Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS
PROSES TERJADINYA PENYAKIT
Dosen Pembimbing : Erna Handayani, S.kep.Ns, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Hindatut Toyyibah (14201.11.19015)
2. Nuriya Rakhman (14201.11.19038)
3. Patresia Noni B. (14201.11.19039)
4. Siti Maryam (14201.11.19046)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PADJARAKAN-PROBOLINGGO
2020 – 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah dengan judul “ PROSES TERJADINYA PENYAKIT”ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan
kepada Nabi kita Muhammad SAW, juga segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Untuk itu penulis mengucap kanterimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina
Yayasan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketuan STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
3. Ibu Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Kepala Prodi
Sarjana Keperawatan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo
4. Ibu Erna Handayani, S.kep.Ns, M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Komunitas I
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
6. Rekan – rekan STIKes Hafshawaty Zainul Hasan Gengg STIKes Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Probolinggo semester IV.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan, seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca
untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut segitiga epidemiologi, proses terjadinya penyakit timbul karena
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu host (pejamu), agent (kuman penyakit)
dan environtment (lingkungan). Faktor host adalah faktor yang terdapat dalam
diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu penyakit dan
perjalanan penyakit, seperti: usia, jenis kelamin, status imunisasi dan status
gizi. Faktor agent adalah suatu substansi yang keberadaannya mempengaruhi
perjalanan penyakit. Faktor environtment adalah semuakondisi dan pengaruh
luar yang mempengaruhi perkembangan organisme, sepertilingkungan fisik
dan lingkungan biologis. Kejadian campak merupakan penyakit yang timbul
akibat interaksi ketiga faktor tersebut (Notoadmodjo, 2003; dlmSavita. R,
2021).
Upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, perlu adanya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan, khususnya
tenaga perawat tentang Proses Terjadinya Penyakit. Sehingga dalam hal ini
penulis tertarik untu membuat makalah ini agar dapat meningkatkan
pengetahun mengenai Proses Terjadinya Penyakit, sehingga nantinya dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaiama proses terjadinya penyakit ?
2. Bagaimana perjalanan penyakit secara ilmiah?
3. Bagaimana pencegahan penyakit ?
4. Apa itu transmisi penyakit?
5. Apa itu fertilitas?
6. Apa itu pandemi dan endemi ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka makalah ini memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami proses perterjadinya penyakit
2. Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit secara ilmiah
3. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan penyakit
4. Untuk mengetahui dan memahami apa itu transmisi penyakit
5. Untuk mengetahui dan memahami apa itu fertilitas
6. Untuk mengetahui dan memahami apa itu pandemi dan endemi

1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam memahami
proses terjadinya penyakit. Serta sebagai bahan mata ajar dalam proses
belajar mengajar di Institusi
2. Tenaga Kesehata (Perawat)
Agar mengetahui tentang proses terjadinya penyakit dan agar bisa
mengaplikasikannya dalam dunia kerja, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan di masyarakat.
3. Mahasiswa
Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang proses terjadinya
penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terjadinya Penaykit
2.1.1 Pengertian Epidemiologi
Pengertian Epidemiologi menurut asal kata, jika ditinjau dari asal kata
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar
yaitu Epi yang berarti pada atau tentang, Demos yang berarti penduduk
dan kata terakhir adalah Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini adalah ilmu yang
mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta
determinant masalah kesehatan pada sekelompok orang atau
masyarakat serta determinasinya (faktor-faktor yang
mempengaruhinya). (Sari, M. H. N, dkk. 2021)
2.1.2 Segitiga Epidemiologi
Kejadian suatu penyakit disebabkan oleh interaksi antara host
(pejamu), agent (agen), dan environment (lingkungan). Para ahli
mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya kejadian suatu
penyakit dan merumuskan beberapa pendekatan dengan model antara
lain :
4. Pendekatan dengan Model Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar
epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan antara
tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya suatu penyakit
dan masalah penyakit lainnya. Segitiga ini merupakan interaksi
antara tiga faktor yaitu:
a. Host (tuan rumah, penjamu) Host adalah manusia atau makhluk
lainnya, termasuk burung dan arthropoda yang menjadi tempat
terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Menurut
Gordon dan Le Richt, 1950 dalam Azwar, 1999 menyatakan
bahwa faktor host atau penjamu adalah semua faktor yang
terdapat dalam diri manusia yang merupakan salah satu contoh
host yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan
suatu penyakit. Faktor-faktor host dipengaruhi oleh antara lain :
1) Faktor keturunan Faktor keturunan merupakan faktor yang
dapat menimbulkan penyakit di sebut juga penyakit
keturunan. Beberapa penyakit yang dapat diturunkan
seperti penyakit alergis, penyakit kelainan jiwa, penyakit
kelainan darah.
2) Mekanisme pertahanan tubuh Imunitas adalah resistensi
terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Sistem imun
adalah sel, molekul, jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap infeksi. Respon imun adalah reaksi
yang dikoordinasikan sel-sel, molekul-molekul terhadap
mikroba dan bahan lainnya. Sistem imun atau Pertahanan
imun terdiri dari:
a) Sistem imun alami/nonspesifik/alami/bawaan/asli
b) Sistem imun yang didapat/spesifik/adaptif/ mekanisme
pertahanan tubuh yang unik menjadi pertahanan tubuh
umum dan pertahanan tubuh khusus. Jika kedua
pertahanan tubuh tersebut saling bekerja sama maka
penyakit yang terjadi dapat disingkirkan.
3) Umur Ada kecenderungan penyakit menyerang umur
tertentu. Misalnya campak, polio, difteri, diare banyak
menyerang pada golongan umur anak-anak.
4) Jenis kelamin beberapa penyakit tertentu ditemukan hanya
pada jenis kelamin tertentu saja. Misalnya kanker
payudara pada perempuan, kanker prostat pada laki-laki.
5) Ras Pada ras tertentu diduga lebih sering menderita
beberapa penyakit tertentu. Misalnya ada perbedaan yang
mencolok ditemukan pada ras kulit putih dan ras kulit
hitam di Amerika.
6) Keadaan fisiologis tubuh Pada kondisi fisiologis tubuh
tertentu dapat memicu timbulnya penyakit. Misalnya
kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, keadaan gizi
7) Tingkah laku Tingkah penyakit.Misalnya gaya hidup,
kebersihan pribadi, hubungan antar pribadi. laku seseorang
dapat memicu timbulnya
b. Agen (agen penyebab) Agen adalah suatu substansi atau
elemen tertentu yang kehadiran ketidakhadirannya dapat
menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
Beberapa golongan Agen antara lain:
1) Golongan Nutrien Adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk melangsungkan fungsi kehidupan. Jika
kelebihan gizi misalnya disebabkan oleh kolesterol dapat
menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika seseorang
kekurangan gizi akan menyebabkan penyakit. Malnutrisi
atau status gizi rendah seperti kekurangan zat besi yang
mengurangi kecerdasan atau IQ. Studi antropometri (status
gizi) yang dilakukan pada anak-anak sekolah di negara-
negara rendah seperti Indonesia, Vietnam, India, Ghana,
dan Tanzania menunjukkan prevalensi stunting (anak
pendek) berkisar 48-56% dan prevalensi underweight (anak
kurus) berkisar 34-62% (Khomsan, 2012)
2) Golongan kimia Golongan kimia adalah berbagai zat kimia
yang ditemukan di alam (exogenous chemical materials)
dan zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous
chemical materials) misalnya jika tubuh terkena atau
kemasukan zat kimia tertentu seperti asbes, cobalt, zat
alergen dan gas beracun
3) Golongan fisik misalnya radiasi dan trauma mekanik, suhu
yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising,
kelembaban udara, tekanan udara.
4) Golongan mekanik Golongan mekanik merupakan unsur
campur tangan manusia yang lebih banyak ditemukan.
Misalnya kecelakaan di jalan raya, pukulan dan lain
sebagainya.
5) Golongan Biologis Golongan Biologis dapat berupa jasad
renik (mikroorganisme) atau bukan jasad renik baik yang
berasal dari hewan (flora) dan ataupun yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan (fauna). Contohnya metazoa, arthtopoda
dan helminthes) protozoa, bakteria, riketsia, virus, dan
jamur. karakteristik agen (Bustan, 1997) antara lain:
a) Virulensi : kesanggupan organisme
menghasilkan reaksi patologis yang mungkin hingga
tertentu untuk menyebabkan kematian. Jika kerusakan
yang ditimbulkan hebat maka agent tersebut termasuk
agent yang virulen.
b) Patogenisiti : kemampuan organisme untuk
menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul
penyakit (stimulus penyakit
c) Antigenisiti : kemampuan membangkitkan
mekanisme pertahanan tubuh (antigen) pada diri
pejamu.
d) Infektiviti : kemampuan mengadakan invasi dan
menyesuaikan diri, bertempat tinggal dan berkembang
biak dalam diri pejamu.
e) Toksisitas : kesanggupan organisme untuk
memproduksi reaksi kimia yang toksin oleh substansi
kimia yang dibuatnya.
f) Invasitas : kesanggupan organisme untuk
melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki
jaringan.
c. Environment (Lingkungan) Adalah agregat dari semua kondisi
dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan suatu organisasi.
1) Lingkungan Biologi, meliputi :
a) Tumbuhan
b) Binatang
c) kepadatan penduduk
2) Lingkungan Fisik meliputi:
a) Tanah
b) Air
c) Udara
d) Iklim
e) Keadaan geografi, topografi
3) Sosial-Ekonomi-budaya:
a) Mata pencaharian, status ekonom
b) Kepadatan
c) Sistem pelayanan kesehatan
d) Agama, Adat istiadat, kebiasaan, perilaku.
4) Model Roda Menurut model roda sesuatu penyakit tidak
satu sebab yang berdiri sendiri sebagai akibat dari proses
"sebab" dan "akibat". Dengan demikian timbulnya
penyakit dapat dimulai atau dihentikan dengan berbagai
titik.

