Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Malaria
Dosen Pengampu :

Asep Tata Gunawan,S.KM.,M.Kes.

Budi Utomo,S.KM.,M.Kes.

Disusun oleh:

1. Pramudika Dwi O. (P1337433219010)

2. Asep Muchsinudin ( P1337433219024)

3. Ferly Tiraningtyas N.D (P1337433219018)

4. Muhammad Raihan R. (P1337433219044)

5. Naila Afnaniya (P1337433219050)

6. Mafiza Hanina R. (P1337433219070)


KELOMPOK 10

KESEHATAN LINGKUNGAN

D IV KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji rasa syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesakan makalah Ilmu Budaya Sehat, makalah ini tidak dapat
kami selesaikan. Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi
Besar Muhamad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman
Islamiah.

Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan agar pembaca lebih memahami
tentang Malaria. Kami menyadari dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan
kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu
terselesainya makalah ini.

Akhir kata, semoga Makalah Penyakit Berbasis Lingkungan ini bermanfaat bagi para
pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha kami.

Purwokerto, 16 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Tujuan.......................................................................................................3

BAB II Pembahasan..................................................................................................4

A. Pengertian.................................................................................................4

B. Agen Penyebab.........................................................................................4

C. Gejala........................................................................................................6

D. Masa Inkubasi...........................................................................................8

E. Riwayat Perjalanan Penyakit....................................................................8

F. Epidemologi............................................................................................10

G. Faktor Determinan..................................................................................11

H. Cara Pengendalian..................................................................................17

I. Upaya Pencegahan...................................................................................18

J. Komplikasi Malaria.................................................................................19

BAB III Penutup......................................................................................................21

A. Kesimpulan.............................................................................................21

B. Saran.......................................................................................................23

Daftar Pustaka.........................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10
hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk Anopheles berupa demam ringan yang hilang-
timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil bersamaan dengan perasaan tidak enak
badan (malaise). Parasit malaria ditemukan pada sel darah merah penderita yang
terinfeksi sehinga malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah, penggunaan jarum
suntik bersama, ibu hamil kepada janinnya dan transplantasi organ (WHO, 2016; CDC,
2016; NIAID, 2007).

Pada tahun 2013, terdapat 104 negara yang merupakan daerah endemik malaria
dimana terdapat 3,4 milyar jiwa termasuk kategori risiko tinggi malaria. Diperkirakan
terdapat 207 juta kasus malaria terjadi diberbagai belahan dunia dengan 627 ribu
kematian. Penyebaran malaria tersebar luas di berbagai negara beberapa diantaranya
adalah Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Oceania, Amerika Tengah, Haiti, Republik
Dominika, Brazil serta negara Amerika Latin lainnya (World Malaria Report, 2013).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi malaria di
Indonesia pada tahun 2013 adalah 6,0%. Terdapat 5 provinsi yang mempunyai insidensi
dan prevalensi tertinggi yaitu Papua, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Sulawesi
Tengah dan Maluku. Beberapa provinsi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera
merupakan provinsi dengan kategori sedang sementara provinsi di Jawa dan Bali masuk
dalam kategori rendah (Riskesdas, 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013).

Pada daerah hiperendemis atau imunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan


hapus darah sering dijumpai hasil positif tanpa gejala klinis pada penduduknya (Doolanet
al., 2009). Prevalensi malaria di daerah Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2007 adalah
sebesar 1,65% sementara di Kota Padang prevalensinya sebesar 0,17% (Riskesdas,
2007). Tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi malaria di Provinsi Sumatera Barat
sebesar 4,3%. Khusus untuk Kota Padang, prevalensi malaria mengalami peningkatan
menjadi 1,8% (Riskesdas, 2013).

Transfusi darah adalah tindakan medis memberikan darah melalui jalur intravena
(NHLBI, 2012). Transfusi darah diindikasikan untuk menangani kondisi gawat darurat
yang tidak dapat digantikan dengan metode lain karena transfusi darah merupakan
tindakan risiko tinggi akibat adanya reaksi transfusi dan kemungkinan penyebaran infeksi
melalui darah. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, hepatitis C,
syphilis, malaria dan Chagas disease merupakan salah satu penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah (Clinical Use of Blood WHO, 2002). Transmisi
malaria melalui transfusi darah merupakan kasus infeksi transmisi melalui transfusi
pertama yang dikenal di dunia, dilaporkan pada tahun 1911. Berdasarkan data tahun
1911-1979, diseluruh dunia, insidensi terjadinya kasus malaria melalui transfusi adalah
sebesar 145 kasus per tahun terutama di daerah endemik (Bruce-Chwatt, 1982).
Penelitian yang dilakukan oleh Epidi TT dan kawan-kawan di Abakaliki Metropolis
Nigeria pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa 51,5% dari 200 darah donor
mengandung parasit malaria.

Pada negara bukan endemik prevalensi transmisi malaria melalui transfusi adalah 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebesar 0,2 kasus per juta resipien dan pada
negara endemik terdapat 50 kasus per juta resipien (Lakshmi S et al., 2015). Menurut
CDC, setiap tahun terdapat 1.500 kasus baru transmisi malaria melalui transfusi di
Amerika Serikat. Parasit malaria dapat bertahan hidup paling sedikit satu minggu pada
komponen-komponen darah yang disimpan pada suhu kamar atau pada suhu dua hingga
enam derajat Celcius. Transmisi malaria terutama terjadi melalui produk darah donor
tunggal seperti konsentrat sel darah merah, trombosit, leukosit, sementara dari
kriopresipitat dan Fresh Frozen Plasma (FFP) jarang terjadi (Scuracchio et al., 2011).

Penderita karier malaria yang tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik)


umumnya menjadi sumber transmisi malaria melalui transfusi darah. Pada pasien ini
biasanya densitas parasit sangat rendah. Masa dormant plasmodium yang lama dalam
darah menyebabkan bahayanya transmisi malaria melalui transfusi darah. Kasus malaria
melalui transfusi darah terutama akibat Plasmodium falciparum dapat mengakibatkan
kejadian yang sangat fatal apabila tidak ditangani dalam 24 jam setelah onset gejala
muncul karena menimbulkan malaria berat (WHO, 2015; Harijanto, 2000).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa setiap darah donor


harus melalui screening berbagai macam penyakit infeksi yakni, HIV, hepatitis B,
hepatitis C, dan syphilis. Pada penyakit akibat infeksi lain, seperti Chagas disease dan
malaria berdasarkan epidemiologi lokal (WHO, 2010). Berdasarkan peningkatan kasus
malaria di Kota Padang serta tidak adanya prokotol yang mewajibkan screening test
(pemeriksaan penyaring) malaria pada darah donor meskipun Indonesia khususnya
Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah endemik malaria, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian gambaran hasil pemeriksaan penyaring parasit malaria pada
darah donor di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia Kota Padang Provinsi
Sumatera Barat.

B. Tujuan

1.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi
akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk
aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles
betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area =
udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma,
demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
( Prabowo, 2004 )

Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies
berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk
Anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk
Anopheles Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca
pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu
menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah,
sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab,
di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari(www.Depkes.go.id )

B. Agen Penyebab

Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Parasit malaria
memiliki siklus hidupyang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya parasit tersebut
membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk,
yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat
menginfeksi sel darah merah manusia,Yaitu:

1. Plasmodium falciparum

2. Plasmodium vivax

3. Plasmodium malariae

4. Plasmodium ovale

Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria yang
berbeda, yaitu:

