Anda di halaman 1dari 6

2.

5 Ruang Lingkup Epidemiologi K3


2.5.1 Penyebab (causation)
Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic
triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit. Segitiga ini terdiri atas
pejamu (host), agen (agent), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor dalam trias
epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya
seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, akan
muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsur-unsur
trias itu. Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung pada
karakteristik dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya.
Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Agen penyakit (faktor etiologi)
(a) Zat nutrisi: ekses (kolesterol) / defisiensi (protein)
(b) Agen kimiawi: zat toksik (CO) / alergen (obat)
(c) Agen fisik (radiasi, trauma)
(d) Agen infeksius:
- parasit (skistosomiasis)
- protozoa (amuba)
- bakteri (tuberkulosis)
- jamur (kandidiasis)
- riketsia (tifus)
- virus (poliomyelitis)
(e) Agen psikis: trauma psikologis
2. Faktor pejamu (faktor intrinsik): mempengaruhi pajanan, kerentanan, respons
terhadap agen.
(a) Genetik (buta warna)
(b) Usia
(c) Jenis kelamin
(d) Ras
(e) Status fisiologis (kehamilan)
(f) Status imunologis (hipersensitivitas)
(g) Penyakit lain yang sudah ada sebelumnya
(h) Perilaku manusia (diet)
3. Faktor lingkungan (faktor ekstrinsik): mempengaruhi keberadaan agen, pajanan,
atau kerentanan terhadap agen
(a) Lingkungan fisik (iklim)
(b) Lingkungan biologis:
- Populasi manusia (kepadatan penduduk)
- Flora (sumber makanan)
- Fauna (vektor artropoda)
(c) Lingkungan sosial-ekonomi:
- Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia)
- Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan, atmosfer,
crowding)
- Bencana dan musibah (banjir)
(d) Modus komunikasi: fenomena dalam lingkungan yang mempertemukan
pejamu dengan agen, seperti vektor, media, dan reservoir.
- Vektor adalah organisme hidup yang berperan pada penyakit menular,
seperti nyamuk dan arthropoda lainnya.
- Media (vehicle) adalah benda mati yang berperan pada penyakit menular,
seperti air minum yang mengandung mikroba, kain lap yang kotor, dan
sebagainya.
- Reservoir adalah lokasi yang berperan sebagai sumber penyakit secara
berkelanjutan, seperti menara air (sumber penularan infeksi legionella),
tanah sebagai sumber penyebaran tetanus, dan sebagainya.

2.5.2 Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease)


Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut
campur tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Riwayat alamiah penyakit (natural
history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit
pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat
penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif
maupun terapetik.
Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah
penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa
dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem
penyakit tersebut.
Manfaat yang diperoleh dari riwayat alamiah penyakit, yaitu:
1. Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis
penyakit, misalnya jika trejadi KLB (Kejadian Luar Biasa.
2. Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patologi penyebab dan rantai
perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam
upaya pencegahan penyakit. Dengan mengetahui riwayat penyakit dapat trelihat
apakah penyakit itu perlangsungannya akut ataukah kronik. Tentu berbeda upaya
pencegahan yang diperlukan untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik.
3. Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase pasling
awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan.
Lebih awal terapi akan lebbih baik hasil yang diharapkan. Keteralambatan
diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.

Pengetahuan mengenai Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) merupakan dasar untuk


melakukan upaya pencegahan. RAP dan hasil pemeriksaan fisik akan mengarahkan
pemeriksa (tenaga kesehatan) untuk menetapkan diagnosis dan kemudian memahami
bagaimana perjalanan penyakit yang telah didiagnosis. Hal ini penting untuk dapat
menerangkan tindakan pencegahan, keganasan penyakit, lama kelangsungan hidup penderita,
atau adanya gejala sisa berupa cacat atau carrier. Informasi-informasi ini akan berguna dalam
strategi pencegahan, perencanaan lama perawatan, model pelayan yang akan dibutuhkan
kemudian, dan lain sebagainya.

2.5.3 Menjelaskan status kesehatan populasi pekerja (description of health status of


population)
Mendeskripsikan status kesehatan pekerja, dengan adanya epidemiologi K3 kita dapat
mengetahui status dari kesehatan pekerja. Kesehatan populasi adalah hasil kesehatan dari
sekelompok individu, termasuk distribusi hasil-hasil tersebut di dalam kelompok. Kesehatan
populasi merupakan pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
seluruh populasi manusia, dan terdiri dari tiga komponen yaitu "hasil kesehatan, pola
determinan kesehatan, serta kebijakan dan intervensi".
Prioritas yang dianggap penting untuk mencapai tujuan kesehatan populasi adalah
mengurangi disparitas kesehatan di antara kelompok-kelompok penduduk yang memiliki
sejumlah perbedaan, misalnya dalam determinan sosial kesehatan. Determinan sosial
kesehatan mencakup semua faktor (sosial, lingkungan, budaya, dan fisik) yang dimiliki oleh
populasi-populasi yang berbeda sejak mereka dilahirkan, tumbuh, dan menjalani fungsi
sepanjang hidup yang berpotensi memiliki dampak terukur pada kesehatan populasi
manusia.

2.5.4 Melakukan penilaian terhadap perlakuan yang diberikan (evaluation of


intervention)
Evaluasi yang merupakan penilaian terhadap perlakuan yang diberikan. Dengan hasil yang
telah didapatkan, kita dapat melakukan beberapa tindakan dalam upaya mencapai kesehatan dengan
mengadakan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan masyarakat, dan pelayanan pengobatan.

2.6 Pemantauan Parameter Studi Epidemiologi K3


Dalam melakukan pemantauan parameter studi epidemiologi kesehatan kerja yaitu
mengacu pada teori simpul.

(1) Simpul A: pengamatan, pengukuran dan pengendalian agen penyakit pada


sumbernya seperti, emisi pencemaran udara (mobil, industry, dan lain-lain)
sumber pencemaran air (rumah tangga, industri dan lain-lain), sumber penyakit
menular (penderita typus, penderita malaria dan lain-lain), atau sumber-sumber
perubahan alamiah mislanya gunung api.
(2) Simpul B: pengamatan, pengukuran dan pngendalian bila komponen lingkungan
tersebut sudah berada di sekitar manusia, (contoh: pengukuran konsentrasi
pencemaran udara di jalan-jalan raya atau dalam bangunan rumah, kadar
kandungan residu pestisida dalam sayur-sayuran, bakteri E.coli dalam air minum
dan lain-lain).
(3) Simpul C: pengamatan, pengukuran dan pengendalian bahan (agen) penyakit
apabila sudah berada pada tubuh manusia, seperti kadar Pc dalam darah, kadar
merkuri dalam rambut, kadar COHb (Carboxy hemoglobin) dalam darah, kadar
DTT dalam lemak tubuh ataupun Plasmodium spp dalam darah dan lain-lain.
(4) Simpul D: pengamatan, pengukuran dan pengendalian prevalensi korban
keracunan (sudah menimbulkan dampak kesehatan), prevalensi penderita kanker
paru akibat rokok, kanker kulit akibat sinar ultraviolet, ataipun penderita penyakit
menular lainnya.
Daftar Pustaka
Harlan, Johan. 2008. Epidemiologi Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Olsen, Jorn et.al. 2015. Teachin Epidemiology A guide for teachers in epidemiology,
public health and clinical medicine. Oxford University Press.

Ismah, Zata. 2018. Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Medan: Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.

Sumantri, Arif. 2020. Kesehatan Lingkungan Edisi Keempat. Depok: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai