Anda di halaman 1dari 5

NATAL dan NEONATAL TEETH

A. Definisi
Natal teeth merupakan gigi yang sudah ada dalam rongga mulut saat bayi
lahir, sementara neonatal teeth adalah gigi yang muncul dari lahir sampai bayi berusia
30 hari. Natal teeth lebih sering terjadi dibandingkan dengan neonatal teeth, dengan
perbandingan 3:1. Gigi yang paling sering tumbuh yaitu, insisivus sentral primer
bawah (85%), diikuti oleh insisivus rahang atas (11%), mandibula gigi taring dan
geraham (3%) dan gigi kaninus maksila dan geraham (1%) (Ghadah, 2015).

B. Etiologi
Natal teeth dan neonatal teeth dapat disebabkan oleh posisi benih yang superfisial
(dekat ke permukaan), keturunan, defisiensi vitamin saat ibu hamil, sekresi hipofisis,
tiroid, atau gonad yang berlebihan, gangguan kelenjar endokrin, dan defisiensi
makanan. Terdapat 3 sindrom yang dihubungkan dengan natal teeth dan neonatal
teeth, yaitu :
1. Chondroectodermal dysplasia atau Ellis-Van Creveld syndrome
Chondroectodermal dysplasia atau Ellis-Van Creveld syndrome mempunyai
karakteriristik berupa polydactyl pada kedua tangan, chondrodysplasia pada
tulang panjang yang mengakibatkan kekerdilan, hidrotic ectodermal dysplasia
terutama mempengaruhi kuku, gigi dan rambut dan sering juga mengakibatkan
gangguan jantung bawaan.
2. Oculomandibulodyschephaly dengan hypotrichosis atau Hallermann-streiff
syndrome.
Oculomandibulo-dyscephaly terdapat dyscephaly dengan hidung seperti paruh
burung, hypoplasia mandibula, proportionate nanism, hypotrichosis khususnya di
sutura, sclera mata biry dan katarak bawaan
3. Pachyonychia congenital atau Jadassohn- Lewandowski syndrome.. Pachyonychia
congenital karakteristiknya secara klinis adalah ketebalan bawaan pada kuku,
palmo-plantar keratosis dan hyperhidrosis, follikuler keratosis dan leukokeratosis
pada mulut (Markoui, 2012).

C. Klasifikasi
Natal teeth dan neonatal teeth dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Mahkota berbentuk cangkang yang tidak melekat dengan baik oleh jaringan
gingiva alveolus dan tidak memiliki akar.
2. Mahkota solid yang tidak melekat dengan baik pada alveolus oleh jaringan
gingiva dan hanya memiliki sedikit akar atau bahkan tanpa akar.
3. Erupsi margin insisal mahkota melalui jaringan gingiva
4. Pembengkakan jaringan gingiva karena terdapat gigi yang tidak erupsi namun
terasa bila diraba pada jaringan gingiva (Shubhangi, 2013).

D. Manifestasi Klinis
Komplikasi utama dari gigi natal / neonatal adalah adanya sariawan pada permukaan
ventral lidah yang disebabkan oleh bagian insisal gigi yang tajam. Kondisi ini juga
dikenal sebagai penyakit atau sindrom Riga-Fede. Selain itu, hal-hal seperti menelan
dan pernafasan juga harus diperhatikan dalam mencegah adanya komplikasi.
Komplikasi lain yang disebutkan adalah luka pada payudara ibu dan ketidaknyamanan
selama menyusui. Konsekuensi lain yang mungkin terjadi pada natal teeth dan
neonatal teeth yaitu lesi karies, pulp polip, atau erupsi gigi pengganti yang prematur
(Shubhangi, 2013).

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang natal teeth yaitu pemeriksaan radiografis. Interpretasi secara
radiografis hanya menunjukkan struktur gigi, sedangkan jaringan keratinisasi tidak
tampak secara radiografis. Pemeriksaan radiografi untuk menentukan jumlah
perkembangan akar dan hubungan prematuritas gigi yang erupsi ke gigi yang
berdekatan

Secara histologis, jaringan pulpa normal, namun terdapat peradangan di beberapa


daerah. Selain itu, tidak ditemui zona kaya sel di lapisan basal. Enamel pada natal
teeth sangat tipis atau bahkan tidak memiliki lapisan enamel. Hipoplasia enamel dapat
dikaitkan dengan gangguan / variasi dalam proses amelogenesis yang disebabkan
prematur gigi di rongga mulut. Dentin dan predentin tampak normal secara koronal,
namun jumlah tubulus dentin berkurang. Natal teeth juga tidak memiliki sementum.
Saluran pulpa dan ruang pulpa menjadi lebih luas di sebagian besar kasus. Terkadang
ditemukan beberapa sel yang menyebabkan peradangan di pembuluh darahnya
(Shubhangi, 2013).
F. Diferential Diagnosis
1. Bohn’s Nodules
Biasanya terdapat banyak di daerah bukal dan lingual maksila dan mandibula
rongga mulut. Warnanya keputihan, bentuknya terlihat seperti beras, tidak
menunjukkan gejala.
2. Epulis
Epulis bersifat tumor yang bentuknya seperti sedang mengunyah permen karet dan
jenisnya yaitu sessile atau bertangkai. Epulis lebih reaktif daripada neoplastik lesi.
3. Lymphangioma dan Hamartoma dari Alveolar Ridge (Ghadah, 2015).

