Malaria
Dosen Pengampu :
Budi Utomo,S.KM.,M.Kes.
Disusun oleh:
KESEHATAN LINGKUNGAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji rasa syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesakan makalah Ilmu Budaya Sehat, makalah ini tidak dapat
kami selesaikan. Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi
Besar Muhamad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman
Islamiah.
Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan agar pembaca lebih memahami
tentang Malaria. Kami menyadari dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan
kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu
terselesainya makalah ini.
Akhir kata, semoga Makalah Penyakit Berbasis Lingkungan ini bermanfaat bagi para
pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................................3
BAB II Pembahasan..................................................................................................4
A. Pengertian.................................................................................................4
B. Agen Penyebab.........................................................................................4
C. Gejala........................................................................................................6
D. Masa Inkubasi...........................................................................................8
F. Epidemologi............................................................................................10
G. Faktor Determinan..................................................................................11
H. Cara Pengendalian..................................................................................17
I. Upaya Pencegahan...................................................................................18
J. Komplikasi Malaria.................................................................................19
A. Kesimpulan.............................................................................................21
B. Saran.......................................................................................................23
Daftar Pustaka.........................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10
hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk Anopheles berupa demam ringan yang hilang-
timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil bersamaan dengan perasaan tidak enak
badan (malaise). Parasit malaria ditemukan pada sel darah merah penderita yang
terinfeksi sehinga malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah, penggunaan jarum
suntik bersama, ibu hamil kepada janinnya dan transplantasi organ (WHO, 2016; CDC,
2016; NIAID, 2007).
Pada tahun 2013, terdapat 104 negara yang merupakan daerah endemik malaria
dimana terdapat 3,4 milyar jiwa termasuk kategori risiko tinggi malaria. Diperkirakan
terdapat 207 juta kasus malaria terjadi diberbagai belahan dunia dengan 627 ribu
kematian. Penyebaran malaria tersebar luas di berbagai negara beberapa diantaranya
adalah Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Oceania, Amerika Tengah, Haiti, Republik
Dominika, Brazil serta negara Amerika Latin lainnya (World Malaria Report, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi malaria di
Indonesia pada tahun 2013 adalah 6,0%. Terdapat 5 provinsi yang mempunyai insidensi
dan prevalensi tertinggi yaitu Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Sulawesi
Tengah dan Maluku. Beberapa provinsi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera
merupakan provinsi dengan kategori sedang sementara provinsi di Jawa dan Bali masuk
dalam kategori rendah (Riskesdas, 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013).
Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah melalui jalur intravena
(NHLBI, 2012). Transfusi darah diindikasikan untuk menangani kondisi gawat darurat
yang tidak dapat digantikan dengan metode lain karena transfusi darah merupakan
tindakan risiko tinggi akibat adanya reaksi transfusi dan kemungkinan penyebaran infeksi
melalui darah. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, hepatitis C,
syphilis, malaria dan Chagas disease merupakan salah satu penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah (Clinical Use of Blood WHO, 2002). Transmisi
malaria melalui transfusi darah merupakan kasus infeksi transmisi melalui transfusi
pertama yang dikenal di dunia, dilaporkan pada tahun 1911. Berdasarkan data tahun
1911-1979, diseluruh dunia, insidensi terjadinya kasus malaria melalui transfusi adalah
sebesar 145 kasus per tahun terutama di daerah endemik (Bruce-Chwatt, 1982).
Penelitian yang dilakukan oleh Epidi TT dan kawan-kawan di Abakaliki Metropolis
Nigeria pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa 51,5% dari 200 darah donor
mengandung parasit malaria.
Pada negara bukan endemik prevalensi transmisi malaria melalui transfusi adalah 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebesar 0,2 kasus per juta resipien dan pada
negara endemik terdapat 50 kasus per juta resipien (Lakshmi S et al., 2015). Menurut
CDC, setiap tahun terdapat 1.500 kasus baru transmisi malaria melalui transfusi di
Amerika Serikat. Parasit malaria dapat bertahan hidup paling sedikit satu minggu pada
komponen-komponen darah yang disimpan pada suhu kamar atau pada suhu dua hingga
enam derajat Celcius. Transmisi malaria terutama terjadi melalui produk darah donor
tunggal seperti konsentrat sel darah merah, trombosit, leukosit, sementara dari
kriopresipitat dan Fresh Frozen Plasma (FFP) jarang terjadi (Scuracchio et al., 2011).
