Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI

Dosen Pembimbing :

Masdalena, M.kes

Disusun Oleh :

Mutia Juwita (1906005 )

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. bahwa kami telah
menyelesaikan tugas mata kuliah epidemiologu dengan membahas tentang waktu,
tempat dan orang dalam epidemiologi.
Sudah tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangannya. Maka saran, petunjuk  pengarahan, dan bimbingan dari berbagai
pihak sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat
bagi kita semua.

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................2
1.1. Latar belakang.................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Epidemiologi Waktu, Tempat dan Orang..........................................................3
BAB III PENUTUP.....................................................................................................11
1.1. Kesimpulan....................................................................................................11
1.2. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR ISI...............................................................................................................12

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu
‘Epi” yang berarti Tentang, “Demos” yang berati Penduduk dan kata terakhir
adalalah “Logos” yang berarti Ilmu Pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah Ilmu
yang Mempelajari tentang Penduduk.

Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini Epidemiologi adalah :


“Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta
Determinan masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta
Determinannya (Faktor - factor yang Mempengaruhinya).

Epidemiologi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Epidemiologi Deskriptif

Tentang distribusi berdasarkan siapa yang terkena (who), di mana(where),


when (kapan), atau man, place, time.

b. Epidemiologi Analitik

Dalam suatu penelitian epidemiologi salah satu metode yang digunakan untuk
memecahkan dan mengetahui kebenaran suatu masalah adalah dengan metode
epidemiologi deskriptif. Epidemiologi deskriptif menggambarkan distribusi penyakit
menurut variabel orang, tempat, dan waktu.

1.2. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan tentang waktu, tempat dan orang dalam epidemiologi

1.3. Tujuan

1. Mengetahui waktu, tempat dan orang dalam epidemiologi

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Epidemiologi Waktu, Tempat dan Orang

Frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan (khususnya penyakit) pada


umumnya bervariasi menurut karateristik orang (person), tempat (place) dan waktu
(time). Selain itu dalam kegiatan analisis epidemiologi membutuhkan kesadaran
adanya interaksi antara orang, temapat dan waktu dalam menimbulkan penyakit.

1. Waktu (Time)

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan


dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan perubahan penyakit
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat
panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :

a) Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung


beberapa jam, hari, minggu dan bulan. Pola perubahan kesakitan ini terlihat
pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam),
epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa
bulan). Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk
bahwa :

1) Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan


atau hampir bersamaan.

2) Waktu inkubasi rata-rata pendek.

b) Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka


kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari,
beberapabulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.Perubahan secara siklus
ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-
angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap
tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada
penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.

4
c) Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode
waktuyang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular
trends”.

2. Tempat (Place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna


untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan
mengenai etiologi penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan
antara :

a) Batas daerah-daerah pemerintahan

b) Kota dan pedesaan

c) Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut


atau padang pasir)

d) Negara-negara

e) Regional

Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit,


perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas
administrasi pemerintahan. Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit
di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus
seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut,
keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar
dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan,
bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan,
faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau
pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor
penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan
genetika), dan sebagainya. Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari
etiologi suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan
suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.

5
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan
pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan.
Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke
desa terhadap pola penyakit, di kota maupun didesa itu sendiri. Migrasi antar
desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran
penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di
sekitarnya.

Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola


penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya
perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam
berdarah.Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi
suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah
dan pada menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam
memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat)
perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :

a) Susunan umur

b) Susunan kelamin

c) Kualitas data

d) Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.

Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis


kelamin, memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan
menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus
dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan
baik kualitasnya.

Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain


mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :

a) Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.

6
b) Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.

c) Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene


(sanitasi) perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.

d) Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan


efisiensipelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.

Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya


penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya
disebabkan oleh adanya “reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu
Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan
suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim
ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam
kuning. Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau
yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di
daerah dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok
endemi (endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.

3. Orang (Person)

Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial,


pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur
keluarga dan paritas.

a) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan -


penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat
pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang
dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya
interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan
umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur
dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.

7
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat
pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan
sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya.
Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan
keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.

b) Jenis Kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan


lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi
dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih
perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan
oleh faktor-faktor intinsik.

Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan


jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh
karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap
rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan
pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).

Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan


wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita
lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum
diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat
kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan
pria.

c) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya


dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh
tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan
apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau
kematian antara berbagai kelas sosial.

8
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan
indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini
didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II
(menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak
mempunyai keterampilan).

Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena


jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan.
Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat
mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.

d) Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui


beberapa jalan yakni :

1) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan


kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda
fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.

2) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai
faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).

3) Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan; di Amerika Serikat


ditunjukkanbahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan
mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya “gerak badan”.

4) Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi
proses penularan penyakit antara para pekerja.

5) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan


pekerjaan di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak


dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan kanker. Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel
umur dan jenis kelamin.

9
e) Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat


penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh
karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transport, dan sebagainya.

f) Golongan Etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan,


susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan
perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian. Didalam
mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar
golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi
menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.

Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan


mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh
yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker
lambung. Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli
di Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit
ini menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat.
Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker
lambung.

g) Status Perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara


angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan
janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian
karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu. Diduga bahwa
sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan
dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak
kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih
sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan

10
dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-
penyakit tertentu.

h) Besarnya Keluarga

Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh


karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.

i) Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan


(seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif
mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas
hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-
anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang
besar maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai
gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
dan sebagainya.

j) Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan


kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit
tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis, dan
seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

11
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Dalam kegiatan analisis epidemiologi membutuhkan kesadaran adanya


interaksi antara orang, temapat dan waktu dalam menimbulkan penyakit.
Hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam
analisis epidemiologis, oleh karena perubahan perubahan penyakit menurut
waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Mengenai
distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan
kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Adapun yang termasuk dalam orang yaitu peranan umur, jenis kelamin, kelas
sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur
keluarga dan paritas.

1.2. Saran

Diharapkan agar kita dapat mengetahui distribusi berdasarkan waktu,


tempat dan orang dalam suatu epidemiologi.

12
DAFTAR ISI

https://docplayer.info/72961554-Konsep-dasar-epidemiologi-orang-tempat
waktu.html

http://aryindrawicaksono.blogspot.co.id/2011/08/pola-penyakit-variabelorang-
tempat-dan.html

13

Anda mungkin juga menyukai