G. Treatment
Untuk perawatan kasus natal teeth dan neonatal teeth yaitu :
1. Apabila gigi menimbulkan trauma pada waktu menyusui, luka pada lidah, dan
mempunyai resiko dapat tertelannya gigi tersebut, maka sebaiknya dilakukan
pencabutan pada gigi tersebut. Ekstraksi natal teeth sebaiknya dilakukan saat bayi
telah berusia diatas 10 hari, karena flora bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan pada bayi yang baru lahir belum effective memproduksi vitamin K
selama 10 hari pertama kelahiran. Vitamin K mempunyai peranan yang besar
dalam pembentukan protrombin di hati.
2. Apabila gigi tidak memiliki masalah dan tidak goyang, maka gigi sebaiknya
dipertahankan karena memungkinkan akar untuk berkembang atau dapat
dilakukan perawatan konservasi dengan menggrinding ujung incisal gigi
menggunakan instrument abrasive secara lembut dan hati-hati (Markoui, 2012).

RIGA FEDE

A. Definisi
Riga-Fede adalah ulkus traumatik yang timbul pada permukaan ventral
lidah pada neonatus (bayi baru lahir sampai berusia 28 hari) dan bayi yang
berusia kurang dari 2tahun.  Karena ulkus dapat sangat menyakitkan, penyakit Riga-
Fede dapat mempengaruhi makan dan karena itu dehidrasi, kekurangan gizi dan gagal
tumbuh dapat terjadi jika tidak dikenali dan tidak diobati.

B. Etiologi
Lesi ini sering dihubungkan dengan natal teeth dan neonatal teeth, walaupun dapat
juga disebabkan karena kebiasaan menjulurkan lidah setelah erupsi gigi insisivus
bawah desidui. Lesi ini diawali dengan timbulnya ulserasi pada permukaan ventral
lidah. Terjadinya trauma yang berulang menyebabkan lesi meluas, membentuk massa
fibrous dengan formasi granuloma ulserasi.
Namun, beberapa faktor seperti: Posisi superfisial dari benih gigi, infeksi atau
malnutrisi, demam, stimulasi hormonal, transmisi keturunan dari autosomal dominan
gen, aktivitas osteoblastik di dalam beih gigi dan hipovitaminosis juga dikaitkan
menjadi penyebab riga fede.

C. Klasifikasi
Riga-Fede disease diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Precocious  Riga-Fede disease
yaitu lesi yang berhubungan dengan natal teeth atau neonatal teeth, yang bererupsi
selama 30 hari setelah kelahiran;
2. Late Riga-Fede disease
adalah lesi yang timbul pada bayi berusia lebih dari 6 bulan, timbul karena
kebiasaan menjulurkan lidah pada saat gigi desidui telah bererupsi, dan sering
dihubungkan dengan gangguan neurologi
D. Manifestasi Klinis

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histologi menunjukkan berbagai infiltrat inflamasi tersusun oleh
limfosit, makrofag, sel mast, dan eosinofil yang mendominasi dalam jumlahyang
banyak. Biopsi mungkin diperlukan untuk menghilangkan kondisi lain yang
mempengaruhi lidah termasuk: Infeksi kandidiasis ulseratif, infeksi bakteri, infeksi
jamur, tuberkulosis, sifilis primer, Malignansi - limfoma, sarkoma, dan
Agranulositosis (kondisi darah di mana tidak ada sel darah putih). Evaluasi neurologis
mungkin diperlukan, karena penyakit Riga Fede dapat menjadi tanda awal masalah
neurologis.

F. Diferential Diagnosis
Diagnosis diferesial lesi ini antara lain adalah :
1. Ulseratif candidiasis
2. Sifilis primer
Penderita sifilis mengalami gejala yang dimulai dengan lesi atau luka pada alat
kelamin atau di dalam dan di sekitar mulut. Luka yang terjadi berbentuk seperti
gigitan serangga tapi tidak menimbulkan rasa sakit.
3. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis), dan dapat juga disebabkan oleh susu sapi yang terinfeksi
oleh bakteri Mycobacterium bovis ataupun jenis Mycobacteria lainnya. Ulser dapat
berupa lesi tunggal ataupun multipel, Terdapat indurasi, kadang nyeri, sensasi terbakar,
ireguler, tidak berbatas jelas, dan terdapat granulasi pada dasar lesi. Terdapat di dorsum
lidah, gingiva, dasar mulut, mukosa bukal. D
4. Limpoma
5. Sarkoma
6. Granulositosis.
G. Treatment
Beberapa penanganan yang dapat dilakukan yaitu menghilangkan sumber penyebab
trauma, sehingga penyembuhan jaringan dapat terjadi. Beberapa pilihan untuk
menangani lesi ini antara lain: menghaluskan permukaan gigi insisivus bawah dengan
menggunakan finishing bur atau sandpaper disc, memodifikasi cara pemberian
makanan untuk mengurangi trauma pada lidah, misalnya dengan memberikan botol
dengan lubang yang besar, mengobati keluhan dengan pemberian Kenalog in Orabase,
membuat increment resin komposit untuk mengikat kedua insisivus bawah,
mengobservasi lesi, dan apabila tidak terjadi penyembuhan, maka dapat dilakukan
ekstraksi gigi insisivus bawah. 

Anda mungkin juga menyukai