Anda di halaman 1dari 34

Salsabila Annisa Ikhda

Defenisi epidemiologi

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “epi” yang artinya “on or upon” pada,
demos artinya penduduk dan “logy” atau logos yang artinya ilmu atau studi. Sehingga
epidemiologi yaitu studi pada penduduk. Epidemiologi dapat disebut juga dengan cabang
ilmu medis yang berkaitan dengan epidemic. Defenisi ini kemudian dikembangkan oleh
London Epidemiological Society, yang dibentuk tahun 1850 untuk menentukan penyebab
kolera dan penyakit epidemi lainnya dan metode untuk mencegah penyakit tersebut.

Berikut merupakan defenisi epidemiologi oleh beberapa ahli. Menurut Mac Mahon tahun
1970 epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan dari frekuesi penyakit pada
manusia . Epidemiologi adalah studi bagaimana penyakit didistribusikan dalam masyarakat
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya atau menentukan (determinan) distribusinya.
Mengapa suatu penyakit berkembang pada sekelompok orang dan tidak berkembang pada
kelompok lainnya (Gordis, 2008).

Sehingga dapat disimpulkan bahawa Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan
determinan dari keadaan atau peristiwa kesehatan pada populasi tertentu dan
diaplikasikan studi tersebut untuk pengendalian (kontrol) masalah-masalah kesehatan.

Sejarah epidemiologi

Hippocrates (sekitar 460-388 SM) telah menyiapkan dasar untuk studi ilmiah penyakit
dengan membebaskan praktik kedokteran dari batasan spekulasi filosofis, takhayul, dan
agama, serta menekankan pentingnya observasi yang cermat dalam mengidentifikasi faktor-
faktor alam yang mempengaruhi kesehatan, baik di udara, perairan, dan tempat lainnya.
Hippocrates memberikan deskripsi akurat tentang berbagai penyakit klinis, termasuk tetanus,
tifus, dan tuberkulosis. John Snow (1813–1858) adalah seorang ahli bedah dengan beragam
ilmu pengetahuan dan minat sosial. Ia juga merupakan pelopor dalam epidemiologi. perannya
dalam epidemiologi melalui penyelidikannya terhadap penyakit kolera.1
Kolera melanda Inggris Raya pada tahun 1831-1832, datang dari India melalui
pelabuhan Inggris. Sebagai magang untuk ahli bedah Newcastle, Snow merawat pasien yang
menderita epidemi kolera awal. Ketika epidemi muncul kembali pada tahun 1848, Snow
merumuskan teorinya tentang penyakit dengan menerbitkan artikel dan buklet. Artikel-artikel
ini memaparkan gagasannya tentang kolera sebagai penyakit yang menyerang saluran
pencernaan dengan masuknya agen langsung melalui mulut.2
John Snow menemukan rumah setiap orang yang meninggal karena kolera di London
selama 1848–1849 dan 1853–1854, dan mencatat hubungan yang jelas antara sumber air
minum dan kematian. Dia membandingkan kematian akibat kolera di daerah-daerah dengan
persediaan air yang berbeda.2
Salsabila Annisa Ikhda

Jenis Study

Secara garis besar studi epidemiologi dikelompokkan menjadi dua macam,


observasional(non eksperimen) dan eksperimental. Studi epidemiologi bagian observasional
di bagi berdasarkan tingkat orservasinya, apakah secara individual(personal) atau tingkat
agregat (studi ekologi). Pada tingkat individual(personal), dibagi lagi berdasarkan waktu yang
ditempuh, apakah secara cross-sectional atau longitudinal. Dan pada akhirnya longitudinal
tadi dibagi menjadi dua lagi, ada kohort dan case-control.16,18
Studi eksperimental dibagi kepada tiga, community trials, field trials, dan clinical
trials 16, 18.

1) Studi eksperimental & observasional


Pembagian paling utama dari studi epidemiologi adalah studi ekperimental dan
observasional. Dapat dibedakan pada perlakuan terhadap subjek studi. Apabila observasional
tidak memberikan perlakuan secara langsung terhadap subjek, sedang kebalikannya pada
eksperimental, kebalikannya. Desain studi ini memberikan perlakuan secara langsung kepada
subjek penelitian. Dimana subjek tersebut dapat berupa subjek acak ataupun non-acak.18
2) Kelompok observasi
Kelompok observasi dalam studi epidemiologi merujuk kepada tingkatan agregat
yang mana dapat diukur, yaitu: 18
Individu↔keluarga↔kelompok sosial↔kerabat↔lingkungan daerah↔negara.
3) Longitudinal & cross sectional observation
Observasi di tingkat individu kemudian akan dilakukan secara longitudinal ataupun
cross-sectional. Pengamatan longitudinal membahas pengalaman individu dari waktu ke
Salsabila Annisa Ikhda

waktu. Sebaliknya, pengamatan cross-sectional tidak mengizinkan pengurutan waktu yang


akurat dari peristiwa dalam inidividu. Maka dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa yang
membedakan observasi longitudinal dan cross-sectional adalah kemampuan untuk
menempatkan peristiwa secara akurat untuk individu di garis waktu. 18
4) Kohort & case-control
Jika pembagian sebelumnya hanya berfokus untuk menjawab pertanyaan siapa dan
kapan, makan disini lebih difokuskan untuk membuka kasus untuk menjawab pertanyaan
mengapa. 18
Studi kohort dimulai dengan mengidentifikasi individu yang bebas penyakit.
Kemudian subjek penelitian diklasifikasikan sesuai dengan faktor risiko yang dianggap
terkait dengan penyakit yang dapat terjadi di masa depan. Terjadi periode di mana penyakit
dipantau. Insiden peristiwa kemudian dihitung dan dibandingkan di antara kelompok
keterpaparan. 18