5) Model Jaring-Jaring (Sarang Laba-laba) Terjadinya


penularan penyakit karena manusia kontak dengan
penyebab sakit di antara penyebab sakitpun berinteraksi
untuk memperkuat/melemahkan terjadinya sakit. Berikut
ini gambar model jaring jaring:

2.2 Perjalanan Penyakit Secara Ilmiah


Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh para ahli, dan beberapa
penyakit yang memiliki karakteristik tersendiri. Berdasarkan penjelasan
sebelumnya, alam dimulai dari sejak adanya paparan faktor penyebab
penyakit yang dialami, berbagai penyakit yang dicapai, atau rangkaianan
penyakit. Berikut beberapa tahapan riwayat penyakit alami menurut
beberapa ahli:
1. Roht, Selwyn dan Holguin (1982) melakukan pembagian periode
riwayat penyakit menjadi tiga, yaitu:
a. Interval waktu antara keterpaparan oleh agen penyakit sampai
timbulnya gejala (masa inkubasi);
b. Interval waktu antara timbulnya penyakit sampai dilakukan
diagnosis; dan
c. Interval waktu selama diagnosis dilakukan sampai pelaksanaan
terapi.
2. Last (2001) melakukan pembagian riwayat penyakit menjadi 3 tahap
yaitu:
a. Onset patologis,
b. Tahap presimptomatik, dan
c. Tahap klinis.
3. Centers for Disease Control and Prevention (2012) melakukan
pembagian periode riwayat penyakit menjadi 4 tahapan, yakni:
a. Tahap kerentanan,
b. Stadium penyakit subklinis,
c. Stadium penyakit klinis, dan
d. Tahap pemulihan, kecacatan atau kematian.
Pada umumnya sebuah penyakit dapat diketahui dengan baik
karakteristik alamnya, namun masih ditemukan beberapa penyakit yang
belum dapat diketahui riwayat penyakitnya. Pada penyakit yang menular,
karakteristik alam penyakit memiliki kerangka waktu dan manifestasi yang
beragam antar individu. Dengan edukasi yang baik terkait penyakit pada
individu, perlangsungan sebuah penyakit dapat dihambat dengan upaya
pencegahan dan pengobatan. Menurunkan faktor yang berhubungan
dengan kerentanan host, keterpaparan agen, dan faktor lainnya yang akan
memengaruhi kejadian penyakit. Pada umumnya, tahapan-tahapan riwayat
alami suatu penyakit dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap Pra-Patogenesis
Tahap ini dimulai dari terjadinya interaksi antara host dengan agen,
dimulai saat terjadinya stimulus sampai penyakit memberikan
respons. Agen penyakit belum masuk ke dalam tubuh host. Pada
keadaan seperti ini, penyakit belum ditemukan karena pada umumnya
daya tahan tubuh pejamu masih kuat (kerentanan rendah). Dengan
kutipan lain seseorang yang berada dalam keadaan ini disebut masih
dalam kondisi sehat (Azwar, 1999). Pada penyakit menular (infeksi),
dimulai dari adanya pajanan (paparan) dari penyebab penyakit tetapi
belum memasuki tubuh pejamu. Pada individu yang sakit, agen
penyebab penyakit tertusuk masuk ke dalam tubuh. Pajanan tersebut
dapat berupa mikroorganisme agent penyebab penyakit atau biasa
disebut dengan istilah etiologi. Pada penyakit tidak menular (non
infeksi), keadaan penyakit yang belum mengalami perkembangan,
tetapi kondisi yang memberikan peluang terjadinya penyakit atau
faktor risiko penyakit telah tampak. Terdapat akumulasi berbagai
faktor yang dapat menyebabkan penyakit yang rentan pada tahap ini,
misalnya:
a) Faktor risiko kelelahan dan kebiasaan minum alkohol sudah ada
jauh sebelumnya pada hepatitis,
b) Faktor risiko kolesterol tinggi (hiperkolesterol) sudah ada
sebelumnya pada Penyakit Jantung Koroner (PJK),
c) Faktor risiko paparan asbestosis fiber pada penyakit asbestosis,
d) Faktor risiko zat-zat yang terkandung dalam asap rokok pada
kejadian kanker paru,
e) Hormon estrogen yang memicu kanker endometrium,
f) Dan sebagainya.
Secara ringkas, gambaran tahap pra-patogenesis dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) Kondisi pejamu masih dalam keadaan sehat atau normal.
b) Telah terjadi interaksi antara pejamu dan agen, tetapi agen masih
berada di luar tubuh pejamu.
c) Pejamu menjadi lebih rentan atau agen menjadi lebih kuat
(virulen) jika terjadi perubahan pada interaksi host, agen dan
lingkungan, hal ini dapat memudahkan agen masuk ke tubuh host
(memasuki tahap inkubasi), Tahap ini biasa disebut dengan nama
fase rentan atau tahap of Susceptibility atau tahap awal proses
etiologis.
2) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya agen ke
dalam tubuh pejamu yang rentan terhadap penyebab penyakit sampai
munculnya penyakit. Masa inkubasi suatu penyakit berbeda dengan
yang lainnya, ada yang memiliki masa inkubasi beberapa jam dan ada
pula yang bertahun-tahun. Misalnya, penyakit demam kuning masa
inkubasinya adalah 3 – 6 hari, penyakit polio mempunyai masa
inkubasi antara 7 – 14 hari, sedangkan penyakit kanker paru yang
diakibatkan oleh perilaku merokok memiliki masa inkubasi bertahun-
tahun. Penting untuk diketahui terkait lama masa pengenalan suatu
penyakit, bukan hanya sekedar pengetahuan tentang riwayat penyakit
tetapi juga berguna untuk diagnosis informasi. Selain itu,
pengetahuan masa inkubasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi
jenis penyakit.

