Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH


KESEHATAN : PENYAKIT INFEKSI/MENULAR

Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II


Dosen Pengampu : Ns. Ratih Dwi Lestari Puji Utami S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :
1. Azizatul Umamah ( S19265 )
2. Dan Rawido Setya Pran Utama ( S19269 )
3. Dandi Indrawan ( S19271 )
4. Hanafi Febrianingrum ( S19279 )
5. Hanif Umareta ( S19280 )
6. Ika Lutfia C ( S19282 )
7. Jatmiatun ( S19284 )
8. Nailul Muna ( S19293 )
9. Pratiwi ( S19296 )
10. Tiara Bella Karoline ( S19308 )

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Komunitas
II tentang “Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Kesehatan : Penyakit
Infeksi/Menular” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami sadar karena kemampuan kami sangat
terbatas. Maka makalah ini masih mengandung banyak kekurangan, untuk itu kami
harapkan para pembaca bersedia memberi saran dan pendapat untuk makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah
ini, kami atas nama penyusun menyampaikan Terimakasih yang tak terhingga. Semoga
Tuhan yang Maha Pemurah memberkati kita, sehingga upaya kecil ini besar manfaatnya
bagi kita semua.

Surakarta, Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di Dunia.
Penyebabnya munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya
kembali penyakit menular yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia
menanggung beban berlebih dalam penanggulangan penyakit (triple burden
disease) (Kemenkes, 2013). Kondisi ini semakin buruk dengan kondisi
lingkungan yang tidak sehat menyebabkan beberapa penyakit infeksi akut yang
berbahaya menyerang manusia seperti penyakit yang bersumber pada binatang
seperti leptospirosis (Widarso dan Wilfried, 2008).
Menurut Depkes RI Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang
patogen, dan bergerak aktif yang menyerang hewan dan manusia. Penyakit
zoonosis merupakan penyakit yang secara alami dapat dipindahkan dari hewan
verterbrata ke manusia atau sebaliknya (Depkes RI, 2005). Angka kejadian
leptospirosis di dunia sangat rendah dikarenakan terlambatnya penanganan medis
dan diagnosis oleh tenaga kesehatan (WHO, 2010).
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
organisme patogen hidup seperti bakteri,virus, jamur, protozoa cacing ke dalam
tubuh. Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh agen biologi (seperti virus bakteri atau parasit ), bukan faktor
fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan (sumampouw, 2017).
Mikroba patogen yang hidup dan berkembang biak pada suatu reservoir
akan mencari reservoir baru begitu seterusnya. mekanisme transmisi mikroba
patogen ke pejamu yang rentan melalui dua cara yaitu transmisi langsung dan
tidak langsung.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep dasar Keperawatan Komunitas dengan masalah Kesehatan : Penyakit
Infeksi/menular
2. Asuhan Keperawatan Komunitas dengan masalah Kesehatan : Penyakit
Infeksi/menular
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas dengan masalah
kesehatan : penyakit menular/Infeksi
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui Konsep dasar Keperawatan Komunitas dengan
masalah Kesehatan : Penyakit Infeksi/menular
b) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas dengan masalah
Kesehatan : Penyakit Infeksi/menular
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Definisi penyakit menular
Pengertian penyakit menular pengendalian suatu tindakan aktivitas yang
bertujuan untuk mengurangi atau menekan terjadinya suatu penyakit. Penyakit
menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh
agen biologi (seperti virus, bakteria, atau parasit), bukan disebakan oleh faktor
fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan.
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
organisme patogen hidup seperti bakteri,virus, jamur, protozoa cacing ke
dalam tubuh (Wilson,2015).Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan
oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Penyakit infeksi ini dapat
ditularkan dari seseorang ke orang lain.terjadinya suatu penyakit pada
populasi dari pada yang lain karena adanya pengaruh dari faktor risiko.
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh agen biologi (seperti virus bakteri atau parasit), bukan faktor
fisik seperti luka bakar atau kimia seperti keracunan. (sumampouw, 2017).
Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasite, atau jamur dan dapat
berpindah ke orang lain yang sehat.
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari
orang yang satu ke orang lain, baik secara langsung maupun melalui
perantara). Penyakit menular adalah adalah penyakit yang disebabkan oleh
transmisi infectious agent / produk toksinnya dari seseorang/ reservoir ke
orang lain/ suspectable host.( Irwan, 2019).
2. Pendekatan epidemiologi penyakit menular
Pendekatan epidemiologi untuk penyakit menular epidemiologi triangle
segitiga epidemiologi model tradisional epidemiologi atau segitiga
epidemiologi yang dikemukakan oleh John Gordon dan lari 1950 yang
menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi
oleh 3 faktor utama host (penjamu) agent (agent) dan environment
(lingkungan).
Environment

Agent Host

Pejamu/Host adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Bibit penyakit/ agent
adalah suatu perjalanan penyakit. Bibit penyakit/agent adalah suatu subsitansi
tertentu yang keberadaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat
menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada disekitar
manusia yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia (Rajab,
2009). John Gordon berpendapat bahwa :
a) Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan
host (manusia).
b) Keadaan keseimbangan tergantung pada sifat alami dan karakteristik agent
dan host (baik individu/kelompok).
c) Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami daru lingkungan
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis)

1) Agent Penyakit
Agen penyakit adalah makhluk hidup atau mati yang memegang
peranan penting di dalam epidemiologi yang merupakan penyebab
penyakit dapat dikelompokkan menjadi :
a) Golongan virus, misalnya influenza dan cacar
b) Golongan riketsia, misalnya tifus
c) Golongan bakteri, misalnya disentri
d) Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, dan sebagiannya
e) Golongan jamur, misalnya panu
f) Golongan cacing, misalnya cacing perut seperti ascaris, cacing
kremi, cacing pita, cacing tambang, dan sebagainya (Budiarto,
2003)
Klasifikasi agen penyakit agen penyakit dibagi menjadi lima kelompok
yaitu:
a) Agen biologis, contohnya virus, bakteri, fungi
b) Agen kimia, dapat bersifat endogenous, seperti asidosis, diabetes
dan uremia atau bersifat eksogenus seperti zat kimia, alergen, debu
c) Agen nutrisi, contoh protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral,
air
d) Agen mekanik, contoh gesekan, benturan atau pukulan yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh penjamu
e) Agen fisika, contoh panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan,
kebisingan (Chandra 2009)

2) Host/Pejamu
Semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya suatu perjalanan penyakit (Rajab, 2009)
Faktor intrinsik pada host
a) Genetik, misalnya penyakit herediter seperti hemofilia
b) Umur, misalnya pada usia lanjut beresiko terkena penyakit jantung
c) jenis kelamin, misalnya penyakit hipertensi cenderung menyerang
pria dan penyakit kelenjar gondok cenderung menyerang wanita
d) keadaan fisiologi, misalnya kehamilan dan persalinan memiliki
risiko penyakit anemia
e) kekebalan, misalnya manusia yang tidak mempunyai kekebalan
tubuh yang baik akan mudah terserang penyakit
f) penyakit yang diderita sebelumnya misalnya rhumatoid arthritis
yang mudah kambuh
g) sifat-sifat manusia misalnya hygiene perorangan yang buruk akan
menyebabkan mudah terserang penyakit (Budiarto, 2003)

faktor ekstrinsik host


a) kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan prinsip kesehatan
b) ras beberapa ras tertentu yang diduga mengidap suatu penyakit
tertentu
c) pekerjaan keadaan atau situasi dalam pekerjaan yang dapat
menimbulkan penyakit tertentu
d) lingkungan

3) lingkungan dan reservoir


lingkungan dan reservoir lingkungan adalah segala sesuatu yang
berada disekitar manusia yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan manusia (Rajab 2019). Lingkungan diklasifikasikan
dalam tiga komponen yaitu :
a) lingkungan abiotik atau fisik, yaitu lingkungan yang berada
disekitar manusia yang meliputi kondisi udara musim cuaca
kondisi geografis dan geologi nya dapat mempengaruhi
b) lingkungan biotik atau biologi, yaitu lingkungan yang berada
disekitar manusia namun yang memiliki jenis dari golongan biotis
hewan tumbuhan dan mikroorganisme
c) lingkungan cultur atau non fisik, yaitu lingkungan sebagai akibat
dari interaksi manusia yang meliputi sosial budaya norma adat
istiadat.

