Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL DISKUSI

FOCUS GROUP DISCUSSION

Skenario 3: Zoonosis Menjadi Ancaman Serius Kesehatan Manusia

Disusun oleh:

Nama : Nurhanif Saptama Muhammad

NIM : 15/377769/KH/8492

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
I. Judul / Topik Diskusi
“Zoonosis Menjadi Ancaman Serius Kesehatan Manusia”
 Apa yang perlu dilakukan untuk mengelola kesehatan masyarakat di suatu daerah
tertentu?
 Apa sajakah peran dokter hewan untuk pencegahan dan pengendalian zoonosis serta
emerging disease?
 Penyakit zoonosis yang muncul di daerah perkotaan/pedesaan. Faktor apa yang berperan?
II. Tujuan Pembelajaran

 Mahahasiswa mampu menjelaskan kesehatan masyarakat, ruang lingkup kesehatan


masyarakat maupun program-programnya.
 Mahasiswa mampu menjelaskan kesehatan masyarakat veteriner, ruang lingkup
kesehatan masyarakat veteriner maupun program programnya.
 Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai zoonosis tentang penyebab penyakit, cara
penularan, gejala klinis, diagnosis, dan pencegahan dan pengontrolan secara trans disiplin
(one health).
 Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep keilmuan, keterampilan dan
perilaku dalam diskusi.

III. Pembahasan
1. Apa yang perlu dilakukan untuk mengelola kesehatan masyarakat di suatu daerah

Upaya kesehatan masyarakat diperlukan suatu kerja sama antara masyarakat dan petugas
kesehatan dengan cara mencegah terjadinya suatu penyakit dan upaya pemulihan kesehatan.
Faktor penunjang dalam peningkatkan kesehatan adalah keadaan sosial ekonomi, kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu dan anak, penyediaan air bersih, perbaikan gizi, kesehatan dan
keselamatan kerja, promosi kesehatan dan kesehatan reproduksi. Upaya kesehatan masyarakat
dapat terwujud apabila pemerintah bersama masyarakat bersinergi melakukan upaya pencegahan
dengan memperhatikan faktor-faktor yang memiliki konstribusi terhadap munculnya berbagai
masalah kesehatan,untuk itu diperlukan data-data penunjang yang akan memberikan gambaran
secara umum permasalahan kesehatan pada suatu wilayah. (Anwar dan Sultan, 2016)

Konsep one health merupakan suatu gerakan untuk menjalin kemitraan antara dokter dan
dokter hewan yang harus disepakati oleh berbagai pihak, baik organisasi medik kesehatan,
kesehatan hewan maupun kesehatan masyarakat. Upaya untuk pelaksanaan dalam merintis konsep
one health harus dimulai dengan merancang kerjasama dan mengurangi hambatan komunikasi
yang terjadi antara dokter dan dokter hewan. Rintisan konsep one health adalah respons langsung
dari kepedulian yang semakin bertambah mengenai ancaman penyakit-penyakit yang baru muncul
di seluruh dunia dan ancaman nyata di depan kita seperti wabah yang membahayakan kesehatan
manusia dan hewan domestik. Ancaman ini juga berpotensi mempengaruhi perekonomian regional
dan global. (Wicaksono, 2010)

2. Apa saja peran dokter hewan dalam pencegahan dan pengendalian zoonosis dan penyakit
emerging?

Otoritas veteriner kini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3
tahun 2017. Wewenang dokter hewan dalam pencegahan dan pengendalian zoonosis sendiri
tertuang dalam pasal 12 ayat (2) yaitu melakukan pengambilan keputusan teknis tertinggi dalam
pemberian rekomendasi penetapan zoonosis prioritas kepada Menteri (a); pelaksanaan
pengendalian lalu lintas Produk hewan (b); pemberian sertifikat Veteriner bagi produk hewan yang
akan dikeluarkan dari wilayah NKRI untuk menjadi salah satu dasar pemeriksaan Karantina
Hewan di tempat pengeluaran (c); dan penetapan strategi pencegahan penularan zoonosis (g).

Zoonosis menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan


Kesehatan Hewan adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia atau
sebaliknya. Masalah zoonosis perlu dikendalikan karena dalam kondisi tertentu dapat berpotensi
menjadi wabah atau pandemi. Ancaman zoonosis di Indonesia maupun di dunia cenderung
meningkat dan berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, keamanan dan kesejahteraan rakyat.
Beberapa tahun belakangan ini, muncul penyakit yang disebut emerging and re-emerging
diseases.