1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika),
merupakan jenis penyakit malaria yang terberat dan satu-satunya parasit malaria
yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena dapat menyebabkan berbagai
komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal
ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3
bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan. Seorang penderita dapat
dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi
campuran (mixed infection). Biasanya campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau
P.Malariae. Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini
biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan
oleh P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria
yang disebabkan oleh spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun
menurunkan kondisi tubuh; lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung
10-14 hari.
Parasit Plasmodium sebagai penyebab (agent). Agar dapat hidup terus
menerus, parasit penyebab penyakit malaria harus berada dalam tubuh manusia untuk
waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan dan betina yang sesuai
untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies
nyamuk Anopheles yang antropofilik agar sporogoni memungkinkan sehingga dapat
menghasilkan sporozoit yang infektif.
Sifat-sifat spesifik parasitnya berbeda untuk setiap spesies Plasmodium dan
hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan.
P.falciparummempunyai masa infeksi yang paling pendek diantara jenis yang lain,
akan tetapi menghasilkan parasitemia yang paling tinggi. Gametosit P.falciparum
baru berkembang setelah 8-15 hari sesudah masuknya parasit ke dalam darah. Parasit
P.vivax dan P.ovale pada umumnya menghasilkan parasitemia yang rendah, gejala
yang lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi yang lebih lama daripada
P.falciparum. Walaupun begitu, sporozoit P.vivax dan P.ovale di dalam hati dapat
berkembang menjadi skizon jaringan primer dan hipnozoit. Hipnozoit ini menjadi
sumber terjadinya relaps.
Setiap spesies Plasmodium terdiri dari berbagai strain yang secara morfologis
tidak dapat dibedakan. Strain suatu spesies yang menginfeksi vektor lokal, mungkin
tidak dapat menginfeksi vektor dari daerah lain. Lamanya masa inkubasi dan pola
terjadinya relaps juga berbeda menurut geografisnya. P.vivax dari daerah Eropa Utara
mempunyai masa inkubasi yang lama, sedangkan P.vivaxdari daerah Pasifik Barat
(antara lain Irian Jaya) mempunyai pola relaps yang berbeda. Terjadinya resistensi
terhadap obat anti malaria juga berbeda menurutstrain geografis parasit. Pola
resistensi di Irian Jaya juga berbeda dengan di Sumatera dan Jawa.

C. Gejala

Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :

1. Stadium dingin (cold stage)

Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan


menggigil danperasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir
dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.

2. Stadium demam (hot stage)

Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka


merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali,
merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada
anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.

3. Stadium berkeringat (sweating stage)

Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak.


Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu
biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa
lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-
hari.

Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami


oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum
mempunyai kekebalan(immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru pertama
kali menderita malaria. Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai
kekebalan (imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak
selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di
daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali
penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan
pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik.

Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax,
sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah
tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung
selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam
pada malaria malariae9,10.

Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi), penderita dikatakan menderita


malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan
laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai
memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:

1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus,
diam saja, tingkah laku berubah)
2. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3. Kejang-kejang
4. Panas sangat tinggi
5. Mata atau tubuh kuning
6. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang)
7. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8. Nafas cepat atau sesak nafas
9. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)

Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk


mendapatkan penanganan semestinya.

D. Masa Inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan
pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara
infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse
darah yang mengandung stadium aseksual).

E. Riwayat Perjalanan Penyakit

1. Prepatogenesis

Interaksi ini masih terjadi di luar tubuh dalam arti bibit penyakit masih ada
diluar tubuh host. Pada proses prepatogenesis penyakit malaria bisa terjadi pada
orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau orang yang melakukan perjalanan ke
daerah malaria. Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dan fase aseksual.
Fase seksual itu dalam badan nyamuk anopheles dan fase aseksual dalam hospes
vertebra termasuk manusia.

Penyakit malaria dimulai pada fase seksual dengan bersatunya gamet jantan
dan gamet betina untuk membentuk ookinet dalam perut nyamuk. Ookinet ini akan
menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selaput luar lambung nyamuk.
Waktu yang diperlukan 8-35 hari. Pada tempat ini kista akan membentuk ribuan
sporozoit dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk, termasuk kelenjar ludah
nyamuk. Di kelenjar ini, sporozoit matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit
manusia.
2. Tahap inkubasi

Masa inkubasi pada penyakit malaria bisa beberapa hari atau bebrapa bulan
kemudian baru muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita. Masa
inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing spesies parasit dalah
sebagai berikut :

a. Plasmodium falciparu 12 hari

b. Plasmodiun vivax dan ovate 13-17 hari

c. Plasmodium majariae 28-30 hari

Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai jumlah
sporozoit, kualitas plasmodium dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai
stadium eksoeritrositer dengan masuk ke celah hati. Di hati sporozoit matang jadi
skizon yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki
aliran darah dan menginfeksi eritrost untuk memulai eritrositer. Merozoit dalam
eritrosit akan mengalami perubahan morfologi yaitu: merozoit-> bentuk cincin ->
trofozoit -> merozoit. Proses perubahan ini memrlukan waktu 2-3 hari. Diantara
merozoit tersebut akan ada yang akan berkembang membentuk gametosit untuk
kembali memulai siklus seksual menjadi mikrogamet (jantan) dan makrogamet
(betina) siklus tersebut disebut masa tunas instrinsik, masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten sedangkan masa
inkubasi dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya
gejala klinis, masa prepaten dalam plasmodium berbeda beda, masa prepaten
pefalcifarum adalah 6-25 hari, P. vivax 8-27 hari, P. ovale 12-20 hari, P. malariae 18-
59 hari

