Anda di halaman 1dari 10

TATA EJAAN BAHASA INDONESIA

1. Pendahuluan
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang menulis dalam bahasa Indonesia adalah menguasai bahasa Indonesia. Yang dimaksud dengan menguasai bahasa Indonesia adalah mengetahui, memahami, dan dapat menggunakan kaidah-kaidah bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar berarti dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku dan mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan konteks komunikasi. Kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang harus dikuasai dan dipahami oleh penulisan meliputi (1) kaidah ejaan dan tanda baca, (2) kaidah struktur bahasa Indonesia dalam berbagai tataran kebahasaan (tata bunyi, tata kata, tata kalimat, dan tata paragraf) dan (3) kosakata bahasa Indonesia. Pada bagian ini disajikan pembahasan tentang kaidah ejaan dan tanda baca (ejaan yang disempurnakan). Pola penyajian dilakukan dengan mengemukakan contoh-contoh kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca yang sering terjadi pada penulisan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia diikuti dengan pembahasan dan perbaikan kesalahan tersebut. Dalam mengikuti sajian pada bagian ini, Anda disarankan untuk memiliki dan menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagai pegangan dan acuan pembahasan setiap masalah yang disajikan.

Setelah mengikuti penyajian pokok bahasan ini, Anda diharapkan dapat 1. memiliki pengetahuan yang memadai tentang penggunaan ejaan dan tanda baca; 2. memahami penggunaan ejaan dan tanda baca dalam penulisan karya ilmiah bahasa Indonesia; 3. menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat dalam penulisan karya ilmiah bahasa Indonesia..

2. Penyajian
2.1 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Dalam kegiatan berbahasa, masyarakat pemakai bahasa harus mematuhi semua kaidah yang telah ditetapkan dalam ejaan bahasa yang bersangkutan. Kaidah ejaan dan tanda baca dalam bahasa Indonesia secara lengkap telah ditulis dalam buku kecil (tipis) yang berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan diterbitkan oleh Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" telah ditetapkan berbagai aturan penulisan yang mencakupi hal-hal sebagai berikut: (1) pemakaian huruh, (2) pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (3) penulisan kata, dan (4) penulisan unsur serapan. Oleh karena itu, menyajikan ulang kaidah tersebut pada tulisan ini sungguh tidak tepat dan kurang bermanfaat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pada kesempatan kali ini akan disajikan

kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi dalam penulisan-penulisan karya ilmiah bahasa Indonesia.

2.2 Kesalahan-Kesalahan Umum Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca 1) Kesalahan Pemenggalan Kata Contoh: maka-nan bula-tan me-ngumpat melapi-si Pemenggalan kata-kata tersebut tidak tepat, sebab tidak sesuai dengan keutuhan kata dasar dan suku katanya. Kata dasar makanan adalah makan, kata dasar bulatan adalah bulat, kata dasar mengumpat adalah umpat, dan kata dasar melapisi adalah lapis. Pemenggalan yang betul ialah makan-an, bulat-an, mengumpat, dan me-lapisi.

2) Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital Contoh: 1) Siapakah Gubernur yang baru dilantik itu? 2) Badu baru saja diangkat menjadi Sultan. 3) Kita sering meng-Indonesiakan kata asing. 4) Samirun sangat senang makan pisang Ambon. Contoh (1) dan (2) tidak tepat, sebab gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, jabatan, dan pangkat ditulis dengan awal huruf kapital jika diikuti nama orang, intansi, dan nama tempat. Pada contoh (3), kesalahannya terletak pada penulisan meng-Indonesiakan. Kata indonesia yang menjadi kata dasar dari

kata turunan seharusnya tidak ditulis dengan huruf kapital. Sementara itu, kesalahan pada contoh (4) terletak pada penulisan kata ambon. Ambon sebagai nama geografi tidak ditulis dengan huruf awal kapital jika digunakan sebagai nama jenis (pisang)

3) Kesalahan Penulisan Kata Contoh: 1) bertanggungjawab, garisbawahi, menggaris bawahi, dan pertanggung jawaban. 2) antar kota, tri tunggal, sapta pesona Contoh (1) tidak tepat, sebab bentuk dasar yang berupa gabungan kata ditulis serangkai jika mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus. Jika gabungan kata tersebut hanya mendapatkan awalan saja (bertanggung jawab) atau mendapatkan akhiran saja (garis bawahi), penulisannya dipisah. Sementara itu, contoh (2) seharusnya ditulis serangkai, sebab salah satu unsur gabungan kata tersebut merupakan unsur kombinasi.

4) Kesalahan Penulisan Kata Ganti dan Kata Depan di Contoh: 1) Buku di atas meja boleh kau ambil. 2) Inem dicubit Samirun disudut rumah. Penulisan kata kau ambil pada contoh (1) tidak tepat, sebab seperti halnya kata ganti yang lain (ku, mu, dan nya), kata ganti kau juga harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sementara itu, penulisan disudut pada contoh (2) seharusnya dipisah, sebab di pada kata dirumah merupakan kata depan (bandingan dengan dipukul, dicubit, dan dibaca).

5) Kesalahan Penulisan Singkatan Contoh: 1) d.l.l., d.s.b., s.d.a. 2) an., da., a/n, d/a 3) Samirun, SH atau Samirun S.H. atau Samirun, SH. (sarjana hukum). 4) Samirun, S.H. atau Samirun SH. atau Samirun SH (Sudiro Husodo). Singkatan pada contoh (1) tidak tepat, sebab singkatan umum yang tidak terdiri atas tiga huruf hanya diikuti dengan satu titik. Sebaliknya, yang terdiri atas dua huruf seperti pada contoh (2) diikuti dengan dua titik dan cara penulisannya tidak dengan menggunakan tanda garis miring. Contoh (3) tidak tepat sebab penulisan nama dan gelar harus dilakukan dengan memisahkan nama dan gelarnya dengan menggunakan tanda koma (,) dan singkatan gelarnya harus ditulis menggunakan huruf capital diikuti dengan tanda titik pada setiap hurufnya. Penulisan nama dan gelar tersebut seharusnya dilakukan sebagai berikut: Samirun, S.H. Sementara itu, kesalahan pada contoh (4) terdapat pada dipisahkannya antara nama dan singkatan kelanjutan namanya dengan tanda koma dan digunakannya tanda titik tidak pada tempatnya. Penulisan nama dan singkatan nama tersebut seharusnya ditulis sebagai berikut: Samirun S.H.

6) Kesalahan Penggunaan Tanda Titik Contoh: 1) 1. Patokan Umum 1.1. Isi karangan

1.1.1. Ilustrasi 1.1.1.1. 1.1.1.2. Gambar Tabel

2) Nomor induk pegawainya 130.311.300. 3) Habis Gelap Terbitlah Terang. 4) Yth. Bapak Hasan. Jalan Melati 5. Bandar Lampung. Tanda titik yang bergaris bawah pada contoh-contoh di atas seharusnya tidak hadir. Pada contoh (1), tanda titik tidak dipakai pada akhir deretan angka atau dalam suatu bagan atau ikhtisar. Pada contoh (2), tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Sementara itu, pada contoh (3) dan (4), tanda titik seharusnya tidak dipakai dibelakang judul sebuah buku atau alamat.

7) Kesalahan Penggunaan Tanda Koma Contoh: 1) Kalau hari hujan saya tidak masuk sekolah. 2) Saya tidak masuk sekolah, kalau hari hujan. 3) Sumitro S.H. (sarjana hukum) 4) Samirun, S.H. (sudiro husodo) Sesudah kata hujan pada contoh (1) seharusnya memakai tanda koma, sebab tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimatnya mendahului induk kalimat. Sebaliknya, pada contoh (2) seharusnya tidak menggunakan tanda koma. Pada contoh (3), di belakang nama (sebelum

singkatan gelar) harus diletakkan tanda koma untuk membedakan dengan singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Sebaliknya, tanda koma pada contoh (4) tidak diperlukan karena Sudiro Husodo merupakan singkatan nama yang merupakan kelanjutan dari nama Samirun.

9) Kesalahan Penggunaan Tanda Titik Dua Contoh: 1) Kita memerlukan: meja, kursi, dan lemari. 2) Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan jenis pekerjaan orang tua siswa. (2) Mendeskripsikan prestasi siswa. (3) Mendeskripsikan hubungan jenis pekerjaan orang tua siswa dengan prestasi siswa. Penggunaan tanda titik dua pada contoh (1) tidak tepat, sebab titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerian. Kita memerlukan bukan merupakan pernyataan lengkap. Sementara itu, pada contoh (2) tanda titik dua seharusnya diganti dengan tanda titik, sebab pemerian yang mengikuti pernyataan lengkap tersebut diawali dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik.

10) Kesalahan Penggunaan Tanda Pisah Contoh: 1908-1995 Samirun naik sepeda dari Surabaya-Jakarta. Kesalahan pada contoh tersebut terletak pada digunakannya tanda hubung untuk menyatakan arti sampai dengan. Tanda hubung tersebut seharusnya

diganti dengan tanda pisah yang penulisannya (secara manual) dilakukan dengan menggunakan dua tanda hubung (--).

3. Rangkuman Dalam kegiatan berbahasa Indonesia, masyarakat pemakai bahasa Indonesia harus mematuhi semua kaidah yang telah ditetapkan dalam ejaan bahasa Indonesia. Kaidah ejaan dan tanda baca dalam bahasa Indonesia secara lengkap telah ditulis dalam buku kecil (tipis) yang berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" itu telah ditetapkan berbagai aturan penulisan yang mencakupi hal-hal sebagai berikut: (1) pemakaian huruf, (2) pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (3) penulisan kata, dan (4) penulisan unsur serapan.

4. Tugas dan Perlatihan


Jelaskan kesalahan-kesalahan dalam penulisan kalimat-kalimat berikut. Kemudian, tuliskan kembali kalimat-kalimat tersebut dengan ejaan dan tanda baca yang benar. (1) Tahun ini Samirun bertugas dikabupaten Lampung Timur. (2) Brigadir Jendral Samiun barusan saja dilantik menjadi Mayor Jendral. (3) Jangan takut, Tuhan itu maha kuasa, maha baik, maha pengasih, dan maha penyayang. (4) Semua orang harus berterimakasih kepada Guru. (5) Sebar luaskan berita ini kepada semua Pendekar.

(6) Pertanggung jawabkan perbuatanmu kepada tuhan. (7) Catur warga merupakan konsep ideal keluarga bahagia. (8) Inem dicubit Samirun disudut rumah. (9) Diantara dua bukit itu terdapat Lembah yang Sangat Indah. (10) Tujuan hidup Inem adalah: (1) menyenangkan hati sesama, (2) menolong orang yang susah dan (3) menyelamatkan alam semesta.

RUJUKAN Pusat Pembinaan dan Pengenbangan Bahasa. 1996. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Depdikbud.

(1) Tahun ini Samirun bertugas di Kabupaten Lampung Timur. (2) Brigadir Jendral Samiun baru saja dilantik menjadi mayor jendral. (3) Jangan takut, Tuhan itu Mahakuasa, Mahabaik, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. (4) Semua orang harus berterima kasih kepada guru. (5) Sebar luaskan berita ini kepada semua pendekar! (6) Pertanggungjawabkan perbuatanmu kepada Tuhan! (7) Caturwarga merupakan konsep ideal keluarga bahagia. (8) Inem dicubit Samirun di sudut rumah. (9) Di antara dua bukit itu terdapat lembah yang sangat indah. (10) Tujuan hidup Inem adalah menyenangkan hati sesama, menolong orang yang susah, dan menyelamatkan alam semesta. Tujuan hidup Inem adalah: (1)menyenangkan hati sesama; (2)menolong orang yang susah; dan (3) menyelamatkan alam semesta.

10

Anda mungkin juga menyukai