N Jenis Penyakit Masa Inkubasi


O
1. Aids 2 bulan-10 tahun
2. Amoebiasis 2-4 minggu
3. Anthrax 2-7 hari
4. Botulism 12-36 jam
5. Chikungunya 3-12 hari
6. Cholera 1-5 hari
7. Difteri 2-5 hari
8. Filariasis 3-12 bulan
9. Hepatitis A 15-50 hari
10. Hepatitis B 7-26 minggu
11. Leptospirisis 4-18 hari
12. Campak 10-14 hari
13. Poliomyelitis 5-30 hari
14. Tetanus 4-21 hari
Penyakit infeksi (penyakit menular) dikenal istilah masa
inkubasi (masa inkubasi), sedangkan masa latensi (masa latensi)
dikenal pada penyakit kronis (tidak). Selama periode ini, gejala
penyakit tidak tampak (tidak tampak). Pada kasus-kasus tertentu
misalnya: pada kejadian keracunan dan kondisi alergi/
hipersensitivitas, periode ini dapat berlangsung cepat dalam
beberapa detik, sedangkan pada kasus lain dapat pula berlangsung
lama (pada penyakit kronis). Pada korban bom atom Hiroshima
telah terjadi penyakit leukemia, masa latensi bervariasi antara 2 -12
tahun, dengan masa puncak 6-7 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

Penyakit dan Agen/Pajanan/Paparan Masa Inkubasi


a. Keracunan kerang akibat Beberapa menit – 30
sanitoksin dan keracunan menit
sejenis diakibatkan oleh kerang
Amoebiasis
b. Gejala gejala khas akibat Beberapa menit –

Organophoshorus Ingestion beberapa jam

c. Keracunan makanan akibat


staphyllococal 2-4 jam

d. Leukemia akibat radiasi bom


2-12 tahun
atom ( jepang )
e. Thyroid cancer akibat radiasi
3-20 tahun
nuklir (jepang, Chernoly)
f. Bone cancer akibat paparan
8- 40 tahun
radium (pada proses
pengecatan tombol jam tangan)

