Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR


TERKAIT KESEHATAN REPRODUKSI

Mata Kuliah : Epidemiologi


Dosen Pengampu : Nurlaila,S.Pd.,M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Aprilia (2015301007)
2. Diajeng Rara Azzahra (2015301012)
3. Qoni’ Nurul Azizah (2015301025)
4. Aaliyah Asti Putri (2015301039)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TANJUNG KARANG
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul epidemiologi
penyakit menular dan tidak menular terkait kesehatan reproduksi ini tepat
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen Nurlaila,S.Pd.,M.Kes pada mata epidemiologi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang epidemiologi menular dan tidak
menular terkait kesehatan reproduksi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurlaila,S.Pd.,M.Kes, selaku dosen


mata kuliah epidemiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yamh telah membuat
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 12 Januari 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

2.1 Penyakit Menular ............................................................................... 3


2.2 Penyakit Tidak Menular .................................................................... 11
2.3 Faktor Resiko Terjadinya Penyakit/Masalah Kesehatan Reproduksi . 16

BAB II PENUTUP ...................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 20


3.2 Saran ................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

LAMPIRAN ................................................................................................ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Epidemiologi berasal dari bahasa yunani yaitu epi yang berarti pada, demos
yang berarti penduduk, dan logos yang berarti ilmu. Jadi epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat. Epidemiologi
merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran
berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari
sebab timbulnya masalah kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun
penanggulannya. (Noor,2007).

Penyakit menular dan tidak menular merupakan masalah kesehatan yang


paling sering menimpa penduduk dan merupakan factor penyebab tingginya angka
kematian/mortalitas.Saat ini di Indonesia, tingginya kasus penyakit menular
maupun penyakit tidak menular menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan.
Sehingga dengan demikian masalah ini masih menjadi tantangan besar yang harus
dihadapi oleh pemerintah dalam pengembangan program-program kesehatan
untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut. Upaya pengendalian penyakit
menular maupun penyakit menular tidak akan teratasi dengan baik jika hanya
bertumpu pada sektor kesehatan saja, sehingga dibutuhkan peran lintas sektor
pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan dan keterlibatan seleuruh lapisan
masyarakat karena suatu penyakit bisa terjadi disebabkan adanya penyebab multi
factor.

iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang diketahui mengenai Penyakit Menular dalam kesehatan
Repoduksi ?
2. Apa saja penyakit Menular dalam kesehatan reprodusi?
3. Apa yang diketahui mengenai Penyakit tidak Menular dalam kesehatan
Repoduksi ?
4. Apasajakah factor resiko terjadinya penyakit/masalah kesehatan
reproduksi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penjabaran mengenai Penyakit Menular dalam
kesehatan Repoduksi.
2. Untuk mengetahui penyakit-penyakit Menular dalam kesehatan reprodusi.
3. Untuk mengetahui penjabaran mengenai Penyakit tidak Menular
dalamkesehatan Repoduksi.
4. Untuk mengetahui factor resiko terjadinya penyakit/masalah kesehatan
reproduksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENYAKIT MENULAR


1. Pengertian
Definisi Penyakit menular atau biasa disebut dengan penyakit infeksisecara
umum adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh suatu agent yang
ditularkan dari manusia ke manusia, binatang ke manusia, dengan cara langsung
maupun tidak langsung melalui berbagai media. Penyakit menular merupakan
hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu
lingkungan (enviroment), agen penyebab penyakit (agent), dan pejamu (host),
ketiga factor penting ini biasa disebut segi tiga epidemiologi atau trias
epidemiologi (epidemiological triangel). Hubungan ketiga faktor tersebut
digambarkan secara sederhana seperti timbangan, yaitu agen penyebab penyakit
pada satu sisi dan pejamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai
penumpunya. Bila agen dengan pejamu berada dalam keadaan seimbang maka
seseorang akan berada dalam keadaan sehat. Perubahan keseimbangan akan
menyebabkan seseorang sehat atau sakit. Penurunan daya tahan tubuh akan
menyebabkan bobot agenpenyebab penyakit menjadi lebi berat sehingga seseoang
menjadi sakit.
Faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Agen atau patogen; adalah penyebab penyakit. Agen penyebab penyakit
menular dikenal dengan agen biologis adalah mikroorganisme, unsur
organism hidup atau kuman penyebab terjadinya suatu penyakit,
contohnya: bakteri, virus, parasit dan jamur. Penting untuk mengetahui
sifat-sifat dari suatu agen penyakit menular untuk mengidentifikasi
bagaimana upaya pencegahan dan penangannya.
Sifat-sifat yang dimaksud adalah bagaimana ukuran, kemampuan suatu
agen berkembangbiak yang dapat memberikan informasi tentang jumlah
mikroba dalam waktu tertentu, daya tahan agen terhadap suhu panas dan
dingin serta kematian agen.
2) Host atau pejamu adalah mahluk hidup baik manusia atau hewan yang
menjadi tempat persinggahan suatupenyakit. Karateristik pejamu yang
3
berhubungan dengan kejadian penyakit yaitu daya tahan tubuh, status gizi,
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), keturunan/hereditas, ras, selain
itu ada beberapa karakteristik yang lain seperti jenis kelamin dan umur.
3) Lingkungan adalah hal – hal yang berkaitan dan juga berada diluar
individu baik manusia maupun hewan yang dapat menyebabkan atau
menjadi sumber penularan suatu penyakit. Faktor lingkungan dapat
dibedakan menajdi 2 yaitu lingkungan fisik dan lingkungna non fisik.
Faktor lingkungan fisik dapat berupa keadaan geografis suatu wilayah,
suhu, kelembapan udara dan lingkungan tempat tinggal. Sementara untuk
faktor lingkungan non fisik dapat meliputi faktor budaya seperti adat
istiadat, ritual – ritual atau kebiasaan secara turun temurun, factor
ekonomi, politik dan faktor sosial seperti pendidikan, pekerjaan.

a. Krakteristik
Adapun karakteristik penyakit menular berdasarkan manifestasi klinik secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Spektrum penyakit menular
Terdapat beberapa manifestasi klinik pada proses penyakit menular, yaitu
dimulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang berat
disertai komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal dunia. Pada fase akhir
dari proses penyakit adalah sembuh, cacat atau meninggal.
2. Infeksi Terselubung
Infeksi terselubung merupakan suatu keadaan dimana penyakit tidak
Nampak secara nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas akibatnya
penegakan diagnosisi
harus dilakukan dengan cara tertentu. Dalam penegakan diagnosis
dilakukan tes seperti test tuberkolin, kultur teggorokan, pemeriksaan
antibody dalam tubuh dan
lain-lain. Untuk mendapatkan perkiraan besar dan luasnya infeksi
terselubung dalam masyarakat maka perlu dilakukan pengamatan atau
survei epidemiologis dan tes tertentu pada populasi.