3. Penyebaran penyakit infeksi


Mikroba sebagai makhluk hidup tentunya ingin bertahan hidup dengan
cara berkembang biak dengan suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari
reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Penyebaran mikroba
patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang dalam kondisi
sehat,dan lebih-lebih bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit.
Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta
sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit akan memperoleh
tambahan beban penderitaan dari penyebaran mikroba patogen ini.
Mikroba patogen yang hidup dan berkembang biak pada suatu reservoir
akan mencari reservoir baru begitu seterusnya. Penyebaran mikroba patogen
ke tubuh manusia melalui mekanisme tertentu yaitu mekanisme penularan.
Dalam garis besarnya mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu
yang rentan melalui dua cara :
1) Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai
dari pejamu. Sebagai contoh adanya sentuhan, gigitan, ciuman atau
adanya droplet nuclei saat bersin,batu, berbicara, atau saat transfusi
darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
2) Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba patogen memerlukan adanya media perantara baik
berupa barang/bahan , air, udara, makanan/minuman,maupun vektor.
a) Vehicle-borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang
terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum.
b) Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga) yang
memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara berikut :
1. Cara mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum(mikroba patogen)
lalu hinggap pada makanan/minuman,dimana selanjutnya akan
masuk ke saluran cerna pejamu.
2. Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakan dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya
mikroba dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.
c) Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif
untuk menyebarnya mikroba patogen ke pejamu yaitu melalui
pintu masuk saluran cerna.
d) Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi dan
bakteriologis diharapkan terbebas dari mikroba patogen sehingga
aman untuk dikonsumsi. jika tidak sebagai media perantara air
sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu,melalui
pintu masuk saluran cerna maupun pintu masuk yang lain.
e) Air-borne
Udara sangat mutlak diperlukan untuk setiap orang,namun adanya
udara yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk
dideteksi. Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran nafas
pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh
penderita/reservoir saat batuk atau bersin, berbicara atau bernafas
melalui mulut atau hidung. Penularan melalui udara ini umumnya
mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam
gedung atau ruangan.

Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka akan


berinteraksi dengan mikroba patogen,yang secara alamiah akan
melewati 4 tahap :
a) Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat,namun
faktor predisposisi yang memudahkan terkena penyakit seperti
umur Keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup. Sosial ekonomi
dan lain-lain. Faktor predisposisi tersebut mempercepat masuknya
agen penyebab penyakit untuk berinteraksi dengan pejamu.
b) Tahap inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu,mikroba patogen mulai beraksi,
namun tanda dan gejala penyakit belum tampak.saat mulai
masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat
munculnya tanda dan gejala penyakit disebut masa inkubasi.
Masa inkubasi 1 penyakit berbeda dengan penyakit lainnya.
c) Tahap klinis Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang
dapat memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam
perkembangannya,penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada
tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita
masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan masih dapat
diatasi dengan berobat jalan.tahap selanjutnya kuman penyakit
tidak dapat diatasi dengan berobat jalan karena penyakit
bertambah parah baik secara objektif maupun subjektif.pada tahap
ini penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-
hari dan jika berobat umumnya harus memerlukan perawatan.
d) Tahap akhir penyakit Perjalanan penyakit pada suatu saat akan
berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir dengan
5 alternatif.
1) Sembuh sempurna
2) Sembuh dengan cacat
3) Pembawa (carier)
4) Kronis
5) Meninggal dunia

4. Karakteristik penyakit menular


Karakteristik penyakit menular secara umum memiliki gejala klinik yang
berbeda- beda sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut. Berdasarkan
manifestasi klinik maka karakteristik penyakit menular terdiri dari :
a) Spectrum penyakit menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi
klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang
berat disertai komplikasi dan berakibat cacat / meninggal dunia. Akhir dari
proses penyakit adalah sembuh, cacat atau meninggal.
b) Infeksi terselubung (tanpa gejala klinis)
Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara jelas dan
nyata dalam bentuk gejala yang jelas sehingga tidak dapat di diagnosa
tanpa cara tertentu seperti tes tuberkolin, kultur tenggorokan, pemeriksaan
antibody dalam tubuh dan lain- lain.Pada proses perjalanan penyakit
menular di dalam masyarakat sector yang memegang peranan penting
adalah : faktor penyebab / agent yaitu organisme penyebab penyakit
menular, sumber penularan yaitu reservoir maupun resources, cara
penularan khusus melalui mode of transmission.
c) Sumber penularan
Merupakan media yang menjadikan suatu penyakit tersebut bisa menyebar
kepada seseorang. Sumber ini meliputi : penderita, pembawa kuman,
binatang sakit, tumbuhan / benda. Cara penularan penyakit dapat
menyerang seseorang dengan beberapa cara diantaranya : kontak
langsung, melalui udara, melalui udara, melalui makanan / minuman,
melalui vector, keadaan penderita. ( Irwan, 2019).

Penyakit menular juga mempunyai beberapa sifat- sifat dalam


penularannya meliputi :
a) Waktu generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa
kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan
penyakit. Hal ini sangat penting dalam mempelajari proses penularan.
b) Kekebalan kelompok (Herd Immunity)
Kekebalan kelompok adalah kemampuan atas daya tahan suatu
kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/ penyebaran unsur
penyebab penyakit menular tertentu didasarkan tingkat kekebalan
sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut
c) Angka serangan
Angka serangan adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul
dalam satu satuan waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang
mengalami kontak serta memiliki resiko / kerentanan terhadap
penyakit tersebut.( Irwan, 2019).

