Anda di halaman 1dari 16

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

KOMPONEN PROSES PENYAKIT MENULAR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I

MOH. ARDIANSYAH ROSLI (N 201 14 081)

FITRIANI RATNA SARI (N 201 14 034)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan banyak puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga Makalah Mata
Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan segala daya upaya yang kami miliki, kami maksimalkan kemampuan
penulis untuk menyusun makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
Epidemiologi Penyakit Menular. Kami berharap semoga makalah yang kami buat
ini dapat bermanfaat.
Kami menyadari Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi kami
mengucapkan mohon maaf atas kesalahan yang penyusun kami lakukan, kami
juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Makalah ini.

Palu, Maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................i


Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................4
B. Rumusan Masalah .................................................................................5
C. Tujuan.....................................................................................................5
D. Manfaat..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Menular.................................................................6
B. Faktor Penyebab Penyakit Menular.......................................................6
C. Interaksi Penyebab dengan Pejamu........................................................8
D. Mekanisme Patogenesis.........................................................................9
E. Sumber Penularan (Reservoir)..............................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk
menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu
penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan
kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangan.
Menurut teori Omran, transisi epidemiologi sudah berjalan di
Indonesia yang dimulai sejak tahun 1970-an mengikuti transisi demografi
yang terjadi saat itu. Di negara maju, problem penyakit menular yang
sebelumnya merupakan masalah kesehatan sudah teratasi setelah perang
dunia pertama, tetapi di negara miskin dan berkembang sampai sekarang
masih merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Sedangkan
prevalensi penyakit tidak menular yang tinggi di negara maju sekarang
ini sudah dapat diatasi lebih cepat daripada di negara berkembang.
Teori transisi epidemiologi yaitu triple health burden dapat dikatakan
cocok dengan situasi di Indonesia. Pertama, belum terselesaikannya
masalah penyakit menular seperti TB, diare, malaria, immunizable
diseases, penyakit maternal/perinatal. Kedua, sudah muncul masalah
kesehatan yang baru yaitu New Emerging Diseases seperti Avian Flu,
HIV/AIDS, dan penyakit degeneratif diantaranya penyakit sistem sirkulasi,
diabetes, dan kanker. Dan yang ketiga, kondisi di mana sistem
pemeliharaan kesehatan untuk mencegah dan mengobati penyakit kronis
belum terkelola dengan baik. Salah satu ancaman yang menakutkan
penduduk dunia, terutama di negara miskin adalah penyakit HIV/AIDS
(emerging disease) yang diperkirakan akan menjadi penyebab kematian
utama di negara dengan Gross Domestic Product menengah dan rendah
pada tahun 2015.
Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi makalah ini adalah
untuk mengetahui komponen proses penyakit menular pada epidemiologi
penyakit menular.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit menular?
2. Bagaimana faktor penyebab penyakit menular?
3. Bagaimana interaksi penyebab dengan pejamu?
4. Bagaimana mekanisme pathogenesis?
5. Bagaimana sumber penularan (reservoir)?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor
penyebab penyakit menular, interaksi penyebab dengan pejamu, mekanisme
pathogenesis, serta sumber penularan (reservoir).
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan mahasiswa kesehatan masyarakat dalam bidang epidemiologi
penyakit menular serta memberikan referensi mahasiswa kesehatan
masyarakat agar dapat memberikan sosialisasi dan meng-edukasi masyarakat
untuk dilakukan pencegahan agar tidak terjadi penyakit menular yang
membahayakan masayarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Menular