Tahap ini disebut juga tahap asimtomatik; atau tahap


presimptomatik; atau fase pra klinis; atau masa inkubasi/latensi;
atau proses induksi dan promosi (empiris induction period). Masa
induksi terjadi pada interval waktu antara beraksinya agen
penyakit, sampai pejamu tak terhindarkan dari kejadian penyakit.
Masa latensi terjadi setelah pejamu menderita penyakit namun
belum ada tanda-tanda klinis. Berbagai penyebab dapat bertambah
atau berkurang selama proses kejadian penyakit pada masa latensi
ini. Maka pada masa ini dikenal istilah periode induksi empiris
yaitu kombinasi antara masa induksi dan masa latensi atau dikenal
juga dengan istilah masa inkubasi multi kausal pada penyakit tidak
menular. Pada tahap ini dikenal juga istilah proses promosi. ini
merupakan sebuah proses keadaan patologis yang irreversibel dan
asimtom, sampai akhimya kondisi ini manifestasi manifestasi
klinis. Pada tahap ini, terjadi transformasi atau disfungsi sel, yang
pada akhirnya menimbulkan gejala atau akibat yang ditimbulkan
oleh agen penyakit yang meningkat aktivitasnya dan masuk ke
dalam tubuh.
3) Tahap Penyakit Dini
Munculnya gejala penyakit yang tampak ringan adalah pertanda awal
pada tahap ini. Penyakit berada pada masa sub klinik (stage of
subclinical disease), tetapi pada tahap ini merupakan masalah
kesehatan karena sudah terdapat gangguan patologis (perubahan
patologis). Umumnya penderita masih dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari sehingga menyebabkan sering tidak datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Dalam kondisi tingkat pendidikan masyarakat
yang masih rendah, tahap ini sering menjadi masalah dalam
kesehatan masyarakat. Kondisi tubuh masih kuat tetapi mereka
memilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, semakin
parah penyakit yang diderita karena keterlambatan datang berobat
merupakan masalah baru yang muncul pada tahap ini. Pada penyakit
menular, periode ini terjadi masa durasi atau dalam istilah yang lain
disebut masa ekspresi. Masa waktu yang diperlukan oleh suatu
pajanan sampai memenuhi dosis yang cukup dan akhirnya
memunculkan reaksi penyakit. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada jaringan tubuh telah cukup untuk penanganan gejala-gejala dan
tanda-tanda penyakit. Pejamu dalam kondisi sakit ringan, namun
masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Pada kasus keracunan
dan penyakit menular, umumnya fase ini dapat berlangsung dengan
cepat atau umumnya pada penyakit tidak menular secara kronis.
4) Tahap Penyakit Lanjut
Pada tahap ini diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan karena
penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas.
Setelah diagnosis ditegakkan, pengobatan yang tepat untuk
menghindari akibat yang kurang baik. Pada tahap ini penderita tidak
dapat menjalani lagi aktivitas sehari-hari dan jika datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan sebagian besar membutuhkan perawatan.
Tahap ini biasa juga disebut tahap penyakit klinis, yaitu tahap di
mana penyakit semakin tampak jelas dan mungkin diperparah dengan
adanya kelainan patologis dan gejalanya. Periode transisi dari fase
sub klinis ke penyakit yang ditandai dengan timbulnya gejala
penyakit, sehingga pada fase ini sebagaimana dijelaskan sebelumnya
bahwa mulai dilakukan diagnosis penyakit. Fase klinis tidak terjadi
pada beberapa individu yang tidak memiliki kerentanan. Sebaliknya,
penyakit berkembang dari ringan, sedang, berat, hingga fatal
(spektrum penyakit disebut) pada individu yang memiliki kerentanan
dan kurang memiliki kepedulian. Tahap Penyakit Akhir Pada saatnya
tiba, perjalanan sebuah penyakit juga akan berakhir. Berakhirnya
perjalanan penyakit dapat berlangsung dalam lima pilihan keadaan,
yaitu:
a) Sembuh sempurna Agen penyakit menghilang dan kondisi pejamu
menjadi pulih atau sehat kembali. Bentuk dan fungsi tubuh
kembali sebagaimana sebelum menderita penyakit.
b) Sembuh dengan cacat Agen menghilang, penyakit juga tidak ada,
tetapi pejamu tidak pulih kembali sepenuhnya, menghilangkan
gangguan yang permanen berupa cacat. Cacat yang dimaksud di
sini tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata
tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental, dan
cacat sosial.
c) Karier Tubuh penderita pulih kembali, namun agen itu tetap ada
dalam tubuh tanpa gangguan penyakit. Perjalanan penyakit seolah-
olah berhenti karena gejalanya tidak tampak lagi. Dalam diri
pejamu terdapat agen penyakit yang suatu saat, misalnya ketika
pejamu dalam kondisi rentan maka penyakit akan muncul kembali.
Keadaan ini selain dapat membahayakan diri sendiri juga akan
berdampak pada masyarakat sekitarnya yaitu sebagai sumber
penularan penyakit.

