Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MALARIA DALAM KEHAMILAN

Dosen Pengampu:

Nidya Ika Putri,S.S.T.,M.Biomed.

Disusun Oleh:

Mulki Lutfiyani

F122110

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Malaria Dalam
Kehamilan“. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.

Saya berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada
pembaca khususnya kepada saya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Bandung, Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................6

1.3 Tujuan..................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................7

2.1 Definisi Malaria...................................................................................................7

2.2 Penyebab Terjadinya Malaria..............................................................................8

2.3 Pengaruh Malaria Pada Kehamilan ....................................................................9

2.4 Pencegahan dan Penanganan Malaria...............................................................12

BAB III PENUTUP.......................................................................................................14

3.1 Kesimpulan dan Saran.......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh
dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60° Lintang Utara dan 40°
Lintang Selatan (Yatim, 2007). Malaria hampir ditemukan di seluruh bagian dunia,
terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan sub tropis. Tinjauan situasi di
Indonesia tahun 1997 s/d 2001 penyakit malaria ditemukan tersebar hampir di seluruh
kepulauan Indonesia dengan jumlah kesakitan sekitar 70 juta orang atau 35 % penduduk
Indonesia yang tinggal di daerah resiko malaria (Depkes RI, 2008).
Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi
malaria, yaitu Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi,
Kalimantan dan bahkan beberapa daerah seperti Lampung, Bengkulu, Riau, daerah di
Jawa dan Bali. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena
mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian. Sampai saat ini malaria
ditemukan tertular luas di Indonesia dan bahkan dapat timbul secara tiba tiba di suatu
daerah yang telah dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15 juta penderita malaria klinis di
Indonesia dengan 30.000 kematian dilaporkan melalui unit pelayanan kesehatan di
Indonesia setiap tahun (SKRT, 1995).
Kelompok resiko tinggi yang rawan terinfeksi malaria adalah balita, anak, ibu hamil
dan ibu menyusui. Malaria selain mempengaruhi angka kematian dan kesakitan balita,
anak, wanita hamil dan ibu menyusui juga menurunkan produktifitas penduduk.
Kelompok resiko tinggi yang lain adalah penduduk yang mengunjungi daerah endemik
malaria seperti para pengungsi, transmigrasi dan wisatawan (Harijanto, 2011).
Malaria dapat menyebabkan kekurangan darah karena sel-sel darah banyak yang
hancur dirusak atau dimakan oleh plasmodium. Malaria juga menyebabkan splenomegali
yaitu pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria klinik. Diantara beberapa
fakta lainnya peningkatan kasus malaria disebabkan oleh perubahan lingkungan,
mobilitas dan perpindahan penduduk yang tinggi (Purnomo dkk, 2006). Masih tingginya
insidens dan prevalensi malaria di Papua menunjukkan upaya pemberantasan malaria
yang dilakukan belum maksimal (Paskalis, 2012).

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Malaria?
2. Apa Penyebab Terjadinya Malaria?
3. Apa Saja Pengaruh Malaria Pada Kehamilan
4. Bagaimana Cara Pencegahan dan Penanganan Malaria Dalam Kehamilan?

1.3.Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Malaria
2. Untuk Mengetahui Penyebab Terjadinya Malaria Dalam Kehamilan
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Malaria Pada Kehamilan
4. Untuk Mengetahui Tata Cara Pencegahan dan Penanganan Malaria Dalam
Kehamilan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Malaria

Malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan
disebarkan melalui gigitan nyamuk. Diperkirakan 219 juta penduduk dunia terinfeksi malaria
dan sebanyak 660.000 diantaranya meninggal setiap tahun. Penyakit ini dapat menyerang
semua individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin dan tidak terkecuali wanita
hamil. Wanita hamil termasuk golongan yang rentan untuk terkena malaria sehubungan
dengan penurunan imunitas di masa kehamilan. Malaria pada kehamilan dapat menimbulkan
berbagai keadaan patologi pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil,
malaria dapat mengakibatkan timbulnya demam, anemia, hipoglikemia, udema paru akut,
gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin yang dikandung oleh ibu
penderita malaria dapat terjadi abortus, lahir mati, persalinan prematur, berat badan lahir
rendah, dan kematian janin. Keadaan patologi yang ditimbulkan ini sangat tergantung pada
status imunitas, jumlah paritas dan umur ibu hamil.

