Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KESEHATAN WISATA
EPIDEMIOLOGI DAN SURVAILANS TERKAIT WISATA

DOSEN MATA KULIAH


Yulianty Sanggelorang SKM ,MPH
Dr. Oksfriani J Sumampow, S.Pi, M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Rafika Talibo 19111101033
Siti Hartina Buyung 19111101035

Ririn Abd. Rahman 19111101150

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

1
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kasih dan
karunia sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Epidemiologi Dan
Survailans Terkait Wisata.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Wisata . Penulisan
makalah ini , saya sudah berusaha sebaik mungkin dan dengan kesungguhan hati dan saya
menulis makalah ini agar memiliki daya guna bagi siapa pun yang akan membaca , dan tidak
terlepas saya juga mengucapkan terimakasih kepada siapapun yang mendukung dalam
pengerjaan makalah ini sampai makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

kelompok sebagai penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna karena terbatasnya kemampuan dan pemahaman yang dimiliki .
oleh karena itu , saya mengharapkan segala bentuk saran , kritik dan masukan yang membangun
dari berbagai pihak . akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih terhadap materi tentang Kesehatan Wisata, terimakasih .

Manado , Agustus 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................1

Kata Pengantar............................................................................................................2

Daftar Isi............................................................................................. .......................3

Bab I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................................................4


1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan…………….......................................................................................................5

Bab II PEMBAHASAN

2.1. Epidemiologi Penyakit Terkait Wisata………………………………………..6

2.2. Penyakit-Penyakit Utama Terkait Aktifitas Wisata………………………………8

2.3. Survailans Penyakit-Penyakit Terkait Wisata…………………………………….12

2.4. Epidemiologi kecelakaan terkait aktifitas wisata………………………………….15

Bab III

3.1. Kesimpulan &Saran.................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit atau
kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, beserta faktor-faktor yang dapat
memengaruhi kejadian tersebut. Penerapan ilmu epidemiologi dilakukan melalui
investigasi terhadap suatu kejadian yang berhubungan dengan kesehatan agar bisa
dikendalikan, misalnya saat terjadi wabah.Epidemiologi umumnya dilakukan pada
lingkup masyarakat tertentu, mulai dari lingkup yang kecil hingga lingkup yang lebih
besar. Misalnya, lingkungan perumahan, sekolah, daerah, negara, hingga dunia.Dalam
epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang disebabkan oleh banyak
faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme yang menganggu fungsi
biologis tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti lingkungan fisik
dan sosial. dengan memandang keberadaan penyakit secara lengkap maka penanganan
akan akan dapat dilakukan dengan lebih komprehensif. Terjadinya penyakit
digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga, jaring-jaring sebab akibat dan
model roda. Dalam konsep segitiga penanganan penyakit dapat dilakukan dengan
menyeimbangkan interaksi antara host, agent dan lingkungan. Dalam konsep jaring-
jaring, penyakit dapat ditangani dengan memutuskan salah satu rantai jaring-jaring.
Dalam konsep roda, penyakit dapat ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai
pergeseran roda kondisi lingkungan dan internal.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa itu Epidemiologi Penyakit Terkait Wisata?
2. Apa SajaPenyakit-Penyakit Utama Terkait Aktifitas Wisata?
3. Apa itu Survailans Penyakit-Penyakit Terkait Wisata?
4. Apa itu Epidemiologi kecelakaan terkait aktifitas wisata?

4
1.3. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah Tersebut, tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui dan memahami Apa itu Epidemiologi Penyakit Terkait Wisata


2. Mengetahui dan memahami Apa Saja Penyakit-Penyakit Utama Terkait Aktifitas
Wisata
3. Mengetahui dan memahami Apa itu Survailans Penyakit-Penyakit Terkait Wisata
4. Mengetahui dan memahami Apa itu Epidemiologi kecelakaan terkait aktifitas
wisata

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Epidemiologi Penyakit Terkait Wisata

5
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit
atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, beserta faktor-faktor yang
dapat memengaruhi kejadian tersebut. Penerapan ilmu epidemiologi dilakukan
melalui investigasi terhadap suatu kejadian yang berhubungan dengan kesehatan
agar bisa dikendalikan, misalnya saat terjadi wabah.Epidemiologi umumnya
dilakukan pada lingkup masyarakat tertentu, mulai dari lingkup yang kecil hingga
lingkup yang lebih besar. Misalnya, lingkungan perumahan, sekolah, daerah,
negara, hingga dunia.
Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang disebabkan oleh
banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme yang menganggu
fungsi biologis tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti
lingkungan fisik dan sosial. dengan memandang keberadaan penyakit secara
lengkap maka penanganan akan akan dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.
Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga, jaring-
jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga penanganan penyakit
dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi antara host, agent dan
lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat ditangani dengan
memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep roda, penyakit dapat
ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran roda kondisi lingkungan
dan internal.