2.3 Pencegahan Penyakit


Perilaku pencegahan penyakit merupakan perilaku seseorang
dalam melakukan suatu aktivitas untuk menurunkan resiko terjadinya
penyakit. Perilaku peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit serta
mengukur pola makan merupakan bagian dari perilaku sehat yang saling
melengkapi satu sama lain untuk memperoleh kesehatan yang optimal.
Jika seseorang sudah mengalami penuaan atau lansia maka makanan yang
di komsumsi harus dibatasi dan harus selalu dipantau sebab seseorang
yang mengalami penuaan atau lansia akan mudah terserang penyakit.
(Ardhiatma, F, 2017)
Tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark ada 5
tingkatan yaitu (Maryati, 2009, p.146):
1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
a. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitas.
b. Perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan.
c. Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain
pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil diluar
nikah, yang terkena penyakit infeksi akibat seks bebas dan
Pelayanan Keluarga Berencana.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific
Protection).
a. Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk
mencegah terhadap penyakit – penyakit tertentu.
b. Isolasi terhadap penyakit menular.
c. Perlindungan terhadap keamanan kecelakaan di tempat – tempat
umum dan ditempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan – bahan yang bersifat karsinogenik,
bahan – bahan racun maupun alergi.
3. Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (Early Diagnosis and Promotion).
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Melakukan pemeriksaan umum secara rutin.
c. Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu misalnya kusta,
TBC, kanker serviks.
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e. Mencari orang – orang yang pernah berhubungan dengan penderita
berpenyakit menular.
f. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan kecacatan (Dissability Limitation)
a. Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjut agar terarah
dan tidak menimbulkan komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan bagi pengunjung untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (Rehabilitation)
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehablitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat.
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberi dukungan moral, setidaknya bagi yang bersangkutan
untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha – usaha kelanjutannya harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit. (Rahmawati, F.
2021)
2.4 Mekanisme Transmisi
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan
bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara
bertahan hidup dengan berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok
dan mampu mencari reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar
atau berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat
merugikan bagi orang-orang yang dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi
orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit. Orang yang sehat akan
menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses
asuhan keperawatan di rumah sakit akan memperoleh “tambahan beban
penderita” dari penyebaran mikroba patogen ini. mekanisme transmisi
mikroba patogen ke pejamu yang rentan (suspectable host) dapat terjadi
melalui dua cara :
1. Transmisi langsung (direct transmission)
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk (port
d’entrée) yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya
sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin,
batuk, berbicara, atau saat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi tidak langsung (indirect transmission)
Penularan mikroba pathogen melalui cara ini memerlukan adanya
“media perantara” baik berupa barang atau bahan, udara, air, makanan
atau minuman, maupun vector:
a. Vehicle-borne
Dalam kategori ini, yang menjadi media perantara penularan
adalah barang atau bahan yang terkontaminasi seperti peralatan
makan dan minum, instrumen bedah atau kebidanan, peralatan
laboratorium, peralatan infus atau transfusi.
b. Vector-borne
Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga), yang
memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara sebagai
berikut.
1) Cara mekanis
Pada kaki serangga yang menjadi vektor melekat kotoran atau
sputum yang mengandung mikroba patogen, lalu hinggap pada
makanan atau minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke
saluran cerna pejamu.
2) Cara biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakan dalam tubuh vektor atau serangga,
selanjutnya mikroba berpindah tempat ke tubuh pejamu melalui
gigitan.
3) Food-borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang terbukti
cukup efektif untuk menjadi saran penyebaran mikroba patogen
ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk (port d’entrée) saluran
cerna.
4) Water-borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif,
terutama untuk kebutuhan rumah sakit, adalah suatu hal yang
mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan
bakteriologis, diharapkan telah bebas dari mikroba patogen
sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Jika tidak, sebagai
salah satu media perantara, air sangat mudah menyebarkan
mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk (port
d’entrée) saluran cerna maupun pintu masuk lainnya.
5) Air-borne
Udara bersifat mutlak diperlukan bagi setiap orang, namun
sayangnya udara yang telah terkontaminasi oleh mikroba
patogen sangat sulit untuk dapat dideteksi. Mikroba patogen
dalam udara masuk ke saluran napas pejamu dalam bentuk
droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat
batuk atau bersin, bicara atau bernapas melalui mulut atau
hidung. Sedangkan dust merupakan partikel yang dapat terbang
bersama debu lantai atau tanah. Penularan melalui udara ini
umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti
di dalam gedung, ruangan, bangsal atau kamar perawatan, atau
pada laboratorium klinik.
Mekanisme transmisi mikroba patogen atau penularan
penyakit infeksi pada manusia sangat jelas tergambar dalam uraian
di atas. Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka
(suspectable host) akan berinteraksi dengan mikroba patogen, yang
secara alamiah akan melewati 4 tahap.
1) Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih berada dalam kondisi yang relatif
sehat, namun kondisi tersebut cenderung peka atau labil,
disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena
penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku atau kebiasaan
hidup, sosial-ekonomi, dan lain-lain. Faktor-faktor predisposisi
tersebut akan mempercepat masuknya agen penyebab penyakit
(mikroba patogen) untuk dapat berinteraksi dengan pejamu.
2) Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen akan mulai