2.6.2 TUJUAN
Tujuan studi epidemiologi adalah:
1) Mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat.
2) Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.
3) Menilai dan merencanakan pelayanan kesehatan.15
Ketiga tujuan tersebut dicapai dengan melakukan surveilans epidemiologi dan
penelitian epidemiologi. Surveilans epidemiologi meliputi kegiatan-kegiatan:
1) Pengumpulan data secara sistematis dan kontinu.
2) Pengolahan, analisis, dan interpretasi data sehingga menghasilkan informasi.
3) Penyebarluasan informasi tersebut kepada instansi yang berkepentingan.
4) Penggunaan informasi tersebut untuk pemantauan, penilaian, dan
perencanaan program kesehatan. 15

2.4 PRINSIP DASAR


2.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran
Dalam epidemiologi ada tiga faktor yang dapat menerangkan penyebaran (distribusi)
penyakit atau masalah kesehatan yaitu orang (person), tempat (place), dan waktu (time).
Informasi ini dapat digunakan untuk menggambarkan adanya perbedaan keterpaparan dan
Salsabila Annisa Ikhda

kerentanan. Perbedaan ini bisa digunakan sebagi petunjuk tentang sumber, agen yang
bertanggung jawab, transisi, dan penyebaran suatu penyakit.7
1) Faktor Orang (Person)
Faktor orang adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi keterpaparan atau
kepekaan mereka terhadap penyakit. Karakteristik orang dapat berupa faktor genetik,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan dan status sosial ekonomi. Seorang
individu yang mempunyai faktor genetik pembawa penyakit akan mudah terpapar
faktor genetic tersebut dan peka untuk sakit. Perbedaan berdasarkan umur, terdapat
kemungkinan dalam mendapat keterpaparan berdasarkan perjalanan hidup. Demikian
pula dengan karakteristik lain yang akan membedakan dalam kemungkinan mendapat
keterpaparan. 7
2) Faktor Tempat (place)
Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi ini dapat berupa
batas alamiah seperti sungai, gunung, atau bisa dengan batas administrasi dan histori.
Perbedaan distribusi menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan
penyakit yang dapat menjadi pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum
diketahui. 7
3) Faktor Waktu (Time)
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun.
Informasi ini bisa dijadikan pedoman tentang kejadian yang timbul dalam masyarakat.
7

Faktor penyebab penyakit


2.4.2 Segitiga Epidemiologi (Trias Epidemiologi)
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar dalam epidemiologi yang
menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit
atau masalah kehatan7 yaitu
a) Agent
Agent (Penyebab) adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi, yang
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Beberapa penyakit agen merupakan
penyebab tunggal (single) misalnya pada penyakit menular, sedangkan pada penyakit
tidak menular biasanya terdiri dari beberapa agen contohnya pada penyakit kanker. 7
Faktor agen, antara lain :
Salsabila Annisa Ikhda

(a) Faktor Nutrtisi


Bisa dalam bentuk kelebihan gizi, misalnya tinggi kolesterol, atau
kekurangan gizi baik itu protein, lemak atau vitamin.
(b) Penyebab Kimiawi
Misalnya zat-zat beracun (karbon monoksida), asbes, kobalt, atau
allergen
(c) Penyebab Fisik
Misalnya radiasi dan trauma mekanik (pukulan, tabrakan)
(d) Penyebab Biologis
1) Metazoa
2) Protozoa
3) Bakteri
4) Fungi
5) Rickettsia
6) Virus 7

b) Host
Host adalah makhluk hidup. Faktor host yang berkaitan dengan terjadinya
penyakit, baik menular ataupun tidak adalah berupa umur, jenis kelamin, ras, etnik,
anatomi tubuh, dan status gizi. Faktor manusia sangat kompleks dalam proses
terjadinya penyakit dan tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-
masing individu. 7 Karakteristik tersebut antara lain:
(a) Umur
Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti
penyakit campak pada anak-anak, penyakit kanker pada usia
pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia lanjut.
(b) Jenis Kelamin
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada
wanita. Penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta
persalinan pada wanita dan penyakit hipertrofi prostat pada laki-laki.
(c) Ras
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat
dan perkembangan kebudayaan.
(d) Genetik
Salsabila Annisa Ikhda

Penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme,


fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain.
(e) Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat
pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis
dan lainnya.
(f) Status Nutrisi
Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita penyakit infeksi
seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan
lainnya.
(g) Status Kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang
dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan
lama dan seumur hidup.
(h) Adat-Istiadat
Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti
kebiasaan makan ikan mentah.
(i) Gaya hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat
menimbulkan gangguan pada kesehatan.
(j) Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat menyebabkan
terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan
lainnya. 7,17

c) Environment
Environment (lingkungan) adalah faktor luar dari individu yang tergolong
faktor lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian7, yaitu :
(a) Lingkungan hidup internal
berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis
(b) Lingkungan hidup eksternal
Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dan tiga komponen yaitu :
(1) Lingkungan Fisik
Salsabila Annisa Ikhda

Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca,
makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain yang
berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu serta
berperan penting dalam terjadinya penyakit, seperti kekurangan
persediaan air bersih. 7
(2) Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan,
hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang
dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor
penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan manusia
dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi
ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan
biologis maka manusia akan menjadi sakit. 7
(3) Lingkungan sosial
Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama,
sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan
kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi
oleh lingkungan sosial dan jika tidak dapat menyesuaikan dirin,
maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala
psikosomatik. 7

