Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MALARIA”

OLEH KELOMPOK 5:

1. I KADEK ARYA PRAYOGA (F202001079)


2. RICA DEWI YANI (F202001071)
3. ANATASYAH PUTRI S (F202001063)
4. HUSNI TRI RAHAYU (F202001108)
5. RINI APRIANI (F202001090)
6. SELVI EKAWATI (F202001098)

KELAS A2 FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam yang memberikan


penerangan dan petunjuk kepada manusia. Dialah zat yang telah memberikan
banyak kenikmatan yang masih kita rasakan sampai saat ini. shalawat serta salam
selalu tercurah kepada junjungan dan tauladan kita semua, Rasulullah SAW, juga
kepada keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya. Karena jasa-jasa beliaulah
kita dapat mengenal dan merasakan indahnya Islam.

Kenikmatan yang kami rasakan tidak lantas membuat kami berleha-leha


dan bermalas-malas. Kami mencoba untuk membuat dan menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini berjudul ‘Demokrasi’. Makalah ini berisi
tentang pengertian demokrasi.

Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan


tentang”MALARIA” sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita
sehari-hari. Makalah ini tidak lepas dari kekurangan karena manusia bukanlah
makhluk yang sempurna. Tetapi kami berusaha untuk membagi ilmu dan
wawasan yang telah kami rangkum dalam makalah ini. semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan menjadi rujukan dalam memperoleh ilmu pengetahuan.

Kendari, 22 februari 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................2


BAB I .................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .............................................................................................................4
A. Latar belakang ........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................5
C. Tujuan ....................................................................................................................5
BAB II ...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN ................................................................................................................6
A. Definisi malaria ..........................................................................................................6
B. Etiologi malaria ..........................................................................................................7
C. Patofisiologi malaria ..................................................................................................8
D. Faktor risiko malaria ..................................................................................................9
E. Terapi farmakologi malaria ......................................................................................10
F. Terapi non farmakologi malaria ...............................................................................11
G. Penatalaksanaan malaria ..........................................................................................13
BAB III ............................................................................................................................14
PENUTUP .......................................................................................................................14
A. Kesimpulan ..........................................................................................................14
B. Saran ....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi,
anak balita dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan
anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Di dunia antara tahun 2010
sampai 2015 terjadi penurunan insidens penyakit malaria sebesar 21% dan
penurunan angka kematian sebesar 29%. Jumlah kasus baru dilaporkan WHO
sebesar 212 juta dan kematian sebesar 429.000.

Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar di seluruh kepulauan,


terutama di Kawasan Timur Indonesia yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku
Utara dan Nusa Tenggara Timur, dengan proporsi 79% kasus malaria di Indonesia
pada tahun 2012. Data secara nasional menunjukkan bahwa angka kasus malaria
yang sudah dikonfirmasi per-seribu penduduk atau yang dikenal dengan Annual
Parasite Incidence (API) mengalami penurunan, yaitu 4,68 per-seribu penduduk
pada tahun 1990 menurun tajam menjadi 1,96 per-seribu penduduk pada tahun
2010 dan turun melandai 1,75 per-seribu penduduk pada tahun 2011 kemudian
1,69 per-seribu penduduk pada tahun 2012, menjadi 0,99 pada tahun 2014, dan
pada tahun 2015 menjadi 0,85. API tahun 2016 adalah sebesar 0,8 per-seribu
penduduk.

API adalah jumlah kasus positif malaria per-seribu penduduk dalam 1 tahun.
API ini digunakan untuk menentukan kecenderungan morbiditas malaria dan
menentukan endemisitas suatu daerah (masih terjadi penularan malaria). Pada
tahun 2014 jumlah kasus sebesar 252.027 dan 217.025 kasus pada tahun 2015.
Kasus malaria pada tahun 2016 sebesar 218.450 dan sebanyak 195.597 kasus pada
tahun 2017.

Walaupun telah terjadi penurunan API secara nasional, di daerah dengan


kasus malaria tinggi angka API masih sangat tinggi dibandingkan angka nasional,
sedangkan pada daerah dengan kasus malaria yang rendah sering terjadi kejadian
luar biasa (KLB) sebagai akibat adanya kasus impor. Pada tahun 2011 jumlah
kematian malaria yang dilaporkan adalah 388 kasus.

Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui


program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis
dini, pengobatan cepat dan tepat, serta surveilans dan pengendalian vektor. Upaya
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan lingkungan yang
bertujuan untuk memutus mata rantai penularan malaria.

Kasus resistensi parasit malaria terhadap klorokuin ditemukan pertama kali di


Kalimantan Timur pada tahun 1973 untuk P. falcifarum, dan tahun 1991 untuk P.
vivax di Nias. Sejak tahun 1990, kasus resistensi tersebut dilaporkan makin
meluas di seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu, dilaporkan juga adanya
resistensi terhadap sulfadoksin-pirimethamin (SP) di beberapa tempat di
Indonesia. Keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas penyakit
malaria. Oleh sebab itu, untuk menanggulangi masalah resistensi tersebut
(multiple drugs resistance) dan adanya obat anti malaria baru yang lebih paten,
maka pemerintah telah merekomendasikan obat pilihan pengganti klorokuin dan
SP, yaitu kombinasi derivate artemisinin yang biasa disebut dengan artemisinin
based combination therapy (ACT).

Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global
maupun nasional. Hal ini tercantum dalam butir 3.3. SDGs (Sustainable
Development Goals) dan RPJMN serta rencana strategis Kemenkes. Ditargetkan
bahwa pada tahun 2030 Indonesia dapat mencapai eliminasi malaria.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Bagaimana definisi malaria ?
2. Bagaimana etiologi malaria ?
3. Bagaimana patofisiologi malaria ?
4. Bagaimana faktor risiko malaria ?
5. Bagaimana terapi farmakologi malaria ?
6. Bagaimana terapi non farmakologi malaria ?
7. Bagaimana penatalaksanaan malaria ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang dibuat yaitu :

1. Untuk mengetahui definisi malaria


2. Untuk mengetahui etiologi malaria
3. Untuk mengetahui patofisiologi malaria
4. Untuk mengetahui faktor risiko malaria
5. Untuk mengetahui terapi farmakologi malaria
6. Untuk mengetahui terapi non farmakologi malaria
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan malaria
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi malaria
Malaria adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh infeksi
Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk
aseksual dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran
limpa. Dua jenis penyakit malaria yang sering dialami warga Jayapura yaitu
malaria tropis dan tertiana yang akan berkembang biak di hati kemudian
menginfeksi sel darah merah. Selama ini gejala malaria hanya didiagnosis oleh
masyarakat umum berdasarkan ciri-ciri yang diketahui tanpa fakta dan tindakan
medis lainnya. Sehingga masyarakat atau penderita sulit membedakan antara
penyakit malaria dan demam biasa.

Malaria tropis disebabkan oleh parasit malaria yang disebut falciparum,


malaria jenis ini merupakan parasit terberat dan satu-satunya yang menyebabkan
penyakit mikrovaskular, karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius
seperti malaria serebral (malaria otak), anemia berat, syok, ginjal akut. kegagalan,
perdarahan, sesak napas, dll. Sedangkan malaria Tertiana disebabkan oleh parasit
malaria yang bernama vivax, dimana gejala penyakit ini hampir sama dengan
demam tinggi namun akan mudah sembuh namun membutuhkan waktu 2-3 bulan
karena penyakit jenis ini akan sering kambuh jika badan kondisi tidak sehat.

Spesies plasmodium yang dapat ditemukan pada manusia adalah :

1. Plasmodium falciparum (P. falciparum).


2. Plasmodium vivax (P. vivax).
3. Plasmodium ovale (P. ovale).
4. Plasmodium malariae (P. malariae).
5. Plasmodium knowlesi (P. knowlesi).

Jenis plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P.