5. Mekanisme penyakit menular


Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah
mekanisme penularan (mode of transmition) yakni berbagai mekanisme di
mana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu
yang potensial. Mekanisme tersebut meliputi cara unsur penyebab (agent)
meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai penjamu potensial,
serta cara masuknya ke penjamu potensial tersebut. Seseorang yang sehat
sebagai salah seorang penjamu potensial dalam masyarakat, mungkin akan
ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai dengan posisinya dalam
masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang ada di sekitarnya.
Kemungkinan tersebut sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
a) Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur penyebab
b) Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vector dan reservoir
penyakit serta unsur biologis yang hidup berada disekitar manusia
c) Faktor lingkungan social yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat,
termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari – hari. ( Irwan, 2019).
Mekanisme penularan penyakit menular dibedakan berdasarkan cara
penularan penyakit antara lain sebagai berikut :
a) Cara unsur penyebab keluar dari penjamu (Reservoir)
Unsur penyebab yang akan meninggalkan penjamu di mana ia berada dan
berkembang biak, biasanya keluar dengan cara tersendiri yang cukup
beraneka ragam sesuai dengan jenis dan sifat masing – masing.
Berdasarkan cara unsur penyebab keluar dari pejamu, penyakit menular
dapat melalui konjungtiva seperti penyakit mata, melalui saluran napas
(droplet) : karena batuk, bersin, bicara atau udara pernapasan. Seperti
penyakit TBC, influenza, difteri, campak, dan lain- lain, melalui
pencernaan; lewat ludah, muntah atau tinja, seperti penyakit kolera, tifus
abdominalis, kecacingan, melalui saluran urogenitalia yaitu penyakit
hepatitis, melalui luka pada kulit atau mukosa, seperti penyakit sifilis,
frambusia, secara mekanik; seperti suntikan atau gigitan, anatara lain
penyakit malaria, hepatitis, AIDS.
b) Cara penularan (Mode Of Transmission)
1. Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung
dari penderita atau reservoir, langsung ke penjamu potensial yang baru
2. Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan
melalui media tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk
droplet dan dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui
vector (vector borne).
Berdasarkan tingkat patogenesisnya, penyakit menular pada
hakekatnya dibagi atas (tiga) kelompok, yaitu :
- Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup
tinggi
- Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan
cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
- Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat
tetapi dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi. ( Irwan,
2019).

Berdasarkan media penularannya, penyakit menular dibedakan atas


beberapa sumber penularan terdiri atas :
1. Penyakit yang ditularkan melalui air
a) Water Born Disease adalah penyakit yang ditularkan langsung
melalui air minum, dimana air minum tersebut mengandung
pathogen. Penyakit tersebut diantaranya adalah : Diare,
Dysentri, Cholera, Typoid, Hepatitis Infektiosa,
Gastrointerities.
b) Water Washed Disease adalah penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya air bersih. Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya
dengan hygiene perorangan yang buruk, kebersihan alat- alat
makan dan pakaian, penyakit tersebut diantaranya :
Conjuctivitis / trachoma, scabies.
c) Water Bashed Disease adalah penyakit yang ditularkan oleh
bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya dia air. Sangat
erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari- hari
seperti menangkap ikan, mandi dan mencuci. Contoh penyakit
adalah Schitosomiasis.
d) Water Related Insect Vectors adalah penyakit yang ditularkan
melalui vector yang hidupnya tergantung pada air. Contoh
penyakit : Malaria, Demam Berdarah, Filariasis, Yellow Fever.
2. Penyakit yang ditularkan melalui media udara (Air borne disease)
Penyakit yang ditularkan melalui perantara udara sebagian besar
melalui kontak langsung. Terdapat dua bentuk : droplet nucklei
dan dust (debu), misalnya penyakit TBC, virus smallpox,
streptococcus hemoliticus, difteri.
3. Penyakit yang ditularkan secara langsung orang ke orang lain
seperti penyakit sifilis, GO, lymphogranuloma venerum, chlamydia
trachomatis, hepatitis B, dan AIDS.
4. Penyakit yang penularannya langsung dari hewan ke orang
Termasuk dalam hal ini adalah kelompok penyakit zoonosis seperti
rabies.
5. Penularan langsung dari tumbuhan ke orang : seperti penyakit yang
ditularkan melalui jamur
6. Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain, seperti
kontak dengan benda yang telah terkontaminasi melalui tanah
seperti penyakit ancylostomiasis, trichuris.
7. Penularan melalui perantara makanan dan minuman seperti
salmonellosis, disentri, dan lain- lain. Penyakit yang ditularkan
melalui minuman seperti penyakit TBC, enteric fever, infanr diare.
8. Penularan melalui vector. Vector atau si pembawa kuman dapat
berasal dari golongan arthopoda (avetebrata) yang dapat
menimbulkan penyakit dari reservoir ke penjamu yang potensial.
( Irwan, 2019).

6. Upaya pencegahan penyakit menular


a. Pencegahan primer
Merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap
sehat atau mencegahorang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar,
upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum (melalui
pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan pencegahan khusus
(ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakukan
imunisasi).Vaksinasi berperan pada tingkat pencegahan primer secara
langsung, dengan meningkatkan kekebalan tubuh seseorang yang tidak
terinfeksi.
b. Pencegahan sekunder
Merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit, menghindari
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan
melalui deteksi dini dan pengobatan secaracepat dan tepat. Contohnya:
masyarakat diberikan edukasi tentang praktik penanganan masalah
kesehatan populasi: penyakit infeksi/ menular dengan melatih masyarakat
untuk mencuci tangan pakai sabun serta berperilaku hidup bersih dan sehat
agar terhindar dari penyakit infeksi/ menular.
c. Pencegahan tersier
Merupakan upaya untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi.Contohnya: Masyarakat tetap menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat seperti rutin olahraga, makan- makanan bergizi , istirahat
yang cukup, mencuci tangan pakai sabun dan menguras bak mandi 1x
seminggu.