Penyakit menular adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh agen
penyakit yang spesifik atau racun yang dihasilkannya dan ditularkan melalui
reservoir atau kontak tidak langsung melalui vektor kepada orang (Chandra,
2009).
Penyakit menular adalah penyakit yang ditransmisikan dari orang,
hewan, atau sumber benda mati ke orang lain baik secara langsung, dengan
bantuan vektor atau dengan cara lain. Beberapa jenis penyakit menular seperti
TB paru, DBD, dan diare memiliki beberapa kemiripan faktor lingkungan
fisik (ketinggian tempat dan curah hujan), lingkungan sosial ekonomi
(kategori keluarga, kepadatan penduduk, dan kepadatan penghuni), dan
pejamu (umur, jenis kelamin, dan perilaku) (Fitria, dkk., 2014).
B. Faktor Penyebab Penyakit Menular
Penyakit menular merupakan hasil interaksi berbagai faktor, yaitu
faktor agen penyebab penyakit (agent), faktor penjamu (host) dan faktor
lingkungan (environment). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan
secara sederhana sebagai timbangan. Bila agen penyebab penyakit dan
penjamu berada dalam keadaan seimbang, seseorang berada dalam
keadaan sehat. Perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang
sehat atau sakit (Putra, 2016).
Menurut Budiarto dan Anggreani (2003), proses terjadinya penyakit
disebabkan oleh:
1. Faktor Agen (Agent)
Agen sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur
hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau
kekurangan. Agen berupa unsur hidup terdiri dari virus, bakteri, jamur,
parasit, protozoa, metazoa. Sedangkan agen berupa unsur mati yaitu fisika
dan kimia. Fisika berupa sinar radioaktif dan kimia beruapa karbon
monoksida, obat-obatan, pestisida, Hg, Cadminum, dan Arsen.
2. Faktor Pejamu (Host)
Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor
intrisik. Faktor pejamu dan agen dapat diumpamakan sebagai tanah
dan benih. Tumbuhnya benih tergantung keadaan tanah yang
dianalogikan dengan timbulnya penyakit yang tergantung kedaan
pejamu. Faktor pejamu yang merupakan faktor risiko untuk timbulnya
penyakit adalah sebagai berikut:
a. Genetik. Misalnya, penyakit herediter seperti hemophilia, sickle
cell anemia, dan gangguan glukosa 6 fosfatase.
b. Umur. Misalnya, usia lanjut mempunyai risiko untuk terkena
karsinoma, penyakit jantung, dll.
c. Jenis Kelamin. Misalnya, penyakit kelenjer gondok, kolesistitis,
reumatoid artritis, diabetes melitus (cenderung terjadi pada wanita),
penykit jantung dan hipertensi (menyerang laki-laki).
d. Keadaan fisiologi. Kehamilan dan persalinan memudahkan
terjadinya berbagai penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia,
dan psikosis pascapartum. Kekebalan. Orang-orang yang tidak
mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah
terserang penyakit tersebut.
e. Penyakit yang diderita sebelumnya. Misalnya, rheumatoid artritis
yang mudah kambuh.
f. Sifat-sifat manusia. Higiene perorangan yang jelek akan mudah
terserang penyakit infeksi. Misalnya Balanitis, Karsionoma penis
bagi orang yang tidak sirsumsisi.
3. Faktor Lingkungan (Environment)
Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang
terjadinya penyakit. Fakor ini disebut faktor ekstrisik. Faktor
lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan biologis, atau
lingkungan sosial ekonomi. Lingkungan fisik anatara lain geografi dan
keadaan musim. Misalnya, negara yang beriklim tropis mempunyai
pola penyakit yang berbeda dengan negara yang beriklim dingin atau
subtropis. Demikian pula antara negara maju dengan negara
berkembang. Dalam satu negarapun dapat terjadi perbedaan pola
penyakit, misalnya antara daerah pantai dan daerah pegunungan atau
antara kota dan desa. Lingkungan biologis ialah semua makhluk hidup
yang berada disekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia.
Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola
penyakit yang berbeda. Faktor lingkungan biolois ini selain bakteri
dan virus patogen, ulah manusia juga mempunyai peran yang penting
dalam terjadinya penyakit, bahkan dapat dikatakan penyakit timbul
karna ulah manusia. Lingkungan Sosial Ekonomi, yang termasuk dalam
sosial ekonomi adalah pekerjaan, urbanisasi, perkembangan ekonomi, dan
bencana alam.
C. Interaksi Penyebab dengan Pejamu