3. Tahap dini/ klinis

a. Serangan primer (periode klinis) yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan
mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari dingin atau menggigil; panas
dan berkeringat. Gejala yang biasa terjadi adalah terjadinya “trias malaria”
(malaria proxysm) secara berurutan pertama periode dingin lalu periode panas dan
dilanjutkan dengan periode berkeringat.

b.Periode laten yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya
infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara keadaan paroksismal.
c. Recrudescense yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8
minggu sesudah berakhirnya serangan primer.

d.Recurrence yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia dalam masa 24


minggu berakhirnya serangan primer.

e. Relapse atau rechute yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih
lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer.

4. Tahap lanjut

Merupakan tahap dimana penyakit tambah jelas mungkin bertambajh berat


dengan segala kelainan patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit sudah
menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas sehingga diagnosis sudah relatif
mudah ditegakkan dan juga sudah memerlukam pengobatan pada penyakit malaria
tahap lanjut terjadi tergantung pada jenis atau tipe penyakit malarianya.

F. Epidemiologi

Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah tropis maupun


subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat. Diperkirakan prevalensi
malaria di seluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus. Batas dari penyebaran
malaria adalah 64o lintang utara (Rusia) dan 32o lintang selatan (Argentina). Ketinggian
yang memungkinkan parasit hidup adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut
Mati) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai
distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropik
sampai ke daerah tropis, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Plasmodium
falcifarum tertama menybabkan malaria di Afrika dan daerah-daerah tropis lainnya.

G. Faktor Determinan

1. Host

Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi penyakit malaria. Bagi pejamu ada
beberapa faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanannya terhadap agent
penyakit malaria (Plasmodium) yaitu :

1) Umur

Secara umum penyakit malaria tidak mengenal tingkatan umur. Hanya saja anak-
anak lebih rentan terhadap infeksi malaria (Depkes RI, 2003). Menurut Gunawan
(2000), perbedaan prevalensi malaria menurut umur dan jenis kelamin berkaitan
dengan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk.
Orang dewasa dengan berbagai aktivitasnya di luar rumah terutama di tempat-
tempat perindukan nyamuk pada waktu gelap atau malam hari, akan sangat
memungkinkan untuk kontak dengan nyamuk.

2) Jenis kelamin

Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi apabila menginfeksi
ibu yang sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat dan
berdampak terhadap janin yang dikandungnya (Harijanto, 2000).

3) Ras

Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah


terhadap malaria, misalnya penderita sickle cell anemia dan ovalositosis (Depkes
RI, 2003).

4) Status Gizi

Status gizi erat kaitannya dengan sistim kekebalan tubuh. Apabila status gizi
seseorang baik akan mempunyai peranan dalam upaya melawan semua agent
yang masuk ke dalam tubuh. Malaria berat sangat jarang ditemukan pada anak-
anak dengan marasmus atau kwasiokor. Defisiensi dan riboflavin seperti yang
terdapat dalam air susu ibu, melindungi anak dari malaria berat (Harijanto,
2000).

Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria, tetapi kekebalan yang ada
pada manusia merupakan perlindungan terhadap infeksi Plasmodium malaria.
Kekebalan adalah kemampuan tubuh manusia untuk menghancurkan Plasmodium
yang masuk atau membatasi perkembangannya.

Ada dua macam kekebalan yaitu :

a. Kekebalan Alami (Natural Imunity)

Kekebalan yang timbul tanpa memerlukan infeksi terlebih dahulu.

b. Kekebalan didapat (Acqired Immunity) yang terdiri dari :

1) Kekebalan aktif (Active Immunity) yaitu kekebalan akibat dari infeksi


sebelumnya atau akibat dari vaksinasi.