Di daerah endemis, banyak wanita hamil dengan parasit malaria dalam darahnya namun
tidak menunjukkan gejala-gejala malaria(asimptomatis). Meskipun asimptomatis hal tersebut
tetap dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Infeksi malaria pada ibu hamil biasanya
diperberat dengan adanya defisiensi mikronutrien seperti besi dan asam folat. Plasmodium
hidup dalamsel darah merah, mengonsumsi dan menggunakan hemoglobin untuk
pertumbuhan serta replikasi lalu skizon pecah dan menghancurkan sel-sel eritrosit inang.
Eritrosit terinfeksi dengan perubahan di permukaan dan deformabilitas akan mudah dikenali
dan dibersihkan di limpa. Selain itu, malaria dapat menyebabkan peradangan sistem
pencernaan yang dapat menimbulkan gangguan penyerapan besi pada saluran pencernaan dan
mengganggu pelepasan zat besi dari hepatosit. Infeksi yang tanpa disertai gejala tersebut akan
berlangsung lama sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia karena rusaknya
eritrosit oleh plasmodium dan juga karena adanya gangguan dalam proses penyerapan zat
besi.3 Patogenesis pada infeksi malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit
infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor pejamu, dan lingkungan. Ketiga
faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang
bervariasi mulai dari yang berat yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ, malaria ringan
tanpa komplikasi, atau yang ringan infeksi malaria asimptomatik.

6
2.1. Penyebab Terjadinya Malaria

Kekebalan terhadap malaria lebih banyak ditentukan dari tingkat transmisi malaria tempat
wanita hamil tinggal/berasal, yang dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu Stable transmission
/ transmisi stabil, atau endemik dan Unstable transmission /transmisi tidak stabil, epidemik
atau non-endemik . Orang-orang yang berada di daerah transmisi stabil akan terus menerus
terpapar malaria karena sering menerima gigitan nyamuk infektif setiap bulannya sehingga
imunitas yang terbentuk cukup signifikan untuk bertahan dari serangan parasit malaria. Orang
yang berada di daerah Unstable transmission, epidemik atau non endemik jarang terpapar
malaria dan hanya menerima rata-rata kurang dari 1 gigitan nyamuk infektif/tahun. Wanita
hamil yang berada di daerah tersebut akan mengalami peningkatan resiko penyakit maternal
berat, kematian janin, kelahiran prematur dan kematian perinatal. Ibu hamil yang menderita
malaria berat di daerah ini memiliki risiko kemungkinan fatal lebih dari 10 kali dibandingkan
ibu tidak hamil yang menderita malaria berat di daerah yang sama.

Wanita hamil lebih rentan terkena malaria dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
Kerentanan ini semakin tinggi pada kehamilan pertama dan kedua. Kerentanan terhadap
malaria ini berhubungan erat dengan proses imunologi dan perubahan hormonal di masa
kehamilan. Konsentrasi eritrosit yang terinfeksi parasit banyak ditemukan di daerah
intervillus plasenta. Keadaan ini berhubungan dengan supresi sistim imun baik humoral
maupun seluler selama kehamilan sehubungan dengan keberadaan fetus sebagai “benda
asing” di dalam tubuh ibu. Supresi sistim imun selama kehamilan terjadi karena perubahan
hormonal terutama hormon progesteron dan kortisol. Konsentrasi hormon progesteron yang
meningkat selama kehamilan berefek menghambat aktifasi limfosit T terhadap stimulasi
antigen.