Emerging and re-emerging zoonoses dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu penyakit
zoonosis yang baru diketahui (newly recognised); penyakit zoonosis yang baru muncul (newly
evolved); dan penyakit zoonosis yang sudah terjadi sebelumnya tetapi akhir-akhir ini menunjukkan
peningkatan insidensi atau perluasan ke wilayah geografis, induk semang atau keragaman vektor
yang baru (Brown 2004).

Cleavelandet al. (2001) berhasil mengidentifikasi adanya 1.415 spesies organisme penyakit yang
diketahui bersifat patogen bagi manusia, terdiri dari 217 virus dan prion, 538 bakteri dan rickettsia,
307 cendawan, 66 protozoa, dan 287 parasit cacing. 868 species dari total patogen tersebut
merupakan agen penyebab zoonosis dan 175 spesies dikaitkan dengan penyakit yang baru muncul
(emerging disease). Dari 175 species tersebut, 132 spesies adalah agen penyebabzoonosis yang
baru muncul (emergingzoonoses diseases). Emerging zoonoses yang timbul beberapa tahun
terakhir adalah ebola virus, bovine spongiform encephalopathy (BSE), Nipah virus, rift valley
fever (RVF), alveolar echinococcosis, severe acute respiratory
syndrome (SARS), monkeypox, highly pathogenic avian influenza (HPAI), hantavirus pulmonary
syndrome, West Nile fever (di Amerika Serikat), lyme disease, danhaemolytic uraemic
syndrome (food-borne infection yang disebabkan oleh Escherichia coli serotipe
O157:H7)(Brown 2004; Morse 2004).

Penyakit zoonosis yang secara nasional perlu diprioritaskan adalah avian influenza, rabies, ps
(plague), anthrax, leptospirosis dan bruellosis, sedangkan penyakit zoonosis yang perlu
ditindaklanjuti adalah salmonellosis, cysticercosis, dan toxoplasmosis (Puslitbangnak 2011).

Pengendalian Zoonosis

Strategi pengendalian zoonosis di Indonesia, sesuai dengan PP RI nomor 30 tahun 2011Tentang


Pengendalian Zoonosis, dilakukan dengan

1. Mengutamakan prinsip pencegahan penularan kepada manusia dengan meningkatkan


upaya pengandalian zoonosis pada sumber penularan,
2. Koordinasi lintas sektoral, sinkronisasi, pembinaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan, strategi dan program.
3. Perencanaan terpadu dan percepatan pengendalian melalui surveilans, pengidentifikasian,
pencegahan, tata laksana kasus dan pembatasan penularan, penanggulangan wabah atau
kejadian luar biasa (KLB) dan pandemi serta pemusnahan sumber zoonosis pada hewan
apabila diperlukan,
4. Penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas terhadap penularan zoonosis baru,
5. Peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari ancaman penularan zoonosis,
6. Penguatan kapasitas sumber daya manusia, logistik, pedoman pelaksanaan, prosedur teknis
pengendalian, kelembagaan dan anggaran pengandalian zoonosis,
7. Penguatan penelitian dan pengembangan zoonosis, dan
8. Pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan dunia usaha, perguruan tinggi, LSM dan
organisasi profesi, serta pihak-pihak lain.

Ada empat subsistem yang sangat penting dalam perannya sebagai pendukung dari sistem
kesehatan hewan nasional (siskeswannnas) terutama dalam kaitannya dengan pengendalian dan
pemberantasan penyakit zoonosis yaitu 1) sitem surveilans dan monitoring nasional terhadap
penyakit zoonosis pada ternak dan satwa liar, 2) sistem kewaspadaan dini dan darurat penyakit,
3) sistem informasi kesehatan hewan dan 4) sistem kesehatan masyarakat veteriner (Naipospos
2005)

Perkembangan dunia saat ini dalam pengendalian penyakit zoonosis mengarah kepada pentingnya
konsep ‘one world, one medicine, one health’ yang mengedepankan kerjasama yang lebih
terintegrasi dan sinergis antara dokter hewan dan dokter dalam mengantisipasi penyakit-penyakit
zoonosis yang berpotensi epidemik. Konsep one health adalah suatu gerakan untuk menjalin
kemitraan antara dokter dan dokter hewan yang harus disepakati oleh berbagai pihak, baik
organisasi medik kesehatan, kesehatan hewan maupun kesehatan masyarakat. Konsep ‘one
health’ akan mendorong kemitraan antara dokter dan dokter hewan menuju penelitian dan
surveilans yang lebih baik di bidang zoonotik dan penyakit-penyakit baru muncul (emerging and
re-emerging zoonoses) (Naipospos 2008).