7. Jenis – jenis penyakit menular


a. DBD (demam berdarah dengue)
Definisi
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong arthropod-borne virus,genus flavivirus dan
famili albopictus. penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur.Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat. Adanya peran lingkungan dalam
terjadinya penyakit dan wabah penyakit terjadi karena adanya interaksi
antara manusia dengan lingkungan tidak selalu
menguntungkan,kadangkadang manusia bahkan
Kondisi lingkungan yang buruk memberi keuntungan virus
penyakit cepat berkembang biak. Pembawa dan Penyebar penyakit DBD
yaitu aides aigepty menyukai lingkungan yang kualitasnya buruk,yang
ditandai dengan permukiman padat penduduk dengan lingkungan yang
kurang cahaya matahari lembab gelap, dekat dengan sungai dengan
alirannya lambat karena adanya Banyak sampah sehingga menimbulkan
genangan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.
dirugikan seperti terjangkit demam berdarah.
Tanda dan gejala
Setelah masa inkubasi yang berlangsung antara 4 sampai dengan 6
hari (rata-rata 3 sampai dengan 14 Hari) berbagai gejala awal biasanya
yang tidak spesifik seperti sakit kepala sakit punggung dan menyeluruh
mungkin dialami. Secara tipikal awitan DHF pada orang dewasa terjadi
tiba-tiba, dengan peningkatan suhu tubuh yang cukup tajam disertai
dengan menggigil dan terkadang juga disertai dengan sakit kepala yang
parah dan kemerahan pada wajah. Dalam 24 jam, nyeri Retro orbital
mungkin akan dirasakan terutama jika mata bergerak atau ditekan,
demikian juga dengan fotofobia sakit punggung dan nyeri otot serta
persendian/tulang tangan dan kaki. Gejala umum lainnya meliputi
anoreksia dan berubahnya sensasi pengecap, konstipasi, nyeri kolik, dan
nyeri tekan perut, nyeri tarikan di bagian pangkal paha, sakit tenggorokan,
dan depresi menyeluruh.
- Demam : suhu tubuh biasanya mencapai 390C sampai 400C dan
demam mungkin bersifat bifasik dan berlangsung sekitar 5-7 hari.
- Ruam kulit : kemerahan atau bercak-bercak merah yang menyebar
dapat terlihat pada wajah leher dan dada selama separuh pertama
periode demam akan muncul pada hari ke-3 atau ke-4.
- Perdarahan kulit : hasil uji torniquet yang positif atau petekia.
Patofisiologi
Patogenesis tidak begitu dipahami tetapi ada dua perubahan
patofisiologi yang terjadi, Meningkatnya permeabilitas pembuluh
darah mengakibatkan kebocoran plasma hipovolemia dan syok. DHF
memiliki ciri yang unik karena kebocoran plasma khusus ke arah
rongga pleura dan peritonium Selain itu periode kebocoran cukup
singkat (24 – 48 jam ). Hemostasis abnormal terjadi akibat
vaskulopati, trombositopenia, sehingga terjadi berbagai jenis
manifestasi perdarahan.
b. TBC
Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi akibat kuman mycobacterium
yang bersifat sistematis sehingga dapat mengenai hampir seluruh organ
tubuh,dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi yang pertama kali terjadi. (handayani, 2019)
Penularan
Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara (airborne),yang
tercemar dengan mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat
penderita tuberkulosis. Tempat masuknya kuman tuberkulosis yang
saluran pernapasan Saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit
(handayani, 2019)
Tanda dan gejala
- Demam
- Malaise
- Anoreksia
- Penurunan berat badan
- Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama
bermingguminggu sampai berbulan-bulan)
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Bunyi nafas hilang dan ronki kasar, pekak pada saat perkusi.
Faktor risiko TB
- Faktor umur
- Faktor jenis kelamin
- Tingkat pendidikan
- Pekerjaan
- Kebiasaan merokok
- Pencahayaan
- Ventilasi
- Kondisi rumah
- Kelembaban udara
- Status gizi
Pencegahan
1. Petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang
antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
2. Pencegahan pada penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut
sewaktu batuk dan membuang dahak tidak di sembarangan tempat.
3. Pencegahan infeksi : cuci tangan dan praktik menjaga kebersihan
rumah harus dipertahankan sebagai kegiatan rutin. Dekontaminasi
udara dengan cara ventilasi yang baik dan bias ditambahkan dengan
sinar UV.
4. Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang-orang
sangat dekat (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) yang
terindikasi dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif
tertular.
5. Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi
risiko terjadinya infeksi misalnya kepadatan hunian.
c. HIV/AIDS
Definisi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang
menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan infeksi oleh HIV.
Penularam
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang
yang terinfeksi, seperti darah, ASI (Air Susu Ibu), semen dan cairan
vagina. HIV juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selama
kehamilan dan persalinan. Orang tidak dapat terinfeksi melalui kontak
sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi
benda pribadi, makanan, atau air. (WHO, 2019)
Tanda dan gejala
Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah
terinfeksi HIV. Flu bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan
selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik, gejala lain mungkin tidak akan
terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak kekebalan
tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut menjadi
AIDS.
Faktor risiko HIV/AIDS
- Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa
menggunakan pengaman
- Menggunakan jarum suntik bersama-sama
- Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh
manusia tanpa menggunakan alat pengaman diri yang cukup
Pencegahan
Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai
berikut:
A (Abstinence) : artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks
bagi yang belum menikah
B (Be faithful) : artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks
(tidak berganti-ganti pasangan).
C (Condom) : artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual
dengan menggunakan kondom.
D (Drug No) : artinya Dilarang menggunakan narkoba.
E (Education) : artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar
mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.

B. Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri dari dua
bagian yaitu inti dan delapan sub system yang mengelilingi inti yang
merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses
keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti roda pengkajian adalah individu
yang membentuk suatu komunitas (Anderson & McFarlane, 2011).
a. Data inti komunitas
1) Sejarah atau riwayat (riwayat daerah dan perubahan daerah /
pemekaran wilayah)
2) Demografi
a) Usia: bayi, anak- anak, remaja, dewasa, lansia
b) Karakteristik jenis kelamin : laki- laki dan perempuan
c) Status perkawinan (kawin, janda/duda, single)
d) Agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha, Khonghucu dan lain-
lain)
3) Statistik vital (angka kelahiran, angka kesakitan, angka kematian,
angka penyakit kronik, penyakit : banyaknya masyarakat yang
terkena penyakit seperti: penyakit diare, demam berdarah dengue
(DBD), Tb paru dan penyakit menular lainnya).
4) Etnis dan budaya komunitas
a) Suku/ras misalnya masyarakat memiliki budaya minang, jawa,
madura, sunda dan sebagainya.
b) Adat/ kebiasaan yag mempengaruhi kesehatan : Kebiasaan
masyarakat ketika sakit, apakah berobat kedokter/pelayanan
kesehatan atau pergi ke dukun.
c) Bahasa yang digunakan misalnya masyarakat sering
menggunakan bahasa bahasa minang, bahasa jawa, bahasa
sunda, bahasa Indonesia
b. Sub system
1) Lingkungan fisik meliputi :
a) Iklim/cuaca : Tropis
b) Keadaan rumah
i. Pencahayaan ruang oleh matahari : Baik, Cukup, Kurang
ii. Ventilasi : Ada, Tidak ada, Luas kamar, Memenuhi syarat,
Tidak memenuhi syarat
c) Status rumah : Milik sendiri/kontrak
d) Lantai rumah : Lantai/papan keramik
e) Memiliki pekarangan : memiliki/tidak memiliki
f) Sumber air dan air minum
i. Penyediaan air bersih : PAM, Sumur, atau sungai.
ii. Penyediaan air minum : PAM, Sumur, sungai, atau air
mineral.
iii. Pengolahan air minum : Masak atau tidak dimasak
g) Kondisi tanah (kualitas dan kuantitas)
Kondisi tanah masyarakat di area sekitar apakah subur atau
tidak.
h) Binatang dan tumbuh-tumbuhan
i. Apakah binatang seperti nyamuk dan lalat sering terlihat
di sekitar pemukiman warga terutama di tempat
pembuangan sampah
ii. Apakah ada tumbuh- tumbuhan yang terlihat di
pemukiman masyarakat
i) Saluran pembuangan air/sampah
i. Kebiasaan membuang sampah : Diangkat petugas,
Dibuang sembarangan, Pembuangan air limbah, Got/ parit,
atau sungai.
ii. Keadaan pembuangan air limbah : Baik/lancar, atau kotor.
j) Jamban
i. Kepemilikan jamban : memiliki atau tidak memiliki.
ii. Macam jamban yang dimiliki : septitank atau disungai.
iii. Keadaan jamban : bersih atau kotor.
k) Fasilitas umum dan kesehatan
i. Sasaran kegiatan kelompok : Karang taruna, Pengajian,
Ceramah agama, PKK dan kegiatan lainnya
ii. Tempat perkumpulan umum : Balai desa, RT, RW,
Masjid/ mushola
iii. Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Puskesmas, rumah sakit,
dan praktek kesehatan laainnya
l) Kebiasaan check up kesehatan : Rutin tiap bulan atau jarang.
m) Pusat perbelanjaan
Apakah pusat perbelanjaan di masyarakat sudah cukup memadai
atau belum seperti adanya minimarket, pasar dan sebagainya.
2) Pendidikan
a) Fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat berupa jenis
fasilitas (milik pemerintah atau non pemerintah).
b) Tingkat pendidikan penduduk : SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi.
c) Sarana sekolah (jika ada): jumlah siswa, fasilitas sekolah, UKS
3) Ekonomi
a) Tingkat ekonomi penduduk
b) Jenis pekerjaan : PNS/ ABRI, Pegawai swasta, Wiraswasta,
Buruh tani/ pabrik
c) Tingkat pengangguran : apakah tingkat pengangguran di
masyarakat masih tinggi atau sudah berkurang
4) Keamanan dan transportasi
a) Alat transportasi yang dimiliki : Sepeda, Motor, Mobil, Becak /
lain- lain
b) Penggunaan sarana transpotasi oleh masyarakat : Angkutan
umum atau Kendaraan pribadi
5) Politik dan pemerintahan
a) Struktur organisasi
b) Terdapat kepala desa dan perangkatnya
c) Apakah di masyarakat ada organisasi karang taruna
d) Kelompok layanan kepada masyarakat (PKK, karang taruna,
panti, posyandu)
e) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
f) Peran serta parta dalam pelayanan kesehatan
6) Komunikasi
a) Fasilitas komunikasi yang ada : Radio, TV, Telepon/
handphone, Majalah/ Koran
b) Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk penyakit infeksi
menular
i. Pamphlet, leaflet dan poster tentang penanganan penyakit
infeksi/menular
ii. Kegiatan yang menunjang kegiatan penanganan penyakit
infeksi menular seperti penyuluhan dari puskesmas
terdekat dan lain sebagainya
7) Rekreasi
Sarana rekreasi meliputi, taman, area bermain, perpustakaan,
rekreasi umum dan privat, serta fasilitas khusus.
8) Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit bisa
terbilang rendah, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, kurang pengetahuan, masalah ekonomi dan lingkungan
social yang kurang baik sehingga sebagian masyarakat masih
mengabaikan kesehatannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Kasus : Agregat penyakit infeksi/meenular
Anda adalah perawat yang bekerja pinggiran kota Jakarta. Suatu hari ada
seorang pasien laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan demam lebih
dari 1 minggu, ruam, dan sariawan hilang timbul serta diare yang tidak
kunjung sembuh. Riwayat merokok sejak usia 15 tahun, bekerja sebagai supir
angkot. Pasien tersebut sudah menikah dan memiliki keluarga yang tinggal di
luar provinsi dan hanya bertemu 1 tahun sekali saat mudik.
Hasil pemeriksaan didapatkan pasien mengalami HIV positif dan harus
melakukan konseling lanjutan.
Diagnosa keperawatan
a) Defisit kesehatan komunitas (D.0110) berhubungan progam tidak
mengatasi seluruh kesehatan komunitas dibuktikan dengan terdapat
pasien yang mengalami HIV positif.
b) Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan (D.0112) dibuktikan
dengan seorang pasien laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan
demam lebih dari 1 minggu, ruam, dan sariawan hilang timbul serta diare
yang tidak kunjung sembuh.
3. Intervensi Keperawatan
Dx. Tujuan Dan Level Intervensi (SIKI)
Keperawata Kriteria Hasil Pencegahan
n (SLKI)
Defisit Setelah dilakukan Primer Pengembangan kesehatan
kesehatan asuhan masyarakat (I.14548)
komunitas keperawatan 1. Identifikasi
(D.0110) selama 4 minggu, masalah kesehatan
defisit kesehatan dan prioritasnya
komunitas teratasi 2. Libatkan anggota
dengan kriteria masyarakat untuk
hasil: mengembangkan
Status kesehatan rencana kerja
komunitas 3. Bangun komitmen
meningkat antar anggota
(L.12109) masyarakat
1. Ketersediaan
program
promosi
kesehatan
cukup
meningkat
2. Partisipasi
dalam program
kesehatan
komunitas
meningkat
3. Angka penyakit
menular seksual
menurun

Defisit Setelah dilakukan Sekunder Edukasi perilaku upaya


kesehatan asuhan Kesehatan (I.12435)
komunitas keperawatan 1. Anjurkan
(D.0110) selama 4 minggu, menggunakan
defisit kesehatan fasilitas kesehatan
komunitas teratasi 2. Ajarkan
dengan kriteria menentukan
hasil: perilaku spesifik
Status koping yg akan diubah
komunitas (Mis.keinginan
membaik dengan mengunjungi
kriteria hasil: fasilitas
1. Sumber daya kesehatan)
komunitas 3. Ajarkan program
meningkat kesehatan dalam
2. Partisipasi kehidupan sehari-
masyarakat hari
meningkat
3. Insiden masalah
kesehatan
dalam dalam
komunitas
menurun

Kesiapan Setelah dilakukan Primer Skrining kesehatan


peningkatan asuhan (I.14581)
manajemen keperawatan 1. Identifikasi target
kesehatan selama 4 minggu, populasi skrining
(D.0112) Kesiapan kesehatan
peningkatan 2. Gunakan
manajemen instrument
kesehatan teratasi skrining yang
dengan kriteria valid dan akurat
hasil: 3. Jelaskan tujuan
Menejemen dan prosedur
kesehatan keluarga skrining kesehatan
meningkat dengan 4. Informasiakn hasil
kriteria hasil: skirining
1. Menunjukkan kesehatan
perilaku adaptif
mengingkat
2. Menunjukkan
pemahaman
perilaku sehat
meningkat
3. Kemampuan
menjalankan
perilaku sehat
meningkat

Kesiapan Setelah dilakukan Sekunder Konseling (I.10334)


peningkatan asuhan 1. Identifikasi
manajemen keperawatan kemampuan dan
kesehatan selama 4 minggu, beri penguatan
(D.0112) Kesiapan
2. Identifikasi
peningkatan
perilaku keluarga
manajemen
yang
kesehatan teratasi
mempengaruhi
dengan kriteria
pasien
hasil:
Menejemen 3. Tetapkan tujuan
kesehatan dan lama
meningkat dengan konseling
kriteria hasil:
4. Beriakn privasi
1. Melakukan
dan pertahankan
tindakan untuk
kerahasiaan
mengurangi
faktor resiko 5. Anjurkan
meningkat mengganti
kebiasaan
2. Menerapkan maladaptive
progam dengan adaptif
perawatan
meningkat

3. Aktivitas hidup
sehari-hari
efektif
memenuhi
tujuan
kesehatan
meningkat

4. Implementasi Keperawatan
Hari / Level Implementasi Respon
Jam / Pencegahan
Tanggal
Senin, Primer Mengidentifikasi masalah S : Masyarakat
27 Juni kesehatan dan mengatakan terdapat
2022 prioritasnya warga yang menderita
08.30 HIV