7
2.2. Pengaruh Malaria Pada Kehamilan

A. Pada Ibu

Malaria pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai kelainan, tergantung pada tingkat
kekebalan seseorang terhadap infeksi parasit malaria dan paritas (jumlah kehamilan). Ibu
hamil dari daerah endemi yang tidak mempunyai kekebalan dapat menderita malaria klinis
berat sampai menyebabkan kematian. Di daerah endemisitas tinggi, malaria berat dan
kematian ibu hamil jarang dilaporkan . Gejala klinis malaria dan densitas para sitemia
dipengaruhi paritas, sehingga akan lebuh berat pada primigravida (kehamilan pertama)
daripada multigravida (kehamilan selanjutnya). Pada ibu hamil dengan malaria, gejala klinis
yang penting diperhatikan ialah demam, anemia, hipoglikemia, edema paru, akut dan, malaria
berat lainnya.
1. Demam
Demam akibat malaria pada ibu hamil biasanya terjadi pada primigravida yang belum
mempunyai kekebalan terhadap malaria. Pada ibu hamil multigravida dan berasal dari daerah
endemisitas tinggi jarang terjadi gejala demam walaupun mempunyai derajat parasitemia
yang tinggi. Klinis demam ini sangat berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya
merozoit/ skizon) dan terbentuknya sitokin dan atau toksin lainnya.
2. Anemia
Menurut defenisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar haemoglobin (Hb) <
11 g/ dl. Gregor (1984) mendapatkan data bahwa penurunan kadar Hb dalam darah
hubungannya dengan parasitemia, terbesar terjadi pada primigravida dan berkurang sesuai
dengan penyusunan peningkatan paritas. Van Dongen (1983) melaporkan bahwa di Zambia,
primigravida dengan infeksi P. falciparum merupakan kelompokyang beresiko tinggi
menderita anemia dibandingkan dengan multigravida. Di Nigeria Fleming (1984) melaporkan
bahwa malaria sebagai penyebab anemia ditemukan pada 40% penderita anemia
primigravida. Anemia pada malaria terjadi karena lisis sel darah merah yang mengandung
parasit. Hubungan antara anemia dan splenomegali dilaporkan oleh Brabin (1990) yang
melakukan penelitian pada wanita hamil di Papua Neu Geuinea, dan menyatakan bahwa
makin besar ukuran limpa makin rendah nilai Hb-nya. Pada penelitian yang sama Brabin
melaporkan hubungan BBLR (berat badan lahir rendah) dan anemia berat pada primigravida.
Ternyata anemia yang terjadi pada trimester I kehamilan, sangat menentukan apakah wanita

8
tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau tidak karena kecepatan
pertumbuhan maksimal janin terjadi sebelum minggu ke 20 usia kehamilan. Laporan WHO
menyatakan bahwa anemia berpengaruh terhadap morbiditas ibu hamil, dan secara tidak
langsung dapat menyebabkan kematian ibu dengan meningkatnya angka kematian kasus yang
disebabkan oleh pendarahan setelah persalinan (Post-partum hemorrhage).
3. Hipoglikemia

Hipoglikemia Komplikasi malaria berupa hipoglikemia lebih sering terjadi pada wanita
hamil dibandingkan dengan individu yang tidak hamil. Keadaan hipoglikemia ini sering tidak
terdeteksi karena gejala hipoglikemia itu sendiri mirip dengan gejala malaria. Gangguan
susunan saraf pusat akibat hipoglikemi sering diragukan dengan malaria serebral.
Hipoglikemia yang tidak diatasi segera dapat jatuh ke keadaan asidosis laktat yang dapat
mengakibatkan fetal distress. Hipoglikemia akibat malaria pada wanita hamil terjadi karena
beberapa hal antara lain; adanya perubahan metabolisme karbohidrat terutama pada trimester
akhir kehamilan, kebutuhan glukosa dari eritrosit yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan
dengan eritrosit yang tidak terinfeksi, peningkatan fungsi sel beta pankreas, peningkatan
sekresi adrenalin dan disfunsi susunan saraf pusat.