Timbulnya suatu penyakit berkaitan senantiasa dengan lingkungan hidup


masyarakat setempat (B. Mc Mahon dan T.F. Fuchs, 1970). Sedangkan menurut
Gordon Bahwa suatu penyakit timbul karena adanya gangguan terhadap
keseimbangan HOST, AGENT,dan ENVIRONMENT.
Menurut H.L. Blum status kesehatan masyarakat di suatu tempat
dipengaruhisetidak-tidaknya oleh 4 faktor utama, yaitu:Herediter, Health
system/health infrastructure, Perilaku masyarakat dipengaruhi oleh KAP dan
Lingkungan: Fisik, biologis, sosek. Sedangkan Slamet riyadi menyatakan bahwa

6
Stres dan eksposure yang berkelebihan dan berkelanjutanterus menerus justru
memacu timbulnya penyakit.
Menurut gordon dan le ritch (1950) timbul tidaknya penyakit pada manusia
dipengaruhi oleh pejamu (host), agent (penyakit) dan environment (ingkungan).
Dalam model segitiga, suatu penyakit dapat disebabkan karena adanya tiga faktor
yaitu host, agent dan environment/lingkungan. Suatu penyakit dapat timbul di
masyarakat apabila terjadi ketidakseimbangan antara ketiga komponen tersebut.
hal ini dikarenakan perubahan pada salah satu komponen akan mengubah
keseimbangan secara keseluruhan.
Contoh :
- Kasus : Si A Sedang berwisata kesuatu tempat dan pada saat itu sedang musim
hujan. saat sedang berwisata, Si“A”terserang penyakit flu dan kemudian seluruh
Para anggota wisatawan juga
ikut menderita flu.
- Host: host pertama yang terserang penyakit flu adalah si A kemudian
penyakitnya menular pada host-host yang lain yaitu Para wisatawan yang lainnya
atau orang-orang disekelilingnya.
- Agent : penyebab flu adalah virus yang termasuk dalam kelompok unsur
penyebab biologis.
- Environment : lingkungan yang memiliki pengaruh dalam kasus ini adalah
lingkungan , sekoTempat wisata.
Terjadinya penyakit : virus flu tersebar secara bebas di udara sekitar host dan
dapat menyerang siapa saja yang tubuhnya mengalami kekurangan daya tahan.
Berdasarkan model segitiga, penyakit flu yang menyerang “A” dapat terjadi akibat
ketidakseimbangan pada:

 Host: daya tahan tubuh host tidak sanggup melawan agent karena kurang
vitamin, kurang istirahat, dan kurang minum air putih. kebiasaan merokok
juga menyebabkan sistem pernafasan kering sehingga lebih mudah
terserang virus.

7
 Populasi Agent penyakit (virus flu) meningkat karena kondisi cuaca yang
mendukung dan mudah masuk ke tubuh host karena kebiasaan tidak
mencuci tangan sebelum menjamah makanan dan kontak dengan penderita
lain.

 Kondisi lingkungan: cuaca Tidak mmungkinkan untuk berwisata Karena


sedang dalam kondisi musim hujan dan mengakibatkan tubuh host
memerlukan energi lebih untuk bertahan sehingga membutuhkan asupan
yang lebih banyak dibanding ketika cuaca tidak hujan. Hujan juga
menyebabkan aktivitas terganggu, terjadi kekacauan pada aktivitas normal
sehingga host membutuhkan energi lebih untuk dapat beraktivitas.

2.2. Penyakit-Penyakit Utama Terkait Aktifitas Wisata


Berbagai macam risiko bisa dialami oleh wisatawan selama perjalannya . Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang dapat dikatakan paling sering diderita oleh wisatawan,
khususnya yang berwisata di daerah tropik, Pada tulisan di bawah ini akan dibahas beberapa
penyakit infeksi yang bisa meningkatkan kesakitan bahkan kematian wisatawan.

