Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Karakteristik Host, Agent, dan Environment

A. Pengertian Epidemiologic Triangle

Epidemiologic Triangle atau segitiga epidemiologi dikemukakan oleh


Gordon dan La Richt (1950). Model ini menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya
penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu host, agent, dan
environment. Gordon berpendapat bahwa:

1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan


manusia (host).

2. Keadaan keseimbangan tergantung pada sifat alami dan karakteristik agent


dan host (baik individu/kelompok).

3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi


tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan.
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis). 1[1]

B. Pengertian dan Karakteristik Host, Agent, dan Environment


a. Pengertian dan Karakteristik Host

Pejamu (Host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat
memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host dapat berupa manusia
atau hewan yang menyediakan tempat yang cocok untuk agen infeksius agar
tumbuh dan berkembang biak dalam kondisi alamiah. Host erat hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk sosial
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan
tergantung dari karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu, yaitu:
1. Faktor keturunan. Ada beberapa penyakit yang dapat diturunkan dari orangtua ke
anaknya seperti asma, diabetes melitus, buta warna, hemofilia, dan lain sebagainya.
2. Kekebalan tubuh/imunitas. Daya tahan tubuh setiap orang berbeda-beda. Orang
yang daya tahan tubuhnya kuat maka akan terhindar dari penyakit. Imunitas terbagi
atas imunitas alamiah (Aktif alamiah: ASI; Pasif alamiah: pemberian toksoid
kepada ibu akan berdampak pada bayi yang lahir), imunitas didapat (Aktif:
imunisasi; Pasif: ATS dan ABU), dan herd immunity atau imunitas kelompok yang
berpengaruh pada timbulnya penyakit di suatu populasi (contoh: orang yang
terkena varisela akan mempunyai kekebalan terhadap varisela).
3. Usia. Misalnya penyakit arterosklerosis pada usia lanjut dan difteri yang menyerang
anak-anak.

4. Jenis kelamin. Misalnya kanker serviks pada wanita dan kanker prostat pada pria.

5. Ras. Misalnya sickle cell anemia pada ras negro.

6. Nutrisi. Misalnya kelebihan lemak dapat menyebabkan obesitas.

7. Psikis. Misalnya stres dapat menyebabkan insomnia, hipertensi, dan lain


sebagainya.

8. Gaya hidup berhubungan dengan sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, ras, atau


golongan etnis. Misalnya merokok, minum alkohol, memakan daging mentah, dan
lain sebagainya.

9. Status perkawinan yang akan berhubungan dengan fertilitas, natalitas dan


mortalitas.

b. Pengertian dan Karakteristik Agent

Agent adalah bibit penyakit atau penyebab penyakit pada manusia. Agent
adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya
diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan penyakit atau
memengaruhi perjalanan suatu penyakit. Agent bisa berupa unsur hidup (biotis)
dan unsur mati (a-biotis). Agent penyakit dapat dikualifikasikan menjadi lima
kelompok, yaitu:
1. Agent biologis. Agent biologis termasuk dalam golongan agent dari unsur hidup
(golongan biotis). Agent biologis dapat berupa virus, bakteri, fungi, protozoa, dan
lain-lain.
Tabel 1. Contoh beberapa penyakit beserta agent spesifiknya.

Jenis Agent Spesies Agent Nama Penyakit


Metazoa Ascaris lumbricoides Ascariasis
Protozoa Plasmodium vivax Malaria Quartana
Fungi Candida albicans Candidiasis
Bakteri Salmonella typhi Typhus abdominalis
Rickettsia Rickettsia tsutsugamushi Scrub typhus
Sumber: Syukra dan Yustina, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), 2015

