0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan6 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas ruang lingkup epidemiologi K3 yang mencakup penyebab penyakit, riwayat alamiah penyakit, status kesehatan pekerja, dan evaluasi intervensi.
2. Dibahas pula faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit menurut segitiga epidemiologi dan klasifikasi faktor risiko penyakit.
3. Terakhir dibahas mengenai pemant
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas ruang lingkup epidemiologi K3 yang mencakup penyebab penyakit, riwayat alamiah penyakit, status kesehatan pekerja, dan evaluasi intervensi.
2. Dibahas pula faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit menurut segitiga epidemiologi dan klasifikasi faktor risiko penyakit.
3. Terakhir dibahas mengenai pemant
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas ruang lingkup epidemiologi K3 yang mencakup penyebab penyakit, riwayat alamiah penyakit, status kesehatan pekerja, dan evaluasi intervensi.
2. Dibahas pula faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit menurut segitiga epidemiologi dan klasifikasi faktor risiko penyakit.
3. Terakhir dibahas mengenai pemant
2.5.1 Penyebab (causation) Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit. Segitiga ini terdiri atas pejamu (host), agen (agent), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, akan muncul penyakit. Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsur-unsur trias itu. Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya. Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Agen penyakit (faktor etiologi) (a) Zat nutrisi: ekses (kolesterol) / defisiensi (protein) (b) Agen kimiawi: zat toksik (CO) / alergen (obat) (c) Agen fisik (radiasi, trauma) (d) Agen infeksius: - parasit (skistosomiasis) - protozoa (amuba) - bakteri (tuberkulosis) - jamur (kandidiasis) - riketsia (tifus) - virus (poliomyelitis) (e) Agen psikis: trauma psikologis 2. Faktor pejamu (faktor intrinsik): mempengaruhi pajanan, kerentanan, respons terhadap agen. (a) Genetik (buta warna) (b) Usia (c) Jenis kelamin (d) Ras (e) Status fisiologis (kehamilan) (f) Status imunologis (hipersensitivitas) (g) Penyakit lain yang sudah ada sebelumnya (h) Perilaku manusia (diet) 3. Faktor lingkungan (faktor ekstrinsik): mempengaruhi keberadaan agen, pajanan, atau kerentanan terhadap agen (a) Lingkungan fisik (iklim) (b) Lingkungan biologis: - Populasi manusia (kepadatan penduduk) - Flora (sumber makanan) - Fauna (vektor artropoda) (c) Lingkungan sosial-ekonomi: - Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia) - Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan, atmosfer, crowding) - Bencana dan musibah (banjir) (d) Modus komunikasi: fenomena dalam lingkungan yang mempertemukan pejamu dengan agen, seperti vektor, media, dan reservoir. - Vektor adalah organisme hidup yang berperan pada penyakit menular, seperti nyamuk dan arthropoda lainnya. - Media (vehicle) adalah benda mati yang berperan pada penyakit menular, seperti air minum yang mengandung mikroba, kain lap yang kotor, dan sebagainya. - Reservoir adalah lokasi yang berperan sebagai sumber penyakit secara berkelanjutan, seperti menara air (sumber penularan infeksi legionella), tanah sebagai sumber penyebaran tetanus, dan sebagainya.
2.5.2 Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease)
Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut. Manfaat yang diperoleh dari riwayat alamiah penyakit, yaitu: 1. Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit, misalnya jika trejadi KLB (Kejadian Luar Biasa. 2. Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patologi penyebab dan rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit. Dengan mengetahui riwayat penyakit dapat trelihat apakah penyakit itu perlangsungannya akut ataukah kronik. Tentu berbeda upaya pencegahan yang diperlukan untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik. 3. Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase pasling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan. Lebih awal terapi akan lebbih baik hasil yang diharapkan. Keteralambatan diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.
