Anda di halaman 1dari 208

DASAR EPIDEMIOLOGI

PENGERTIAN
• EPI --------pada/tentang
• DEMOS – penduduk
• LOGOS - ilmu
Artinya : epidemiologi adalah ilmu tentang
penduduk
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
• Omran, 1974 ; Mac Mahon 1970
Ilmu yang mempelajari distribusi dan
determinan status kesehatan dan kejadiannya
dalam suatu populasi
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
• Last , 1988
Ilmu yang mempelajari penyebaran dan penentu
dari keadaan dan peristiwa yang berkaitan
dengan kesehatan dalam suatu populasi
tertentu dan penerapan dari hasil studi untuk
penanggulangan masalah kesehatan
Pengertian
• Kata epidemiologi penelitian tentang peristiwa
yang menimpa populasi.
• Jadi Epidemiologi adalah studi tentang
distribusi dan determinan kesehatan di
populasi tertentu.
• Kegunaan hasil pengamatan epidemiologi
untuk mengontrol masalah kesehatan.
Studi
• Epidemiologi adalah metode penyelidikan ilmiah .
• Epidemiologi adalah penelitian yang melakukan
pendekatan yang sistematis dan berisi koleksi, analisis
dan interpretasi data.
• Metode epidemiologi cenderung melakukan observasi
yang cermat dan membandingkan antar
kelompok untuk mengamati adanya perbedaan jumlah
kasus penyakit antar periode waktu atau frekuensi
paparan diantara kelompok penduduk tertentu.
Studi
Keterkaitan dengan bidang ilmu yang lain
Epidemiologi juga mengacu pada metode dari
bidang ilmiah lainnya,seperti biostatistik dan
informatika, biologis, ekonomi,sosial, dan ilmu
perilaku. Epidemiologi sering digambarkan
sebagai ilmu dasar kesehatan masyarakat.
Studi
Sifat epidemiologi
• Epidemiologi adalah disiplin kuantitatif yang
mengandalkan pengetahuan tentang probabilitas,
statistik, dan metode penelitian suara.
• Epidemiologi adalah metode penalaran kausal
berdasarkan pada pengembangan
dan pengujian hipotesis didasarkan pada bidang
ilmiah seperti biologi, ilmu perilaku, fisika, dan
ergonomi untuk menjelaskan kesehatan perilaku.
Distribusi

Dalam hal ini epidemiologi berkaitan dengan


frekuensi dan pola dari peristiwa kesehatan
dalam suatu populasi.
Frekuensi

• Frekuensi mengacu jumlah kejadian kesehatan


dalam populasi, tetapi juga jumlah populasi.
Epidemiologi membandingkan kejadian
penyakit di populasi yang berbeda.
Pola

• Pola kesehatan terkait dengan waktu, tempat, dan


orang.
• Pola waktu mungkin tahunan,musiman, mingguan,
harian, jam, hari kerja dibandingkan akhir pekan, atau
gangguan waktu yang dapat mempengaruhi penyakit
atau terjadinya cedera.
• Pola tempat mencakup variasi geografis , perbedaan
perkotaan / pedesaan, dan lokasi kerja atau sekolah.
• Faktor orang yang mungkin berhubungan dengan
risiko penyakit, cedera, atau cacat seperti usia, jenis
kelamin, status perkawinan, dan status sosial ekonomi,
serta perilaku dan paparan lingkungan.
Determinan

• Epidemiologi mempelajari factor yang yang


mempengaruhi terjadinya penyakit dan kesehatan .
• Epidemiologi berasumsi bahwa penyakit tidak terjadi
secara acak dalam populasi, tetapi terjadi karena
adanya akumulasi faktor risiko atau faktor penentu
yang ada dalam individu.
• Untuk mencari faktor penentu epidemiologi
menggunakan epidemiologi analitik. Penilaian
terhadap kelompok yang mempunyai perbedaan
penyakit dengan karakteristik demografi, genetik atau
imunologi , perilaku, paparan lingkungan yang berbeda
Latihan

Jawablah :
A. Distribusi
B. Determinants
C. Application

Pertanyaan
__ 1. Membandingkan riwayat makan antar orang yang keracunan makanan dengan
yang tidak
__ 2. Membandingkan frekuensi kasus kanker otak dengan jumlah penduduk
__ 3. Membuat peta tempat tinggal semua anak yang lahir dengan cacat lahir dalam 2
mil dari tempat limbah berbahaya
_____ 4. Membuat Grafik jumlah kasus sifilis kongenital tahun bagi negara
_____ 5. Merekomendasikan bahwa kontak dekat seorang anak baru-baru dilaporkan
dengan meningokokus meningitis menerima Rifampin
_____ 6. Tabulasi frekuensi tanda klinis, gejala, dan temuan laboratorium antara
anak-anak dengan cacar di Cincinnati, Ohio
SEJARAH EPIDEMIOLOGI
• Hypocrates (Abad ke – 5 SM)
Kejadian penyakit dan proses penularan
penyakit berkaitan dengan faktor lingkungan