falciparum dan P. vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa
provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P. ovale pernah
ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Sejak tahun 2009 di Pulau
Kalimantan dan Sumatera dilaporkan kasus P. knowlesi yang ditularkan dari
monyet / primata ke manusia, tetapi infeksi dari manusia ke manusia lainnya
sampai saat ini belum dilaporkan.
B. Etiologi malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
Penyebab malaria adalah plasmodium; termasuk dalam famili plasmodiae. Parasit
ini menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di
dalam darah. Pembiakan seksual plasmodium terjadi dalam tubuh nyamuk, yaitu
anopheles betina. Selain menginfeksi manusia plasmodium juga menginfeksi
binatang seperti golongan burung, reptil dan mamalia. Pada manusia, plasmodium
menginfeksi sel darah merah dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati
dan eritrosit.
Di seluruh dunia terdapat sekitar 2.000 spesies anopheles, 60 spesies
diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Di Indonesia ada sekitar 80 jenis
anopheles, 24 spesies di antaranya telah terbukti penular malaria. Sifat masing-
masing spesies berbeda-beda tergantung banyak faktor, seperti penyebaran
geografis, iklim, dan tempat perindukannya. Semua nyamuk malaria hidup sesuai
dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk malaria yang hidup di air
payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles
aconitus), atau air bersih di pegunungan (Anopheles maculatus).
Nyamuk anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa
hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah
dengan ketinggian lebih dari 2.000 – 2.500 meter. Tempat perindukannya
bervariasi tergantung spesies, dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu pantai,
pedalaman dan kaki gunung. Biasanya, nyamuk anopheles betina menggigit
manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak
lebih dari 0,5 – 3 km dari tempat perindukannya, kecuali jika ada tiupan angin
kencang bisa terbawa sejauh 20 – 30 km. Nyamuk anopheles juga dapat terbawa
mobil, pesawat terbang atau kapal laut, dan menyebarkan malaria ke daerah non-
endemis. Umur nyamuk anopheles dewasa di alam bebas belum banyak diketahui,
tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 – 5 minggu.
Ada empat spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu :
a. Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax/tertiana
b. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum/tropika
c. Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae/quartana
d. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
P.falciparum dan P.Malariae umumnya terdapat pada hampir semua negara
dengan malaria; P.Falciparum terdapat di Afrika, Haiti, dan Papua Nugini,
sedangkan P.vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara,
negara Oceania dan India umumnya P.falciparum dan P.vivax. Dan P.ovale
biasanya hanya terdapat di Afrika. Di Indonesia timur : Kalimantan, Sulawesi
Tengah sampai Utara, Maluku, Papua dan Lombok sampai Nusa Tenggara Timur
merupakan daerah endemis malaria dengan P.falciparum dan P.vivax.
C. Patofisiologi malaria

Saat menggigit manusia, nyamuk Anopheles sp. betina yang


terinfeksi Plasmodium akan menginokulasi sporozoit dari air ludahnya ke
sirkulasi darah manusia. Siklus hidup plasmodium sehingga dapat menyebebkan
penyakit malaria dibagi menjadi 3 siklus yaitu:

1. Siklus Sporogenik

Siklus sporogenik terjadi dalam tubuh nyamuk. Parasit berkembang biak


secara seksual, yang diawali dengan mikrogametosit mempenetrasi
makrogametosit dan menghasilkan zigot. Kemudian, zigot berubah menjadi
ookinet yang motil dan menginvasi dinding saluran pencernaan tengah (midgut)
nyamuk dan berkembang menjadi oocyst. Oocyst kemudian akan ruptur dan
melepaskan sporozoit yang akan masuk ke kelenjar ludah nyamuk.

2. Siklus Eksoeritrositik

Pada siklus eksoeritrositik, sporozoit akan menginvasi hepatosit, bereplikasi


secara aseksual dan mengalami maturasi menjadi skizon. skizon kemudian ruptur
melepaskan merozoit ke peredaran darah. Pasien asimtomatik selama siklus
eksoeritrositik. Siklus eksoeritrositik berlangsung selama 8–25 hari
untuk Plasmodium falciparum, 8–27 hari untuk Plasmodium vivax, 9–17 hari
untuk Plasmodium ovale, dan 15–30 hari untuk Plasmodium malariae.
Sejumlah sporozoit Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale tidak segera
berkembang menjadi merozoit dalam siklus eksoeritrositik, melainkan menjadi
hipnozoit. Hipnozoit mampu bertahan (dorman) di hepatosit dalam waktu
panjang, yakni beberapa minggu hingga beberapa tahun. Setelah fase dorman
tersebut, hipnozoit dapat kembali aktif dan menghasilkan merozoit untuk
dilepaskan ke sirkulasi darah. Hipnozoit yang menyebabkan kasus malaria relaps.

3. Siklus Eritrositik

Merozoit kemudian menginfeksi eritrosit yang menandai awal siklus


eritrositik. Merozoit kemudian berkembang menjadi trofozoit imatur (cincin),
trofozoit matur, terakhir menjadi skizon yang ketika ruptur kembali melepaskan
merozoit dan kembali menginfeksi eritrosit normal.

Sebagian parasit dalam bentuk trofozoit imatur berdiferensiasi menjadi


mikrogametosit (jantan) atau makrogametosit (betina). Gametosit tersebut akan
ikut masuk ke dalam tubuh nyamuk Anopheles sp. saat menggigit manusia.Durasi
siklus eritrositik berbeda-beda tergantung pada spesies Plasmodium yang
berimplikasi pada gejala demam yang muncul setiap 24 atau 48 jam.