2) Kekebalan pasif (Pasif Immunity) yaitu kekebalan yang didapat melalui


pemindahan antibody atau zat-zat yang berfungsi aktif dari ibu kepada janin
atau melalui pemberian serum dari seseorang yang kekal penyakit. Terbukti
ada kekebalan bawaan pada bayi baru lahir dari seorang ibu yang kebal
terhadap malaria didaerah yang tinggi endemisitas malarianya.

2. Nyamuk Anopheles (host definitive)

Diketahui lebih dari 422 spesies Anopheles di dunia. Di Indonesia hanya ada
80 spesies dan 22 spesies diantaranya ditetapkan menjadi vektor malaria. Nyamuk
tersebut hidup di daerah tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik
seperti daerah pantai, rawa-rawa, persawahan, hutan dan pegunungan (Bruce Chwatt,
1992 dalam Jurnal Pusdatin, 2003).

Pemahaman terhadap bionomik nyamuk penular malaria sangat penting


sebagai landasan untuk memahami pemutusan rantai penularan malaria. Bionomik
nyamuk meliputi perilaku bertelur, larva, pupa dan dewasa, misalnya perilaku
menggigit, tempat dan waktu kapan bertelur, perilaku perkawinan (Achmadi, 2005).

Peran nyamuk sebagai penular malaria tergantung kepada beberapa faktor,


antara lain (Susanna 2005 dan Depkes RI, 2003):
1) Umur nyamuk

Diperlukan waktu untuk perkembangbiakan gametosit dalam tubuh


nyamuk untuk menjadi sporozoit. Apabila umur nyamuk lebih pendek dari
proses sporogani (5 hingga 10 hari) maka dapat dipastikan nyamuk tersebut
tidak dapat menjadi vektor.

2) Peluang kontak dengan manusia

Tidak selamanya nyamuk memiliki kesempatan ketemu dengan


manusia. Namun harus diwaspadai pada nyamuk yang memiliki sifat zoofilik,
meskipun lebih suka menggigit binatang, namun bila tak dijumpai ternak juga
akan menggigit manusia. Peluang kontak dengan manusia merupakan
kesempatan untuk menularkan atau menyuntikan sporozoit ke dalam darah
manusia.

3) Frekuensi menggigit

Semakin sering seekor nyamuk menggigit semakin besar kemungkinan


dia berperan sebagai vektor penular penyakit malaria.

4) Kerentanan nyamuk terhadap parasit itu sendiri

Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya bisa pecah atau
meletus dan mati karenanya.

5) Ketersediaan manusia di sekitar nyamuk.

Nyamuk yang memiliki bionomik atau kebiasaan menggigit di luar


rumah pada malam hari maka akan mencoba mencari manusia dan masuk ke
dalam rumah. Setelah menggigit beristirahat di dalam maupun di luar rumah.

6) Kepadatan nyamuk

Umur nyamuk dipengaruhi oleh suhu, dimana suhu kondusif berkisar


antara 25-300c dan kelembababan 60-80%. Kalau populasi nyamuk cukup
banyak sedangkan populasi binatang atau manusia di sekitar ada maka
kepadatan nyamuk akan merugikan populasi nyamuk itu sendiri. Sedangkan
bila pada satu wilayah cukup padat maka akan meningkatkan kapasitas
vektoral yakni kemungkinan tertular akan lebih besar.

7) Kebiasaan menggigit
Nyamuk Anopheles betina menggigit antara waktu senja dan subuh,
dengan jumlah yang berbeda-beda menurut spesiesnya. Sedangkan kebiasaan
makan dan istirahat nyamuk Anopheles dapat dikelompokkan sebagai:

a. Endofili : suka tinggal dalam rumah/bangunan

b. Eksofili : suka tinggal di luar rumah

c. Endofagi : suka menggigit dalam rumah/bangunan

d. Eksfagi : suka menggigit di luar rumah

e. Antroprofili : suka menggigit manusia

f. Zoofili : suka menggigit binatang

3. Agent

Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun
tidak hidup dimana kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif dengan manusia
yang rentan akan terjadi stimulasi untuk memudahkan terjadi suatu proses penyakit.

Agent penyebab penyakit malaria termasuk agent biologis yaitu protozoa.