KONSEP EPIDEMIOLOGI PERTAMA


SEJARAH EPIDEMIOLOGI
• John Snow (Abad ke- 19)
Penelitian ----asosiasi antara sumber air minum
dan kematian akibat kholera
SEJARAH EPIDEMIOLOGI
• Doll, Hill (1950-an)
Penelitian (Studi follow-up)----Hubungan antara
menghisap rokok dan kanker paru
SIFAT EPIDEMIOLOGI
KEGIATAN EPIDEMIOLOGI
• Lebih mengarah pada mempelajari kelompok
penduduk atau masyarakat dari pada
kesehatan perorangan
• Menilai peristiwa di masyarakat secara
kuantitatif (nilai : ratio, proporsi, rate )
BENTUK KEGIATAN EPIDEMIOLOGI
• DESKRIPTIF
• ANALITIK
• EKSPERIMENTAL
BENTUK KEGIATAN EPIDEMIOLOGI
• DESKRIPTIF
Memberikan gambaran tentang keadaan serta
penyebaran status kesehatan serta penyakit
dalam masyarakat tertentu (menurut orang,
tempat dan waktu)
BENTUK KEGIATAN EPIDEMIOLOGI
• ANALITIK
Menegakkan hipotesis tentang hubungan sebab
akibat terjadinya keadaan kesehatn/penyakit
serta menguji hipotesis melalui pengamatan
langsung dengan menilai sifat penyebaran
alamiah dalam masyarakat
BENTUK KEGIATAN EPIDEMIOLOGI
• EKSPERIMEN
Melakukan analisis secara langsung tentang
hubungan sebab akibat melalui percobaab baik
di laboratorium maupun di masyarakat
RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI
RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI
• Epidemiologi penyakit menular
• Epidemiologi penyakit tidak menular
• Epidemiologi kependudukan
• Epidemiologi gizi
• Epidemiologi pelayanan kesehatan
• Epidemiologi lingkungan
• Epidemiologi kesehatan jiwa
• Epidemiologi kesehatan kerja
PERANAN EPIDEMIOLOGI
PERANAN EPIDEMIOLOGI
• Identifikasi faktor yang mempengaruhi
gangguan kesehatan suatu masyarakat
• Menyiapkan data/informasi untuk keperluan
program kesehatan dengan menilai status
kesehatan dalam masyarakat serta
memberikan gambaran tentang kelompok
penduduk yang terancam
PERANAN EPIDEMIOLOGI
• Menilai/evaluasi hasil program kesehatan
• Mengembangkan metodologi dalam
menganalisis penyakit (tetapi dianalisis dalam
kelompok) maupun Kejadian Luar Biasa (KLB) /
wabah dalam masyarakat
• Menggunakan metode epidemiologi dalam
perencanaan program kesehatan masyarakat
maupun penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat
KONSEP PENYEBAB PENYAKIT

MK Dasar Epidemiologi-Semester 2

Dr.Fariani Syahrul, SKM.,M.Kes


Departemen EBIOP
KONSEP PENYEBAB

KEJADIAN A KEJADIAN B
2

SEBAB AKIBAT

= SEBUAH PERISTIWA, KONDISI,


KARAKTERISTIK/KOMBINASI DARI FAKTOR2
TERSEBUT YANG MEMEGANG PERANAN
PENTING DALAM TIMBULNYA PENYAKIT

PENYEBAB ITU HARUS MENDAHULUI


AKIBAT
(MIS. PENYAKIT)
Penyebab:

Suffisien (memadai)

 Mengawali terjadinya suatu penyakit

Necessary (perlu)

Suatu penyakit tidak dapat berkembang tanpa


kehadirannya
PENGERTIAN PENYAKIT

Kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu


organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap
rangsangan / tekanan sehingga timbul pada
gangguan pada sistem / fungsi dari tubuh
PENGERTIAN PENYAKIT

Suatu keadaan dimana tdp gangguan


terhadap bentuk dan fungsi tubuh
sehingga berada dalam keadaan yang tidak
normal (Azwar, 1988)
PERKEMBANGAN TEORI
TERJADINYA PENYAKIT