4. Edema paru akut


Biasanya kelainan ini terjadi setelah persalinan bagaimana cara terjadinya edema paru
ini masih belum jelas kemungkinan terjadi karena autotransfusi darah post-partum yang
penuh dengan sel darah merah yang terinfeksi. Gejalanya, mulamula frekuensi pernafasan
meningkat, kemudian terjadi dispenia (sesak nafas) dan penderita dapat meninggal dalam
waktu beberapa jam.
5. Malaria serebral

Keadaan malaria serebral antara lain disebabkan oleh obstruksi mekanis pembuluh
darah otak akibat berkurangnya deformabilitas eritrosit yang terinfeksi parasit dan terjadinya
adhesi eritroit yang mengandung parasit di endotel vaskuler yang menimbulkan peningkatan
permeabilitas sehingga menimbulkan perubahan sawar darah otak dan udem.

9
B. Pada Janin
Ibu hamil yang menderita malaria dapat berakibat buruk pada janin yang dikandungnya.
Pengaruh pada janin yang paling sering terjadi adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dapat disebabkan oleh kelahiran prematur dan
gangguan pertumbuhan janin. Kondisi ini dapat terjadi akibat malaria di masa kehamilan
karena adanya gangguan suplai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin yang dikandungnya.
Gangguan sirkulasi uteroplasenta terjadi akibat adanya sekuestrasi eritrosit terinfeksi yang
terus mengkonsumsi glukosa dan oksigen eritrosit, terjadinya penebalan membran
sitotropoblas dan kondisi anemia pada ibu. Selain itu, proses inflamasi yang diperantarai oleh
sitokin Th1 akibat infeksi parasit malaria ini juga mempengaruhi secara langsung proses
tumbuh kembang janin. Apabila infeksi yang terjadi cukup berat, malaria di masa kehamilan
dapat mengakibatkan abortus atau stillbirth.

10
2.3. Pencegahan dan Penanganan Malaria
1. Kemoprofilaksis
Strategi kontrol malaria saat ini untuk kehamilan masih merupakan pemberian
kemoprofilaksis anti malaria yang rutin yaitu klorokuin pada setiap wanita hamil dalam
daerah endemi malaria. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kemoprofilaksis dapat
mengurangi anemia pada ibu dan menambah berat badan lahir terutama pada kelahiran
pertama. Resiko malaria dan konsekwensi bahayanya tidak meningkat selama kehamilan
kedua pada wanita yang menerima kemoprofilaksis selama kehamilan pertama.
Pada daerah endemisitas tinggi untuh P. falciparun infeksi malaria selama kehamilan
menyebabkan rendahnya berat bayi lahir merupakan faktor resiko yang paling besar
untuk mortalitas neonatal17. Kemoprofilaksis yang diberikan selama kehamilan dapat
meningkatkan berat kelahiran rata-rata, terutama pada kehamilan pertama dn menurunkan
tingkat mortalitas bayi kira-kira 20%. Rata-rata bayi yang dilahirkan pada kehamilan
pertama bagi ibu yang menerima kemoprofilaksis lebih tinggi daripada berat bayi yang
ibunya tidak menerima kemoprofilaksis. Kelahiran mati dan setelah mati lahir lebih
kurang pada bayi dan ibu-ibu yang menerima kemoprofilaksis dibandingkan denghan
bayi dari ibu-ibu yang tidak mendapat kemoprofilaksis.
2. Kemoterapi
Kemoterpi tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan klinis segera. Kecuali pada
wanita yang tidak kebal, efektifitas kemoterpi pada wanita hamil tampak kurang rapi
karena pada wanita imun infeksi dapat berlangsung tanpa gejala. Pada wanita dengan
kekebalan rendah, walaupun dilakukan diagnosis dini dan pengobatan segera ternyata
belum dapat mencegah perkembanagan anemia pada ibu dan juga berkurangnya berat
badan lahir bayi.
3. Mengurangi Kontak dengan Vektor
Mengurangi kontak dengan vektor seperti insektisida, pemakaian kelabu yang
dicelup dengan insektisida mengurangi prevalensi parasitemia, khususnya densitas tinggi,
insidens klinis dan mortalitas malaria. Pada wanita hamil di Thailand dilaporkan bahwa
pemakaian kelambu efektif dalam mengurangi anemia maternal dan parasitemia densitas
tinggi, tetapi tidak efektif dalam meningkatkan berat badan lahir rendah.