4
3. Sumber Penularan penyakit
Sumber penularan adalah media yang menjadikan suatu penyakit bisa
menular kepada orang lain. Sumber penularan penyakit dapat melalui
penderita, pembawa
kuman, binatang yang terinfeksi penyakit, vektor, tumbuhan, benda yang
terkontaminasi. Penyakit dapat menyerang manusia dengan beberapa cara
diantaranya dengan kontak langsung, melalui udara, melalui makanan/
minuman, melalui vektor, keadaan penderita. Penyabab penyakit dapat
menyerang manusia melalui berbagau cara diantaranya; kulit atau mukosa,
sslurang pernapasan, saluran pencernaan, salurang urogenetalia, plasenta,
suntikan, luka, serta interaksi penyakit dengan penderita.

b. Cara Penularan Penyakit


Ada berbagai cara agen untuk berpindah dari pejamu yang satu ke penjamu
yang lain, atau keluar dari pejamu untuk menginfeksi pejamu lainnya yang
rentan. Secara umum cara penularan penyakit dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Penularan langsung atau penularan dari manusia ke manusia yang lain
yaitu perpindahan agen atau pathogen secara langsung dan segera dari
pejamu ke penjamu yang lain yang lebiih rentan. Adapun penularan terjadi
melalui kontak fisik, contohnya kontaminasi melalui sentuhan tangan
dengan tangan, kulit dengan kulit, melalui mata, hidung, mulut, dan
hubungan seksual.
2. Penularan tidak langsung
yaitu penularan yang terjadi karena adanya perpindahkan agen atau
patogen melalui perantara ke pejamu yang rentan. Ada berbagai perantara
atau mediator pembawa agen penyakit yaitu fomite atau benda mati
(obyek yang di sentuh oleh penderita/pembawa agen/patogen), vektor,
partikel debu di udara, udara yang beredar membawa kuman, droplet, air,
makanan, transmisi fecal oral (perpindahan partikel tinja yang
mengandung patogen ke mulut). Penularan tidak langsung terjadi melalui
beberapa cara yaitu sebagai berikut:

5
a) Penularan airborne, terjadi melalui percikan droplet atau partikel
debu membawa patogen ke pejamu. Penularan ini biasanya terjadi
ketika seseorang batuk, berbicara, bersin, percikan droplet yang
mengandung patogen ke udara dan dihirup oleh orang yang rentan,
atau ketika droplet terbawa melalui saluran pendingin ruangan atau
disebar melalui kipas angin ke seluruh ruangan dalam gedung.
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui udara yaitu
Salesma, Influenza, Chickenpox, Mumps (gondongan), Campak,
Pertussis, Tuberculosis, cacar air, antrax, difteri dan Covid 19.
b) Penularan waterborne, terjadi ketika agen atau patogen terbawa
dalam media air seperti sumber air minum, atau pada sungai, danau,
rawa, kolam renang yang digunakan oleh manusia untuk berenang
atau untuk kebutuhan rumah tangga. Jenis penyakit yang dapat
ditularkan melalui media air yaitu Diare, Gastroenteritis, Typhoid,
Disentri, Kolera Meningitis, Hepatitis, Polio, Paratyphus, Dysentrie
amoeba, Balantidiasis, Giardiasis Ascariasis, Chlonorchiasis,
Diphylobothriasis, Taeniasis, Schistosomiasis, dan Leptospirosis.
c) Penularan vehicleborne terjadi karena adanya kontaminasi agen atau
patogen pada barang/ benda/obyek seperti peralatan makan, pakaian,
peralatan cuci, botol, instrumen bedah, paralatan laboratorium,
peralatan infus/transfusi dan sebagainya. Beberapa jenis penyakit
yang dapat ditularkan melalui perantara barang/benda/obyek yaitu
hepatitis A, demam thypoid, cryptosporodiosis, Hepatitis B & C,
HIV/AIDS, dll.
d) Penularan Vektorborne, terjadi apabila agen/ patogen berupa parasit,
virus dan bakteri ditularkan melalui vektor. Vektor merupakan jenis
mahluk hidup selain manusia pembawa agen/patogen yang
menularkan ke manusia atau hewan. Penularan melalui kotoran,
gigitan dan cairan tubuh yang secara langsung atau tidak melalui
kontaminasi makanan atau minuman. Jenis vektor yaitu nyamuk
(aedes, anopheles,culex), siput air, lalat, kutu, kutu rambut,
tikus,mencit, lalat pasir, serangga triatom, lalat tsetse. Jenis penyakit

6
yang dapat ditularkan melalui vektor adalah Chikungunya, Demam
Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Demam kuning, Malaria,
Ensefalitis Jepang, Demam West Nile, Schistosomiasis(bilharziasis),
Onchocerciss, Tungiasis, Tifus, Penyakit Lyme, Demam berulang
(borreliosis), Penyakit Rickettsial, Penyakit Tularemia Chagas
(trypanosomiasis Amerika), dan Penyakit tidur (trypanosomiasis
Afrika).