2.2.1. Arthropod-Borne Diseases


Artropod atau serangga tidak saja menyebabkan rasa tidak menyenangkan dan nyeri pada
tempat gigitannya, tapi juga mungkin menyebabkan bahaya yang lebih berat seperti
reaksi terhadap produksi racun (venom) atau alergi terhadap bahan yang diinjeksikan di
tempat gigitan. Artropod juga dapat menularkan penyakit yang lebih berat dan
mengancam nyawa seperti malaria, demarn kuning, demam berdarah dengue, filariasis
(nyamuk); ensefalitis viral (nyamuk, kutu); onkosersiasis (lalat hitam); leismaniasis (Ialat
pasir); tripanosomiasis Afrika (Ialat tsetse); tripanosomiasis Amerika atau penyakit
Chagas (serangga pengisap darah atau kutu busuk); plague dan tungiasis [kutu pengisap
darah (fleas)]; tifus (kutu pengisap darah, turna, kutu); dan demam berulang (tuma dan
kutu).3
Masing-masing vektor artropod dan organisme yang menyebabkan penyakit ditemukan
di daerah-daerah tertentu. Saat ini sudah tersedia vaksin untuk pencegahan [demam
kuning, plague, tick-borneencephalitis, ensefalitis Jepang (Japaneseencephalitis)] dan

8
profilaksis antimikroba (malaria, tifus). Sebaiknya hindari paparan arthropod sebagai
usaha pencegahan primer.

Rekomendasi untuk membantu memperkecil kemungkinan terpapar dengan arthropod?


yaitu:

o Kurangi berjalan di pedesaan (countryside).


o Gunakan baju lengan panjang dan celana panjang dengan warna terang, terutama
di malam hari.
o Gunakan alas kaki sepanjang waktu dan selalu digoyangkan dahulu sebelum
ditaruh (kalajengking senang tempat gelap dan hangat), Gunakan bahan anti
serangga pada daerah badan dan pakaian yang terpapar. Pilih insektisida yang
mengandung DEET (N,N-dietil-m-toluamid atau N,N-dietil-3-metilbenzamid)
untuk kulit yang terpapar dan produk permetrin untuk pakaian, kelambu, dan
peralatan kemah. Keampuhan dan lama repellant bervariasi tergantung produk
dan spesies nyamuk, dan dipengaruhi oleh perubahan suhu, jumlah perspirasi,
terpapar air, dan faktor-faktor lainnya.
o Tidur di ruangan yang berpengatur suhu atau di bawah kelambu di daerah yang
ditemukan arthropodbornediseases.
o Sebelum tidur, semprot ruangan atau kelambu dengan semprotan yang
mengandung permetrin atau piretrum untuk membunuh nyamuk atau kutu.
o Gunakan kelambu yang utuh tanpa robekan. Hindari parfum atau krim, sabun
wangi, dan pewangi setelah bercukur terutama pada malam hari.

2.2.2. Malaria
Malaria merupakan penyakit infeksi yang paling serius bagi wisatawan. Hampir semua
kasus malaria sebenarnya dapat dicegah. Cara pencegahan dan pengelolaan terbaik
adalah kewaspadaan terhadap risiko, hindari gigitan nyamuk, patuh memakai profilaksisr
dan segera didiagnosis jika ada demam selama atau setelah kembali dari berwisata.
Wisatawan yang bepergian ke daerah endemik malaria wajib menggunakan Obat
profilaksis.

9
2.2.3. Flu Burung
Flu burung (avian influenza) disebabkan oleh virus flu burung patogenik tinggi
(highlypathogenicavian influenza A/HN5N1) atau subtipe flu bukan manusia (misalnya
H7, H9). Penularan flu burung terjadi dari burung ke manusia, mungkin dari lingkungan
ke manusia, dan amatjarang dari manusia ke manusia. Gejala awalnya adalah demam
dan gejala seperti flu (lesu, myalgia, batuk, nyeri tenggorok). Mungkin selain itu
ditemukan gejala diare dan keluhan gastrointestinal. Penyakit ini berkembang dengan
cepat dalam beberapa hari menjadi pneumonia.