B. Tujuan
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi
akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk
aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles
betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area =
udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma,
demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies
berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk
Anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk
Anopheles Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca
pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu
menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah,
sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab,
di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari(www.Depkes.go.id )
B. Agen Penyebab
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Parasit malaria
memiliki siklus hidupyang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya parasit tersebut
membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk,
yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat
menginfeksi sel darah merah manusia,Yaitu:
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria yang
berbeda, yaitu:
1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika),
merupakan jenis penyakit malaria yang terberat dan satu-satunya parasit malaria
yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena dapat menyebabkan berbagai
komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal
ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3
bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan. Seorang penderita dapat
dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi
campuran (mixed infection). Biasanya campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau
P.Malariae. Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini
biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan
oleh P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria
yang disebabkan oleh spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun
menurunkan kondisi tubuh; lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung
10-14 hari.
Parasit Plasmodium sebagai penyebab (agent). Agar dapat hidup terus
menerus, parasit penyebab penyakit malaria harus berada dalam tubuh manusia untuk
waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan betina yang sesuai
untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies
nyamuk Anopheles yang antropofilik agar sporogoni memungkinkan sehingga dapat
menghasilkan sporozoit yang infektif.
Sifat-sifat spesifik parasitnya berbeda untuk setiap spesies Plasmodium dan
hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan.
P.falciparummempunyai masa infeksi yang paling pendek diantara jenis yang lain,
akan tetapi menghasilkan parasitemia yang paling tinggi. Gametosit P.falciparum
baru berkembang setelah 8-15 hari sesudah masuknya parasit ke dalam darah. Parasit
P.vivax dan P.ovale pada umumnya menghasilkan parasitemia yang rendah, gejala
yang lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi yang lebih lama daripada
P.falciparum. Walaupun begitu, sporozoit P.vivax dan P.ovale di dalam hati dapat
berkembang menjadi skizon jaringan primer dan hipnozoit. Hipnozoit ini menjadi
sumber terjadinya relaps.
Setiap spesies Plasmodium terdiri dari berbagai strain yang secara morfologis
tidak dapat dibedakan. Strain suatu spesies yang menginfeksi vektor lokal, mungkin
tidak dapat menginfeksi vektor dari daerah lain. Lamanya masa inkubasi dan pola
terjadinya relaps juga berbeda menurut geografisnya. P.vivax dari daerah Eropa Utara
mempunyai masa inkubasi yang lama, sedangkan P.vivaxdari daerah Pasifik Barat
(antara lain Irian Jaya) mempunyai pola relaps yang berbeda. Terjadinya resistensi
terhadap obat anti malaria juga berbeda menurutstrain geografis parasit. Pola
resistensi di Irian Jaya juga berbeda dengan di Sumatera dan Jawa.
C. Gejala
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,
sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah
tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung
selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam
pada malaria malariae9,10.
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus,
diam saja, tingkah laku berubah)
2. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3. Kejang-kejang
4. Panas sangat tinggi
5. Mata atau tubuh kuning
6. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang)
7. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8. Nafas cepat atau sesak nafas
9. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
D. Masa Inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan
pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara
infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse
darah yang mengandung stadium aseksual).
1. Prepatogenesis
Interaksi ini masih terjadi di luar tubuh dalam arti bibit penyakit masih ada
diluar tubuh host. Pada proses prepatogenesis penyakit malaria bisa terjadi pada
orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau orang yang melakukan perjalanan ke
daerah malaria. Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dan fase aseksual.
Fase seksual itu dalam badan nyamuk anopheles dan fase aseksual dalam hospes
vertebra termasuk manusia.
Penyakit malaria dimulai pada fase seksual dengan bersatunya gamet jantan
dan gamet betina untuk membentuk ookinet dalam perut nyamuk. Ookinet ini akan
menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selaput luar lambung nyamuk.
Waktu yang diperlukan 8-35 hari. Pada tempat ini kista akan membentuk ribuan
sporozoit dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk, termasuk kelenjar ludah
nyamuk. Di kelenjar ini, sporozoit matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit
manusia.
2. Tahap inkubasi
Masa inkubasi pada penyakit malaria bisa beberapa hari atau bebrapa bulan
kemudian baru muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita. Masa
inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing spesies parasit dalah
sebagai berikut :
Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai jumlah
sporozoit, kualitas plasmodium dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai
stadium eksoeritrositer dengan masuk ke celah hati. Di hati sporozoit matang jadi
skizon yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki
aliran darah dan menginfeksi eritrost untuk memulai eritrositer. Merozoit dalam
eritrosit akan mengalami perubahan morfologi yaitu: merozoit-> bentuk cincin ->
trofozoit -> merozoit. Proses perubahan ini memrlukan waktu 2-3 hari. Diantara
merozoit tersebut akan ada yang akan berkembang membentuk gametosit untuk
kembali memulai siklus seksual menjadi mikrogamet (jantan) dan makrogamet
(betina) siklus tersebut disebut masa tunas instrinsik, masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten sedangkan masa
inkubasi dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya
gejala klinis, masa prepaten dalam plasmodium berbeda beda, masa prepaten
pefalcifarum adalah 6-25 hari, P. vivax 8-27 hari, P. ovale 12-20 hari, P. malariae 18-
59 hari
a. Serangan primer (periode klinis) yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan
mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari dingin atau menggigil; panas
dan berkeringat. Gejala yang biasa terjadi adalah terjadinya “trias malaria”
(malaria proxysm) secara berurutan pertama periode dingin lalu periode panas dan
dilanjutkan dengan periode berkeringat.