2.4.3 Interaksi Segitiga Epidemiologi (Trias Epidemiologi)


Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan ketiga faktor tersebut.
Hubungan ketiga faktor ini dapat menjelaskan kondisi yang dialami oleh manusia7, meliputi ;
a) Interaksi antara agent penyakit dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara langsung oleh lingkungan
yang menguntungkan agen penyakit. Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit,
misalnya viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung
dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan penguapan bahan kimia beracun oleh
proses pemanasan global. 7
Salsabila Annisa Ikhda

Interaksi pertama dikatakan berada pada equilibrium (keseimbangan antara,


Host, Agent, dan Environtment), individu dalam kondisi ini dapat disebut sehat 10

b) Interaksi antara pejamu (manusia) dan lingkungan


Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya
dan terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan
kebiasaan membuat dan menyediakan makanan. 7,17

Kondisi ini agen menperoleh Kemudahan Menimbulkan Penyakit Interaksi ini


dapat dikatakan bahwa agen mendapat kemudahan untuk menimbulkan penyakit pada
host. Agen memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit miring kearah
agen.10

c) Interaksi antara pejamu (manusia) dan agent penyakit


Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembang biak dan dapat
merangsang manusia untuk menimbulkan respons berupa tanda-tanda dan gejala
penyakit, misalnya demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh dan pembentukan
kekebalan atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat
berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian. 7
Salsabila Annisa Ikhda

Kondisi ketiga yaitu Host Peka Terhadap Agent. Host memberatkan


keseimbangan sehingga pengungkit miring kearah host. Contoh apabila disuatu
daerah yang penduduk berusia balita besar, maka sebagian besar populasi rentan
terkena penyakit. Selanjutnya terjadi pergeseran lingkungan yang menyebabkan agen
mendapat kemudahan menimbulkan penyakit. 10,17

d) Interaksi agent penyakit, pejamu (manusia) dan lingkungan


Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit, manusia dan
lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain
sehingga memudahkan agen penyakit baik secara tidak langsung maupun langsung
masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran
manusia akan dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases). 7

Kondisi terakhir adalah terjadinya Pergeseran Lingkungan yang menyebabkan


host peka terhadap penyakit. Interaksi ini terjadi karena adanya pergeseran kuliatas
lingkungan sehingga host memberatkan keseimbangan (host peka terhadap agent).
Contoh terjadi pencemaran udara dengan SO2 yang menyebabkan saluran udara paru
menyempit (agar tidak banyak racun), namun paru-paru kekurangan oksigen sehingga
host jadi lemah dan timbul kelainan paru 10,17
Salsabila Annisa Ikhda

2.4.4 Prinsip dasar lainnya


1) Variabel
Ialah atribut pasien dan kejadian klinis.
(a) Predictor variable: penyebab diakui 
(b) Dependent variable: mencakup efek-efek yang mungkin terjadi
(c) Extraneous variable: variable yang tidak relevan dengan kejadian utama9
2) Populasi Dan Sampel
Secara umum, populasi adalah sekelompok besar orang dalam lingkungan atau
tempat yang ditentukan (seperti Banda Aceh) atau dengan karakteristik tertentu
(seperti usia >65 tahun). populasi biasa untuk studi epidemiologi penyebab dan studi
klinis. 8
Sampel adalah bagian dari populasi dan dipilih dari populasi atau sub
kumpulan orang-orang didalam suatu populasi. Penelitian klinis biasanya dilakukan
pada sampel untuk memperoleh kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh itu
berdasarkan data, contoh hasilnya seperti ternyata sampel memiliki karakteristik yang
sama dengan populasi induk, atau seberapa jauh sampel merepresentasikan sebuah
populasi.9
3) Pertanyaan Klinis

4) Hasil kesehatan
Hasil kesehatan adalah kejadian klinis selalu menjadi perhatian khusus pasien
dan dokter yang merawat. Hal ini yang menjadikan dokter mencoba untuk
memahami, memprediksi, menafsirkan, dan mengubah metode pengobatan kepada
pasien. 8
Salsabila Annisa Ikhda

Kejadian klinis dalam epidemiologi klinis hanya dapat dipelajari secara


langsung pada manusia utuh, tidak pada hewan atau bagian dari manusia. Hasil
biologis tidak dapat menggantikan hasil klinis tanpa bukti langsung bahwa keduanya
terkait. Terlalu berlebihan untuk mengasumsikan bahwa hasil akhir pasien akan
meningkat sebagai hasil dari intervensi hanya karena penanda biologisnya, karena
banyak faktor lain mungkin menentukan hasil akhir. 9
5) Angka Dan Probabilitas
Pengukuran bersifat kuantitatif, karena informasi numerik memungkinkan
konfirmasi yang lebih baik dan komunikasi yang lebih tepat di antara dokter, antara
dokter dan pasien, dan eror dalam epidemiologi. Hasil klinis seperti kematian, gejala,
atau kecacatan, dapat dihitung dan dinyatakan sebagai angka. Meskipun observasi
kualitatif juga penting dalam pengobatan klinis, namun bukan bagian dari
epidemiologi klinis.9
Dokter menggunakan hasil penelitian untuk menetapkan probabilitas bahwa
hasil tersebut akan terjadi. Pada pendekatan epidemiologi klinis, prediksi klinis tidak
pasti tetapi dapat dihitung, dengan menyatakan prediksi sebagai probabilitas8
6) Bias
Bias adalah "proses pada setiap tahap inferensi yang cenderung menghasilkan
hasil yang menyimpang secara sistematis dari nilai-nilai yang sebenarnya” atau lebih
jelasnya merupakan kesalahan sistematis dalam memilih subjek penelitian atau
mengumpulkan data yang menyebabkan taksiran yang salah (incorrect estimates)
tentang hubungan antara paparan dan risiko mengalami penyakit, atau efek intervensi
terhadap variabel hasil. 8