Berbagai sifat yang sering dianggap berasal dari unsur penyebab tetapi
ternyata sesungguhnya bukanlah sifat intrinsik penyebab, melainkan
merupakan sifat yang sangat tergantung/dipengaruhi oleh interaksi antara
pejamu dengan penyebab tersebut. Termasuk dalam hal ini tingkat infektivitas,
pathogenesis, virulensi serta imunogenitis. Kondisi lingkungan, besarnya dosis
dan cara penularan tertentu dapat mengubah sifat-sifat penyebab tersebut.
Pada patogenitas yang sama tetapi berasal dari sumber yang berbeda akan
berbeda pula dalam berbagai sifat tersebut di atas. Faktor pejamu seperti umur,
ras, status gizi, dapat pula secara drastis mengubah kesanggupan penyebab
dalam menimbulkan infeksi, atau menghasilkan penyakit dengan gejala
sedang maupun berat, bahkan dapat meningkatkan kekebalan pejamu maupun
kekebalan masyarakat secara umum.
Infektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan unsur penyebab
(agent) untuk masuk dan berkembang biak (menghasilkan infeksi) dalam
tubuh pejamu. Berdasarkan hasil percobaan maka inveksivitas dapat dianggap
sebagai jumlah minimal dari unsur penyebab (mikroorganisme) yang
dibutuhkan untuk menimbulkan infeksi terhadap 50% dari sekelompok
pejamu pada spesies yang sama (LD50).
Pathogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan
gejala klinik yang jelas. Bila pada suatu populasi tertentu dilakukan penelitian
laboratorium selama dan/atau mengikut suatu letusan (kejadian luar biasa)
suatu penyakit tertentu dengan menggunakan cara diagnosis laboratorium
yang tepat, cukup sensitive dan spesifik, maka pathogenesis atau proporsi
infeksi yang muncul dengan gejala klinik jelas dapat ditentukan/dihitung.
Virulensi dapat diartikan sebagai nilai proporsi penderita dengan gejala
klinis jelas. Dalam hal ini maka Case Fatality Rate (CFR) dapat pula
merupakan ukuran virulensi. Virulensi dapat tergantung pada dosis, cara
masuknya faktor penyebab atau cara penularan, serta faktor pejamu sendiri
seperti umur, jenis kelamin, ras dan lainnya.
Imunogenisitas adalah kemampuan menhasilkan kekebalan atau
imunitas. Tergantung pada jenis pathogen penyebab, maka bentuk kekebalan
dapat berupa kekebalan humoral primer, kekebalan seluler atau campuran
keduanya. Imunitas dapat dipengaruhi oleh faktor keadaan pejamu seperti
umur, ras, status gizi, dan juga dapat oleh dosis dan virulensi daripada infeksi
yang terjadi (Noor, 2009).
D. Mekanisme Patogenesis

