Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis Penyakit Berbasis Lingkungan merupakan upaya strategis untuk

melakukan pencegahan dan pengendalian kejadian penyakit di sebuah wilayah komunitas.


Mengingat begitu banyak penyakit-penyakit yang harus dikendalikan, tentu harus dipilih
penyakit mana yang dianggap prioritas. Penentuan prioritas diserahkan kepada pengambil
kebijakan lokal sebuah wilayah bersama masyarakat, bagaimana kehendak masyarakat.
Dalam upaya diagnosis mampu implementasi pemecahan permasalahan itu pun harus
menggunakan prinsip pelibatan masyarakat sebagaimana prinsip-prinsip kesehatan
masyarakat. Prinsip-prinsip pendekatan kesehatan masyarakat adalah : seperti upaya
kesehatan harus berbasis komunitas, preventif oriented, harus ada partisipasi masyarakat,
serta melibatkan berbagai displin ilmu dan terorganisasi (Achmadi, 2008).
Prinsip-prinsip kesehatan masyarakat di atas pada hakikatnya adalah sebuah
pendekatan. Pendekatan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dalam setiap upaya
kesehatan harus ada tema atau sesuatu yang dijadikan pokok masalah yang harus
diselesaikan. Pengelompokkan masalah kesehatan dalam suatu wilayah itu pun berbeda satu
sama lain, tergantung prioritas daerah. Sebuah wilayah biasa menentukan tema kurang gizi
pada kelompok balita, wilayah lain lebih menekankan bagaimana membebaskan masyarakat
dari penyakit malaria, agar penduduknya bias produktif. Wilayah lain bias menetapkan
penyakit filariasis atau penyakit gangguan pertumbuhan janin akibat penggunaan pestisida
(Suhartono, 2010). Semua tergantung prioritas wilayah masing-masing. Yang paling sulit
adalah apabila menghadapu kelompok masyarakat yang tidak memahami apa masalah dan
apa penyakit yang menjadi prioritas di wilayahnya.

A. Sintesis Teori Penyakit Berbasis Lingkungan


komponen lingkungan yag berisis dengan agen penyakit serta senantiasa berinteraksi
dengan manusia adalah air, udara, pangan, binatang dan serangga penular penyakit serta
manusia itu sendiri yang juga bisa menjadi penular penyakit. Keberadaan agen penyakit pada
media transmisi berasal dari suatu tempat asalnya ataulazim kita sebut sebagai sumber
penyakit. Baik keberadaan sumber penyakit maupun dinamika perjalanan atau
kinetika+media di lingkungan, amatlah kompleks, memerlukan waktu, serta tidak tertutup
kemungkinan agen penyakit dalamnya mengalami perubahan-perubahan, sebelum akhirnya
bertemu ataukontak dengan kelompok population risk atau kelompok penduduk yang berada
dalam posisi terkena risiko. Kelompok ini entah karena hobi atau pekerjaannya atau tempat
tinggalnya berada dalam posisi kenal sebagai komponen lingkungan yang tercemar atau
terkontaminasi baik oleh karena bakteri, bahan kimia maupun agen fisik.
Hubungan interaktif antara komunitas dengan lingkungan dalam suatu wilayah,
dipengaruhi oleh determinan perubahan-perubahan global seperti pemansan bumi dan
globalisasi perdagangan. Globalisasi telah menyebabkan perubahan lingkungan dan
pergerakan manusia pembawa penyakit, intensitas pergerakan barang dan jasa yang pada
akhirnya kejadian penyakit. Semakin cepat perubahan tersebut terjadi dalam suatu wilayah,
semakin cepat risiko kejadian penyakit baru itu dating. Global Warming menyebabkan
perubahan dinamika agen dan media transmisi, terutama nyamuk dan reaksi sekunder
beberapa bahan pencemar udara, pangan maupun air.
Diketahui pula bahwa hubungan interaksi manusia dengan berbagai komponen
lingkungan tersebut sangat bervariatif, kompleks sifatnya. Ada yang mendapatkan kontak
dengan komponen lingkungan yang beragen penyakit di hutan, ada yang di gedung mewah,
di hotel, di pantai sedang berkreasi, semua tergantung perilaku atau behavioral aspeknya. Di
sini timbul konsep behavioral exposure (Achmadi, 2005).
Pertempuran baik antara mikroorganisme, bahan kimia beracun, agen fisik dengan
masyarakat yang tinggal di sebuah wilayah, pada hakikatnya menggunakan prinsip
ekosistem. Bagi sebagian dari mikroorganisme kejadian penyakit adalah masalah survival.
Masalah survival kehidupan dapat dilihat baik dari sisi manusia, maupun sisi mikroorganisme
tersebut. Mikroorganisme menginfeksi manusia karena hendak merebut materi genetik yang
ada pada manusia. Virus misalnya, terutama virus spesies manusia hanya bisa bertahan hidup
di muka bumi ini kalau ada manusia. Untuk mengandalkan dirinya mereka harus merebut
atau menggunakan materi genetik manusia. Contohnya adalah virus polio dan virus cacar.
Demikian pula ada virus yang menyerang tanaman-tanaman, ada yang menyerang hewan,
semua dalam rangka survival perebutan materi genetik.
Proses kejadian penyakit pada hakikatnya amat kompleks. Seperti telah disampaikan
perpindahan agen penyakit melalui berbagai media seperti air, udara, pangan, serangga atau
langsung kontak dengan tubuh manusia, memiliki jalur rumit dan memiliki sifat khas masing-
masing agen penyakit.
Untuk tujuan pencegahan, setiap ahli kesehatan masyarakat harus mampu
memberikan gambaran dinamika transmisi tiap penyakit, baik penyakit menular maupun
penyakit tidak menular, dengan penggambaran ke dalam model atau paradigm. Kemudian
melakukan manajemen pencegahan penyakit tersebut dengan sebaik-baiknya.