Peran

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan ilmu kesehatan


masyarakat yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah
kesehatan lainnya dalam masyarakat. Epidemiologi menekankan upaya bagaimana distribusi
penyakit dan bagaimana berbagai faktor menjadi faktor penyebab penyakit tersebut.
Epidemiologi mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa:
2) Menerangkan tentang besarnya masalah dan ganguan kesehatan (termasuk penyakit)
serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
Salsabila Annisa Ikhda

3) Menyiapkan data/informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan


program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat,
baik bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta
menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
4) Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang
berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.5
5) Mengidentifikasi berbagai faktor penyebab maupun faktor risiko yang berhubungan
dengan timbulnya penyakit dan masalah kesehatan lainnya
6) Menerangkan besarnya masalah dan gangguan kesehatan serta penyebarannya dalam
suatu penduduk tertentu
7) Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
8) Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.
9) Menyiapkan data dan informasi yang esensil untuk keperluan :
(a) perencanaan,
(b) pelaksanaan program,
(c) evaluasi berbagai kegiatan pelayanan kesehatan pada masyarakat
(d) menentukan skala perioritas kegiatan tsb.
10) Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan.4
Manfaat
Apabila Epidemiologi dapat dipahami dan diterapkan dengan baik, akan diperoleh
berbagai manfaat yang jika disederhanakan adalah sebagai berikut :
1) Membantu Pekerjaan Administrasi Kesehatan.
Epidemiologi membantu pekerjaan dalam Perencanaan ( Planning ) dari pelayanan
kesehatan, Pemantauan ( Monitoring ) dan Penilaian ( Evaluation ) suatu upaya
kesehatan. Data yang diperoleh dari pekerjaan epidemiologi akan dapat dimanfaatkan
untuk melihat apakah upaya yang dilakukan telah sesuai dengan rencana atau tidak
(Pemantauan) dan ataukah tujuan yang ditetapkan telah tercapai atau tidak
(Penilaian). 3
2) Dapat Menerangkan Penyebab Suatu Masalah Kesehatan.
Salsabila Annisa Ikhda

Dengan diketahuinya penyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat disusun langkah
– langkah penaggulangan selanjutnya, baik yang bersifat pencegahan ataupun yang
bersifat pengobatan. 3
3) Dapat Menerangkan Perkembangan Alamiah Suatu Penyakit.
4) Salah satu masalah kesehatan yang sangat penting adalah tentang penyakit. Dengan
menggunakan metode Epidemiologi dapatlah diterangkan Riwayat Alamiah
Perkembangan Suatu Penyakit (Natural History of Disease). Pengetahuan tentang
perkembangan alamiah ini amat penting dalam menggambarkan perjalanan suatu
penyakit. Dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan berbagai upaya untuk
menghentikan perjalanan penyakit sedemikian rupa sehingga penyakit tidak sampai
berkelanjutan. Manfaat / peranan Epidemiologi dalam menerangkan perkembangan
alamiah suatu penyakit adalah melalui pemanfaatan keterangan tentang frekwensi dan
penyebaran penyakit terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan
diketahuinya waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapatlah
diperkirakan perkembangan penyakit tersebut. Dapat Menerangkan Keadaan Suatu
Masalah Kesehatan.3
5) Mempelajari riwayat alamiah penyakit: untuk memahami prediksi kejadian penyakit,
hasil studi untuk perencanaan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan. 4
6) Diagnosis Komunitas: Penyakit, kondisi, kecelakaan, gangguan, kelainan, kecacatan-
menyebabkan kesakitan, kematian. 4
7) Melihat risiko pada individu dan pengaruhnya pada populasi: faktor risiko, masalah
dan perilaku yang memepengaruhi kelompok penduduk. 4
8) Penilaian dan evaluasi test: bagaimana kesehatan masyarakat (pelayanan kesehatan)
dapat menjawab masalah dan kebutuhan masyarakat. 4
9) Menyempurnakan gambaran klinis: identifikasi, prosesdiagnosis, ditentukan sebab
dan akibat. 4
10) Identifikasi sindrom: susun kriteria untuk definisi sindroma tertentu.4
11) Menentukan penyebab dan sumber penyakit: temuan-temuan untuk- pengendalian,
pencegahan, eliminasi penyebab- penyakit, kecelakaan, kecacatan dan kematian.4

Tujuan
Salsabila Annisa Ikhda

Syarat Alat ukur

Dalam epidemiologi, banyak variabel nominal hanya memiliki dua kemungkinan kategori:
hidup atau mati; kasus atau kontrol; terpapar atau tidak terpapar; Dan seterusnya. Variabel
semacam itu disebut variabel dikotomis. Ukuran frekuensi yang digunakan dengan variabel
dikotomis adalah rasio, proporsi, dan rate. 12

1.5.2 JENIS
a) Rasio
Dalam sebuah rasio, nilai x dan y mungkin benar-benar independen, atau x
dapat dimasukkan dalam y. Misalnya, jenis kelamin anak yang menghadiri
klinik imunisasi dapat dibandingkan dengan salah satu cara berikut: Pada opsi
pertama, x (wanita) sepenuhnya tidak bergantung pada y (pria). Yang kedua, x
(perempuan) termasuk dalam y (semua). Kedua contoh tersebut adalah rasio. 13

b) Proporsi
Jenis ukuran frekuensi kedua yang digunakan dengan variabel dikotomis,
adalah rasio di mana x termasuk dalam y. Dari dua rasio yang ditunjukkan di
atas, yang pertama bukan proporsi, karena x bukan bagian dari y. Yang kedua
adalah proporsi, karena x adalah bagian13

c) Rate
Seringkali berupa proporsi, dengan point penting : mengukur terjadinya suatu
peristiwa dalam suatu populasi dari waktu ke waktu. 13
Salsabila Annisa Ikhda

d) Morbiditas
Morbiditas atau Pengukuran Frekuensi penyakit digunakan untuk
menggambarkan keberadaan penyakit dalam suatu populasi, atau probabilitas
(risiko) kemunculannya, kdisebut sebagai salah satu ukuran frekuensi
morbiditas. 13
(a) Insiden rate
Cara paling umum untuk mengukur dan membandingkan frekuensi
penyakit dalam populasi. Menunjukkan kemungkinan atau risiko
penyakit dalam suatu populasi selama periode waktu tertentu. (kejadian
baru terjadi). Insiden adalah ukuran risiko, ketika satu populasi
memiliki insiden penyakit yang lebih tinggi daripada yang lain, kita
katakan bahwa populasi pertama memiliki risiko lebih tinggi terkena
penyakit daripada populasi kedua. 13

(b) Prevalensi
Biasanya disebut juga prevalensi rate dimana proporsi orang dalam
suatu populasi yang memiliki penyakit tartentu pada titik waktu
tertentu atau selama periode waktu tertentu. 13
a) Prevalensi point : Mengukur jumlah orang dikalangan penduduk
yang menderita suatu penyakit pada suatu titik waktu tertentu.
Pembilang dalam prevalensi poin adalah jumlah orang dengan
penyakit tertentu pada tanggal tertentu, bukanlah angka insiden,
karena pembilangnya memasukkan kasus yang sudah ada
sebelumnya.
b) Prevalensi periode : seberapa banyak penyakit tertentu hadir dalam
suatu populasi dalam periode yang lebih lama. 13
Salsabila Annisa Ikhda

e) Mortalitas
Angka kematian adalah ukuran frekuensi terjadinya kematian dalam
populasi tertentu selama interval tertentu. Untuk populasi tertentu, selama
periode waktu tertentu. 13
Tingkat kematian = kematian terjadi selama periode waktu tertentu/ukuran
populasi ketika terjadi kematian x 10n
Ukuran kematian yang digunakan
a. Crude death rate, angka kematian kasar adalah angka kematian dari
semua penyebab kematian suatu populasi, untuk 10n menggunakan
1000 atau 100.000
b. Cause specific death rate, angka kematian spesifik penyebab adalah
angka kematian dari penyebab tertentu untuk suatu populasi.
Pembilangnya adalah jumlah kematian yang dikaitkan dengan
penyebab tertentu. Penyebut tetap menjadi ukuran populasi pada titik
tengah periode waktu, untuk 10n biasanya menggunakan 100.000.
c. Proportional mortality, adalah jumlah kematian leh suatu penyakit
daam periode waktu satu bulan.
d. Death to case ratio, kematian proportional dengan numerator kematian
disebabkan oleh penyakit tertentu selama interval waktu tertentu, dan
dengan penyebut kasus baru dari penyakit yang dilaporkan
e. Neonatal mortality rate, angka kematian neonatal didefinisikan sebagai
periode sejak lahir sampai 28 hari, angka kematian bayi biasanya
dinyatakan dalam per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 1988, angka
kematian neonatal di amerika serikat adalah 6,3 per 1000 kelahiran
hidup.
f. Postneonatal mortality rate, didefinisikan sebagai periode dari usia 28
hari hingga 1 tahun, angka ini dinyatakan per 1000 kelahiran hidup.
g. Infant mortality rate, angka kematian bayi adalah salah satu ukran
paling umum digunakan untuk membandingkan layanan kesehatan
antar negara, angka kematian ini dinyatakan per 1000 kelahiran hidup.
h. Maternal mortality rate, atau angka kematian ibu digunakan untuk
Salsabila Annisa Ikhda

mengukur kematian yang berhubungan dengan kehamilan. Karena


kematian ibu jauh lebih jarang daripada kematian bayi, angka kematian
ibu biasanya dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup. 13
Screening
Screening Test adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit/kelainan yang secara
klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-
benar sehat, dan orang yang tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.

1) Validitas
Kemampuan dari suatu pemeriksaan/test untuk menentukan individu mana yang
mempunyai penyakit/berisiko (tidak normal) dan individu mana yang tidak mempunyai
penyakit (normal/sehat). 4
Indikator Untuk Menilai Validitas ada 2:
(a) Sensitivitas
adalah kemampuan dari suatu skrining test untuk mengidentifikasi secara
benar orang-orang yang mempunyai penyakit/ berisiko. 4
(b) Spesifitas
adalah kemampuan dari suatu skrining test untuk mengidentifikasi secara
benar orang-orang yang sehat atau yang tidak mempunyai penyakit/ berisiko.
4

Konsep sensitifitas dan spesifisitas dari tes diagnostik dengan hasil tes yang bersifat
dikotomus :
Contoh pada kalkulasi dibawah ini :
(a) Dari 100 orang sakit, 80 diidentifikasikan secara benar (hasil tes positif ) oleh tes
diagnostik
(b) Sensitifitas dari tes adalah 80%.
(c) Disini 20 orang tidak dapat diidentifikasikan dengan benar oleh tes diagnostik
tersebut.
(d) Dari 900 orang yang tidak sakit, 800 diidentifikasikan secara benar (hasil tes negatif)
oleh tes diagnostik
(e) Spesifisitas dari tes adalah 800/900 atau 89%.
(f) isini ada 100 orang yang tidak dapat diidentifikasikan dengan benar oleh tes
Salsabila Annisa Ikhda

diagnostik tersebut. 4
2) Reliabilitas
Reabilitas adalah: Kemampuan test atau pengukuran untuk menghasilkan nilai yang
sama pada individu dan kondisi yang sama. 4
(a) Inter Observer Bias:
Bias Yang Terjadi Akibat 2 (Dua) Observer Menginterpretasi Satu Hasil Test
Dan Memberi Interpretasi Yang Berbeda. 4
(b) Intra Observer Bias:
Bias Yang Terjadi Dikarenakan 1 (Satu) Observer Menginterpretasi Berbeda
Terhadap Satu Hasil Test Dalam Waktu Yang Berbeda 4