2. Agent nutrient seperti karbohidrat, protein, lemak, yang jika manusia mengalami
kekurangan atau kelebihan akan mengakibatkan penyakit. Contohnya lemak jenuh,
kurang serat, kurang protein, dan lain sebagainya.
3. Agent fisik seperti suhu, cahaya, kelembaban, radiasi, tekanan, kebisingan, panas,
getaran, dan lain-lain.
4. Agent kimia. Agent kimia ada yang eksogen dan ada yang endogen. Contoh agent
kimia eksogen adalah, alergen, gas, debu, pestisida, bahan pengawet makanan,
obat-obatan, limbah industry, dan lain-lain. Contoh agent kimia endogen adalah
hormone dan metabolit.
5. Agent mekanis seperti gesekan, pukulan, tumbukan, yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan. Contohnya adalah kecelakaan lalu lintas.
Agent biologis termasuk dalam agent golongan unsur hidup (biotis).
Sedangkan agent nutrien, agent fisik, agent kimia dan agent mekanis termasuk
dalam agent golongan unsur mati (a-biotis).
Sifat agent yang dapat menularkan penyakit infeksi (menular dan tidak
menular) dikenali ada empat macam, yaitu:
1. Patogenesitas: kemampuan pada bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada
pejamu sehingga menimbulkan penyakit pada pejamu. Jika kemampuan ini tidak
dimiliki disebut dengan a-patogen.
2. Virulensi: suatu tingkat/derajat keganasan suatu kuman. Jika kerusakan yang
ditimbulkannya hebat/ganas maka golongan bibit penyakit tersebut disebut virulen.
3. Antigenesitas: kemampuan suatu bibit penyakit untuk merangsang timbulnya
mekanisme pertahanan tubuh (antigen/antibodi) pada diri pejamu. Misalnya, pada
saat kontak dengan penderita hepatitis.
4. Infektivitas: kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi/menyebar dan
penyesuaian diri pada pejamu, hidup, tumbuh, dan berkembang biak pada tubuh
penjamu. (mis., penderita HIV)
Selain empat sifat agent di atas, ada pula reservoir agen, yaitu habitat alami
agen (bisa manusia, hewan, dan sumber lingkungan) dan sumber infeksi, yaitu
orang atau objek tempat pejamu ditularkan oleh agent penyebab penyakit.
Informasi dari reservoir dan sumber infeksi dibutuhkan untuk membuat langkah-
langkah pengendalian yang efektif. Sumber infeksi yang penting adalah orang
sebagai carier (pembawa) di mana ia terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala-
gejala klinis. Durasi pembawa penyakit bervariasi antara agent. Karier bisa jadi
asimtomatik sepanjang perjalanan infeksi atau karier mungkin terbatas pada tahap
tertentu dari penyakit. Karier memainkan peran besar dalam penyebaran penyakit
ke seluruh dunia seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV) karena transmisi
seksual sengaja selama periode tanpa gejala yang panjang.
Masuknya agent (bibit penyakit) yang dapat menimbulkan penyakit pada
host (manusia) melalui beberapa macam jalur penularan sebagai berikut:
1. Inhalasi yaitu masuknya agent dengan perantaraan udara (air borne
transmission). Misalnya, terhirup zat-zat kimia berupa gas, upa, debu, mineral,
partikel (golongan a-biotik), atau kontak dengan penderita TB (golongan biotik).

2. Ditelan yaitu masuknya agent melalui saluran pencernaan dengan cara memakan
atau tertelan. Misalnya, minuman keras, obat-obatan, keracunan logam berat.

3. Melalui kulit yaitu masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit.
Misalnya, keracunan bahan kosmetika, tumbuh-tumbuhan, dan binatang.
c. Pengertian dan Karakteristik Environment

Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada di sekitar


manusia yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan
adalah segala sesuatu
yang berada di luar kehidupan organisme. Faktor lingkungan adalah semua unsur
di luar dari faktor individu pejamu yang memengaruhi status kesehatan populasi,
meliputi faktor sosial ekonomi (lingkungan non-fisik), lingkungan biologi dan
lingkungan fisik. Lingkungan berperan penting dalam perkembangan penyakit
menular.
Lingkungan terbagi dalam tiga macam yaitu:

1. Lingkungan fisik, adalah lingkungan di sekitar manusia yang meliputi kondisi


udara, musim, cuaca, kondisi geografi, dan geologinya yang dapat memengaruhi
kerentanan host. Ketinggian tertentu akan memengaruhi jantung, kelembapan akan
memengaruhi selaput lender. Keadaan geografi akan menentukan jenis vektor atau
reservoir dari suatu penyakit, sedangkan keadaan geologi akan memengaruhi
ketersediaan air.

2. Lingkungan Biologi, masih merupakan lingkungan yang berada di sekitar


manusia namun jenisnya berasal dari golongan biotis (hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme). Tempat hidup yang paling sesuai dengan bibit penyakit disebut
dengan reservoar atau tempat agent tersebut dapat hidup di dalam tubuh manusia
dan binatang.

3. Lingkungan non-fisik adalah lingkungan sebagai akibat dari interaksi manusia


yang meliputi sosial-budaya, norma, dan adat-istiadat. Sebagai contoh, lingkungan
sosial-ekonomi yang memengaruhi status kesehatan fisik dan mental baik individu
maupun kelompok, meliputi kepadatan, kehidupan sosial, fasilitas olahraga,
rekreasi, stratifikasi sosial, tingkat kejahatan, sistem asuransi, bencana alam,
perang, dan lain-lain.
1.2. Konsep Interaksi Host, Agent, dan Environment

Dalam konsep penyakit, terdapat tiga unsur yang mempengaruhi


terjadinya suatu penyakit. Unsur tersebut adalah host (unsur pejamu), agent (unsur
penyebab) dan environment
(unsur lingkungan). Ketiga unsur tersebut saling beketerkaitan satu sama lain
dalam konsep terjadinya suatu penyakit.
Keterkaitan tersebut menjadi sebuah interaksi ke suatu proses kejadian
penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya
(biologis, fisiologis, psikologis, sosiologis, dan antropologis) dengan penyebab
(agent) serta dengan lingkungan (environment).

Dalam teori keseimbangan, interaksi antara ketiga unsur tersebut harus


dipertahankan keseimbangannya. Bila terjadi gangguan keseimbangan antara
ketiganya, akan menyebabkan timbulnya penyakit. Menurut gambar di bawah ini,
suatu penyakit tidak tergantung kepada suatu sebab yang berdiri sendiri-sendiri,
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Dengan demikian,
timbulnya suatu penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata
rantai di berbagai faktor.
Hubungan antara penjamu, agent, dan lingkungan menimbulkan penyakit
kompleks, karena ketiga faktor ini saling mempengaruhi penjamu, agent dan
lingkungan saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan. Hubungan
antara ketiganya diibaratkan sebagai timbangan. Dimana bibit penyakit dan
penjamu berada di masing-masing ujung tuas, sedangkan lingkungan sebagai
penumpunya.
Seseorang berada dalam keadaan sehat apabila tuas penjamu berada dalam
keadaan seimbang dengan tuas bibit penyakit, sebaliknya bila bibit penyakit
berhasil menarik keuntungan dari lingkungan maka orang itu akan berada dalam
keadaan sakit.
Pada keadaan normal, kondisi keseimbangan proses interaksi tersebut dapat
dipertahankan, baik melalui intervensi alamiah terhadap salah satu dari ketiga
unsur diatas, maupun melalui usaha tertentu manusia dalam bidang pencegahan
maupun dalam bidang peningkatan derajat kesehatan.
Terdapat beberapa interaksi dari ketiga unsur diatas yang dapat
menimbulkan suatu penyakit, diantaranya adalah :
1. Interaksi agent-lingkungan

Adalah keadaan dimana agent dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan


(tanpa menghiraukan karakteristik dari host), biasanya pada periode prepatogenesa
yang seringkali dilanjutkan sampai tahap patogenesa. Keadaan tersebut misalnya:
ketahanan dari suatu bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin di dalam
lemari pendingin, dll.
2. Interaksi host-lingkungan

Adalah keadaan dimana host dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan


(tanpa menghiraukan factor agent),biasanya juga pada tahap prepatogenesa dan
patogenesa. Keadaan tersebut misalnya: kebiasaan penyiapan makanan,
ketersediaan fasilitas kesehatan, dll.
3. Interaksihost-agent
Adalah keadaan dimana suatu agent telah berada dalam diri host, bermukim
dengan baik, berkembang-biak dan mungkin telah menstimuli respons dari host
dengan timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala klinis seperti demam, perubahan
jaringan, produksi zat-zat kekebalan atau mekanisme pertahanan lainnya. Interaksi
ini dapat berakhir dengan kesembuhan, gangguan sementara, kematian, atau
hilangnya tanda-tanda dan gejala-gejala klinis tanpa eliminasi dari agent (menjadi
carier).
4. Interaksi agent-host-lingkungan

Adalah keadaan dimana agent, host dan lingkungan saling mempengaruhi


satu dengan lainnya dan menginisiasi timbulnya suatu proses penyakit, terjadi pada
tahap prepatogenesa maupun patogenesa. Misalnya pada kontaminasi feses dari
penderita tifus pada sumber air minum.
Untuk memberikan gambaran secara grafik mengenai hubungan antara
agent-host- lingkungan, seperti telah disebutkan di atas, John Gordon
menggambarkannya dengan timbangan keseimbangan. Selain itu dia juga
mengemukakan bahwa penyakit menular mengikuti konsep “biologic laws” yaitu
sebagai berikut:
1. Bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan antara agent
penyakit tersebut dengan manusia (host).
2. Bahwa keadaan keseimbangan tersebut tergantung dari sifat alami dan
karakteristik dari agent dan pejamu (secara individual maupun kelompok).
3. Bahwa karakteristik dari agent dan pejamu, berikut interaksinya, secara langsung
berhubungan dengan dan tergantung pada keadaan alami dari lingkungan social,
fisik, ekonomi dan juga lingkungan biologis.