O : Masyarakat
menjawab semua
pertanyaan yang
diajukan

Senin, Primer Melibatkan anggota S : Masyarakat


06 Juni masyarakat untuk mengatakan setuju ikut
2022 mengembangkan rencana serta dalam rencana
08.45 kerja kerja

O : Masyarakat tampak
antusias dalam rencana
kerja yang akan
dilakukan

Senin, Primer Membangun komitmen S : Masyarakat


27 Juni antar anggota masyarakat mengatakan akan
2022 berkomitmen
09.00

O : Masyarakat tampak
aktif dalam berdiskusi

Senin, Sekunder Menganjurkan S : Pasien mengatakan


27 Juni menggunakan fasilitas akan meakukan sesuai
2022 kesehatan anjuran yang diberikan
09.15

O : Pasien tampak
kooperatif

Senin, Sekunder Mengajarkan S : Pasien mengatakan


27 Juni menentukan perilaku akan rutin mengunjungi
2022 spesifik yg akan diubah fasilitas kesehatan
09.30 (Mis.keinginan
mengunjungi fasilitas O : Pasien tampak aktif
kesehatan)

Senin, Sekunder Mengajarkan program S : Pasien mengatakan


27 Juni kesehatan dalam akan melakukan progam
2022 kehidupan sehari-hari kesehatan dalam
09.45 kehidupan sehari-hari

O : Pasien tampak
memperhatikan

Selasa, Primer Mengidentifikasi target S : Masyarakat


28 Juni populasi skrining mengatakan setuju
2022 dilakukan skrining
08.00 kesehatan
O : Masyarakat tampak
kooperatif

Selasa, Primer Menggunakan instrument S : Masyarakat


28 Juni skrining yang valid dan mengatakan setuju
2022 akurat dilakukan skrining
09.15

O: Masyarakat tampak
kooperatif

Selasa, Primer Menjelaskan tujuan dan S : Masyarakat


28 Juni prosedur skrining mengatakan paham apa
2022 kesehatan yang telah dijelaskan
09.30

O : Masyarakat tampak
memperhatikan saat
penjelasan

Selasa, Primer Menginformasiakn hasil S : Masyarakat


28 Juni skirining kesehatan mengatakan siap
2022 dengan hasil skriningnya
09.45

O : Masyarakat tampak
kooperatif

Selasa, Sekunder Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan


28 Juni kemampuan dan beri keluarga selalu
2022 penguatan mendampinginya
10.00

O : Pasien tampak
menjawab semua
pertanyakan yang
diajukan
Selasa, Sekunder Mengidentifikasi perilaku S : Pasien mengatakan
28 Juni keluarga yang keluarga selalu
2022 mempengaruhi pasien mendukung
10.15

O : Pasien tampak
menjawab semua
pertanyakan yang
diajukan

Selasa, Sekunder Menetapkan tujuan dan S : Pasien mengatakan


28 Juni lama konseling bersedia dilakukan
2022 konseling
10.30

O : Pasien tampak
kooperatif

Selasa, Sekunder Memberiakn privasi dan S : Pasien mengatakan


28 Juni pertahankan kerahasiaan kerahasiaan penyakitnya
2022
10.45 O :Pasien tampak
kooperatif

Selasa, Sekunder Menganjurkan mengganti S : Pasien mengatakan


28 Juni kebiasaan maladaptive akan mulai mengganti
2022 dengan adaptif kebiasaannya
11.00

O : Pasien tampak
kooperatif

5. Evaluasi Keperawatan
Level Hari / Tgl / Evaluasi
Pencegahan Jam
Primer Senin, 27 S: Masyarakat mengatakan akan mengikuti
Juni 2022 rencana kerja yang dibuat
09.10
O: Masyarakat tampak kooperatif selama
progam kerja dilakukan

A: Masalah defisit kesehatan komunitas teratasi


sebagian

P: Lanjutkan intervensi

Sekunder Senin, 27 S : Pasien mengatakan akan melakukan program


Juni 2022 kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
10.00

O : Pasien tampak aktif dan antusias saat


dilakukan edukasi

A : Masalah defisit kesehatan komunitas teratasi


sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Primer Selasa, 28 S : Masyarakat mengatakan bersedia dilakukan


Juni 2022 skrining kesehatan
10.10

O : Masyarakat tampak kooperatif

A : Masalah kesiapan peningkatan manajemen


kesehatan teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Sekunder Selasa, 28 S : Pasien bersedia dilakukan konseling


Juni 2022
11.15 O : Pasien tampak menjawab setiap pertanyakan
yang diajukan

A : Masalah kesiapan peningkatan manajemen


kesehatan teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme
untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul
gangguan pada fungsi/ struktur dari bagian organisasi atau system dari tubuh
(Gold Medical Dictionary). Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasite, atau jamur dan
dapat berpindah ke orang lain yang sehat. Penyakit menular adalah adalah
penyakit yang disebabkan oleh transmisi infectious agent / produk toksinnya
dari seseorang/ reservoir ke orang lain/ suspectable host.(Irwan, 2019).
Berdasarkan manifestasi klinik maka karakteristik penyakit menular terdiri
dari:
1. Spectrum penyakit menular
2. Infeksi terselubung (tanpa gejala klinis)
3. Sumber penularan
Penyakit menular juga mempunyai beberapa sifat- sifat dalam
penularannya meliputi :
1. Waktu generasi (Generation Time)
2. Kekebalan kelompok (Herd Immunity)
3. Angka serangan
Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah
mekanisme penularan (mode of transmition) yakni berbagai mekanisme di mana
unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai penjamu yang
potensial. Pencegahan Penyakit Infeksi / Menular terdiri dari :
1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan tersier
Asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan pada populasi :
penyakit infeksi/ menular juga meliputi tahap pengkajian sampai tahap evaluasi.
B. Saran
Kelompok menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis
meminta kritik yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Ayunisri, Dea. Dkk. 2020. “Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Kesehatan
Populasi : Penyakit Infeksi/ Menular”. Padang. Online. Diakses pada tanggal 23
Juni 2022.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indikator Diagnostik. Edisi I. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Tindakan Keperawatan. Edisi I. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi I. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Infodatin Situasi Umum HIV/AIDS dan Tes HIV, Pusdatin, Kementerian Kesehatan,
2019

MAKALAH
KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM PENYAKIT
KRONIK

Disusun oleh :
1. Azizatul Umamah ( S19265 )
2. Dan Rawido Setya Pran Utama ( S19269 )
3. Dandi Indrawan ( S19271 )
4. Hanafi Febrianingrum ( S19279 )
5. Hanif Umareta ( S19280 )
6. Ika Lutfia C ( S19282 )
7. Jatmiatun ( S19284 )
8. Nailul Muna ( S19293 )
9. Pratiwi ( S19296 )
10. Tiara Bella Karoline ( S19308 )

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang


Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Meskipun banyak kesulitan dalam membuat makalah ini, namun
berkat penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan


dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pmbuatan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima kritik serta saran yang membangun
guna menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya kami selaku penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Surakarta, Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap
mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan.
Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam
masyarakat kita, umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian
semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis seperti penyakit
diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses
pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka
suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh
kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya
mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan
berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan
psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit
tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang
dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan
paliatif atau palliative care.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit Kronik