2.7 SURVEY
2.7.1 DEFINISI
Surveilans menurut WHO adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis
secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.4

2.7.2 TUJUAN
Tujuan surveilans epidemiologi adalah tersedianya data dan informasi epidemiologi
sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta
respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara menyeluruh.4

2.7.3 TAHAPAN
1) Perencanaan surveilans
Perencanaan kegiatan surveilans dimulai dengan penetapan tujuan surveilans,
dilanjutkan dengan penentuan definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis dan mekanisme penyebarluasan informasi. 4
Salsabila Annisa Ikhda

2) Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data
selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang dilaksanakan
secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat
bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang
diperoleh dari kegiatan survei. 4,19
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap
orang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui kunjungan
rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan sarana pelayanan
kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan bulanan Puskesmas desa
dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan harian dari
laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain (pasive surveillance).
4,20

Proses pengumpulan data diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik.
Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien dan kegiatan
luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data hasil pencatatan dengan
menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian Luar Biasa (KLB), form W2
(laporan mingguan) dan lain-lain. 4
3) Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan komputer
sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan
menggunakan program (software) seperti epi info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain. 4,19
4) Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan
dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan dan
penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti
rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit.
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data bulanan atau
tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau penurunan, dan mencari
hubungan penyebab penyakit malaria dengan faktor resiko yang berhubungan dengan
kejadian malaria. 4,20
5) Penyebarluasan informasi
Salsabila Annisa Ikhda

Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah. Dalam


rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga
menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang informatif agar mudah
dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan. 4,19
Cara penyebarluasan informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil
kajian yang disampaikan kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan
pertemuan, membuat suatu tulisan di majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap
saat dapat di akses dengan mudah.21
6) Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima
laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit kesehatan yang
melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya
telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan memberi petunjuk tentang laporan yang
diterima. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat
pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi. 4,20
Bentuk dari umpan balik bisa berupa ringkasan dari informasi yang dimuat dalam
buletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan yang
dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar terbitnya selalu tepat pada waktunya,
selain itu bila mencantumkan laporan yang diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang
dicantumkan adalah tanggal penerimaan laporan. 21
7) Investigasi penyakit
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih dahulu
dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit malaria. Dengan investigator
membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi dalam hal ini
adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di laboratorium. Setelah
melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya. 4,20
8) Tindakan penanggulangan
Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada penderita
yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan penyuluhan
mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar tidak
tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan gerakan kebersihan
lingkungan untuk memutuskan rantai penularan. 4,20
Salsabila Annisa Ikhda

9) Evaluasi data sistem surveilans


Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk dapat dilakukan evaluasi
manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah satu dari
pernyataan berikut:
(a) Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan
mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus.
(b) Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik kejadian kasus di
wilayah tersebut.
(c) Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di
wilayah tersebut.
(d) Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kasus atau penyakit. 4,20
Indikator surveilans
(1) Kelengkapan laporan.
(2) Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat
dihasilkan.
(3) Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional.
(4) Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehatan.
(5) Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit.21

Ruang lingkup epidemiologi

Epidemiologi awalnya mencakup penyakit menular saja, kemudian berkembang ke penyakit


menular dan kemudian berkembang ke penyakit atau peristiwa kesehatan lainnya.

a. Epidemiologi penyakit menular

Penyakit yang dapat menular atau penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh
transmisi suatu agent infeksius tertentu atau produk- produk toksiknya, dari manusia atau
hewan yang terinfeksi ke host yang rentan, baik secara langsung atau tidak langsung.
Beberapa kemenangan besar di bidang epidemiologi berpangkal dari upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit-penyakit menular, seperti yang dilakukan oleh Jhon Snow terhadap
kolera dan yang lebih mutakhir adalah pemberantasan penyakit cacar.

Penyakit-penyakit menular secara terus menerus hadir sebagai permasalahan-permasalahan


kesehatan akut yang paling penting di semua
Salsabila Annisa Ikhda

negara-negara di dunia dimana penyakit ini merupakan kausa terbesar dari morbiditas dan
mortalitas.

2. Epidemiologi Penyakit tidak menular

Dengan adanya transisi epidemiologi, maka penyakit menular mengalami penurunan


dikarenakan banyak ditemukan upaya pengobatan dan pencegahan. Tetapi transisi ini
menyebabkan munculnya jenis penyakit baru yaitu penyakit tidak menular yang
banyak dikaitkan dengan gaya hidup (life style) yang buruk.

Pada saat ini sedangn berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai faktor yang
memegang peranan dalam timbulnya penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit
sistemis serta berbagai penyakit menahun lainnya termasuk masalah meningkatnya
kecelakaan lalu lintas dan penyalahgunaan obat-obat tertentu.

Bidang ini banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang
bertalian erat dengan berbagi gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai
bidang terutama bidang industri yang banyak mempengaruhi keadaan lingkungan,
termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial budaya.