Pengetahuan mengenai Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) merupakan dasar untuk
melakukan upaya pencegahan. RAP dan hasil pemeriksaan fisik akan mengarahkan pemeriksa (tenaga kesehatan) untuk menetapkan diagnosis dan kemudian memahami bagaimana perjalanan penyakit yang telah didiagnosis. Hal ini penting untuk dapat menerangkan tindakan pencegahan, keganasan penyakit, lama kelangsungan hidup penderita, atau adanya gejala sisa berupa cacat atau carrier. Informasi-informasi ini akan berguna dalam strategi pencegahan, perencanaan lama perawatan, model pelayan yang akan dibutuhkan kemudian, dan lain sebagainya.
2.5.3 Menjelaskan status kesehatan populasi pekerja (description of health status of
population) Mendeskripsikan status kesehatan pekerja, dengan adanya epidemiologi K3 kita dapat mengetahui status dari kesehatan pekerja. Kesehatan populasi adalah hasil kesehatan dari sekelompok individu, termasuk distribusi hasil-hasil tersebut di dalam kelompok. Kesehatan populasi merupakan pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan seluruh populasi manusia, dan terdiri dari tiga komponen yaitu "hasil kesehatan, pola determinan kesehatan, serta kebijakan dan intervensi". Prioritas yang dianggap penting untuk mencapai tujuan kesehatan populasi adalah mengurangi disparitas kesehatan di antara kelompok-kelompok penduduk yang memiliki sejumlah perbedaan, misalnya dalam determinan sosial kesehatan. Determinan sosial kesehatan mencakup semua faktor (sosial, lingkungan, budaya, dan fisik) yang dimiliki oleh populasi-populasi yang berbeda sejak mereka dilahirkan, tumbuh, dan menjalani fungsi sepanjang hidup yang berpotensi memiliki dampak terukur pada kesehatan populasi manusia.
2.5.4 Melakukan penilaian terhadap perlakuan yang diberikan (evaluation of
intervention) Evaluasi yang merupakan penilaian terhadap perlakuan yang diberikan. Dengan hasil yang telah didapatkan, kita dapat melakukan beberapa tindakan dalam upaya mencapai kesehatan dengan mengadakan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan masyarakat, dan pelayanan pengobatan.
2.6 Pemantauan Parameter Studi Epidemiologi K3
Dalam melakukan pemantauan parameter studi epidemiologi kesehatan kerja yaitu mengacu pada teori simpul.
(1) Simpul A: pengamatan, pengukuran dan pengendalian agen penyakit pada
sumbernya seperti, emisi pencemaran udara (mobil, industry, dan lain-lain) sumber pencemaran air (rumah tangga, industri dan lain-lain), sumber penyakit menular (penderita typus, penderita malaria dan lain-lain), atau sumber-sumber perubahan alamiah mislanya gunung api. (2) Simpul B: pengamatan, pengukuran dan pngendalian bila komponen lingkungan tersebut sudah berada di sekitar manusia, (contoh: pengukuran konsentrasi pencemaran udara di jalan-jalan raya atau dalam bangunan rumah, kadar kandungan residu pestisida dalam sayur-sayuran, bakteri E.coli dalam air minum dan lain-lain). (3) Simpul C: pengamatan, pengukuran dan pengendalian bahan (agen) penyakit apabila sudah berada pada tubuh manusia, seperti kadar Pc dalam darah, kadar merkuri dalam rambut, kadar COHb (Carboxy hemoglobin) dalam darah, kadar DTT dalam lemak tubuh ataupun Plasmodium spp dalam darah dan lain-lain. (4) Simpul D: pengamatan, pengukuran dan pengendalian prevalensi korban keracunan (sudah menimbulkan dampak kesehatan), prevalensi penderita kanker paru akibat rokok, kanker kulit akibat sinar ultraviolet, ataipun penderita penyakit menular lainnya. Daftar Pustaka Harlan, Johan. 2008. Epidemiologi Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
Olsen, Jorn et.al. 2015. Teachin Epidemiology A guide for teachers in epidemiology, public health and clinical medicine. Oxford University Press.
Ismah, Zata. 2018. Bahan Ajar Dasar Epidemiologi. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Sumantri, Arif. 2020. Kesehatan Lingkungan Edisi Keempat. Depok: Kencana.