1. Jenis Parasit (Plasmodium)

Sampai saat ini dikenal empat macam agent penyebab malaria yaitu :

a. Plasmodium Falciparum, penyebab malaria tropika yang sering


menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala serangnya
timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.

b. Plasmodium vivax, penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala


serangannya timbul berselang setiap tiga hari (Sering Kambuh)

c. Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria quartana yang


gejala serangnya timbul berselang setiap empat hari sekali.

d. Plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak


di Afrika dan Pasifik Barat.

Seorang penderita dapat ditulari oleh lebih dari satu jenis Plasmodium,
biasanya infeksi semacam ini disebut infeksi campuran (mixed infection). Tapi
umumnya paling banyak hanya dua jenis parasit, yaitu campuran antara Parasit
falsiparum dengan parasit vivax atau parasit malariae. Campuran tiga jenis parasit
jarang sekali dijumpai (Depkes.RI.2005).
4. Lingkungan

1) Lingkungan Fisik

a. Suhu

Udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus Sprogami atau masa


inkubasi Ektrinsik. Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat masuknya
gametosit ke dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogami dalam
nyamuk yaituterbentuknya sporozoid yang kemudian masuk kedalam kelenjar
liur. Makin tinggi suhu maka makin pendek masa inkubasi Ekstrinsik. Pengaruh
suhu berbeda dari setiap species pada suhu 26,7oC masa inkubasi Ekstrinsik
untuk setiap species sebagai berikut:

1. Parasit falciparum: 10 – 12 hari

2. Parasit vivax : 8 – 11 hari

3. Parasit malariae : 14 hari

4. Parasit ovale : 15 hari

Masa inkubasi Intrinsik adalah waktu mulai masuknya Sprozoid darah


sampai timbulnya gejala klinis/demam atau sampai pecahnya sizon darah dalam
tubuh penderita. Masa inkubasi Intrinsik berbeda tiap species :

1. Plasmodium falciparum : 10 – 14 hari (12)

2. Plasmodium vivax : 12 – 17 hari (13)

3. Plasmodium malariae : 18 – 40 hari (28)

4. Plasmodium ovale : 16 – 18 hari (7)

b. Kelembaban udara

Kelembaban udara yang rendah, mempengaruhi umur nyamuk, tingkat


kelembaban 63 % misalnya merupakan angka paling rendah untuk
memungkinkan adanya penularan.

c. Hujan

Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk


menjadi dewasa. Hujan diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan
berkembangnya Anopheles spp. Bila curah hujan yang normal pada sewaktu-
waktu makapermukaan air akan meningkat sehingga tidak menguntungkan bagi
malaria. Curah hujan yang tinggi akan merubah aliran air pada sungai atau
saluran air sehingga larva dan kepompong akan terbawa oleh air (Chwaat-Bruce.
L.J, 1985)

d. Angin

Jarak terbang nyamuk dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin artinya jarak
jangkau nyamuk dapat diperpanjang atau di perpendek tergantung kepada arah
angin.

e. Sinar Matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda.


An.sundaicus. Lebih menyukai tempat yang teduh dan An.barbirostris dapat
hidup di tempat yang teduh maupun tempat yang terang. An.macculatus lebih
suka hidup di tempat yang terlindung (sinar matahari tidak langsung).

f. Arus air

Masing-masing nyamuk menyukai tempat perindukan yang aliran airnya


berbeda. An.barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau
sedikit mengalir. An.minimus menyukai tempat perindukan yang airnya cukup
deras dan An. Letifer di tempat air yang tergenang (Depkes RI, 2006)

2) Lingkungan Kimia

Beberapa species nyamuk dapat juga memanfaatkan oksigen yang terlarut


(Dissolved oxygen) melalui pernafasan kulit. Dari lingkungan kimia yang baru
diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan, seperti
An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar 12-
18% dan tidak dapat berkembang biak pada garam lebih dari 40%. Untuk mengatur
derajat keasaman air yangdisenangi pada tempat perkembangbiakan nyamuk perlu
dilakukan pengukuran pH air, karena An.Letifer dapat hidup ditempat yang asam
atau pH rendah (Depkes RI, 2006)

3) Lingkungan Biologi

Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau (Mangroves), ganggang dan
berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk,
karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau menghalangi dari
serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air merupakan indicator bagi
jenis-jenis nyamuk tertentu.