1. Teori Contagion (Contagion theory)


 Kontak Person to Person

2. Teori Hyppocrates (hippocratic teory)


 pengaruh lingkungan
(air,udara,tanah,cuaca, dll)
 tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam lingkungan
PERKEMBANGAN TEORI
TERJADINYA PENYAKIT
3. Teori Humoral

 Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh (Putih, Kuning, Hitam,


Merah)

4.Teori Miasma (Miasmatic Theory)


 adanya sisa-sisa mh yang alami pembusukan, sehingga udara dan
lingkungan menjadi kotor
dasar epid

8
PERKEMBANGAN TEORI
TERJADINYA PENYAKIT
5. Teori Epidemic
 dihub dg cuaca & geografis setempat.
 adanya zat-zat organik di lingkungan sebagai pembawa
penyakit

6. Teori Jasad Renik (Teori Germ)


 penyebab penyakit adalah jasad renik /mikroorganisme,
kuman dianggap sebagai penyebab tunggal
PERKEMBANGAN TEORI
TERJADINYA PENYAKIT

7. Teori Ekologi Lingkungan


 Manusia berinteraksi dengan berbagai
faktor penyebab dalam lingkungan tertentu
dan pada keadaan tertentu akan
menimbulkan penyakit tertentu pula
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Segitiga Epidemiologi
(The Epidemiologic Triangle)

2. Roda (the Wheel)

3. Jaring- Jaring Sebab Akibat


(The Web of Causation)
KONSEP
11 1: SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

HOST

ENVIRONMENT AGENT
Host Agent

Environment
H O 13S T (PENJAMU)

Semua faktor yang terdapat pada diri


manusia yang dapat mempengaruhi


timbulnya serta perjalanan penyakit
LANJUTAN HOST………..

a. Manusia sebagai makhluk biologis


- Umur, Jenis Sex, Ras, Keturunan
- Bentuk anatomi tubuh
- Fungsi fisiologis atau faal tubuh
- Keadaan imunitas
- Status gizi dan status kes.sec.umum
- Kemampuan interaksi dengan penyebab secara biologis
LANJUTAN HOST………..

b. Manusia sebagai makhluk sosial,


mis:

- Adat istiadat, agama hubungan keluarga


- Pendidikan, pekerjaan, st. perkawinan
- Kebiasaan hidup (hidup sehat)
A G E N T

• Suatu substansi / element tertentu (hidup/tak hidup) yang


kehadirannya /ketidakhadirannya bila diikuti dengan kontak
yang efektif dg manusia yang rentan dalam keadaan yang
memungkinkan, akan menjadi stimuli untuk
menimb/memudahkan terjadinya proses penyakit.
KLASIFIKASI AGENT

a. Agent Nutrien
b. Agent Kimia
c. Agent Biologik
d. Agent Fisik
e. Agent Mekanik
SIFAT AGENT BIOLOGIS

a. Patogenisiti
 Kemampuan agent untuk menimbulkan reaksi pada host
sehingga timbul penyakit
b.Virulensi
 Ukuran keganasan / derajat kerusakan yang ditimbulkan
oleh agent
SIFAT AGENT BIOLOGIS

c. Antigenisiti

Kemampuan agent merangsang timbulnya mekanisme


pertahanan tbh pada host
d. Infektiviti
Kemampuan agent mengadakan invasi dan menyesuaikan
diri, bertempat tinggal dan berkembang biak dalam diri host
ENVIRONMENT

adalah agregat dari seluruh kondisi dan


pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu
organisme
KLASIFIKASI LINGKUNGAN

a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan biologi
c. Lingkungan sosial – ekonomi
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
MODERN

Causative Factors

Time

Risk Factors
Groups or
(Environment, Behavior,
Populations and
Culture, Physiological
Their
Factors, Ecological
Characteristics
Elements)
• Causative Factors
= agent pd segitiga epid tradisional plus
psikososial.
aspek ini mencakup penyebab atau faktor etiologi dari
penyakit, disabilitas, cedera, dan kematian

• Groups or population
= host pada segitiga epid tradisional serta karakternya
• Risk Factors
Aspek environment mengacu pada behaviors, cultures, ecologic
elements, dan physiological factors

Time :
Represents the incubation period, life expectancy of the host or
pathogen, and duration of the course of the illness or condition
CONTOH : EBOLA