b.Periode laten yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya
infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara keadaan paroksismal.
c. Recrudescense yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8
minggu sesudah berakhirnya serangan primer.
e. Relapse atau rechute yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih
lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer.
4. Tahap lanjut
F. Epidemiologi
G. Faktor Determinan
1. Host
Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi penyakit malaria. Bagi pejamu ada
beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanannya terhadap agent
penyakit malaria (Plasmodium) yaitu :
1) Umur
Secara umum penyakit malaria tidak mengenal tingkatan umur. Hanya saja anak-
anak lebih rentan terhadap infeksi malaria (Depkes RI, 2003). Menurut Gunawan
(2000), perbedaan prevalensi malaria menurut umur dan jenis kelamin berkaitan
dengan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk.
Orang dewasa dengan berbagai aktivitasnya di luar rumah terutama di tempat-
tempat perindukan nyamuk pada waktu gelap atau malam hari, akan sangat
memungkinkan untuk kontak dengan nyamuk.
2) Jenis kelamin
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila menginfeksi
ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat dan
berdampak terhadap janin yang dikandungnya (Harijanto, 2000).
3) Ras
4) Status Gizi
Status gizi erat kaitannya dengan sistim kekebalan tubuh. Apabila status gizi
seseorang baik akan mempunyai peranan dalam upaya melawan semua agent
yang masuk ke dalam tubuh. Malaria berat sangat jarang ditemukan pada anak-
anak dengan marasmus atau kwasiokor. Defisiensi dan riboflavin seperti yang
terdapat dalam air susu ibu, melindungi anak dari malaria berat (Harijanto,
2000).
Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria, tetapi kekebalan yang ada
pada manusia merupakan perlindungan terhadap infeksi Plasmodium malaria.
Kekebalan adalah kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan Plasmodium
yang masuk atau membatasi perkembangannya.
Diketahui lebih dari 422 spesies Anopheles di dunia. Di Indonesia hanya ada
80 spesies dan 22 spesies diantaranya ditetapkan menjadi vektor malaria. Nyamuk
tersebut hidup di daerah tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik
seperti daerah pantai, rawa-rawa, persawahan, hutan dan pegunungan (Bruce Chwatt,
1992 dalam Jurnal Pusdatin, 2003).
3) Frekuensi menggigit
Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya bisa pecah atau
meletus dan mati karenanya.
6) Kepadatan nyamuk
7) Kebiasaan menggigit
Nyamuk Anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh,
dengan jumlah yang berbeda-beda menurut spesiesnya. Sedangkan kebiasaan
makan dan istirahat nyamuk Anopheles dapat dikelompokkan sebagai:
3. Agent
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun
tidak hidup dimana kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif dengan manusia
yang rentan akan terjadi stimulasi untuk memudahkan terjadi suatu proses penyakit.
Sampai saat ini dikenal empat macam agent penyebab malaria yaitu :
Seorang penderita dapat ditulari oleh lebih dari satu jenis Plasmodium,
biasanya infeksi semacam ini disebut infeksi campuran (mixed infection). Tapi
umumnya paling banyak hanya dua jenis parasit, yaitu campuran antara Parasit
falsiparum dengan parasit vivax atau parasit malariae. Campuran tiga jenis parasit
jarang sekali dijumpai (Depkes.RI.2005).
4. Lingkungan
1) Lingkungan Fisik
a. Suhu
b. Kelembaban udara
c. Hujan
d. Angin
Jarak terbang nyamuk dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin artinya jarak
jangkau nyamuk dapat diperpanjang atau di perpendek tergantung kepada arah
angin.
e. Sinar Matahari
f. Arus air
2) Lingkungan Kimia
3) Lingkungan Biologi
Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau (Mangroves), ganggang dan
berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk,
karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau menghalangi dari
serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air merupakan indicator bagi
jenis-jenis nyamuk tertentu.
Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah
(Plocheilus panchax Panchax spp), Gambusi sp, Oreochromis niloticus (nila
merah), Oreochromis mossambica (mujair), akan mempengaruhi populasi nyamuk
disuatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapid dan kerbau dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut
diletakkan diluar rumah, tetapi tidak jauh dari rumah atau cattle barrier (Rao, T.R,
1984).
H. Cara Pengendalian
I. Upaya Pencegahan
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah malaria, di mana pun
dan kapan pun Anda berada. Yang paling penting dan paling pertama harus Anda lakukan
adalah melindungi diri dari gigitan nyamuk, dengan:
1. Memakai pakaian pelindung seperti celana panjang dan kemeja panjang selama
beraktivitas, terutama saat subuh atau sore hari. Nyamuk malaria paling rentan beredar
di dua waktu tersebut.
2. Pasang obat nyamuk di dalam ruangan, atau rutin semprot obat nyamuk di pagi dan
sore hari.
3. Oleskan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET atau diethyltoluamide saat terasa
ada banyak nyamuk di sekitar Anda.
5. Hindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat
persembunyian nyamuk.
6. Kenakan pakaian tidur atau selimut yang bisa menutupi kulit tubuh.
8. Rutin melakukan fogging sebulan sekali. Ajukan kepada pihak yang berwenang
(RT/RW/Kelurahan) untuk melakukan fogging massal di lingkungan setempat Anda.
Jika Anda termasuk orang yang berisiko tinggi terjangkit malaria (ibu hamil, anak
kecil, lansia), sebisa mungkin hindari melakukan perjalanan ke wilayah rentan malaria.
J. Komplikasi Malaria
Bagi sebagian orang, malaria bisa menjadi sangat berbahaya bila parasit menginfeksi
sel darah merah. Saat pembuluh darah tersumbat, suplai darah ke organ-organ tubuh juga
berhenti. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian pada orang yang terinfeksi. Untuk itu,
di bawah ini adalah beberapa komlikasi berbahaya dari penyakit malaria :
1. Serebral
Kadang parasit malaria dapat memengaruhi otak. Hal ini bisa menyebabkan
kerusakan otak. Kondisi ini dikenal sebagai malaria serebral dan bisa menyebabkan
kelumpuhan.
ARDS adalah komplikasi malaria yang paling sering terjadi. Hal ini menyebabkan
gangguan pernapasan atau masalah pernapasan.
3. Konvulsi
Konvulsi dapat dikaitkan dengan malaria serebral. Demam tinggi juga bisa
menyebabkan kejang adalah salah satu gejalanya.
4. Hemolisis
6. Ketidakseimbangan cairan
Pasien bisa kekurangan garam karena kehilangan cairan yang berlebihan. Hal ini
bisa dengan berkeringat atau muntah, serta asupannya yang menurun.
7. Pecah limpa
8. Anemia
Karena penghancuran sel darah merah oleh parasit malaria, pasien berisiko
mengalami kasus malaria berat. Salah satu komplikasi yang mungkin dialami adalah
anemia.
Gagal ginjal akut dapat terhadi pada orang dewasa yang terinfeksi malaria. Hal ini
sebagai bagian dari penyakit parah dengan kegagalan multiorgan dan prognosis yang
buruk.
Demam air hitam adalah salah satu komplikasi malaria yang paling berbahaya.
Demam ini terjadi karena infeksi dari parasit Plasmodium falciparum yang dapat
menyebabkan kematian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi
akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium
bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk
Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal =
buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah
rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain
seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges,
demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
20
biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita
merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan
kegiatan sehari-hari.
d. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi
dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga
cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
1. Prepatogenesis
2. Masa inkubasi
3. Tahap dini/klinis
4. Tahap lanjut
f. Epidemologi
g. Faktor determinan
1. Host
2. Agent
3. Lingkungan
h. Cara pengendalian
1. Simpul A
2. Simpul B
3. Simpul C
4. Simpul D
21
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/117142892/Makalah-Malaria
http://repository.unimus.ac.id/1099/3/BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/doc/193382665/Teori-Simpul-Dan-Penerapannya-Pada-
Proses-Pencegahan-Penyakit
https://lib.unnes.ac.id/28177/1/6450408045.pdf
http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/malaria.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21104/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
https://www.academia.edu/36113763/Malaria_dan_Filariasis
https://media.neliti.com/media/publications/39821-ID-manajemen-penyakit-
berbasis-wilayah.pdf
https://www.academia.edu/36276334/_RIWAYAT_ALAMIAH_PENYAKIT_DAN_PENCEGAHAN_
https://www.bola.com/ragam/read/4114274/15-gejala-malaria-beserta-
penyebabnya-patut-diwaspadai
23