Bila unsur penyebab penyakit masuk kedalam tubuh pejamu berbagai


kemungkinan akan timbul. Kemungkinan pertama tidak terjadi proses
pathogenesis seperti masuknya bakteri tetanus melalui makanan ke rongga
perut
Efek pathogen yang dihasilkan oleh unsur penyebab penyakit
menular/invensi dapat terjadi karena berbagai mekanisme tertentu. Diantara
mekanisme tersebut antara lain, invasi jaringan secara langsung, produksi
toksin, rangsangan imunologis atau reaksi alergi yang menyebabkan
kerusakan pada tubuh pejamu, inveksi yang menetap (laten), merangsang
kerentanan pejamu terhadap obat dalam mentralisasi toksititas, serta
ketidakmampuan membentuk daya tangkal (immunosuppression).
Sejumlah besar unsur penyebab menimbulkan penyakit melalui
mekanisme invasi langsung ke jaringan. Termasuk dalam kelompok ini
sejumlah penyakit parasite seperti amubiasis, giardiasis, serta beberapa jenis
cacing nematode, cestoda serta nematoda.
Sejumlah tertentu penyakit terjadi karena mekanisme produksi toksin
oleh unsur penyebab. Berbagai penyakit dalam kelompok ini seperti tetanus,
dipteria serta inveksi oleh enterotoksin dari E.coli.
Inveksi oleh bakteri yang bersifat menahun atau mungkin tetap serta
inveksi virus yang bersifat paten adalah, bagian mekanisme pathogenesis
penting yang dapat menimbulkan berbagai penyakit tertentu. Bakteri mungkin
tetap berada didalam dengan keadaan tanpa gejala setelah mengalami inveksi
penyakit tertentu seperti: Hemophilus influenza, Neisseria meningitis,
Streptococcus dan lain-lain pada saluran pernapasan bagian atas. Demikian
pula disaluran empedu dengan Salmonella typhii, atau dibagian saluran
pencernaan lainnya pada beberapa spesies Salmonela tertentu.
Dalam hal inveksi virus yang bersifat laten seperti Herpes I dan II,
Varicella zoster, enchepalitis, dan beberapa jenis virus lainnya. Dijumpai ahwa
asam nucleus jadi virus tersebut meneteap dalam sel tetapi mekanisme seluler
mencegah terjadinya lingkaran replikasi virus dan tidak terjadi pembentukan
virus baru. Pada suatu keadaan stress atau gangguan hormonal, maupun
adanya factor lingkungan yang mengubah pengaturan/hubungan sel
pejamu(tempat virus menetap) maka pembentukan virus lengkap akan terjadi
dan kemungkinan akan menghasilkan penyakit dengan gejala klinis jelas.
Akhir-akhir ini telah ditemukan suatu keadaan baru yang cukup
menghawatirkan dalam bidang penyakit menular dengan munculnya apa yang
dikenal dengan Acquired Immune Deficience Syndrome(AIDS). Penyakit ini
diperkirakan mempunyai CFR sebesar 70%. Pada kondisi penyakit aids ini
maka berbagai organisme penyebab dapat menggunakan kesempatan,
termasuk pneumocystic cariniii, kelompok atypical mycoplasma, toxoplasma,
gondii serta inveksi cytomegalovirus, serta kanker Kaposis sarcoma pernah
diketemukan. Aids dapat dihubungkan dengan penekanan atau perubahan
mekanisme immunoseluler yang timbul karena perubahan rasio T-cell
helper/suppressor serta tidak ada reaksi terhadap antigen pada tes kulit yang
umum (Noor, 2009).
E. Sumber Penularan (Reservoir)

Reservoir atau sumber penularan adalah organisme hidup atau barang


mati (misalnya tanah ataupun air), dimana unsur penyebab penyakit menular
hidup secara normal dan berkembangbiak. Dengan demikian, maka reservoir
penyakit menular dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan, serta sumber-
sumber lingkungan lainnya. Konsep reservoir merupakan pusat penyakit
menular karena reservoir adalah komponen utama dari lingkaran ppenularan
dimana unsur penyebab meneruskan dan mempertahankan hidupnya dan juga
sekaligus sebagai pusat/sumber penularan dalam suatu lingkaran penularan
(Noor, 2009)
1. Media Langsung dari orang ke orang (Permukaan kulit)

Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang


sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan,
ciuman atau adanya dropet nuclei saat bersin, batuk berbicara atau saat
tranfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba pathogen.
Pada penyakit kelamin seperti HIV, agen penyakit ditularkan
langsung dari orang yang infeksius ke orang lain melalui hubungan intim.
Cara memutuskan rantai penularannya adalah dengan mengobati penderita
dan tidak melakukan hubungan intim dengan pasangan bukan suami atau
istri. Khusus untuk HIV, jangan menggunakan alat suntik bekas dan
menggunakan darah donor penderita HIV.
2. Melalui Udara

Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung


maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai air borne
disease. Contoh jenis penyakit yang ditularkan melalui udara misalnya
TBC Paru, influenza, meningitis dll. Cara pencegahan penularan penyakit
antara lain memakai masker, menjauhi kontak serta mengpbati penderita
TBC yang sputum BTA-nya positif.
3. Melalui Media Air

Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun


tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air
disebut sebagai water borne disease atau water related disease. Agen
penyakit:
a) Virus Hepatitis virus, poliomyelitis
b) Bakteri Kolera, disentri, tifoid, diare.
c) Protozoa amuabiasis, giardiasis
d) Helmintik askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
e) Leptospira penyakit weil Pejamu akuatik:
1) Bermutiplikasi di air skistosomiasis (vektor keong).
2) Tidak bermultiplikasi Guineas worm dan fish tape worm (vector
cyclop).