Indonesia masih menghadapi permasalahan penyakit zoonosis. Masalah zoonosis perlu


dikendalikan karena dalam kondisi tertentu dapat berpotensi menjadi wabah atau pandemi.
Ancaman zoonosis di Indonesia maupun di dunia cenderung meningkat dengan muncul penyakit
yang disebut emerging and re-emerging zoonoses yang dipicu oleh perubahan iklim, habitat,
faktor kepadatan populasi yang mempengaruhi induk semang, patogen dan vektor.

Pengendalian zoonosis kedepan diperlukan pendekatan komprehensif (one health) dan kesamaan
persepsi tentang penetapan dan penanganan zoonosis prioritas untuk efektivitas dan efisiensi upaya
pengendalian. Pengendalian zoonosis di Indonesia dapat dilakukan dengan penerapan
konsep ecohealth yang mempersatukanberbagai kalangan mulai dari dokter, dokter hewan, ahli
konservasi, ahli ekologi, ahliekonomi, ahli sosial, ahli perencana dan lain sebagainya untuk secara
komprehensifmempelajari dan memahami bagaimana perubahan ekosistem secara negatif
berdampakkepada kesehatan manusia dan hewan.Tantangan dalam pengendalian zoonosis antara
lainmasih perlu peningkatan koordinasi antar profesi, keterpaduan yang
berkelanjutan, dan peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan zoonosis.

3. Penyakit-penyakit zoonosis yang dapat muncul di daerah perkotaan dan pedesaan dan
factor yang berperan

Kasus Zoonosis

Tabel 1. Jenis zoonosis yang disebabkan oleh bakteri. (Khairiyah, 2011)

a. Tuberkulosis (TBC)

Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang
dengan panjang 1-4 µm. Spesies yang dapat menyerang manusia adalah M. bovis dan M. kansasi.
Gejala yang ditimbulkan adalah berupa gangguan pernapasan, batuk berdahak, badan menjadi
kurus dan lemah. Bakteri ini berpindah dari saluran pernapasan melalui dahak, bersin, tertawa atau
berbicara, kontak langsung atau dari bahan pangan dan air minum yang tercemar.

b. Brucellosis

Bruselosis disebabkan oleh bakteri Brucella, yaitu bakteri berbentuk batang dan bersifat gram
negatif. Strain Brucella yang menginfeksi manusia yaitu B. abortus, B. melitensis, B. suis, dan B.
canis. Masa inkubasi bruselosis pada manusia berkisar antara 1−2 bulan, kemudian penyakit dapat
bersifat akut atau kronis. Bruselosis akut ditandai dengan gejala klinis berupa demam undulant
secara berselang, berkeringat, kedinginan, batuk, sesak napas, turun berat badan, sakit kepala,
depresi, kelelahan, artalgia, mialgia, orkhitis pada laki-laki, dan abortus spontan pada wanita
hamil.

c. Antraks

Penyebab antraks adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini berbentuk batang dan termasuk
kelompok gram positif dan bersifat patogenik. Di alam, bakteri membentuk spora yang sulit
dimusnahkan dan dapat bertahan hingga puluhan tahun di dalam tanah sehingga bisa menjadi
sumber penularan pada hewan dan manusia. Pada manusia dikenal tiga bentuk penyakit antraks
berdasarkan cara penularannya, yaitu: 1) melalui kulit atau kontak langsung dengan bakteri
antraks, terutama pada kulit yang terluka, 2) melalui inhalasi, yaitu terisapnya spora antraks
sebagai aerosol, dan 3) melalui intestinal atau usus yang terjadi karena penularan secara oral
melalui konsumsi daging mentah atau daging yang mengandung antraks yang dimasak kurang
matang.