c. Aspek Penularan Penyakit


Penyakit menular memiliki sifat – sifat penularan yaitu sebagai berikut:
1. Waktu generasi (generation time)
Waktu generasi adalah waktu antara masuknya penyakit pada pejamu
sampai masa kemampuan maksimal penjamu tersebut untuk menularkan
penyakit. Masa ini sangat penting untuk diketahui dalam mempelajari
proses penularan suatu penyakit. Waktu generasi inni berbeda dengan
masa tunas. Perbedaanya adalah masa tunas ditentukan oleh masuknya
unsure penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat
ditentukan pada gejala penyakit yang terselubung atau tidak nampak.
Sementara waktu generasi merupakan waktu masuknya unsur penyebab
penyakit sehingga timbulnya kemampuan penyakit untuk menularkan
kepada pejamu yang laun tanpa gejala klinik atau terselubung.
2. Kekebalan kelompok (Herd immunity)
Kekebalan kelompok merupakan tingkat daya tahan suatu kelompok
Spektrum penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur
penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan
sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. H Immunity merupakan
faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta
kelangsungan penyakit pada suatukelompok penduduk tertentu.
3. Angka serangan (Attack Rate)
Angka serangan (Attack Rate) adalah sejumlah kasus yang berkembang
atau muncul dalam satu satuan waktu tertentu di kalangan anggota
kelompok yang mengalami kontak serta memiliki risiko atau kerentanan

7
terhadap penyakit tersebut. Formula angak serangan ini adalah banyaknya
kasus baru (tidak termasuk kasus pertama) dibagi dengan banyaknya orang
yang peka dalam satu jangka waktu tertentu. Angka serangan ini bertujuan
untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat keterancamam dalam
keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem hubungan keluarga
dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan sehari-hari
pada kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi tempat
penularan penyakit berlangsung.

d. Penyakit Menular
Adapun pola penyebaran penyakit menular adalah sebagai berikut:
1. Epidemi atau wabah atau kejadian Luar Biasa (KLB) adalah munculnya
suatu penyakit tertentu yang berasal dari satu sumber tunggal yang
menyerang satu kelompok, populasi, masyarakat atau wilayah yang jumlah
kasusnya (kasus baru) melebihi jumlah kasus sebelumnya atau prevalesi
sebelumnya. Contohnya flu burung (H5N1) di Indonesia pada 2012, Ebola
di Republik Demokratik Kongo (DRC) pada 2019.
2. Endemi: adalah suatu keadaan dimana berlangsungnya suatu penyakit
pada kelompok masyarakat atau wilayah secara terus mnnerus, atau
prevalensi suatu penyakit yang biasa berlangsung di suatu wilayah atau
kelompok terterntu. Contohnya adalah malaria yang endemis di daerah -
daerah tertentu seperti papua. Pandemi adalah epidemi yang menyebar
atau meluas di seluruh dunia atau hampir diseluruh dunia yang melintasi
negara dan benua. Contohnya HIV/AID, Flu, Covid 19 yang kasusnya
menyebar di hampir atau seluruh dunia.
3. Sporadik adalah suatu keadaan penyakit yang ada di wilayah tertentu dan
prekuensinya berubah – ubah menurut waktu tertentu. Contohnya pada
kasus penyaklit DBD yang meningkat kasusnya pada musim pancaroba.

8
e. Upaya Pencegahan dan Penanaganan Penyakit Menular
1. Upaya pencegahan
Pencegahan penyakit menular bertujuan untuk mencegah atau
menghalangi terjadinya dan perkembangan suatu penyakit sebelum terjadi
atau mengalami tingkat keparahan. Ada tiga tahapan pencegahan penyakit
menular sesuai dengan konsep pencegahan dalam ilmu kesehatan
masyarakat yaitu:
a) Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegatan tingkat pertama merupakan upaya
untuk mencegah sebelum penyakit menular terjadi. Ada tiga aspek
utama upaya pencegahan meliputi upaya promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan. Upaya pencegahan
primer sejatinya perlu di fokuskan pada pengendalian faktor perilaku
atau mengubah faktor perilaku individu/ masyarakat dan melakukan
pengendalian lingkungan. Berbagai upaya dapat dilakukan seperti
melakukan perubahan gaya hidup; pemenuhan gizi seimbang; perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS); pengendalian sumber infeksi/agen/
patogen seperti sanitasi lingkungan (mengelola sampah dan limbah
baik organik maupun non organik, penyediaan air bersih); dan
imunisasi.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua adalah segala
upaya yang dilakukan pada saat sakit untuk dapat menghentikan atau
memperlambat perkembangan suatu penyakit menular. Upaya
pencegahan yaitu untuk menemukan status patogenik, diagnosis dini
serta pengobatan yang cepat dan tepat. Salah satu bentuk upaya
pencegahan sekunder adalah program skrining penyakit menular.
Program ini sangat baik dilaksanakan pada acara-acara kesehatan,
acara teprogram seperti pada kegiatan puskesmas keliling, atau
program khusus disebuah institusi pemerintah maupun swasta yang
tujuannya untuk deteksi dini, perujukan dan pengobatan secara cepat

9
dan tepat untuk menyembuhkann ataupun menghentikan
perkembangan suatu penyakit sedini mungkin.
c) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga merupakan upaya
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecatatan atau kematian
serta mencegah terulannya kembali penyakit menular. Pencegahan
tersier juga meliputi pembatasan pada segala ketidakmampuan dengan
menyediakan upaya rehabilitatif dari munculnya efek dari suatu
penyakit, baik berupa cedera maupun munculnya ketidakmampuan
dan menimbulkan kerusakan baik kecatatan fisik, psikis maupun sosial
akibat penyakit menular.Upaya rehabilitatif merupakan upaya yang
dilakukan untuk memulihkan seseorang dari sakit sehingga menjadi
manusia yang lebih produktif , berdaya guna dan memberikan kualitas
hidup yang lebih baik sesuai dengan tingkatan penyakit dan
ketidakmampuan/ kecatatannya.