beraksi, namun tanda dan gejala penyakit belum tampak
(subklinis). Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh
pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit
dikenal sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit
berbeda dengan penyakit lainnya; ada yang hanya beberapa
jam, dan ada pula yang sampai bertahun-tahun.
3) Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi-fungsi organ yang dapat
memunculkan tanda dan gejala (signs and symptomps) dari
suatu penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan
berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala
penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan
aktivitas sehari–hari dan masih dapat diatasi dengan berobat
jalan. Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan
berobat jalan, karena penyakit bertambah parah baik secara
objektif maupun subjektif. Pada tahap ini penderita sudah tidak
mampu lagi melakukan aktivitas sehari–hari dan jika berobat,
umumnya harus melakukan perawatan.
4) Tahap Akhir Penyakit Perjalanan semua jenis penyakit pada
suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut
dapat berakhir dengan 5 alternatif.
a. Sembuh sempurna Penderita sembuh secara sempurna,
artinya bentuk dan fungsi sel / jaringan /organ tubuh
kembali seperti semula saat sebelum sakit.
b. Sembuh dengan cacat Penderita sembuh dari penyakitnya
namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk
cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
c. Pembawa (carrier) Perjalanan penyakit seolah–olah
berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala
penyakit. Pada tahap ini agen penyebab penyakit masih ada
dan masih memiliki potensi untuk menjadi suatu sumber
penularan.
d. Kronis Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda
dan gejala yang tetap atau tidak berubah (stagnan).
e. Meninggal dunia Akhir perjalanan penyakit dengan adanya
kegagalan fungsifungsi organ yang menyebabkan kematian.
2.5 Fertilitas
2.5.1 Definisi
Fertilitas dalam istilah demografi adalah kemampuan riil seorang
wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang
dilahirkan. Fertilitas merupakan salah satu faktor demografi yang
paling menentukan di dalam penurunan tingkat pertumbuhan
penduduk di Indonesia yang selama 20 tahun terakhir laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia stagnan pada angka 1,49 persen.
(Yasin, 1981; dlm sukim.2018).
Fertilitas adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang
dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas). Fertilitas adalah
tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2017 dan
terus berlanjut hingga tahun 2035. Untuk mencapai Kondisi Penduduk
Tumbuh Seimbang (PTS), diharapkan angka kelahiran total (TFR) 2,1
per wanita atau net reproduction (NRR) sebesar 1 per wanita pada
tahun 2017. Kesejahteraan keluarga dan masyarakat akan lebih mudah
dicapai apabila anak pada keluarga inti jumlahnya ideal, yaitu “dua
anak lebih baik”, dengan cara mengatur jarak kelahiran dan jumlah
anak. (Sri Yuniarti.2017).
enurut Adioetomo,2011 (dalam jurnal Zulkifli,2020). Fertilitas
artinya berapa banyak seorang wanita bisa melahirkan hidup. Fertilitas
ini bisa dipengaruhi oleh struktur umur, umur kawin pertama, jumlah
perkawinan, jenis pekerjaan wanita, alat dan jenis kontrasepsi yang
digunakan serta pendapatan keluarga Ada 3 cara perhitungan
fertilitas yaitu :
1. CBR (Crude Birth Rate-CBR) yaitu Angka Kelahiran Kasar
berupa jumlah kelahiran dalam seribu pendududuk pada
pertengahan tahun tertentu.
2. GFR (General Fertility Rate) yaitu jumlah kelahiran dalam
seribu penduduk wanita berumur 15-44 tahun pada tahun
tertentu.
3. ASFR (General Fertility Rate) yaitu jumlah kelahiran menurut
kelompok umur wanita per seribu wanita pada kelompok
umur tertentu pad tahun yang dihitung.
Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu dinamika
kependudukan selain mortalitas (kematian), migrasi dan perkawinan
yang memengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Fertilitas
merupakan faktor yang menambah jumlah penduduk, sedangkan
mortalitas merupakan faktor yang mengurangi jumlah penduduk di
suatu wilayah. (Bogue,2018)
Fertilitas diartikan sebagai kemampuan seorang wanita untuk
menghasilkan kelahiran hidup merupakan salah satu faktor penambah
jumlah penduduk disamping migrasi masuk, tingkat kelahiran dimasa
lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini. Fertilitas
merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok
wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan
banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran
dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya,
struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama,
banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat
kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan Adioetomo dan Samosir (2011).
(dalam jurnal Lennaria Sinaga,2017).
Fertilitas yang Bahasa inggrisnya “fertility” berarti reprod
performance (Webster’s,2020). Fertilitas adalah suatu pengertian
digunakan oleh ahli demografi untuk menunjukan tingkat
pertambahan j anak (Hutabarrat, 2018).
Pengertian lain dari fertilitas sebagai istilah demografi
diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita
atau sekelo wanita, dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang hidup (Hatmadji,2017).
Menurut ahli lain, fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunak
dalam bidang demografi untuk menggambarkan jumlah anak
yang b benar dilahirkan hidup. Fertilitas juga diartikan sebagai
suatu ukuran diterapkan untuk mengukur hasil reproduksi wanita
yang diperoleh statistik jumlah kelahiran hidup (Pollard, 2017)
Melihat dari pendapat para ahli dalam memberi definisi men
fertilitas maka dapat disimpulkan bahwa fertilitas dapat
diartikan sesuatu ukuran dari hasil reproduksi dan dinyatakan
dengan jumlah bayi lahir hidup ataupun yang lahir mati.
2.5.2 Faktor yang mempengaruhi fertilitas
Menurut Davis dalam Bagoes Mantra(2003), (dalam jurnal
Lennaria Sinaga2017), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor demografi
dan faktor non-demografi.
1. Faktor demografi diantaranya adalah struktur umur,
struktur perkawinan, umur kawin pertama, paritas, disrupsi
perkawinan, dan proporsi yang kawin.
2. Sedangkan faktor non-demografi antara lain keadaan ekonomi
penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan,
urbanisasi dan industrialisasi. Davis dalam Mantra, (2003) dalam
tulisannya berjudul The Social Structure of Fertility: An
Analitical Framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial
mempengaruhi fertilitas melalui variabel antara. Menurut
pengertian demografi, fertilitas lebih di kaitkan dengan banyaknya
anak lahir hidup. Selain itu istilah fertilitas dapat di artikan
dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu selepasnya bayi dari
rahim seorang perempuan dengan menunjukan tanda- tanda
kehidupan, misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan
sebagainya.