(Khairiyah, 2011)

Tabel 2. Jenis penyakit zoonosis yang disebabkan virus. (Khairiyah, 2011)

a. Flu Burung

Flu burung (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus AI jenis H5N1. Sumber virus
diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Virus menular melalui
cairan/lendir yang berasal dari hidung, mulut, mata (konjuntiva), dan kotoran (feses) dari unggas
yang sakit ke lingkungan; kontak langsung dengan ternak sakit; melalui aerosol (udara) berupa
percikan cairan/lendir dan muntahan cairan/lendir, air, dan peralatan yang terkontaminasi virus AI.

b. Rabies

Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit infeksi yang menyerang susunan syaraf pusat,
terutama menular melalui gigitan anjing dan kucing. Penyakit ini bersifat zoonosik, disebabkan
oleh virus Lyssa dari famili Rhabdoviridae. Infeksi pada manusia biasanya bersifat fatal
(mengakibatkan kematian). Gejala dan tanda klinis utama meliputi: 1) nyeri dan panas (demam)
disertai kesemutan pada bekas luka gigitan, 2) tonus otot aktivitas simpatik meninggi dengan
gejala hiperhidrosis (keluar banyak air liur), hipersalivasi, hiperlakrimasi, dan dilatasi pupil, dan
3) hidrofobia. Sekali gejala klinis timbul biasanya diakhiri dengan kematian.

(Khairiyah, 2011)

Tabel 3. Jenis penyakit zoonosis yang disebabkan parasit. (Khairiyah, 2011)

a. Toxoplasmosis

Toksoplasmosis disebabkan oleh parasit protozoa bersel tunggal yang dikenal dengan nama
Toxoplasma gondii. Penyakit menimbulkan ensefalitis (peradangan pada otak) yang serius serta
kematian, keguguran, dan cacat bawaan pada janin/bayi.

b. Taeniasis

Taeniasis ditularkan secara oral karena memakan daging yang mengandung larva cacing pita, baik
daging babi (Taenia solium) maupun daging sapi (Taenia saginata). Dengan kata lain, penularan
taeniasis dapat terjadi karena mengonsumsi makanan yang tercemar telur cacing pita dan dari
kotoran penderita sehingga terjadi infeksi pada saluran pencernaan (cacing pita dewasa hanya
hidup dalam saluran pencernaan manusia).
c. Kudis

Skabiosis disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau menyerang induk semangnya dengan
cara menginfestasi kulit kemudian bergerak dengan membuat terowongan di bawah lapisan kulit
(stratum korneum dan lusidum) sehingga menyebabkan gatal-gatal, rambut rontok, dan kulit rusak
(Urquhart et al. 1989). Kudis (S. scabiei) dapat terjadi pada hewan berdarah panas, seperti
kambing, domba, kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, unta, marmot, kelinci, kucing, dan hewan liar.

(Khairiyah, 2011)

IV. Kesimpulan
 Diperlukan pemahaman konsep One Health untuk menciptakan masyarakat dengan derajat
kesahatan lebih baik
 Peran dokter hewan dalam pengendalian zoonosis diatur dalam PP no. 3 tahun 2017 Pasal 12
 Semua agen penyakit (virus, bakteri, parasit) bisa muncul baik di kota maupun di desa. Tapi
di pedesaan lebih sering muncul penyakit parasiter karena faktor kebersihan lingkungan yang
lebih rendah daripada di perkotaan

V. Daftar Pustaka

Anwar, A. dan Sultan, M. 2016. Derajat Kesehatan Masyarakat Kepulauan di Kecamatan


Kepulauan Derawan Kabupaten Berau. Jurnal HIGIENE Vol 2(1).

Brown C. 2004. Emerging Zoonoses and Pathogens of Public Health Significance-an


Overview. Rev. sci. tech.Off. int. Epiz. 23 (2): 435-442.

Khairiyah. 2011. Zoonosis dan Upaya Pencegahannya (Kasus Sumatera Utara). Jurnal Litbang
Pertanian Vol 30(3).

Morse SS. 2004. Factors and Determinants of Disease Emergence. Rev. sci. tech.Off. int.
Epiz. 23 (2): 443-451.

Naipospos TSP. 2005. Kebijakan Penanggulangan Penyakit Zoonosis Berdasarkan Prioritas


Departemen Pertanian. Balai Penelitian Veteriner. Prosiding Lokakarya Nasional Penyakit
Zoonosis.hlm. 23-27.

Naipospos TSP. 2008. Rintis Konsep “Satu Kesehatan”. http://tatavetblog.blogspot.com/


2010/03/rintis-konsep-satu-kesehatan.html.
Puslitbangnak. 2011. Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian
Zoonosis. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&
view=article&id=209:rapat-koordinasi-nasional-pengendalian-zoonosis
&catid=4:berita&Itemid=5.

Wicaksono, Ardilasunu. 2010. Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis. Bogor: IPB

Anda mungkin juga menyukai