B. Totalitas Sistem
Kejadian penyakit merupakan ujung dari sebuah proses. Merujuk kepada uraian
tersebut di atas, dalam prespektif kesisteman proses tersebut melibatkan berbagai institusi
dalam sebuah wilayah. Kejadian penyakit pada wilayah pertanian misalnya melibatkan
berbagai institusi, mulai dari penjual bahan kimia, sektor pertanian, sektor perdagangan dan
institusi petani itu sendiri. Dalam kejadian penyakit malaria tipe perkebunan, misalnya akan
melibatkan baik petani, dinas-dinas perkebunan, perdagangan , agen tenaga kerja, dinas
tenaga kerja dan lain sebagainya. Di lain pihak, prinsip-prinsip kesehatan masyarakat modern
mengajarkan perlunya pemahaman terhadap sistem secara totalitas dalam sebuah wilayah
(Achmadi,2008; Baum, 2002). Oleh karena kejadian penyakit dalam sebuah wilayah
administrative melibatkan berbagai institusi, maka diperlukan kemampuan analisis lapangan
dengan melihat kejadian penyakit dalam prespektif totalitas sebuah system dalam satu
wilayah. Diperlukan kemampuan analisis dan kemudian menggambarkannya ke dalam
sebuah model hubungan keterkaitan satu sama lain.