D. Faktor risiko malaria


Secara umum, setiap orang dapat terinfeksi malaria, tetapi ada juga orang yang
memiliki kekebalan terhadap parasit malaria, baik yang bersifat bawaan/alamiah
maupun didapat. Orang yang paling berisiko terinfeksi malaria adalah anak balita,
wanita hamil serta penduduk non-imun yang mengunjungi daerah endemis
malaria, seperti para pengungsi, transmigran dan wisatawan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Sejak dulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di
daerah-daerah pemukiman baru, seperti daerah perkebunan dan transmigrasi.

Hal ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai
kekebalan sehingga rentan terinfeksi. Keadaan lingkungan berpengaruh besar
terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan
air di hutan, persawahan, pembukaan hutan, tambak ikan, dan pertambangan di
suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria,
karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria.
Suhu dan curah hujan juga berperan penting dalam penularan penyakit malaria.
Biasanya, penularan malaria lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan
kemarau. Air hujan yang menimbulkan genangan air, merupakan tempat yang
ideal untuk perindukan nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat
perindukan, populasi nyamuk malaria juga bertambah sehingga bertambah pula
jumlah penularannya.

Selain penularan secara alamiah melalui gigitan nyamuk anopheles yang


mengandung parasit malaria, penularan juga bisa terjadi secara non alamiah
dengan cara :

a) Malaria bawaan (kongenital)


Penularan malaria pada bayi baru lahir dari ibu penderita malaria.
Terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi dari ibu kepada janinnya. Penularan
juga dapat terjadi melalui tali pusat.
b) Penularan mekanik (tranfusion malaria)
Transfusion malaria adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui
transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum
suntik secara bersama-sama, atau melalui transplantasi organ. Parasit
malaria dapat hidup selama tujuh hari dalam darah donor. Biasanya,
masa inkubasi transfusion malaria lebih singkat dibandingkan infeksi
malaria secara alamiah.

E. Terapi farmakologi malaria


Ada beberapa obat anti malaria kombinasi yang digunakan di dunia

1. Artesunat - Amodiaquine
Setiap kemasan Atesunate + Amodiakuin terdiri dari 2 blister, yaitu
blister amodiakuin terdiri dari 12 tablet @ 200 mg dan 153 mg
amodiakuin basa dan blister artesunat terdiri dari 12 tablet @ 50 mg.
Obat kombinasi diberikan per oral selama tiga hari dengan dosis
tunggal harian, sebagai berikut:
- Amodiakuin basa 10 mg/kg bb
- Artesunat 4 mg/kg bb.
2. Dihydroartemisinin + Piperaquin
Fixed Dose Combination (FDC) 1 tablet mengandung 40 mg
dihydroartemisinin dan 320 mg piperaquin. Obat ini diberikan per-oral
selama tiga hari dengan dosis tunggal harian sebagai berikut:
- Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB
- Piperaquin dosis 16-32 mg/kgBB
3. Artemether + Lumefantrin 1 tablet mengandung 20 mg artemether
ditambah 120 mg lumefantrine. Merupakan obat Fixed Dose
Combination. Obat ini diberikan peroral selama tiga hari dengan cara 2
x 4 tablet per hari.
4. Artesunat-Meflokuin
(digunakan di daerah Mekhong), Obat ini terdiri dari 50 mg artesunate
dan 250 mg basa Meflokuin.
5. Artesunat-Sulfadoxin Pirimetamin (SP),
Obat artesunat 50 mg, Sulfadoxin Pirimetamin (SP) dengan dosis
Sulfadoxin 25 mg/kgBB dan Pirimetamin dosis 1,25 mg/BB.
6. Artemisinin-Naphtoquin (masih dalam penelitian), obat ini
mengandung 250 mg artemisinin dan 100 mg Naphtoquin dengan cara
minum obat sekali minum sebanyak 4 tablet. Di Indonesia saat ini
terdapat 2 regimen ACT yang digunakan oleh program malaria:
1. Artesunate – Amodiaquin
2. Dhydroartemisinin – Piperaquin

F. Terapi non farmakologi malaria


Mencegah gigitan nyamuk, dengan cara;

 Penggunaan kelambu biasa


Sejak zaman dahulu sebelum ada bahan anti nyamuk, masyarakat
sering menggunakan kelambu saat tidur untuk melindungi diri dari
gigitan nyamuk sehingga dapat mencegah penularan malaria.
Kelambu ini berfungsi untuk menghindari nyamuk yang infektif
menggigit orang sehat dan menghindari nyamuk yang sehat
menggigit orang sakit.
 Penggunaan insektisida rumah tangga
Insektisida rumah tangga adalah produk anti nyamuk yang banyak
dipakai masyarakat untuk mengusir atau menghidar dari gigitan.
Formulasi MC dibuat dengan cara mencampurkan bahan aktif, yang
umumnya adalah piretroid (knockdown agent), dengan bahan
pembawa seperti tepung, tempurung kelapa, tepung kayu, tepung
lengket dan bahan lainnya seperti pewangi, anti jamur dan bahan
pewarna. Berbagai variasi pemasaran telah berkembang pada
formulasi ini mulai warna yang bermacam-macam (biasanya hanya
hijau), bentuknya yang tidak selalu melingkar, dan berbagai jenis
bahan pewangi untuk menarik pembeli.
 Pemasangan kawat kasa
Upaya mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah dengan
memasang kawat kasa pada pintu dan jendela. Dapat menggunakan
kasa dengan pelekat karet di sekelilingnya yang dilekatkan pada alat
khusus yang dipasang di kusen, baik pintu maupun jendela.

 Penggunaan repelan
Repelen merupakan bahan aktif yang mempunyai kemampuan
untuk menolak serangga (nyamuk) mendekati manusia, mencegah
terjadinya kontak langsung nyamuk dan manusia, sehingga manusia
terhindar dari penularan penyakit akibat gigitan nyamuk. Bahan
repelen dapat langsung diaplikasikan ke kulit, pakaian atau
permukaan lainnya untuk mencegah atau melindungi diri dari gigitan
nyamuk. Repelen berbentuk lotion dianggap praktis karena dapat
digunakan pada kegiatan di luar rumah (outdoor).
 Penutup badan
Apabila melakukan kegiatan di luar rumah malam hari terutama di
daerah endemis malaria (memancing, ronda malam, berkemah,
masuk hutan) perlu perlindungan diri dari gigitan nyamuk dengan
repelan atau memakai baju lengan panjang dan celana panjang.
Penggunaan pakaian penutup badan ini sangat membantu dalam
mencegah gigitan nyamuk sehingga dapat terhindar dari penularan
penyakit (Kemenkes, 2014).
G. Penatalaksanaan malaria

1) Lini 2 menggunakan Kina HCl 25 % : Pemberian I loading dose 20


mg/kgBB/4jam, selanjutnya diberikan 10 mg/kgBB/4 jam setiap 8 jam
sampai pasien sadar, kemudian minum obat oral.
2) Pada kasus malaria berat dapat terjadi hasil mikroskop /RDT negatif (-),
hal ini disebabkan oleh : Parasit pada saat itu tidak ada di darah perifer,
tetapi ada di kapiler atau di jaringan, maka dianjurkan pemeriksaan
laboratorium/RDT diulang paling cepat 6 jam setelah tes yang pertama.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulam yang bisa diambil dalam makalah ini yaitu:

1. Malaria adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh
infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam,
menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.
2. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa)
dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles. Penyebab malaria adalah plasmodium; termasuk dalam famili
plasmodiae. Parasit ini menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
3. Siklus hidup plasmodium sehingga dapat menyebebkan penyakit malaria
dibagi menjadi 3 siklus yaitu: Siklus Sporogenik, Siklus Eksoeritrositik,
Siklus Eritrositik.

B. Saran
Masyarakat disarankan untuk mengurangi kebiasaan keluar malam hari
sehingga dapat mencegah terkena penyakit malaria.Bagi bidang kesehatan
disarankan untuk menjalankan program kerjanya seperti melakukan penyuluhan
kesehatan dan program kerja lainnya.Bagi bidang pendidikan disarankan untuk
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang malaria.
DAFTAR PUSTAKA

Forman E. Siagian. Studi pustaka tentang anemia di antara kasus malaria yang
dilaporkan di Indonesia, dari barat ke timur: perspektif parasito-
epidemiologi. Jurnal Internasional Kedokteran Komunitas dan
Kesehatan Masyarakat ,2020.

Pelayanan kefarmasian untuk penyakit malaria, direktorat bina farmasi komunitas


dan klinik ditjen bina kefarmasian dan alat kesehatan departemen
kesehatan ri tahun 2008.

dr. Arlan Prabowo, Malaria Mencegah & Mengatasinya, Cetakan II, Penerbit
Puspa Swara, 2007, Jakarta.

Depkes, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta, 2004.

Gandahusada S. 1990. Fight against malaria in Indonesia, The National Institute


of Health Research and Development, Ministry of Health Republic of
Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Manajemen Malaria. Ditjen P2 PL.


Jakarta.

Endah Setyaningrum. Buku Mengenal malaria dan faktornya.,Cetakan Maret


2020.

Anda mungkin juga menyukai