3. Epidemiologi klinis

Epidemiologi klinik adalah penerapan dari prinsip-prinsip dan metode-metode


epidemiologi ke dalam praktek kedokteran klinik. Dengan asal usul yang relatif baru,
bidang disiplin ilmu ini hingga kini masih menyesuaikan metode-metode yang telah
digunakan terutama di dalam epidemiologi dan mengintegrasikannya dengan ilmu
kedokteran klinik.

Epidemiologi klinik merupakan salah satu dari ilmu-ilmu kedokteran dasar, meskipun
di hampir semua sekolah-sekolah kedokteran bidang ilmu tersebut belum banyak
dikenal. Epidemiologi klinik dikembangkan dengan tujuan membekali para klinisi/
dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi. Dalam
penggunaan epidemiologi klinis sehari-hari, para petugas medis terutama para dokter
sering menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara
individual.

Mereka lebih berorientasi pada penyebab penyakit dan cara mengatasinya terhadap
kasus secara individu. Mereka biasanya tidak tertarik untuk mengetahui serta
menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan sifat penyebarannya dalam
masyarakat. Pendekatan epidemiologi perlu bagi klinisi karena pasien tesebut
merupakan individu yang akan sembuh setelah pengobatannya, akan kembali ke
komunitasnya

sehingga bisa menularkan penyakit kepada yang lain serta penyakit ini juga bisa kambuh
kembali jika faktor risiko atau penyebab penyakit tersebut ada di lingkungan komunitasnya.

4. Epidemiologi kependudukan

Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sistem


pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan berkaitan
Salsabila Annisa Ikhda

dengan bidang demografi yang terjadi di masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi


kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik individu
secara demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam
masyarakat, tetapi juga sangat berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta
keluarga berencana

Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti


pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kerja dan ketenagakerjaan, transportasi,
kesehatan, pertanian dan kepegawaian sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat
populasi yang dilayani. Dalam hal ini, peranan epidemiologi kependudukan sangat
penting untuk digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan dalam
menyusun perencanaan yang baik. Dewasa ini sedang dikembangkan epidemiologi
sistem reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dan
kependudukan.

5. Epidemiologi pengelolaan pelayanan kesehatan

Bentuk ini merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis
masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana
pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Bentuk pendekatan
epidemiolohi dalam bidang manajemen saat ini semakin berkembang sesuai dengan
perkembangan industri medis yang disertai perkembangan dalam sistem manajemen
kesehatan dan ekonomi kesehatan, termasuk sistem asuransi kesehatan.

6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja

Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari dan
menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja, baik yang bersifat fisik, kimiawi,
biologis maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat
berguna dalam menganalisis tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai keadaan
dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.

7. Epidemiologi kesehatan jiwa

Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan hiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun
analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat yang lebih banyak mengarah ke
masalah kejiwaan disertai dengan perubahan sosial masyarakat, menuntut suatu cara
pendekatan melalui epidemiologi sosial yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa,
mengingat bahwa dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah
kesehatan individu saja, tetapi juga telah menjadi masalah sosial masyarakat.

8. Epidemiologi gizi

Epidemiologi banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat. Masalah


gizi erat hubungannya dengan pola hidup masyarakat. Pendekatan epidemiologi
dalam masalah gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan
erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan
terutama yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.
Salsabila Annisa Ikhda

Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih
mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan
timbulnya masalag tersebut dalam masyarakat dan tidak terbatas pada sasaran
individu atau lingkungan keluarga saja

9. Epidemiologi perilaku

Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam
menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat. Bahkan menurut Bloom, faktor
perilaku berkontribusi besar dalam menentukan status kesehatan individu dalam
masyarakat.

Mengingat bahwa faktor penyebab penyakit lebih bersifat kompleks sehingga dalam
epidemiologi, kita lebih banyak melakukan pendekatan faktor risiko maka faktor
perilaku individu maupun masyarakat, seperti kebiasaan hidup sehat individu dan
kepercayaan masyarakat tentang suatu yang berhubungan dengan kesehatan, banyak
memberikan nilai risiko yang sering muncul dalam analisis epidemiologi tentang
kejadian penyakit dalam masyarakat. Bahkan perilaku sangat erat hubungannya
dengan umur dan jenis kelamin, suku, dan ras, pekerjaan, status sosial dan ekonomi
serta berbagai aspek kehidupan lainnya

10. Epidemiologi genetika

Dengan berkembangnya penelitian bidang biomolekuler maka terasa pula pentingnya


dikembangkan metode-metode analisis epidemiologi dalam bidang ini yang kemudian
berkembang menjadi

epidemiologi genetika sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendekatan dan metode
epidemiologi.

KONSEP PENULARAN PENYAKIT

4.1 Konsep Sehat Sakit

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah seseder- hana itu, sehat harus dilihat
dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek.

Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well-being,
and not merely the absence of disease or infirmity.

WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan sosial seseorang. Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan
dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan
sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit
sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa
seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Salsabila Annisa Ikhda

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan
munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab
sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), ke biasaan hidup,
ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk
angin dan penyakit bawaan.

Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau
kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti
suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan,
bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat

Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh


intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur
atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Menelusuri nilai budaya,
misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik
Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong
(kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik
telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.

Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai - nilai budaya di Kabupaten Soppeng,
dalam kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis

28

menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah
seorang tokoh budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut
tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim
saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala.

Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang
menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai
penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal
derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga
yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh
berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam
dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat.

Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan
Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil
diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika
menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering.
Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa
berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk- batuk, mual,
diare.
Salsabila Annisa Ikhda

Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit
dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya
panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki
dan perut bengkak.

Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,


mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda- tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan
lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.

Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan
menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu
badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh
lesu, lemah, atau sakit- sakit badan.

Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di


Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menim- bulkan rasa tidak nyaman.
Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.
Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau
"kantong kering" (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit
ke dalam 3 bagian yaitu :

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia


2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).

Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat 29

digunakan obat-obatan, ramuan- ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga
kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan
lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan
mereka terhadap penyebab sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai
berikut:

1. Sakit demam dan panas.


Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin.
Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang
dingin atau beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun
gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut
juga sakit adem karena gejalanya badan panas.
2. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan
pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan
lain- lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun
jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat)
obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain-lain.
Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campuran- nya tidak tepat.
Salsabila Annisa Ikhda

3. Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang
disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra
Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan
pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
4. Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas
terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak
dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun
suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap penyakit.

Definisi Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)

Riwayat alamiah penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur
tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya. Riwayat alamiah penyakit (natural history of
disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu danPerkembangan penyakit pada individu,
dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit,
seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun
terapetik (CDC, 2010c).

Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit
sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa
dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem
penyakit tersebut (Gordis, 2000; Wikipedia, 2010)

Manfaat yang diperoleh dari riwayat alamiah penyakit, yaitu:

1. Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis

penyakit, misalnya jika trejadi KLB (Kejadian Luar Biasa

2. Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patologi penyebab dan rantai


perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya
pencegahan penyakit. Dengan mengetahui riwayat penyakit dapat trelihat apakah
penyakit itu perlangsungannya akut ataukah kronik. Tentu berbeda upaya pencegahan
yang diperlukan untuk penyakit yang akut dibanding dengan kronik
3. Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase pasling
awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan.
Lebih awal terapi akan lebbih baik hasil yang diharapkan. Keteralambatan diagnosis
akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.

Pengetahuan mengenai Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) merupakan dasar untuk melakukan
upaya pencegahan. RAP dan hasil pemeriksaan fisik akan mengarahkan pemeriksa (tenaga
kesehatan) untuk menetapkan diagnosis dan kemudian memahami bagaimana perjalanan
penyakit yang telah didiagnosis. Hal ini penting untuk dapat menerangkan tindakan
pencegahan, keganasan penyakit, lama kelangsungan hidup penderita, atau adanya gejala sisa
berupa cacat atau carrier. Informasi-informasi ini akan berguna dalam strategi pencegahan,
perencanaan lama perawatan, model pelayan yang akan dibutuhkan kemudian, dan lain
sebagainya.
Salsabila Annisa Ikhda

Proses penyakit menular dimulai dengan terjadinya pemaparan agen infeksius yang dapat
mengakibatkan penyakit. Tanpa tindakan pengobatan, proses perjalanan penyakit dapat
berakhir dengan kondisi sembuh sempurna, carrier, cacat, atau meninggal. Sebagian besar
penyakit memiliki karakteristik riwayat alamiah tertentu namun beberapa penyakit belum
dapat dipahami dengan baik mengenai riwayat alamiah penyakitnya. Karakteristik RAP
menular mempunyai kerangka waktu dan manifestasi yang berbeda-beda dan bervariasi
antarindividu. Namun dengan pemberian pengetahuan tentang penyakit pada individu,
perkembangan penyakit dapat dihambat dengan tindakan pencegahan dan pengobatan,
meningkatkan faktor yang berhubungan dengan kesehatan pejamu dan faktor lainnya yang
dapat mempengatuhi kejadian penyakit.

20

3.2 Tahap RAP


Salsabila Annisa Ikhda

Beberapa tahapan Riwayat Alamiah Penyakit adalah Tahap Prepatogenesis, Tahap


Salsabila Annisa Ikhda

14
Salsabila Annisa Ikhda

Gambar 3 :Riwayat Perjalanan Penyakit pada Manusia

3.2.1 Tahap Prepatogenesis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal sehat tetapi mereka pada dasarnya peka
terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stge of suseptibility).
Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan
bibit penyakit . tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih
ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap
menyerang penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunya ‘lengah’ ataupun memang bibit
penyakit menjadi lebih ganas, ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan penjamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan
perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.

Secara ringkas, gambaran tahap prepatogenesis, yaitu: a) Kondisi Host masih normal/sehat
Salsabila Annisa Ikhda
14
Salsabila Annisa Ikhda

21

2. b)  Sudah ada interaksi antara Host dan Agent, tetapi Agent masih diluar Host
3. c)  Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah maka Host jadi lebih rentan
atau Agent jadi lebih virulen jadi Agent masuk ke Host (memasuki tahap patogenesis)

3.2.2 Tahap Patogenesis

Tahap ini meliputi 4 sub-tahap, yaitu: Tahap Inkubasi, Tahap Dini, Tahap Lanjut, dan Tahap
Akhir.

a) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit

penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyakit, sampai timnulnya gejala penyakit.
tahap ini ditandai dengan mulai masuknya Agent ke dalam Host, sampai timbulnya gejala
sakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan
pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekedar sebgai
pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit
mempunyai mas inkubasi tersendiri, dan pengetahuan mas inkubasi dapat dipakai untuk
indentifikasi jenis penyakitnya.

b) TahapDini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya

ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of
subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis
dapat ditegakkan secara dini.

c) Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin
Salsabila Annisa Ikhda

tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada
tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas sehingga
diagnosis sudah realtif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakknan,
diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.

d) Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan

keadaan, yaitu:

1. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tumbuh menjadi

pulih, sehat kembali.

2. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah

tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas

gangguan yang permanen berupa cacat.

3. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit

masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit. 22

4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik.


5. Berakhir dengan kematian.

Anda mungkin juga menyukai