Penghambat neuramidase (oseltamivirrzanamivir) bermanfaat untuk profilaksis dan


pengobatan infeksi H5N1. Jika berwisata di daerah dengan kasus flu burung, wisatawan
dianjurkan untuk menghindari kontak dengan lingkungan risiko tinggi, seperti pasar
burung, peternakan unggas, unggas yang bebas tanpa sangkar, atau permukaan yang
terkontaminasi oleh bulu unggas. Juga menghindari mengkonsumsi unggas atau produk
unggas dan telur yang kurang matang.

2.2.4. Dengue
Penyebab dengue adalah virus dengue, suatu flavivirus dengan 4 subtipe. Urnumnya
dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Ada tiga bentuk klinis
dengue: demam dengue, demam berdarah dengue dan Sindrom syok dengue. Risiko
terkena dengue tinggi di daerah endemik. Pencegahan dengue adalah dengan
menghindari gigitan nyamuk terutama di siang hari.2

2.2.5. Diare Wisatawan


Diare wisatawan (travelers' diarrhea) adalah sindrom yang terkait dengan makanan atau
air terkontaminasi yang terjadi selama dan sesaat setelah wisata. Penyakit ini Merupakan
penyakit yang paling sering ditemukan pada wisatawan dan biasanya diderita oleh
wisatawan yang daerah asal dengan standard kebersihan dan sanitasi yang tinggi
kedaerah tujuan dengan standard yang lebih rendah.Diare dapat disertai
mual,muntah,kram perut, dan Demam. Berbagai Bakteri virus, dan parasit dapat
menyebabkan diare wisatawan tapi sebagian besar disebabkan oleh bakteri.

2.2.6. Severe acute respiratory syndrome

10
Severe acute respiratory syndrome (SARS) disebabkan oleh koronavirus SARS (SARS-
COV),Suatu Virus Dari Hewan yang mungkin sumbernya kelelawar,Kemudian
Menyebar Ke Hewan Lain (kucing). Kasus pertama yang dilaporkan menginfeksi
manusia terjadi di provinsi Guangdong,Cina pada Tahun 2002. Epidemi SARS
menyerang 26 negara dan menyebabkan lebih dari 8000 kasus pada tahun 2003.
Penyebaranny terutama dari orang keorang yang sebagian besar terjadi dilayanan
kesehatan .Gejala SARS Seperti seperti flu, Yaitu Demam,lesu,mialgia,nyeri
kepala,diare,menggigil,batuk,sesak napas,dan diare ditemukan minggu pertama atau
minggu kedua timbulnya penyakit.

2.2.7. HIV/AIDS

Penyakit menular seksual yang sudah diketahui sejak zaman purba dan kini masih tetap
menjadi masalah kesehatan masyarakat,terutama semenjak adanya HIV/AIDS pada
tahun 1980.Penyebab HIV/AIDS adalah infeksi Human immunodeficiency virus
(HIV),yang menyebabkan penyakit acquired immunodeficiency syndrom (AIDS).Infeksi
ini menular melalui Hubungan Seksual tanpa proteksi ( baik heteroseksual maupun
homoseksua,lewat anal,vaginal ataupun oral.Kelompok resiko tertinggi tertular penyakit
ini adalah pengguna obat injeksi dan pekerja seksual,serta mereka yang hidup bersama
penderita HIV/AIDS .

2.2.8. Rabies

Rabies adalah esefalitis akut,progresif dan fatal yang disebabkan oleh virus neutropik
dari family Rhabdoviridae,genus lyssavirus.Rabies ditularkan melalui gigitan hewan
biasanya karnivora dan kelelawar.Anjing jalanan merupakan hewan paling sering yang
menjadi sumber gigitan bagi wisatawan.

2.2.9. Salmonella dan Demam Tifoid

Salmonella Serotipe Enteritidis (SE) merupakan serotype bakteri salmonella yang paling
sering dilaporkan deseluruh dunia.Telur merupakan sumber penularan terpenting infeksi
SE. Orang yang terinfeksi bakteri salmonella menunjukan gejala seperti demam, kram
perut, dan diare yang dimulai 12-72 jam setelah mengkonsumsi makanan yang

11
terkontaminasi .Penyakit ini berjalan 4-7 hari dan sebagian besar akan sembu tanpa
antibiotik.