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dibagi dalam


empat kelompok, yaitu sebagai berikut:
a) Water borne mechanism

Kuman patogen yang berada dalam air dapat


menyebabkan penyakit pada manusia, ditularkan melalui mulut
atau system pencernaan. Contoh seperti kolera, tifoid, hepatitis
virus, disentri basiler, dan poliomielitis.
b) Water washed mechanism

Jenis penyakit Water washed mechanism yang berkaitan


dengan kebersihan individu dan umum dapat berupa:
1) Infeksi melalui saluran pencernaan, seperti diare pada anak-
anak
2) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma
Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti
leptospirosis

c) Water based mechanism

Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani


sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai pejamu
intermediate yang hidup didalam air. Contoh skistosomiasis,
dracunculus medinensis.
d) Waterrelated insect vektor mechanism

Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga


yang berkembangbiak didalam air. Contoh filariasis, dengue, malaria,
demam kuning (yellow fiver).
4. Melalui Media Vektor Penyakit
Arthropoda-borne disease atau sering juga disebut sebagai
vektorborne disease merupakan penyakit yang sering bersifat endemis
maupun epidemis dan sering menimbulkan bahaya kematian.
Di Indonesia penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti demam
berdarah dengue (DBD), malaria, kaki gajah, dan penyakit virus
Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Selain itu, penyakit saluran pencernaan seperti disentri, kolera, demam
tifoid, dan paratifoid ditularkan secara mekanis oleh lalatrumah (Darmadi,
2008).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Penyakit menular adalah penyakit yang ditransmisikan dari orang,
hewan, atau sumber benda mati ke orang lain baik secara langsung, dengan
bantuan vektor atau dengan cara lain.
2. Faktor penyebab penyakit menular yaitu faktor lingkungan (environment),
faktor agen penyebab penyakit (agent), dan faktor penjamu (host).
Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai
timbangan. Bila agen penyebab penyakit dan penjamu berada dalam
keadaan seimbang, seseorang berada dalam keadaan sehat. Perubahan
keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit.
3. Interaksi penyebab dengan pejamu termasuk dalam hal ini tingkat
infektifitas, pathogenesis, virulensi serta imunogenitis. Faktor pejamu
seperti umum, ras, status gizi, dapat pula secara drastis mengubah
kesanggupan penyebab dalam menimbulkan infeksi, atau menghasilkan
penyakit dengan gejala sedang maupun berat, bahkan dapat meningkatkan
kekebalan pejamu maupun kekebalan masyarakat secara umum.
4. Mekanisme pathogenesis antara lain, invasi jaringan secara langsung,
produksi toksin, rangsangan imunologis atau reaksi alergi yang
menyebabkan kerusakan pada tubuh pejamu, inveksi yang menetap (laten),
merangsang kerentanan pejamu terhadap obat dalam menetralisasi
toksititas, serta ketidakmampuan membentuk daya tangkal
(immunosuppression).
5. Sumber penularan (reservoir) penyakit menular dapat berupa manusia,
binatang, tumbuhan, serta sumber-sumber lingkungan lainnya melalui
media langsung dari orang ke orang (Permukaan kulit), melalui udara,
melalui media air maupun melalui media vector penyakit.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah dengan adanya makalah
ini, diharapkan berguna bagi para pembaca sehingga dapat menambah
wawasan selain itu kritik dan saran yang bersifat membangun dibutuhkan
untuk kesempurnaan makalah ini ke depannya.
DAFTRA PUSTAKA

Budiarto, E dan Anggaeni, D 2003, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Buku


Kedokteran EGC.

Chandra, B 2009, Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunikasi, Jakarta, Buku


Kedokteran EGC.

Darmadi 2008, INFEKSI NOSOKOMIAL Problematika dan Pengendaliannya,


Jakarta, Salemba Medika.

Fitria, L, dkk 2014, Pemetaan Tingkat Kerentanan Daerah terhadap Penyakit


Menular (TB Paru, DBD, dan Diare) di Kabupaten Lumajang Tahun 2012,
Vol. 2 No. 3, Universitas Jember, Jawa Timur.

Noor, N. N 2008, Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta.


Noor, N. N 2009, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Rineka Cipta,
Jakarta.
Putra, D. A 2016, Beban Ganda Akibat Transmisi Kesehatan, Vol. 4 No. 1, ISSN
2338-1191, Universitas Andalas, Padang.

Anda mungkin juga menyukai