2. Upaya Penanggulangan
Upaya penanggulangan penyakit menular dilakukan untuk menekan
seminimal mungkin kejadian penyakit menular dalam masyarakat
sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang lebih besar dan
menimbulkan terjadinya wabah penyakit menular. Upaya penanggulangan
penyakit menular dapa meluputi upaya dibawah ini:
a) Penanggulangan langsung pada sumber penularan
Sumber penularan (reservoir) merupakan factor yang utama dalam
rantai penulatan penyakit menular. Contoh Sumber penularan bisa
terdapat pada binatang yang terinfeksi penyakit, sehingga upaya untuk
mengatasi penularan adalah dengan memusnahkan binatang yang
terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari penyakit tersebut
(imunisasi dan pemeriksaan berkala). Selain itu
sumber penularan yang lain adalah dari menuasia, sehingga upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan isolasi dan karantina serta
menjalani pengobatan.

10
b) Penanggulangan ditujukan pada cara penularan
Salah satu penularan penyakit menular dapat terjadi dengan cara
ditularkan melalui udara. Upaya yang bisa dilakukan adalah desinfeksi
udara dengan bahan kimia atau dengan sinar ultra violet serta
perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan.
c) Penanggulangan ditujukan pada penjamu yang potensial
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit
menular ada penjamu potensial adalah tingkat kekebalan (imunitas)
serta tingkat kerentanan/kepekaan yang pengaruhi oleh status gizi,
keadaan umum serta faktor genetika. Salah atu upaya untuk
menangani hal tersbut adalah perbaikan status gizi, dan peningkatan
kekebalan aktif pada penjamu dengan pemberian vaksinasi.

2.2 PENYAKIT TIDAK MENULAR


a. Pengertian
Ada beberapa istilah tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) diantaranya
disebut juga dengan penyakit kronis, penyakit degeneratif dan penyakit non
infeksi. Penyakit tidak menular adalah suatu penyakit yang tidak ditularkan
dari individu ke individu yang lain. Aikins (2016) mendefinisikan penyakit
tidak menular dengan sebutan chronic non-communicable disease (NCDs),
yaitu penyakit non infeksi yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan
pengobatan dan perawatan jangka panjang.

b. Karakteristik Penyakit tidak Menular


1. Agent
Agen penyakit tidak menular adalah penyebab timbulnya suatu penyakit
menular. Penyebab terjadinya penyakit tidak menular dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Kelompok agent pada penyakit menular terdiri dari
agent fisik, kimia, psikologi, zat gizi dan kekuatan mekanik yang dapat
menimbulkan cedera.
a) Agen fisik; contohnya suhu, radiasi bising, getaran,tekanan udara

11
b) Agent Kimia; contohnya debu, gas, uap, asap, cairan kimiawi, obat –
obatan, limbah industri, pestisida.
c) Agent zat gizi mengacu pada komponen diet seperti
ketidakseimbangan konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air.
d) Agent mekanik; contohnya hal yang dapat menyebabkan terjadinya
cedera seperti kecelakaan lalu lintas
c. Reservoir
Reservoir pada penyakit tidak menular merupakan benda mati seperti
tanah, udara, air batu dan sebagainya dimana agent dapat tinggal dan
berkembang.
d. Keterkaitan Agent dan Host/ penjamu
a. Fase Kontak merupakan terjadinya kontak antara agen dan host yang
dipengaruhi oleh lamanya kontak antara agen dan host, dosis, dan
pathogenesis
b. Fase Akumulasi merupakan fase dimana host/ penjamu telah terpapar
dengan agen dalam dalam waktu yang lama dan secara terus-menerus
c. Fase Subklinis belum muncul gejala/symptom dan tanda/sign namun
telah terjadi kerusakan pada jaringan yang tergantung pada Jaringan
yang terkena, Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan
berat) dan Sifat kerusakan (reversible dan irreversible/ kronis, mati
dan cacat)
d. Fase Klinis
Pada fase klinis terjadi reaksi pada host dengan menimbulkan
manifestasi (gejala dan tanda).
e. Cara host/penjamu mengalami keterpaparan Agent penyakit
a. Melalui sistem pernafasan,
b. Sistem digestiva,
c. Sistem integumen/kulit dan
d. Sistem vaskuler (Darmawan, 2016).

12
c. Jenis Penyakit Tidak Menular
Terdapat berbagai jenis penyakit tidak menular. Empat jenis PTM utama
menurut WHO dalam Riskesdas (2013) adalah penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma
dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. Jenis penyakit tidak menular
yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia sebagai berikut:
1. Stroke; adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal
dan/atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan
fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik. Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain:
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak
jelas, mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain
2. Penyakit Jantung Koroner; adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak
nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang
mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu- buru pada saat berjalan di
jalan datar atau berjalan jauh.
3. Diabetes Melitus; adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan
gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara
absolut maupun relatif. Ada 2 tipe diabetes melitus yaitu diabetes tipe
I/diabetes juvenile yaitu diabetes yang umumnya didapat sejak masa
kanak-kanak dan diabetes tipe II yaitu diabetes yang didapat setelah
dewasa.
4. Hipertensi/Tekanan darah tinggi; adalah suatu keadaan ketika tekanan
darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat
terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Dikatakan tekanan darah
tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau

13
keduanya. Adapun penggolongan hipertensi berdasarkan tingkat
keparahan penyakit yaitu hipertensi ringan: 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Stadium 2), hipertensi sedang : 160-179 mmHg 100-109 mmHg (Stadium
3), hipertensi berat : 180-209 mmHg 110-119 mmHg (Stadium 4) dan
hipertensi maligna : 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih.
Klasifikasi Penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain,
terutama organ-organ vital seperti jantung
5. Kanker; adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus
bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati). Sel kanker dapat
menyusup ke jaringan sekitar dan dapat membentuk anak sebar.
Penyakit kanker dengan jumlah kasus tertinggi penyebab kematian pada
wanita adalah penyakit kanker payudara dan penyakit kanker rahim.
6. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik); adalah penyakit kronis saluran
napas yang ditandai dengan hambatan aliran udara khususnya udara
ekspirasi dan bersifat progresif lambat (semakin lama semakin
memburuk.
7. Asma; merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar
penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas.
Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif
terutama pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan.
Gejala tersebut memburuk pada malam hari, adanya alergen (seperti debu,
asap rokok) atau saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala hilang
dengan atau tanpa pengobatan.
8. Penyakit ginjal; adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul
akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit
metabolic atau degeneratif, dan lain-lain. Kelainan tersebut dapat
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang
berbeda-beda. Penderita penyakit ginjal akanmerasa nyeri, mengalami
gangguan berkemih, dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak
merasakan gejala sama sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat
terancam nyawanya jika tidak menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala

14
atau transplantasi ginjal untuk menggantikan organ ginjalnya yang telah
rusak parah

d. Faktor Risiko Penyakit tidak menular


Etiologi atau penyebab utama penyakit tidak menular sampai saat ini
belum dapat dijelaskan secara pasti. Terdapat berbagai faktor yang dapat
menimbulkan kerentangan pada host/ penjamu dalam hal ini manusia untuk
mengalami penyakit tidak menular, dimana factor tersebut disebut dengan
faktor risiko. Berdasarkan berbagai penelitia atau kajian ilmiah ada banyak
faktor risiko dapat menyebabkan terjadinya penyakit tidak menular atau
penyakit kronis. Faktor risiko tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi atau tidak dapat dimodifikasi
seperti usia, jenis kelamin dan riwayat keturunan/genetic
2. Faktor risiko yang dapat di intervensi atau dapat dimodifikasi, faktor ini
sangat terkait dengan perilaku diantaranya pola makan yang tidak
seimbang, gaya hidup, kurang aktifitas fisik, stress, obesitas, merokok,
mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi narkoba, terpapar radiasi atau
agent kimiawi, dan sebagainya. Selain itu terdapat faktor risiko lingkungan
yang turut mempengaruhi kejadian penyakit tidak menular yaitu
sosial ekonomi, budaya, modenisasi, polusi, globalisasi dan lain-lain.

e. Upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit tidak menular


Secara Umum upaya pencegahan penyakit tidak menular dapat dilakukan
dengan menerapkan pola hidup sehat dan menghindari faktor risiko penyebab
penyakit tidak menular seperti tidak merokok, rajin konsumsi sayur dan buah,
membatasi konsumsi garam, gula, lemak secara berlebihan, rutin melakukan
aktifitas fisik, tidak mengonsumsi alkohol dan narkoba, tidak merokok,
mengelolaatau mengendalikan stress, serta menjaga lingkungan tetap sehat.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mencegah dan
mengendalikan tingginya angka kejadian penyakit tidak menular di Indonesia
melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

15
Kemenkes RI (2019), diataranya yaitu upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan paliatif secara komprehensif seperti dibawah ini:
1. Menyebarluaskan secara masif sosialisasi pencegahan dan pengendalian
faktor risiko PTM kepada seluruh masyarakat.
2. Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui penerapan budaya
perilaku CERDIK (Cek kondisi kesehatan secara berkala, Enyahkan
asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang,
Istirahat yang cukup dan Kendalikan stress)
3. Melakukan deteksi dini dan tindak lanjut dini factor risiko PTM baik di
Posbindu maupun di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Melakukan penguatan tata laksana kasus sesuai standar.
5. Meningkatkan program peningkatan kualitas hidup (perawatan paliatif)
sesuai ketentuan.

2.3 FAKTOR RESIKO TERJADINYA PENYAKIT/MASALAH KESEHATAN


REPRODUKSI

Penyakit Menular Dalam Kesehatan Reproduksi

1. Infeksi Menular Seksual (IMS)


Peningkatan kejadian IMS dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
diantaranya adalah perubahan demografik seperti pertumbuhan jumlah
penduduk yang sangat tinggi, pergerakan masyarakat yang meningkat
karena pekerjaan ataupun pariwisata, kemajuan teknologi berbasis IT
(Informasi Teknologi) dan peningkatan sosial ekonomi.
Hasil analisis bivariat antara faktor resiko yang terdiri dari umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan alamat tempat tinggal dengan jenis
IMS didapatkan adanya hubungan yang bermakna yaitu pada faktor resiko
jenis kelamin dan pekerjaan terhadap jenis IMS, karena didapatkan nilai
p0,05. Ada hubungan yang bermakna antara jenis IMS dengan jenis
kelamin, menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan
mempunyai resiko untuk terkena IMS. Hasil penelitian ini mendapatkan
bahwa penderita gonore lebih banyak laki-laki (33%) dibandingkan
perempuan (25,%), tetapi kondiloma (65,1%) dan bartolinitis (9,3%) lebih

16
banyak perempuan, sedangkan penderita sifilis (4,0%) semuanya laki-laki.
Hasil analisis chi square antara jenis IMS dengan jenis kelamin penderita
IMS didapatkan nilai p=0,012, artinya nilai p0,05 sehingga dapat
disimpulkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan jenis IMS.
Pendidikan penderita IMS terendah adalah SD dan tertinggi adalah
perguruan tinggi (PT). Penderita gonore (29 orang), kondiloma (80 orang),
dan bartolinitis (8 orang), paling banyak dengan jenjang pendidikan
SLTA, dan penderita sifilis seluruhnya berpendidikan SLTA.
Faktor risiko terjadinya suatu IMS seperti hubungan seksual dengan
multipartner, transfusi darah dan penggunaan jarum tidak sesuai indikasi
medis, dan kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi. Kurangnya
pengetahuan remaja tentang reproduksi sehat dan penyakit menular
seksual adalah akibat informasi yang sering salah disamping adanya
pergeseran nilai dan perilaku seks ke arah seks bebas terutama di kalangan
generasi muda. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya perlindungan,
pencegahan dan penanggulangan IMS secara intensif dan komprehensif.
Berbagai bentuk pendidikan kesehatan telah dilakukan selama ini baik
secara langsung melalui ceramah, seminar, metode diskusi ataupun secara
tidak langsung melalui media cetak dan elektronik.

2. Hepatitis
Faktor predisposisi merupakan faktor antesenden terhadap kejadian
hepatitis C meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi.
Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan terjadinya hepatitis C antara lain ketersediaan sumber daya
kesehatan berupa tenaga kesehatan,sarana dan prasarana kesehatan,
ketrampilan, dan keterjangkauan sumberdaya manusia kesehatan, yang
mendukung terjadinya perilaku sehat seseorang atau
masyarakat(Purwanita & Natsir, 2021). Faktor penguat merupakan faktor
penyerta yaitu lingkungansosial seperti keluarga, teman, suami danpetugas
kesehatan(Sari et al., 2018).

17
3. Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS)
a. Faktor Usia
Usia yang paling beresiko terhadap HIV/AIDS adalah umur 25-34
tahun (OR=23,100), Usia 15-24 tahun (OR=6,346), 35-44 Tahun
(OR=4,641).Usia remaja, dan usia produktif sangat beresiko terhadap
penularan HIV/AIDS. Infeksi HIV/AIDS sebagian besar (>80%)
diderita oleh kelompok usia produktif (15-49 tahun). Banyak faktor
yang menyebabkan tingginya kasus HIV/AIDS pada kelompok usia
remaja, usia produktif. Remaja sangat rentan dengan HIV/AIDS, oleh
karena usia remaja identik dengan semangat bergelora, terjadi
peningkatan libido.
Infeksi HIV sebagian besar (>80%) diderita oleh kelompok usia
produktif (15-49 Tahun), terutama laki-laki. Akan tetapijumlah
penderita wanita cenderung meningkat. Resiko AIDS yang tertinggi
pada pria homoseks, sekali kerena seringnya mungkin hubungan
seksual dengan pasangan yang berbeda-beda
b. Pekerjaan
Ada hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan
HIV/AIDS P < 0,005. Bila dilihat dari besarnya nilai OR maka Sampel
yang tidak bekerja mempunyai resiko tertinggi untuk kemungkinan
menderita HIV/AIDS (OR=107,100), selanjutnya bekerja sebagai
wiraswasta (OR=66,889), Pegawai Swasta (OR=32,308 ). Secara
umum penularan HIV adalah ditularkan oleh para Traveler (turis,
nelayan asing),kepada kelompok Pekerja Sex Komersial, kemudian
menyebar kepada para pelanggan yang menggunakan jasa meraka.
c. Pendidikan
Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dan HIV/AIDS
(p < 0,05). Nilai OR tertinggi pada sampel (Tabel.3.) berpendidikan
SD (nilai OR = 40,500,), Sampel berpendidikan SLTP (OR =14,040),
berpendidikan SLTA (OR =8,357). Dari hasil analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin rendah pendidikan sampel, maka semakin

18
tinggi resiko menderita HIV/AIDS. Tingkat pendidikan individu dan
masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan
kesehatan 12). Oleh sebab itu sosialisai (komunikasi, informasi dan
edukasi, pencegahan HIV/AIDS harus disesuaikan dengan tingkat
pendidikan masyarakat.

d. Hubungan Sex Bebas


Hubungan yang signifikan antara hubungan sex bebas dengan
HIV/AIDS (P=0,000). Resiko sampel yang melakukan hubungan sex
bebas 9,966lebih tinggi menderita HIV/AIDS dibandingkan dengan
Sampel yang tidak melakukan hubungan sex bebas. Cara penularan
terbanyak HIV/AIDS melalui hubungan heterosexual (51,3%) 1).
Dengan semakin banyaknya perilaku hubungan sex bebas, tempat
pelacuran, sertakemiskinan moral sangat berpotensi menularkan HIV.
Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal sex
menyebabkan rentan tertular HIV. Upayapencegahandapat dilakukan
dengan menghindari hubungan sex beresiko, setia pada pasangan
suami/istri
e. Pemakaian Jarum Suntik Narkoba
Ada hubungan pemakaian jarum suntik narkoba, dengan
HIV/AIDS (P= 0,000). Sampel Pemakai Jarum suntik narkoba
kemungkinan 21,252 kali lebih tinggi menderita HIV/AIDS
dibandingkan dengan sampel yang tidak menggunakan Jarum suntik
narkoba. Resiko penggunaan jarum suntik tidak steril/pemakaian
bersama pengguna narkoba sekitar 0,5 –1 % dan terdapat 5-10 % dari
total kasus sedunia. Depkes melaporkan bahwa cara penularan
HIV/AIDS melalui Pengguna Narkoba Suntik/Panasun (39,6%)

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan dapat disimpukan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang


mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat. Di dalam kesehatn
ilmu epidemiologi sangtlah penting karena didalamnya terdapat peran dna
tindakan yang harus dilakukan untuk pencegahan masalah kesehatan tersebut.
Contohnya saja penanganan dalam maslah penyakit menular dan penyakit tidak
menular.

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, parasit,


ataupun bakteri. Sedangkan penyakit tidak menular bukan disebabkan oleh virus,
parasit, ataupun bakteri melainkan disebabkan karena adanya masalah fisiologi.
Penyakit tersebut dapat dihindari dari diri sendiri yaitu dengan menjaga gaya
hidup sehat dan pola makanan.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengerti atau


memahami tentang epidemiologi penyakit menular dan tidak menular terkait
dalam kesehatan reproduksi secara benar dan khususnya mahasiswi kebidanan.
Tiada ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, demikian pula makalah yang kami
buat. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk kemajuan dan sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
bergua dan bermanfaat bagi para pembaca terutamanya para mahasiswi
kebidanan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adhitama. 2010. Data Kasus Infeksi Menular Seksual. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta: 2010.

Darmawan, A.(2016) Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak


Menular. JMJ, Vol 4, No 2, Hal: 195 – 20

Gusta Saraswati, TA Larasati, Suharmanto. 2022. Jurnal Penelitian Perawat


Profesional. Faktor Resiko Terjadinya Penyakit Hepatitis C. Vol 4 No.2 Mei
2022. Hal : 649-654 Lampung : Global Health Science Group https://jurnal.
globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/952/682

Widoyono.(2011). Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.

Anonim. Penyakit Tidak Menular (PTM), Penyebab dan Pencegahannya


https://www.krakataumedika.com/info-media/artikel/penyakit-tidak-
menular-ptm-penyebab-dan-pencegahannya

Marcelin,R.N. (2021). Bedanya Endemi, Epidemi, danPandemi (unair.ac.id).


https://ners.unair.ac.id

Simanjuntak Erledis. 2010. Jurnal Pembangunan Manusia. Analisis Faktor


Penularan HIV/AIDS di Kota Medan. Palembang ; Pogram Doktor Ilmu
Lingkungan Di PPS Vol.4 No.12Tahun 2010 http://ejournal.sumselprov.
go.id/pptk/article/view /194/115

21
LAMPIRAN
SOAL DAN PEMBAHASAN
Epidemiologi Penyakit Menular Terkait Kesehatan Reproduksi

1. Aspek penularan penyakit dari orang ke orang di bagi dalam tiga sifat utama.
Yang menjadi faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta
kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu ialah
termasuk dalam aspek….
a. Generation Time
b. Attack Rate
c. Angka Serangan
d. Kekebalan Kelompok
e. Waktu Generasi

Jawab : D

Darmawan, A., & Epid, M. (2016). Epidemiologi penyakit menular dan


penyakit tidak menular. JAMBI MEDICAL JOURNAL" Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan", 4(2).

2. Didalam pembagian penyakit menular yang termasuk sumber penularan


ialah…
a. Binatang Sakit
b. Vektor
c. Udara
d. Mukosa atau kulit
e. Status Gizi

Jawab : A

Darmawan, A., & Epid, M. (2016). Epidemiologi penyakit menular dan


penyakit tidak menular. JAMBI MEDICAL JOURNAL" Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan", 4(2).

22
3. Kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara
tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada
fungsi/struktur dari bagian organisasi atau sistem dari tubuh.
Pernyataan diatas merupakan salah satu pengertian penyakit menurut…
a. Sarmono,2015
b. Kemenkes,2020
c. Gold Medical Dictionary
d. Van Dale‟s
e. Woordenboek der Nederlandse Tel

Jawab : C

Buku Epidemiologi Penyakit Menular (2017) Irwan, I. (2017). Epidemiologi


Penyakit Menular.

4. Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis


sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk
tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah kesehatan tersebut untuk
tujuan pencegahan maupun penanggulannya.
Pernyataan diatas merupakan pengertian epidemiologi menurut…
a. Widoyono.(2011)
b. Marcelin,R.N. (2021).
c. Darmawan, A.(2016)
d. Noor,2007.
e. Gusta Saraswati, TA Larasati, Suharmanto. 2022

Jawab : D

Guerra, C. A., Hay, S. I., Lucioparedes, L. S., Gikandi, P. W., Tatem, A. J.,
Noor, A. M., & Snow, R. W. (2007). Assembling a global database of malaria
parasite prevalence for the Malaria Atlas Project. Malaria journal, 6(1), 1-13.

23
5. Dibawah Ini yang merupakan cara host/penjamu mengalami keterpaparan
agent penyakit ialah….
a. Fase kontak
b. Fase akumulasi
c. Sistem vaskuler
d. Klinis
e. Subklinis

Jawab : C

Darmawan, A., & Epid, M. (2016). Epidemiologi penyakit menular dan


penyakit tidak menular. JAMBI MEDICAL JOURNAL" Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan", 4(2).

6. Penyakit memiliki rentang keseriusan efek durasi keparahan dan Keluasan


Berdasarkan hal tersebut dan variabel lainnya penyakit dapat diklasifikasikan
menjadi tingkatan yaitu....
a. Akut - subakut - kronis
b. Parah - sedang - kronis
c. İnfeksi - fastigium - pemulihan
d. İnkubasi - prodromal - diferensial
e. Aksis 1 - Aksis 2 - Aksis 3

Jawaban : A

Timmreck, Thomas C . 2004. Epidemiologi . An İntroduction to


epidemiology. Palupi Widyastuti - Ed. 2 - Jakarta :EGC, 2004

24
7. Masa inkubasi adalah rentang waktu yang berlalu di antara waktu inkulasi dan
waktu penampakan tanda atau gejala perantara penyakit itu.
Masa inkubasi penyakit hepatitis (serum) adalah...
a. 12 - 36 jam
b. 2 - 4 Minggu (variannya banyak)
c. 10 hari - awita ruam selama 14 hari
d. 45 - 160 hari (biasnaya 80 - 100 hari)
e. 3 - 21 hari (biasanya 7 - 12 hari)

Jawaban : D

Timmreck, Thomas C . 2004. Epidemiologi . An İntroduction to


epidemiology. Palupi Widyastuti - Ed. 2 - Jakarta :EGC, 2004

8. Sebutkan secara urut siklus penyakit menular...


a. Masa İnkubasi - Masa Prodromal - Masa Fastigium -
Defervescence - Convalescence - Defection
b. Masa İnkubasi - Masa Fastigium - Masa Prodromal - Defervescence -
Convalescence – Defection
c. Masa İnkubasi - Masa Fastigium - Masa Prodromal - Convalescence -
Defervescence - Defection
d. Masa Prodromal - Masa Fastigium - Defervescence - Masa İnkubasi -
Convalescence - Defection
e. Defervescence - Convalescence - Defection - Masa İnkubasi - Masa
Prodromal - Masa Fastigium

Jawaban : A

Timmreck, Thomas C . 2004. Epidemiologi . An İntroduction to


epidemiology. Palupi Widyastuti - Ed. 2 - Jakarta :EGC, 2004

25
9. Masa ketika penyakit berada di puncaknya disebut...
a. Masa Defervescence
b. Masa Convalescence
c. Masa Prodromal
d. Masa İnkubasi
e. Masa Fastigium

Jawaban : E

Timmreck, Thomas C . 2004. Epidemiologi . An İntroduction to


epidemiology. Palupi Widyastuti - Ed. 2 - Jakarta :EGC, 2004

10. Ada beberapa metode pencegahan dan juga beberapa tindakan pengendalian
yang telah dikembangkan di dalam pengendalian penyakit menular ini dapat
beberapa faktor kunci diantaranya...
a. Memindahkan menghilangkan atau menekan penyebab atau sumber
infeksi
b. Memutus dan menghalangi mata rantai penularan penyakit
c. Melindungi populasi yang rentan terhadap infeksi dan penyakit
d. Melakukan penyuluhan terhadap infeksi dan penyakit
e. A,B dan C benar

Jawaban : E

Timmreck, Thomas C . 2004. Epidemiologi . An İntroduction to


epidemiology. Palupi Widyastuti - Ed. 2 - Jakarta :EGC, 2004

26
11. Dalam perkembangan epidemiologi Penyakit Menular, terdapat penyakit baru
yang belum pernah terjadi sebelumnya, atau penyakit yang diketahui
meningkat serta terancam meningkat dalam sebaran insiden/geografis, yang
disebut …

a. Re-emerging infectious disease


b. Communicable disease
c. Non Communicable disease
d. Emerging infectious disease
e. Infectious disease

Jawaban : D

Heryana, Ade. 2015 “ Epidemiologi Penyakit Menular ” Universitas Esa


Unggul Jakarta

12. Studi pemaparan riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu tujuan dari
studi Epidemiologi Deskriptif, Istilah lain yang sering dipakai dalam istilah
riwayat alamiah penyakit adalah antara lain : Natural History of Disease,
Natural Course of Disease, atau Natural History of Illness.
Diatas merupakan pendapat dari …
a. Van de Broeck, 2013
b. Rothman, 2008
c. Hikmawati, 2011
d. Last, 2001
e. Roht, 1982
Jawaban : A.
Irawan, 2017 “ Epidemiologi Penyakit Menular ” CV. ABSOLUTE MEDIA
Krapyak Kulon RT 03 No. 100, Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta

27
13. Permasalahan dalam surveilans antara lain adalah pemahaman yang keliru
tentang surveilans serta perbedaannya dengan survey. Letak perbedaan
mendasar antara surveilans dan survey adalah

a. Pelaksananya
b. Sumber dana
c. Hasilnya
d. Konsistensi pelaksanaan
e. Pencatatan

Jawaban : A

Heryana, Ade. 2016 “ Emerging Infectious Disease, Investigasi Wabah, Herd


Immunity, Ukuran Frekuensi Penyakit, Standardisasi, Surveilans
Epidemiologi ” Universitas Esa Unggul Jakarta

14. Menurut UU No. 82 tahun 2014, penyakit menular adalah penyakit


yang dapat menular ke manusia yang disebabkan oleh … antara lain virus,
bakteri, jamur, dan parasit
a. Agen fisika
b. Agen biologi
c. Agen fisiologi
d. Agen kimia
e. Agen biofisika

Jawaban : B

Heryana, Ade. 2015 “ Epidemiologi Penyakit Menular ” Universitas Esa


Unggul Jakarta

28
15. Menurut UU No. 82 Tahun 2014, Penyakit menular dapat dibedakan menurut
cara penularan nya. Mana yang bukan termasuk klasifikasi penyakit menurut
undang-undang tersebut …
a. Penyakit menular oportunis
b. Penyakit menular langsung
c. Penyakit tular vector
d. Penyakit binatang pembawa penyakit
e. Penyakit menular yang sedang berkembang
Jawaban : E

Heryana, Ade. 2015 “ Epidemiologi Penyakit Menular ” Universitas Esa


Unggul Jakarta

16. Nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat terhadap seluruh
penderita dengan gejala klinis jelas. Pertanyaan tersebut merupakan dari...?
a. Virulensi
b. Imunigenisitas
c. Patogenesis
d. Infektivitas
e. Invasi jaringan

Jawaban : A.

Buku epidemiologi penyakit menular, Dr. Indasah, Ir., M. Kes, Oktober 2020,
Hal 16)

29
17. Penyakit ini sering di daerah beriklim tropis dan hangat dengan kelembapan
yang tinggi salah satunya Indonesia. Hal ini membuat penyakit jamur, contoh
dari penyakit jamur yaitu...
a. Tuberkolosis
b. Candidiasis
c. Pertusis
d. Pneumonia
e. Giardiasis

Jawaban : B.

Buku epidemiologi penyakit menular, Dr. Indasah, Ir., M. Kes, Oktober 2020,
Hal 58)

18. Penyakit ini infeksi yang disebabkan oleh treponema pallidum dan bersifat
kronis, dapat menyerang semua organ tubuh dan dapat menyerupai banyak
penyakit masa tunas berkisar antara 10-90 hari. Pernyataan tersebut
merupakan IMS mayor penyakit dari...
a. Klamidia
b. Gonore
c. Sifilis
d. Ulkus mole
e. Granuloma inguinal

Jawaban : C.

Buku epidemiologi penyakit menular, Dr. Indasah, Ir., M. Kes, Oktober 2020,
Hal 93)

30
19. Kebijakan pemerintah mewajibkan bahwa kondom harus digunakan pada
hubungan seks komersial di rumah bordil dan memastikan pemilik usaha
bertanggung jawab untuk penggunaan kondom oleh klien mereka. Pernyataan
ini memberikan perlindungan terhadap IMS, dan HIV, kebijakan tersebut
merupakan dari negara...
a. Indonesia
b. Malaysia
c. Singapura
d. Thailand
e. Belanda

Jawaban : D.

Buku epidemiologi penyakit menular, Dr. Indasah, Ir., M. Kes, Oktober 2020,
Hal 106)

20. Promosi perilaku dalam pengobatan, tidak hanya untuk mereka yang memiliki
gejala IMS, tapi juga untuk mereka yang berisiko terkena IMS. Pada cara
pengobatan pernyataan tersebut merupakan pencegahan...
a. Primer
b. Akhir
c. Tersier
d. Permulaan
e. Sekunder

Jawaban: E.

Buku epidemiologi penyakit menular, Dr. Indasah, Ir., M. Kes, Oktober 2020,
Hal 108)

31

Anda mungkin juga menyukai