1. Pengertian penyakit kronik
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009)
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa
segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit
kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidak mampuan contohnya
saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases,
penyakit arthritis.
2. Sifat penyakit kronik
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah :
a. Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh
penyakit jantung.
b. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan
menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
c. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi
yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
3. Dampak penyakit kronik terhadap klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien
diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah:
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
1) Klien menjadi pasif
2) Tergantung
3) Kekanak-kanakan
4) Merasa tidak nyaman
5) Bingung
6) Merasa menderita
b. Dampak somatik
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena
keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan
penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P.
1) Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ)
dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi
seksual).
2) Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan
social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik
a. Persepsi klien terhadap situasi
b. Beratnya penyakit
c. Tersedianya support social
d. Temperamen dan kepribadian
e. Sikap dan tindakan lingkungan
f. Tersedianya fasilitas kesehatan
5. Respon klien terhadap penyakit kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan
kartina, 2009).
a. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien
merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan
melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama
keluarga dan kelompoknya
d. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh
seperti panas, nyeri, dll
e. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal
ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
f. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti
klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan
berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk
dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi
image), peran serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi
idealisme diri dan harga diri rendah
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
i. Klien menarik diri dari lingkungan
Hubungan sosial klien dapat terganggu sebagian maupun yang total.
Contohnya hubungan terganggu sebagian, klien masih berhubungan
dengan lingkungan sekitar, tetapi klien malu-malu dan tidak percaya diri
untuk bergaul dengan orang secara berkelompok. Apabila terganggu total,
klien sudah tidak ingin berinteraksi lagi dengan lingkungan sekitar, klien
hanya ingin menyendiri (menarik diri dari lingkungan).
6. Perilaku klien dengan penyakit kronik
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis
yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009),
yaitu:
a. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis
seperti jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini,
pasien akan memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita
tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita
sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera
sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk
mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan
secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang
atas penyakit ini, misalnya perubahan body image).
b. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan
sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi
dan perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian
yang akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi
jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi
emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan
memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit kanker.
c. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit
kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan
penyakit jantung mengalami depresi.
7. Respon keluarga
Keluarga juga mengalami respons yang sama dengan pasien atas penyakit
yang diderita oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
a. Penolakan (Denial)
Sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau
tidak menerima dengan kondisi yang ada pada pasien. Keluarga
mengangap penyakit yang diderita tidak terlalu berat dan menyakini
bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi
efek jangka pendek.
b. Cemas
Keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan diagnose yang telah
divonis oleh pihak medis. Pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh
penyakit tersebut dan takut ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh
pesien.
c. Depresi
Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi
yang dialami pasien akan mengalami depresi.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang optimal pada klien dengan kondisi kronis adalah sangat
penting. Penatalaksanan harus melibatkan kesehatan mental, memantau
perkembangan klien, dan melibatkan keluarga. Pengobatan sederhana tidak
cukup.
Klien harus bekerja sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan
yang diberikan, dan mempunyai keluarga yang mendukung
dan membantu dalam rencana pengobatan. Beberapa prinsip penatalaksanaan
klien dengan kondisi kronis adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan kesehatan
Menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan
keterbatasan pengobatan. Pendidikan kesehatan harus langsung pada
penderita dan keluarganya dan harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti.
b. Merespon terhadap emosi
Dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup bagi klien dan
keluarganya untuk mengemukakan perasaannya, kekhawatirannya, dan
harapannya.
c. Melibatkan keluarga
Dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan sangat penting.
Keluarga harus dibantu agar tidak melakukan sikap yang berlebihan
terhadap anak, seperti terlalu melindungi, terlalu khawatir dan
memberikan perhatian berlebihan.
d. Melibatkan pasien
Bila klien dilibatkan dalam penatalaksaan penyakitnya, maka mereka akan
lebih patuh dan bertanggungjawab.
e. Melibatkan tim multidisiplin
Beberapa ahli diperlukan dalam menatalaksana remaja dengan kondisi
kronis, seperti dokter, psikolog, pekerja sosial, okupasi- terapis,
fisioterapis, ahli gizi, dan ahli lain yang terkait.
f. Menyediakan perawatan yang berkelanjutan
Klien dengan kondisi kronis membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya.
Paling sedikit salah satu dari anggota tim, lebih baik dokter dari pusat
kesehatan primer (seperti Puskesmas), yang membina hubungan jangka
panjang dengan penderita dan keluarganya. Peran dokter disini adalah
mengkoordinasi perawatan berbagai spesialis (multidisiplin), memantau
tumbuh kembangnya, memberikan petunjuk yang mungkin diperlukan,
dan lain sebagainya.
g. Menyediakan pelayanan rawat jalan yang komprehensif
Diperlukan pelayanan psikologikal, belajar bersosialisasi,
pendidikan, penelitian, dikatakan bahwa klien yang mendapatkan
pelayanan yang komprehensif, dapat menurunkan frekuensi rawat inap,
lama dirawat, biaya di rumah sakit, dan menurunkan kemungkinan dirawat
kembali.
h. Merujuk ke kelompok pendukung (kelompok sebaya atau kelompok
penyakit sejenis)
Ikut dalam kelompok pendukung dapat saling tukar pengalaman dan
informasi antara penderita dan keluarga lain dengan masalah yang sama.
i. Mengembangkan teknik menolong diri sendiri
Pelatihan (terapi perilaku) Terhadap klien dalam teknik mengatasi stres
atau rasa sakit, dapat membantu klien mengurangi stres terhadap penyakit
dan pengobatan yang diberikan.
j. Pembatasan
Bila kepatuhan atau perilaku yang menjadi masalah, remaja harus dibuat
disiplin, dan tim yang merawat serta keluarganya harus setuju dan
mendukung.
k. Perawatan di rumah sakit
Bila diperlukan perawatan remaja di rumah sakit, terbaik bila ditangani
dalam lingkungan yang kondusif untuk kebutuhan perkembangan remaja.

B. Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Kronis


Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi proses keperawatan
dari pengkajian, diagnosa dan perencanaan (Purwaningsih dan kartina, 2009).
1. Pengkajian
a. Pengkajian terhadap klien
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Respon emosi klien terhadap diagnosa
2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3) Upaya klien dalam mengatasi situasi
4) Kemampuan dalam mengambil dan memilih pengobatan
5) Persepsi dan harapan klien
6) Kemampuan mengingat masa lalu
b. Pengkajian terhadap keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Respon keluarga terhadap klien
2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya
3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4) Kapasitas dan system pendukung yang ada
5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6) Identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan
perubahan yang terjadi
c. Pengkajian terhadap lingkungan
1) Sumber daya yang ada
2) Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3) Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4) Ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja

2. Diagnpsa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari proses pengkajian klien
dengan penyakit kronis adalah (Purwaningsih dan kartina, 2009) :
a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan
perubahan
b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan
ketidakmampuan mengekspresikan perasaan
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
d. Defisit perawatan diri personal Hygine berhubungan dengan ketidakmampuan
dan ketidak pedulian karena stress
e. Isolasi sosial berhubungan dengan gangguan kondisi kesehatan
f. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di hargai