2.3. Survailans Penyakit-Penyakit Terkait Wisata

Wisatawan adalah salah satu populasi yang berisiko untuk terpapar penyakit di daerah wisata
atau kecelakaan akibat aktivitas wisata yang dilakukan karena mereka memiliki mobilitas yang
tinggi dan berpindah-pindah dari satu destinasi ke destinasi lainnya.9,10 Dari karakteristik
tersebut, ada kemungkinan penularan penyakit ke tempat asal dan sebaliknya. Selain dapat
meningkatkan angka morbiditas bahkan mortalitas, penularan penyakit tentu akan
meningkatkan risiko perubahan daerah non endemis menjadi endemis. Namun, sayangnya
seringkali masalah kesehatan yang ringan jarang dilaporkan.

Wisatawan memiliki pola interaksi yang dinamis dengan mikroba dan tempattempat umum.
Wisatawan dapat berhubungan dengan perilaku kesehatan yang berisiko menularkan patogen
melalui darah atau cairan tubuh yang lainnya.

Wisatawan juga cenderung berkaitan dengan aktivitas seksual yang dapat berisiko, terlibat
dalam aktivitas wisata yang ektrim, bersepeda, mendaki gunung dan mengalami cedera akibat
aktivitas tersebut.

Secara ekonomi, jumlah wisatawan yang meningkat akan memberikan kontribusi dalam
pendapatan suatu daerah. Meskipun demikian, peningkatan tersebut juga dibarengi dengan
peningkatan risiko kesehatan yang terkait. Adapun risiko masalah kesehatan yang akan
dihadapi oleh wisatawan menurut berbagai penelitian adalah bahwa dari setiap 100.000
wisatawan yang berkunjung ke negara berkembang:

• 50.000 akan mengalami masalah kesehatan

• 8.000 akan memerlukan penanganan dokter

• 5.000 akan memerlukan istirahat di tempat tidur

• 1.100 akan tidak mampu beraktivitas rutin

12
• 300 akan memerlukan perawatan rumah sakit

• 50 akan memerlukan evakuasi udara

• 1 akan meninggal

Data ini menunjukkan bahwa separuh wisatawan mancanegara yang datang ke negara
berkembang akan mengalami masalah kesehatan yang terkait wisata.

Dalam penelitian yang menggunakan data GeoSentinel pada wisatawan yang kembali ke
daerah asal dan mencari pengobatan, dapat diketahui permasalahan kesehatan yang
umum terjadi pada wisatawan

Surveilans Geosentinel, penyakit pada wisatawan yang kembali, tahun 2007-2011

Backpackers memiliki risiko mengalami masalah kesehatan yang lebih tinggi dari kelompok
wisatawan lainnya karena mereka cenderung masih muda, berwisata dalam waktu yang cukup
lama, lebih banyak melakukan aktivitas wisata dan lebih sering berpindah-pindah daerah tujuan
tanpa dibantu oleh agen perjalanan wisata.6 Karena keuangan adalah hal utama yang perlu
diperhatikan oleh Backpackers, sebagian besar dari mereka akan menekan biaya akomodasi dan
konsumsi.4 Mereka tinggal di akomodasi murah yang cenderung kurang aman.

13
Mereka tidak terlalu mempersoalkan higienitas makanan yang dimakan sehingga mereka
memiliki risiko yang tinggi mengalami diare dan infeksi saluran pernafasan.4 Dari penelitian
yang dilakukan oleh Peach dan Bath di Queensland (2000), 62% Backpackers mengalami
masalah kesehatan, diantaranya alergi akibat digigit serangga, digigit ular, diare, infeksi kulit,
pusing dan terbakar sinar matahari.6

Backpackers juga memiliki risiko yang tinggi tertular rabies, demam berdarah dan malaria ketika
berwisata ke wilayah Asia Tenggara terutama di daerah-daerah yang endemis atau dimana anjing
dan kucing liar sangat banyak ditemukan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Piyaphanee et.al (2010) di Thailand, 3.6%
backpackers berisiko tertular rabies karena pernah dijilat oleh anjing atau kucing liar dan 0.69%
bahkan pernah digigit.

2.4. Epidemiologi kecelakaan terkait aktifitas wisata

Epidemiologi adalah suatu cabang Ilmu yang mempelajari tentang distribusi, dan
determinan dari suatu masalah kesehatan sedangan yang dimaksud dengan epidemiologi
Kecelakaan wisata ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi, dan faktor-faktor
penyebab atau determinan dan tumbuhnya suatu kecelakaan . Epidemiologi kecelakaan
Wisata adalah ilmu mempelajari distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi cidera
akibat kecelakaan Saat Berwisata.