Penyakit memiliki tahap dalam menginfeksi suatu host. Tahapan tersebut


merupakan perjalanan suatu penyakit dan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
1. Tahap pre-patogenesis. Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu
dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti
bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh. Pada
keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh
penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit.Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi. Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit
mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti influenza,
penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1-2 hari saja, tetapi ada juga yang bersifat
menahun, misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.

3. Tahap penyakit dini. Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-
gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih dapat
menjalankan aktifitas sehari-hari. Apabila pada tahap ini penyakit segera diobati
mungkin penyakit akan dapat segera teratasi sehingga sembuh, tetapi apabila
dibiarkan dan tidak segera diobati maka penyakit aka menjadi lebih parah. Dan
keadaan ini sangat tergantung kepada daya tahan tubuh manusia itu sendiri,
gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).

4. Tahap penyakit lanjut. Apabila penyakit pejamu bertambah parah, karena tidak
diobati, atau pengobatannya tidak teratur dan tidak memperhatikan anjuran-anjuran
yang diberikan pada tahap penyakit dini, maka penyakit masuk ke dalam tahap
penyakit lanjut. Pada tahap ini pejamu kelihatan sangat tak berdaya dan tidak
sanggup lagi menjalankan aktivitas sehari-hari.Pada tahap ini pejamu memerlukan
perawatan dan pengobatan yang intensif.

5. Tahap akhir penyakit. Ada dalam 5 keadaan, yaitu:

a. Sembuh sempurna: artinya bentuk dan fungsi tubuh pejamu kembali berfungsi
seperti keadaanya sebelumnya.
b. Sembuh tetapi cacat: bebas dari penyakit, tetapi sembubh pejamu tidak sempurna,
Karena terjadi cacat. Cacat pada pejamu dapat berupa cacat fisik, cacat mental,
maupun cacat social dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-
organ tubuh pejamu.
c. Karier : Pada karier perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala-
gejala penyakit tidak nampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat
bibit-bibit penyakit yang pada satu saat apabila daya tahan tubuh penjamu menurun
akan dapat kambuh kembali. Keadaan ini tidak hanya membahayakan penjamu
sendiri, tetapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat
menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir).
d. Kronis : pada kedaan ini perjalanan penyakit nampak berhenti, tetapi gejala-gejala
penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat ataupun bertambah
ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal : Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tidak dapat diobati
lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia.
Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.

1.3. Variabel Epidemiologi

Studi epidemiologi deskriptif adalah studi terhadap frekuensi dan distribusi


penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, dan kematian dalam populasi.
Frekuensi dan distribusi penyakit dapat ditentukan berdasarkan karakteristik orang
(person), tempat (place), dan waktu (time).

a) Variabel orang (person)


1. Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan


epidemiologi. Umur berhubungan erat dengan angka-angka kesakitan maupun
angka-angka kematian. Golongan umur, dapat mempermudah seseorang dalam
melihat pola kesakitan dan kematian. Untuk keperluan perbandingan angka, WHO
menganjurkan pembagian-pembagian umur sebagai berikut:

a. Menurut angka kedewasaan

0-14 tahun: bayi dan anak-anak

15-49 tahun : orang muda dan dewasa

50 tahun : orang tua


b. Interval Tahun

0-4 Tahun

10-14 Tahun

10-14 Tahun

c. Untuk mempelajari penyakit anak

0-4 bulan

5-10 bulan

11-23 bulan

2-4 tahun

10-14 tahun

10-14 tahun

2. Jenis kelamin

Angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi di
kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi di kalangan pria dan
semua golongan umur. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor
instrinsik. Pertama, disebabkan oleh faktor keturunan. Kedua, disebabkan oleh
berperannya faktor lingkungan seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi
minuman keras pada laki-laki.

3. Kelas sosial

Kelas sosial menggambarkan kehidupan seseorang. Variabel ini ditentukan


oleh tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan tempat tinggal. Kelas sosial
dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam upaya memelihara kesehatan.
4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya suatu penyakit dikarenakan


oleh sebab- sebab sebagai berikut:
□ Adanya faktor lingkungan yang langsung menimbulkan kesakitan

□ Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress

□ Ada tidaknya “gerak badan” di dalam pekerjaan

□ Berkerumunnnya orang-orang di tempat yang sempit sehingga dapat terjadi


penularan penyakit antar pekerja
□ Penyakit karena cacing tambang diketahui terkait dengan pekerjaan di tambang.