C. Peran Perawat Komunitas Terkait Penyakit Kronik


1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan komunitas ( CHN ) merupakan spesialis pelayanan keperawatan yang
berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung jawab untuk
berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama upaya CHN
adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan dengan
tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi dengan penekanan
pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan keluarga.
2. Fungsi dan Peran Perawat CHN
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait komunitas antara lain:
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam
membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah
komunitas. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh
masyarakat, tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM,
NGO, BKKBN, PKBI dan sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan komunitas,
menetapkan penyedia pelayanan untuk komunitas.
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada komunitas,
menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus penyakit
dan risiko pada komunitas.
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan komunitas, merancang rencana perawatan untuk
memenuhi kebutuhan komunitas , mengawasi pelaksanaan pelayanan dan
mengevaluasi dampak pelayanan.
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak orang
dewasa di masyara.kat dan komunitas di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
f. Konselor
Membantu komunitas mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi, membantu
komunitas mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait komunitas, mengaplikasikan hasil riset pada komunitas,
mendesiminasikan hasil riset.
h. Caregiver
Mengkaji status kesehatan komunitas komunitas, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana
tindakan dan mengevaluasi hasil intervensi.
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi komunitas, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus orang dewasa terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan orang dewasa untuk mandiri.
j. Caregiver
Mengkaji status kesehatan komunitas komunitas, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan, melaksanakan rencana
tindakan dan mengevaluasi hasil intervensi.
k. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi komunitas, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus orang dewasa terhadap pengambil
keputusan, mempersiapkan orang dewasa untuk mandiri.
KASUS
Anda adalah seorang perawat di puskesmas yang bekerja disebuah puskesmas kecamatan
sebagai pemegang program perkesmas. Hasil kunjungan rumah pada keluarga dengang
tahap tumbuh kembang remaja didapatkan bapak W (48 tahun) Td 160/100 mmHgdan
ibu C (45 tahun) td 150/90 mmHg. Keduannya sering mengeluh sakit kepala dengan
riwayat keluarga hipertensi dan obesitas. Pernah mendapatkan obat dari periksa klinik
dan tidak diminum lagi ketika keluhannya hilang sudah tidak ada pantangan makanan.
Bapak W bekerja sebagai satpam dan sering tidak tidur pada saat malam hari, sedangkan
ibu C membuka warung kecil dirumahnya. Bapak W merokok aktif dan sering
mengkonsumsi kopi. Pasangan ini tinggal di wil. Perkotaan yang padat penduduk, dengan
tetangga adalah pendatang yang bekerja sebagai pedagang. Keluarga ini meiliki 3 anak,
anak pertama dan kedua sekolah sma, sedangkan yang anak yang ketiga di smp, yang
membutuhkan biaya cukup besar.
Pasangan ini tidak tau jika ada posbindu PTM (penyakit tidak menular) diwilayahnya dan
jarang sekali pergi ke puskesmas untuk memeriksakana kesehatannya, karena jarak
tempuh yang cukup jauh, ibu C mengatakan bahwa banyak sekali tetangganyan yang
mengalami hipertensi sehingga merasa biasa saja dengan keadaannya sekarang. Pasangan
ini tidak mengetahui penyebab hipertensi dan cara penggunaanya.

No Data subyektif Data obyektif


1 Bapak W dan Ibu C sering Hasil kunjungan rumah pada
mengeluh sakit kepala dengan keluarga dengan tahap tumbuh
riwayat keluarga hipertensi dan kembang remaja didapatkan
obesitas. Mereka pernah bapak W (48 tahun) Td 160/100
mendapatkan obat dari periksa mmHgdan ibu C (45 tahun) td
klinik dan tidak diminum lagi 150/90 mmHg
ketika keluhannya hilang sudah
tidak ada pantangan makanan.
2 Bapak W mengatakan bahwa ia Pasangan ini terlihat tinggal di
bekerja sebagai satpam dan wil. Perkotaan yang padat
sering tidak tidur pada saat penduduk, dengan tetangga
malam hari, sedangkan ibu C adalah pendatang yang bekerja
membuka warung kecil sebagai pedagang
dirumahnya. Bapak W
merokok aktif dan sering
mengkonsumsi kopi.
3 Pasangan ini tidak tau jika ada Pasangan ini tampak kurang
posbindu PTM (penyakit tidak mengetahui tentang adanya
menular) diwilayahnya dan program yang ada dipuskesmas
jarang sekali pergi ke karena jarang sekali
puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya
memeriksakana kesehatannya,
karena jarak tempuh yang
cukup jauh,.
4 ibu C mengatakan bahwa Pasangan ini tidak mengetahui
banyak sekali tetangganyan penyebab hipertensi dan cara
yang mengalami hipertensi penggunaanya.
sehingga merasa biasa saja
dengan keadaannya sekarang

1. Diagnosa keperawatan
a. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (D.0117)
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (D.0099)

2. Prioritas masalah

Diagnose Persentase Keseriusan Keefektifa Total Uruta


keperawatan populasi masalah n score n
dalam intervensi
masalah
kesehatan
Pemeliharaan 10 7 6 144 1
kesehatan
tidak efektif
Perilaku 8 7 5 110 2
kesehatan
cenderung
3. Rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas
No Diagnosa sasaran Tujuan Rencana intervensi Waktu
1 Pemelihar Keluarga Tujuan jangka - Pendidikan Pada hari
aan bapak W panjang: kesehatan (cara pertama
kesehatan dan - Mengatasi mengetahui pukul
tidak masyarakat penyakit penyebab 08.00-
efektif sekitar hipertensi hipertensi) 10.00 wib
diwilayah - Manajemen
puskesmas lingkungan
Tujuan jangka pendek komunitas
: (mengajarkan
- Mengatasi pola untuk berhenti
hidup tidak sehat merokok dan
masyarakat dan tidak merokok
keluarga bapak W didalam rumah)
Mengtasi - Identifikasi risiko
kebiasaan ()mengajarkan
merokok didalam pada masyarakat
rumah yang mengalami
hipertensi untuk
menjaga pola
makan dan tidak
merokok diarea
ruamh)
2 Perilaku Keluarga Tujuan jangka - Manajemen Pada hari
kesehatan bapak W panjang : perilaku kedua
cenderung dan - Perilaku (memberitahu pukul 08-
masyarakat kesehatan warga agar 11.00 wib
sekitar masyarakat tidak tidak
berisiko menganggap
Tujuan jangka hipertensi
Pendek : sebagai
- Meningkatkan penyakit
kesadaran sepele)
masyarakat - Pendidikan
tentang kesehatan
pentingkanya (pentingnya
menjaga pola memeriksakan
makan dan hidup kesehatan
sehat tanpa rokok secara rutin di
puskesmas)
- Manajemen
lingkungan
(membiasakan
hidup bersih
dan sehat tanpa
rokok dan
mengontrol
kesehatan
bersama warga
secara rutin)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit
berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan
sering kambuh. Respon klien dalam kondisi kroni sansgat tergantung
kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda.
Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan
oleh pasien kronis. Orang yang telah lama hidup sendiri, menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan
mempersatukannya dengan orang- orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,
dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan
sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan
menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang
disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien dengan
penyakit kronis sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan
perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Jadi tugas perawat untuk dapat lebih memahami dan memberi
perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Perawat juga harus mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik pada klien yang mengalami
penyakit kronis.
B. Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
kronis, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien dengan penyakit kronis, tanggung jawab
perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan
social yang unik
DAFTAR PUSTAKA

http://thinkgoodone.blogspot.com/2012/09/askep-pada-klien-penyakit-
kronis.html?m=1
https://id.scribd.com/document/395987714/agregat-kronik

https://id.scribd.com/doc/314847698/Asuhan-Keperawatan-komunitas-pada-
penyakit-kronik

Anda mungkin juga menyukai