C. Diagnosis Penyakit Berbasis Lingkungan


Kesehatan masyarakat berorientasi ‘pencegahan’. Demikian pula kesehatan
lingkungan yang merupakan satu rumpun ilmu-ilmu kesehatan masyarakat juga berorientasi
pencegahan. Oleh sebab itu, pada proses identifikasi bukan hanya agen penyakit, namun
semua factor resiko kelompok untuk kemudian dikendalikan. Baik upaya diagnostic maupun
upaya pengendalian menggunakan prinsip-prinsip kesehatan masyarakat (Achmadi,2005;
Achmadi 2008). Diagnostik Penyakit Berbasis Lingkungan dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode retrospektif dan prospektif, sebagaimana lazimnya studi
epidemologi lingkungan. Apabila hanya informasi outcome gejala penyakitnya yang
diketahui, maka upaya-upaya pengendalian factor risiko secara retrospektif harus digunakan.
Factor risiko adalah semua variabel baik variabel yang ada dalam lingkungan maupun yang
ada dalam diri manusia (termasuk status genomiknya) yang berperan atau memberikan
konstribusi terhadap kejadian penyakit pada seseorang atau kelompok penduduk.
Dalam proses diagsnotik selain terfokus paga kejadian interaksi antara komponen
lingkungan dengan penduduk,juga berbagai faktor risiko yang berada di belakang (latar
belakang kejadian) proses hubungan interaktif tersebut. Sebagai contoh kebijakan atau
peraturan larangan memelihara unggas pada proses pencegahan merebaknya flu burung di
Jakarta adalah sebuah contoh. Untuk mengurangi kedekatan manusia dengan unggas, maka
diberlakukan larangan tersebut.
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah sebuah konsep atau ‘body of knowledge‟ yang
mempelajari kejadian penyakit yang berakar pada lingkungan dan kependudukan. Telah
disebutkan pada dasarnya semua kejadian penyakit berbasis lingkungan. Penyakit berbasis
lingkungan juga mempelajari berbagai variabel lingkungan dan kependudukan yang berperan
dalam timbulnya kejadian penyakit. Contoh factor risiko adalah budaya, perilaku, umur,
gender,habitat, suhu lingkungan, kelembapan, musim, ketinggian tanah dan lain sebagainya.
Hal ini lazim dikenal sebagai factor risiko kejadian penyakit.
Di sebuah masyarakat kejadian penyakit selalu kompleks dan saling terkait. Tidak ada
variabel tunggal yang berperan dalam kejadian sebuah penyakit. Oleh sebab itu, diperlukan
teknik untuk bagaimana melakukan identifikasi berbagai variabel beperan dalam kejadian
penyakit yang terjadi di lapangan atau sebuah komunitas. Teknik ini dikembangkan oleh
Achmadi (2008), dengan mengembangkan pendekatan apa yang disebut sebagai: Community
diagnosis for Spatial Management of the Disease Occurrences. Konsep Cummunity
Diagnosis itu sendiri dikembangkan oleh Departemen Kesehatan Amerika tahun 1996.
Konsep ini pada dasarnya bukan untuk melakukan diagnosis penyakit berbasis lingkungan,
namun didapatkan ide untuk mengembangkan ke dalam teknik diagnosis penyakit berbasis
lingkungan yang melibatkan masyarakat.
Diagnosis Penyakit Berbasis Lingkungan merupakan modifikasi dari Community
Diagnosis atau diagnosis kesehatan masyarakat.istilah community diagnosis – atau diagnosis
kesehatan masyarakat adalah (WHO): “a quantitative and qualitative description of the
helath of citizen and the factors with influence their helath. It identifies problems, proposes
areas for improvement and stimulates action”.
Secara bebas diartikan sebagai upaya untuk mendeskripsikan kesehatan masyarakat
dan variabel yang berperan (influence) dalam kesehatan, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Teknik diagnostic Penyakit Berbasis Lingkungan harus melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
lintas sector. Sebagai contoh malaria, harus melibatkan entomologis, ahli antropologi
kesehatan, dokter, epidemiologis kesehatan lingkungan, bahkan sector pertanian, sector
perikanan dan lain sebagainya. Sedangkan penyakit berkenan dengan bahan beracun
memerlukan toksikologi, yang penting tergantung penyakit apa yang diduga atau kemudian
bisa berkembang. Bila diperlukan bisa ditambah dengan ahli-ahli lain.
Defenisi atau batasan Diagnosis Penyakit Berbasis Lingkungan adalah:
Suatu upaya analisis kejadian penyakit dengan cara-cara identifikasi berbagai
variabel yang berperan dalam sebuah kejadian penyakit yang beredar atau terjadi
dimasyarakat dalam suatu wilayah, mengukur, analisis, prediksi, memvisualisasi ke dalam
model hubungan berbagai variabel dan institusi yang berperan, serta mengusulkan usulan
cara-cara pengendalian dan atau pencegahannya,

Anda mungkin juga menyukai