Berdasarkan Prinsip epidemiologi kecelakaan wisata dipengaruhi oleh 3 unsur


utama,Yaitu :

2.4.1. Host (human)

14
Yang termasuk variabel host pada kejadian kecelakaan wisata diantaranya meliputi
manusia itu sendiri , yang dipengaruhi oleh beberapa unsur meliputi usia, jenis kelamin,
jenis pekerjaan, serta pendidikan.

2.4.2. Agen

Pada kecelakaan Wisata, konsep agent yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan wisata,
sedikit berbeda dengan agent penyebab penyakit yang bisanya berupa mahluk hidup
(parasit, bakteri, atau virus), melainkan yang dapat dikategorikan sebagai agent dalam
kecelakaan wisata adalah semua hal yang bertindak sebagai faktor perantara atau yang
digunakan oleh host yang berhubungan dengan kondisi atau situasi tempat wisata, antara
lain dipengaruhi oleh beberapa unsur meliputi Kondisi tempat wisata,alat transportasi
saat berwisata, serta jenis kecelakaan itu sendiri.

2.4.3. Environment (Lingkungan)

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan Wisata yaitu


meliputi Cuaca Pada saat terjadinya kecelakaan dan Kondisi lingkungan tempat
terjadinya kecelakaan Tersebut,Tergantung Aktifitas wisata itu sendiri.

15
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan materi diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu Epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang pola penyebaran penyakit atau kejadian yang
berhubungan dengan kesehatan, beserta faktor-faktor yang dapat memengaruhi
kejadian tersebut.Dan Adapun macam-macam Penyakit umum yang sering terkena
pada para wisatawan Arthropod-Borne Diseases
Malaria,Flu Burung,Dengue,Diare Wisatawan, Severe acute respiratory syndrome
HIV/AIDS,Rabies,Salmonella Tifoid.

3.2. Saran

Semoga pembahasan tentang Epidemiologi Dan Survailans Terkait Wisata didalam makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang apa itu Epidemiologi Dan Survailans

16
Terkait Wisata ,Dan saran Untuk Para Pembaca agar lebih Memperhatikan Daya tahan tubuh saat
ingin keluar berwisata.

DAFTAR PUSTAKA

1. Frérot, et al. (2018). What is Epidemiology? Changing Definitions of Epidemiology


1978-2017. PLOS ONE, 13(12), e0208442.
2. World Health Organization (2018). Managing Epidemic: Key Facts about Major Deadly
Diseases.
3. World HealthOrganization. International travelandhealth. WHO LibraryCataloguing-in-
Publication Data. WHO press, Switzerland. 2010.
4. Falvo CE. Travel andhealth. CME/CE released: 05/06/2011.
MedscapeEducationPublicHealth&Prevention. Perspective in preventionfromthe
American CollegeofPreventiveMedicine. Availableat:
http://wvvw.medscape.org/viewarticle/ 742128. Accessed 5/18/2011.
5. Hill RD, Erricson CD, Pearson RD, Keystone JS, Freedman DO, Kozarsky PE, etal. The
practiceoftravelmedicine. GuidelinebytheInfectiousdiseasesSocietyof America. ClinInfect
Dis 2006; 43: 1499-1539.
6. Diemert DJ. Preventionandself-treatmentoftraveller'sdiarrhea. ClinMicrobiolRev 2006;
19:583-594.

17
7. Rupprecht CE andShlim DR. Rabies. Centre forDiseaseControlandPrevention.
Availableat: http//:wwwnc. cdc.gov/travel/ yellowbook/ 2010/ chapter-2/rabies.htm.
Accessed 5/26/2011.
8. Basnyat B, Maskey AP, Zimmerman MD, Murdoch DR. Enteric (Typhoid) Fever in
Travelers. ClinicalInfectiousDiseases. 2005; 41:1467-1472.
9. CentresforDiseaseControlandPrevention. SamonellaserotypeEnteridis. Availableat:
http//www.cdc.gov/ nczved/ divisions/ dfbmd/ disease/ salmonellaenteritidis.

10. Tourism Department of Bali Province. Number of International Travelers to Bali by


Country of Origin, 2010-2016 [Internet]. Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi
Bali.2017.Available from: http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik3

11. WHO. International Health Regulations 2005. 2nd ed. Geneva: World Health
Organization; 2008.

18

Anda mungkin juga menyukai