2.6 Epidemi dan endemic


Endemi adalah tingkat pertama keparahan penyakit disebut
endemi. Endemi dikaitkan dengan jumlah penyakit yang ada di dalam
suatu komunitas atau kehadiran konstan atau kejadian biasa pada penyakit
tertentu di suatu wilayah. (Iman Suswanto,2018)
Endemi merupakan penyakit menular yang dapat menyerang
banyak orang, dan terjadi hanya di suatu wilayah tertentu yang sering
terjangkit penyakit. Endemi bisa digambarkan salah satunya dengan
definisi kejadian DBD. Penyakit yang disebabkan virus Dengue yang
ditularkan melalui nyamuk ini dapat timbul sepanjang tahun. Seiring
dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, jumlah
penderita DBD serta luas daerah penyebarannya semakin bertambah.
Selain DBD, contoh endemi di Indonesia antara lain adalah penyakit kaki
gajah, kusta, atau malaria serta hepatitis.( Fadjar Rianto,2017)
Sedangkan Epidemi adalah peningkatkan mendadak dari jumlah
kasus penyakit dari batas endemi di daerah tersebut. Epidemi juga terkait
dengan penularan viru yang terbatas di satu lingkungan atau negara meski
kadang penyakit menularnya menyebar dengan cepat ke banyak orang.
Sebagai contoh, pada tahun 2003, epidemi sindrom pernapasan akut atau
SARS yang parah merenggut nyawa hampir 800 orang di seluruh dunia.
(Iman Suswanto,2018)
Epidemi merupakan penyakit menular yang dapat menyerang
banyak orang, dengan penyebaran yang terjadi sangat cepat dan dalam
lingkup wilayah yang luas. Peningkatan angka penyakitnya di atas normal
dan biasanya terjadi secara tiba-tiba pada suatu populasi di area geografis
tertentu. Contoh penyakit yang pernah menjadi epidemi adalah virus Ebola
di Republik Demokratik Kongo (DRC) pada 2019, Avian Influenza/flu
burung (H5N1) di Indonesia pada 2012, dan SARS di 2003. (TD
Chandra,2021).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini adalah ilmu yang
mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinant
masalah kesehatan pada sekelompok orang atau masyarakat serta
determinasinya (faktor-faktor yang mempengaruhinya). Menurut segitiga
epidemiologi, proses terjadinya penyakit timbul karena dipengaruhi oleh 3
(tiga) faktor, yaitu host (pejamu), agent (kuman penyakit) dan environtment
(lingkungan). Penyakit dapat dicegah dengan perilaku pencegangan penyakit.
Perilaku pencegahan penyakit merupakan perilaku seseorang dalam
melakukan suatu aktivitas untuk menurunkan resiko terjadinya penyakit.
Tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark ada 5 tingkatan
yaitu: Peningkatan kesehatan (Health Promotion), perlindungan umum dan
khusus terhadap penyakit tertentu (Spesific Protection), penggunggunakan
diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early Diagnosis
and Promotion), pembatasan kecacatan (Dissability Limitation), pemulihan
kesehatan (Rehabilitation).
3.2 SARAN
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan
pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya dalam pemahaman tentang proses
terjadinya penyakit. Sehingga penulis menyarankan kepada para pembaca agar bisa
mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan kerja,
sehingga nantinya makalah ini mampu meningkatkan keperawatan sebagai suatu
disiplin ilmu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiatma, F., Rosita, A., & MujiLestariNingsih, R. E. (2017). Hubungan Antara
Pengetahuan Tentang Gout Arthritis Terhadap Perilaku Pencegahan Gout
Arthritis Pada Lansia. GLOBAL HEALTH SCIENCE (GHS), 2(2).
Fadjar Rianto,2017. Epidemi Penyakit Hawar Beludru Septobasidium Pada
Kebun Lada Dengan Jenis Tajar Berbeda. Jurnal Pengkajian
penyakit.Vol 6.12.2017.
Iman Suswanto,2018.Pengelompokkan Wilayah Bencana Endemi Demam
Berdarah Dengue Di Jawa Timur Dengan Fuzzy Geographically
Weighted Clustering–Particle Swarm. Jurnal Aplikasi Statistika &
Komputasi Statistik, V 7.2.2018, ISSN 2086-4132
Lennaria Sinaga dkk,2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di
perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi
Kabupaten Batanghari). Jurnal Paradigma Ekonomika Vol. 12. No. 1,
Januari—Juni 2017 ISSN: 2085-1960.
Rahmawati, F. (2021). Mata Kuliah: Tutor Blok 6 Biomedik.
Sari, M. H. N., Rasmaniar, R., Ashriady, A., Purnawinadi, I. G., Razak, R.,
Budiastuti, A., ... & Wijayati, S. (2021). Dasar-Dasar Epidemiologi.
Yayasan Kita Menulis.
Savita, R. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Status
Imunisasi Pada Balita Pasien Campak. Citra Delima: Jurnal Ilmiah
STIKES Citra Delima Bangka Belitung, 5(1), 53-57.
Sri Yuniarti dkk,2017. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Fertilitas :
Suatu Kajian Literatur. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat,Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran Bandung.
RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.20
0ktober 2017.
Sukim dkk,2018. Pola fertilitas wanita usia subur di indonesia: perbandingan tiga
survei demografi dan kesehatan indonesia (2016, 2017 dan 2018).Jurnal
Aplikasi Statistika Dan Komputasi Statistik, V.10.1.2018.ISSN 2086-4132.
TD Chandra,2021.Analisis kestabilan model epidemi sjat pada penyebaran
penyakit aids di kecamatan pujer kabupaten bondowoso, Jurnal MIPA,
2021 - ejournal.unsrat.ac.id
Zulkifli dkk,2020. Analisis Fertilitas Di Provinsi Aceh, Jurnal Perspektif
Ekonomi Darussalam Volume 6 - Nomor 1, Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai