A. Pengertian
B. ETIOLOGI
3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
8. Diplasia ektodermal
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
Tingkat kelainan bibr sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
F. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah
karena pada celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya
ada pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan
janin apakah terjadi kelainan atau tidak. Walaupun pemeriksaan ini
tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya
dengan menggunakaan USG.
G. Komplikasi
1. Kesulitan makan; dalami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti
dengan celah palatum. memerlukan penanganan khusus seperti dot
khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi
makan pada bayi bibir sumbing
PENDENGARAN.
4. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan
tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
H. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a. Menyusu ibu
Dot domba
Botol peras
2. Pengobatan
1. lahir ; bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila
perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.
LABIOSKIZIS LABIOPALATOSKIZIS
Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang
sempurna semasa embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh
bersatu.
Belahnya belahan dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari
dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu klasifikasi berguna
membagi struktur-struktur yang terkena menjadi :
Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan foramen
incisivum
Palatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen.
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum sekunder
dan dapat unilateral atau bilateral.
Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh dengan
belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
ETIOLOGI
Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
Obat-obatan yang dapat merusak sel muda ( mengganggu mitosis ) misalnya : sitostatika dan radiasi.
Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme. Misalnya : defisiensi vitamin B6, Asam folat dan vitamin
C.
Faktor keturunan.
PATOFISIOLOGI
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan frominem medial
yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar
minggu keenam pasca konsepsi.
Palastokizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum
molle terjadi sekitar kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke 12.
KOMPLIKASI
Ototis media
Faringitis
Kekurangan gizi
PENATALAKSANAAAN
Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan kalau ibu mempunyai reflek memancarkan air
susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
Bila anak sukar menghisap sebaiknya digunakan botol peras ( squeeze bottles ) untuk mengatasi
gangguan menghisap dipakai dot yang panjang dengan memeras botol maka susu dapat didorong jatuh
dibelakang mulut hingga dapat dihisap. Kalau anak tidak mau berikan dengan cangkir dan sendok.
Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar
memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat
dilakukan tindakan bedah.
Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT
serta ahli wicara.
Syarat dilakukan labioskizis :
Umur 3 bulan.
BB kira-kira 4,5 kg
Hemoglobin > 10 gram/dl
Hitung jenis leukosit < 10.000
Syarat dilakukan pada palastokizis :
Palastokizis ini biasanya ditutup pada umur 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara, yang penting
dalam operasi ini adalah haruslah memperbaiki lebih dulu bagian belakangnya (bisa dicicil ) supaya anak
bisa dioperasi umur 2 tahun. Untuk mencapai kesempurnaan suara, operasi dapat saja dilakukan
berulang-ulang.
Operasi dilakukan jika :
berat badan normal
penyakit lain tidak ada
makan dan minum bagus
Untuk mengetahui berhasil tidaknya operasi harus ditunggu sampai anak tersebut belajar bicara antara
1-2 tahun.
Jika sengau harus dilakukan speech terapi ( fisioterapi otot-otot bicara )
Jika speech tidak berhasil dan suara tetap sengau, maka harus dilakukan faringoplasti pada umur 8
tahun.
Faringoplasti ialah suatu pembebasan mukosa dan otot-otot yang lalu didekatkan. Pada faringoplasti
hubungan antara faring dan hidung dipersempit dengan membuat klep/memasang klep dari dinding
belakang faring ke palatum molle.
Tujuan pembedahan :
Untuk menyatukan celah segmen-segmen, pembicaraan yang dapat dimengerti dan menyenangkan.
Perawatan post operasi :
Menjaga agar garis-garis jahitan tetap bersih.
Bayi diberi makan atau minum dengan alat penetes serta kedua tangannya ditahan.
Makanan yang diberikan adalah makanan cair atau setengah cair atau bubur saring diperthankan selama
3 minggu dengan pemberian menggunakan alat penetes atau sendok.
Kedua tangan penderita maupun alat permainan harus dijauhkan.
http://penel-bid.blogspot.com/2009/06/labioskizis-labiopalatoskizis.html