11
4. Vaksinasi
Target vaksin malaria antara lain mengidentifikasi antigen protektif pada ketiga
permukaan stadium parasit malaria yang terdiri dari sporozoit, merozoit, dan gametosit
Kemungkinan penggunaan vaksin yang efektif selama kehamilan baru muncul dan perlu
pertimbangan yang kompleks. Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan
vaksin untuk mencegah malaria selama kehamilan, yaitu :
a. Tingkat imunitas sebelum kehamilan
b. Tahap siklus hidup parasit
c. Waktu pemberian vaksin
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang aman dan efektif untuk
penanggulangan malaria.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan dan Saran

Malaria dalam kehamilan merupakan masalah yang serius mengingat pengaruhnya


terhadap ibu dan janin, apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat, malaria dapat
meningkatkan angka kematian ibu dan neonatal. Infeksi malaria pada kehamilan sangat
merugikan bagi ibu dan janin yang dikandungnya, karena infeksi ini dapat meningkatkan
kejadian morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin. Pada ibu menyebabkan anemia, malaria
serebral, edema paru, gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin
menyebabkan abortus, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin.
Infeksi pada wanita hamil oleh parasit malaria ini sangat mudah terjadi, hal ini disebabkan
oleh adanya perubahan sistim imunitas ibu selama kehamilan, baik imunitas seluler maupun
imunitas humoral, serta juga sebagai akibat peningkatan horman kortisol pada wanita selama
kehamilan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiOrZa6
1NP8AhWCT2wGHY-VA6MQFnoECA0QAQ&url=http%3A%2F
%2Fjurnalmka.fk.unand.ac.id%2Findex.php%2Fart%2Farticle%2Fview
%2F125&usg=AOvVaw1Hx8OvLD1GmINMvlp0l6yR

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiOrZa6
1NP8AhWCT2wGHY-VA6MQFnoECA4QAQ&url=https%3A%2F
%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F148312-ID-malaria-pada-
kehamilan.pdf&usg=AOvVaw2bYEdC01h8YLltj211YZJd

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiOrZa6
1NP8AhWCT2wGHY-VA6MQFnoECDcQAQ&url=https%3A%2F
%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F3764%2Ffkm-
indra%2520c3.pdf%3Fsequence%3D1%26isAllowed
%3Dy&usg=AOvVaw1KqGDNyhsU6FNc3_bmG1tP

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiOrZa61NP8AhWCT2w
GHY-VA6MQFnoECAwQAQ&url=https%3A%2F%2Fejournal.unsrat.ac.id
%2Findex.php%2Fjmr%2Farticle%2Fdownload
%2F22534%2F22226&usg=AOvVaw0aTuptD8BafoLNO8MW7D57

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiOrZa6
1NP8AhWCT2wGHY-VA6MQFnoECAsQAQ&url=https%3A%2F
%2Fjuke.kedokteran.unila.ac.id%2Findex.php%2Fmedula%2Farticle%2Fview
%2F819&usg=AOvVaw3I9usVnlbkUuzpvFM6mhMI

14
15

Anda mungkin juga menyukai