi penderita menurut waktu yaitu
tahun 2000 s/d 2006 (Juli) yaitu angka tertinggi kesakitan. Malaria terjadi
pada tahun 2000 sebanyak 29236 kasus AMI 3.71 per seribu penduduk
dan jumlah sediaan darah yang diperiksa sebanyak 8.180 s/d yang positif
1.260 s/d dengan SPR 15 % dimana dengan penderita malaria sebanyak
685 kasus dan penderita dengan malaria falciparum sebanyak 511 kasus
dan selanjutnya angka kesakitan malaria yang terendah terjadi pada
tahun 2006 ini yaitu malaria klinis sebanyak 4.928 kasus dengan AMI
0.63. PSD 3005, positif 426, SPR 1412 dimana penderita malaria vivax
sebanyak 252 kasus, falcparum sebanyak 162 kasus, mix 12 kasus :
1. Secara umum angka kesakitan malaria dari tahun ke tahun mengalami
penurunan hal ini mungkin disebabkan peran serta untuk mencegah
penyakit malaria ini sudah mulai meningkat akibat buruk yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit malaria, itu sendiri yang secara ekonomi
sangat merugikan.
2. Namun jika diperhatikan cakupan program dengan indikator
pemeriksaan sediaan darah dari tahun 2000 s/d 2006 masih di bawah
target. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor sumber daya, baik dana
maupun tenaga, serta masih kurangnya kerjasama lintas program
maupun lintas sektoral dalam upaya pemberantasan penyakit malaria
di masing-masing wilayah.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Persentase penderita penyakit malaria yang terbesar di Sulawesi
Selatan pada bulan Januari-September 2006 adalah penderita yang
terkena oleh jenis malaria klinis yaitu sebanyak 80,85 %.
Persentase penderita penyakit malaria menurut umur yang terbesar di
Sulawesi Selatan pada bulan Januari-September 2006 adalah
sebanyak 39,50 % pada kelompok umur 2044 tahun.
Persentase penderita penyakit malaria menurut jenis kelamin di
Sulawesi Selatan pada bulan Januari-September terbesar adalah
sebanyak 51 % pada jenis kelamin perempuan.
2. Persentase penderita penyakit malaria menurut tempat di Sulawesi
Selatan pada bulan Juni tahun 2000 s/d 2006 adalah sebanyak 72,9 %
yang terdapat pada Kabupaten Selayar.
3. Persentase penderita penyakit malaria menurut waktu di Sulawesi
Selatan pada bulan Juni tahun 2000 s/d 2006 adalah pada tahun 2000
yaitu sebanyak 3,71 % berdasarkan AMI.
4. Mekanisme penularan malaria terbagi menjadi 2 cara, yaitu :
a. Alamiah (secara mekanistik melalui nyamuk Anopheles)
b. Tidak alamiah (congenital, jarum suntik, oral).
5. Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan
parasit, yaitu :
 Menghindari gigitan nyamuk anopheles
 Membunuh jentik dan nyamuk anopheles dewasa
 Mengurangi tempat perindukan nyamuk anopheles
 Pemberian obat pencegahan malaria
DAFTAR PUSTAKA

Apa dan Bagaimana Mengatasi Malaria; diakses dari :


www.ppmplp.depkes.go.id tanggal 4 Nopember 2008

Indonesia Masih Berisiko Malaria; diakses dari: www. kompas.com tanggal 3


November 2008

Kasus Malaria di Indonesia Masih Meningkat Menjadi Hampir 3 Juta Pada


2007; diakses dari : www.spirita.or.id tanggal 3 November 2008

49,6 Persen Penduduk Berisiko Tertular Malaria; diakses dari; www. kompas.
com tanggal 3 November 2008

Malaria Pembunuh Terbesar Sepanjang Abad; diakses dari; www.


kesehatanlingkungan. wordpress. com tanggal 3 November 2008

Malaria Kembali Jadi Ancaman; diakses dari: www.kompas.com tanggal 3


November 2008

Malaria; diakses dari : www.medicastore.com tanggal 7 November 2008

Anda mungkin juga menyukai