5. Penghasilan

Besar penghasilan sering dikaitkan dengan pemanfaatan pelayanan


kesehatan. Masyarakat yang berpenghasilan tinggi akan lebih mudah mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik, membeli obat, dan sebagainya. Namun, tidak pada
masyarakat yang berpenghasilan rendah.

6. Golongan etnik

Setiap golongan etnik memiliki perbedaan dalam kebiasaan makan


sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan dalam angka kesakitan dan
kematian. Namun, hubungan antara angka kesakitan dan angka kematian dan
golongan etnik juga harus dikaitkan dengan umur dan jenis kelamin. Selain itu, di
dalam variabel golongan etnik, lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya
suatu penyakit. Contohnya penyakit kanker lambung.

7. Status perkawinan

Angka kesakitan dan angka kematian berhubungan dengan status kawin,


tidak kawin, janda, dan cerai.

8. Besarnya keluarga

Apabila masyarakat memiliki keluarga besar dan miskin, yang akan


menjadi korban adalah anak-anak karena pendapatan keluarga yang harus
digunakan oleh banyak orang.
9. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipnyai oleh seorang wanita
(BKKBN, 2006). Sedangkan menurut JHPIEGO pada tahun 2008, paritas adalah
jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim.
Menurut Manuaba (2008), paritas adalah anita yang pernah melahirkan bayi aterm.
Pada umumnya, terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah
lebih baik daripada yang berparitas tinggi.
b) Variabel tempat ( place )

Pengetahuan mengenai distibusi geografis dapat memberikan penjelasan


mengenai etiologi suatu penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :

1. Batas daerah-daerah pemerintahan

2. Kota dan pedesaan

3. Daerah berdasarkan batas-batas alam

4. Negara-negara

5. Regional

Beberapa hal yang dapat memberikan ciri khusus pola penyakit di suatu
daerah dengan batas-batas alam ialah keadaan alam yang khusus, seperti
temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan
tanah, sumber air, tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, indutstri, pelayanan
kesehatan, faktor sosial budaya, sifat-sifat lingkungan biologis, dan lain-lain.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat faktor lain yang
juga harus diperhatikan, yaitu migrasi. Contohnya migrasi antar desa akan
mengakibatkan perubahan pola penyakit seperti penyebaran penyakit menular dari
desa yang satu ke desa lainnya. Dalam membandingkan angka kesakitan atau
kematian antar daerah perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap daerah mengenai
umur, jenis kelamin, kualitas data, dan derajat representatif dan data terhadap
seluruh penduduk.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit berubungan dengan
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda beda dalam
setiap tempat

2. Konstitusi genetis dan etnis dari penduduk yang berbedaVariasi kultural terjadi
dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktik sanitasi perorangan, dan persepsi
tentang sehat dan sakit
3. Variasi administratif termasuk faktor-faktor tersedianya dan efisiensi pelayanan
kesehatan, program sanitasi
Terdapat penyakit yang hanya berpengaruh pada daerah tertentu.
Misalnya, penyakit gondok goiter epidemi di daerah yan kekurangan yodium.
c) Variabel waktu ( time )

Rentang waktu dalam melihat perubahan pola penyakit dapat dibedakan


menjadi dua,

yaitu :

1. Fluktuasi jangka pendek

Perubahan angka kesakitan berlangsung dalam beberapa jam, hari,


minggu, bulan, dan tahun. Fluktuasi jangka pendek atau epidemi memberikan
petunjuk bahwa :
o Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan

o Waktu inkubasi rata-rata pendek

2. Perubahan perubahan secara siklus

Perubahan angka kesakitan terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu


beberapa hari, beberapa bulan, dan beberapa tahun. Perubahan ini dapat terjadi
pada penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi.
Timbulnya angka kesakitan dan kematian oleh suatu penyakit berhubungan
dengan :

o Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur dan kelembaban memungkinkan terjadinya
transmisi
o Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi
o Selalu adanya kerentanan

o Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang menyebabkan


mereka terserang oleh vector bornedisease tertentu
o Tetapnya kemampuan agent infektif untuk menimbulkan penyakit tertentu

o Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui

3. Perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode yang


panjang, bertahun- tahun atau berpuluh-puluh tahun yang disebut dengan secular
trends.

Anda mungkin juga menyukai