Tanaman air bukan saja menggambarkan sifat fisik, tetapi juga


menggambarkan susunan kimia dan suhu air misalnya pada lagun banyak ditemui
lumut perut ayam (Heteromorpha) dan lumut sutera (Enteromorpha) kemungkinan
di lagun tersebut ada larva An. Sundaicus.

Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah
(Plocheilus panchax Panchax spp), Gambusi sp, Oreochromis niloticus (nila
merah), Oreochromis mossambica (mujair), akan mempengaruhi populasi nyamuk
disuatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapid dan kerbau dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut
diletakkan diluar rumah, tetapi tidak jauh dari rumah atau cattle barrier (Rao, T.R,
1984).

4) Lingkungan Sosial Budaya

Faktor ini kadang- kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan


faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai larut
malam, di mana vector lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar
jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan
penggunaan zat penolak nyamuk yangintensitasnya berbeda sesuai dengan
perbedaan status social masyarakat akan mempengaruhi angka kesakitan malaria
(Iskandar,1985).

H. Cara Pengendalian

1. Simpul A (Sumber Penyakit)

a. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi di daerah endemis malaria


b. Melakukan isolasi kepada masyarakat yang terjangkit
c. Melakukan pengobatan kepada masyarakat yang terjangkit

2. Simpul B (agent sudah ada di lingkungan ambient)

a. Menghilangkan atau membuang genangan – genangan air tempat


perkembangbiakan nyamuk anopheles
b. Tidak menggantung pakaian yang dapat dijadikan tempat persembunyian
nyamuk
c. Melakukan fogging

3. Simpul C (penduduk sudah ada yang terjangkit)

a. Rajin mengikuti pengobatan dan mengikuti saran tenaga ahli


b. Melakukan pemeriksan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic
Test (RDT) untuk mengetahui malaria berat

4. Simpul D (penanganan setelah sakit - dampak)

a. Melakukan pola hidup bersih dan sehat


b. Melakukan PSN secara rutin

c. Membersihkan lingkungan sekitar

I. Upaya Pencegahan

Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah malaria, di mana pun
dan kapan pun Anda berada. Yang paling penting dan paling pertama harus Anda lakukan
adalah melindungi diri dari gigitan nyamuk, dengan:

1. Memakai pakaian pelindung seperti celana panjang dan kemeja panjang selama
beraktivitas, terutama saat subuh atau sore hari. Nyamuk malaria paling rentan beredar
di dua waktu tersebut.

2. Pasang obat nyamuk di dalam ruangan, atau rutin semprot obat nyamuk di pagi dan
sore hari.

3. Oleskan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET atau diethyltoluamide saat terasa
ada banyak nyamuk di sekitar Anda.

4. Gunakan kelambu (jaring nyamuk) yang disemprotkan insektisida, seperti permethrin


atau deltamethrin, untuk menutupi ranjang tidur Anda.

5. Hindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat
persembunyian nyamuk.

6. Kenakan pakaian tidur atau selimut yang bisa menutupi kulit tubuh.

7. Lakukan langkah pencegahan 3M:

a. Menguras dan membersihkan bak mandi.


b. Menutup atau menyingkirkan genangan air yang berpotensi menjadi sarang jentik
nyamuk.

c. Menabur serbuk abate untuk membasmi jentik-jentik nyamuk.

8. Rutin melakukan fogging sebulan sekali. Ajukan kepada pihak yang berwenang
(RT/RW/Kelurahan) untuk melakukan fogging massal di lingkungan setempat Anda.

Jika Anda termasuk orang yang berisiko tinggi terjangkit malaria (ibu hamil, anak
kecil, lansia), sebisa mungkin hindari melakukan perjalanan ke wilayah rentan malaria.

J. Komplikasi Malaria

Bagi sebagian orang, malaria bisa menjadi sangat berbahaya bila parasit menginfeksi
sel darah merah. Saat pembuluh darah tersumbat, suplai darah ke organ-organ tubuh juga
berhenti. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian pada orang yang terinfeksi. Untuk itu,
di bawah ini adalah beberapa komlikasi berbahaya dari penyakit malaria :

1. Serebral

Kadang parasit malaria dapat memengaruhi otak. Hal ini bisa menyebabkan
kerusakan otak. Kondisi ini dikenal sebagai malaria serebral dan bisa menyebabkan
kelumpuhan.

2. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

ARDS adalah komplikasi malaria yang paling sering terjadi. Hal ini menyebabkan
gangguan pernapasan atau masalah pernapasan.

3. Konvulsi

Konvulsi dapat dikaitkan dengan malaria serebral. Demam tinggi juga bisa
menyebabkan kejang adalah salah satu gejalanya.

4. Hemolisis

Parasit malaria memiliki kapasitas untuk menghancurkan sel darah merah,


sehingga dapat menyebabkan hemolisis. Beberapa saat hemoglobin yang dilepaskan
oleh sel darah merah rusak masuk ke ginjal, maka bisa bisa menyebabkan gagal
ginjal.

5. Gula darah rendah


Kadar gula darah yang rendah dapat disebabkan oleh malaria maupun obat-obatan
yang digunakan untuk mengobatinya. Jadi, komplikasi ini juga sering terjadi ketika
terserang malaria.

6. Ketidakseimbangan cairan

Pasien bisa kekurangan garam karena kehilangan cairan yang berlebihan. Hal ini
bisa dengan berkeringat atau muntah, serta asupannya yang menurun.

7. Pecah limpa

Pembesaran limpa pada orang-orang yang terserang malaria berulang memang


sering terjadi. Pecah limpa dapat terjadi pada pasien dengan malaria falciparum,
terutama saat mereka mengalami sakit perut atau syok.

8. Anemia

Karena penghancuran sel darah merah oleh parasit malaria, pasien berisiko
mengalami kasus malaria berat. Salah satu komplikasi yang mungkin dialami adalah
anemia.

9. Gagal ginjal akut

Gagal ginjal akut dapat terhadi pada orang dewasa yang terinfeksi malaria. Hal ini
sebagai bagian dari penyakit parah dengan kegagalan multiorgan dan prognosis yang
buruk.

10. Demam air hitam

Demam air hitam adalah salah satu komplikasi malaria yang paling berbahaya.
Demam ini terjadi karena infeksi dari parasit Plasmodium falciparum yang dapat
menyebabkan kematian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi
akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium
bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk
Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal =
buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah
rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain
seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges,
demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )

b. Agent penyebab malaria

1. Plasmodium falciparum

2. Plasmodium vivax

3. Plasmodium malariae

4. Plasmodium ovale

c. Gejala umum penyakit malaria

1. Stadium dingin (cold stage)

Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan


menggigil danperasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah,
bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai
muntah.

2. Stadium demam (hot stage)

Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka


merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat
kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau
lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-
kejang.

3. Stadium berkeringat (sweating stage)

Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak.


Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu

20
biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita
merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan
kegiatan sehari-hari.

d. Masa inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi
dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga
cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).

e. Riwayat perjalanan penyakit

1. Prepatogenesis

2. Masa inkubasi

3. Tahap dini/klinis

4. Tahap lanjut

f. Epidemologi

Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah tropis


maupun subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat. Diperkirakan
prevalensi malaria di seluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus.

g. Faktor determinan

1. Host

2. Agent

3. Lingkungan

h. Cara pengendalian

1. Simpul A

2. Simpul B

3. Simpul C

4. Simpul D

21
B. Saran

Diharapkan agar lebih memperhatikan dan melakukan penanggulangan terhadap


penyakit ini seperti melakukan penyluhan secara intensif guna memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi malaria, yaitu dengan
memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan obat anti nyamuk
saat tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara menyeluruh, baik pemantauan
parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor malaria.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/117142892/Makalah-Malaria
http://repository.unimus.ac.id/1099/3/BAB%20II.pdf
https://www.scribd.com/doc/193382665/Teori-Simpul-Dan-Penerapannya-Pada-
Proses-Pencegahan-Penyakit
https://lib.unnes.ac.id/28177/1/6450408045.pdf
http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/malaria.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21104/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
https://www.academia.edu/36113763/Malaria_dan_Filariasis
https://media.neliti.com/media/publications/39821-ID-manajemen-penyakit-
berbasis-wilayah.pdf
https://www.academia.edu/36276334/_RIWAYAT_ALAMIAH_PENYAKIT_DAN_PENCEGAHAN_
https://www.bola.com/ragam/read/4114274/15-gejala-malaria-beserta-
penyebabnya-patut-diwaspadai

23

Anda mungkin juga menyukai