• Ebola adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat
berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Penyakit ini pertama kali
ditemukan di Afrika pada 1976. Virus Ebola sendiri awalnya hidup
pada tubuh hewan, kemudian menjangkiti manusia melalui darah
hewan yang sudah terkontaminasi virus.
• Gejala : Demam; Nyeri kepala yang berat; Menggigil; Lemah; Diare yang dapat
disertai darah; Mata merah; Ruam pada kulit; Nyeri dada; Batuk; Penurunan
berat badan; Perdarahan dari mata, telinga, hidung, dan anus.
Case study: Ebola Environment
(EBOV) Patient care, hospitals,
poorly sterilized medical equipment,
Endemic African forest
Poor sanitation households

Environm
ent
Time
Incubation Period: 2- 21 days
Remain infectious up to 13 weeks
Time

Host
Host Agent
Population of endemic area: Agent
Guinea, Siera Leone, Liberia, Zaire,
South Africa, Uganda, Angola, Ebola Virus, Filoviridae family
Kongo, Sudan Source: Body secretion of animal and patient (blood,
Family, Health workers genital secretion, breastmilk, nasal secretion, saliva, tears)
Apes and other mammalian species Vomit, sputum, urine, sweat
Rodents, Monkeys Bedding, clothing, skin

Interactive graphics from New England Journal of Medicine Sept 2014


http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMp1410741#
Case study: Skin Cancer
Causative Factors
Group of Population Abnormalities of genetics and epigenetics
transformation of normal cells  malignant
Population in the southern hemisphere & Causes are multiple i.e : Sun exposure etc
northern hemisphere
Outdoor workers, elderly
Race of fair skin, light eye color, light or red
Causative
hair Factors
Patients with Depressed immune system

Time

Group of Risk
Population Factor
s

Risk Factors
i.e. high dose intermittent exposure to sun exposure during childhood
Patient with other cancer, have moles,
Not using sun protector, not properly covered clothes during summer
Konsep 2: RODA (the Wheel)
Lingk sosial

host
Inti genetik

Lingk fisik lingk biologis


PENJELASAN
RODA

- Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada


stress mental
- Peranan lingkungan fisik lebih besar dari yang lainnya pada
sunburn
- Peranan lingkungan biologis lebih besar dari yang lainnya
pada penyakit malaria
- Peranan inti genetik lebih besar dari yang lainnya pada
penyakit keturunan
• Konsep 3: JARING – JARING SEBAB AKIBAT
(The Web Of Causations)
Contoh:
Pendidikan Pengetahuan rendah

Konsumsi makanan
KE Tidak memadai STATUS
MIS Produksi Bahan GIZI KURANG
KIN Makanan Rendah
AN
Daya tahan tubuh
rendah, penyerapan
Daya Beli Rendah zat gizi terganggu

Pertumbuhan tidak
Fas.Kes akses yankes rendah
terpantu dg baik
PENGERTIAN SEHAT DAN
SAKIT

SEHAT
Menurut WHO
Keadaan kesempurnaan fisik, mental, dan kehidupan
sosial ,ekonomi dan bukan berarti hanya bebas dari
penyakit atau kelainan/cacat (WHO)
• Dalam
32 definisi tsb (WHO) konsep sehat (health)
ditingkatkan levelnya & diperluas lingkupnya mjd
kesejahteraan (wellness, well-being).
• Kesejahteraan (wellness) merujuk kpd suatu kead
dinamis yg sejahtera sec fisik, kejiwaan, sosial maupun
spiritual yg memampukan sesorg utk mencapai
potensinya sec penuh & memperoleh kehid yg
menyenangkan (Last, 2007)
Peralihan sehat Sakit
(timb. peny.)
Proses, diawali dengan
kead. keterpaparan dan penjamu harus
dlm kead kerentanan ttt dapat
memproses penyakit.
KETERPAPARAN

Suatu keadaan dimana pejamu berada


pada pengaruh atau berinteraksi dengan
unsur penyebab primer maupun sekunder
atau dengan unsur lingkungan yang dapat
mendorong proses terjadinya penyakit
KERENTANAN

Suatu keadaan dimana host memp. Kondisi yang


mudah dipengaruhi atau berinteraksi dengan unsur
penyebab sehingga memungkinkan timbulnya penyakit.
Hubungan antara keterpaparan
dan kerentanan

Keadaan kerentanan
Kondisi Rentan Tidak
keterpaparan Rentan
+ D Non D
- D Non D
TUGAS ( 1 KEL = 2 ORG)

• Buat contoh :
2 macam konsep segitiga epidemiologi
( bisa beda disease atau disease yang sama)

Waktu : 2 minggu dikumpulkan ke pak Ahmat (Epid) oleh PJ


TERIMA KASIH
SALAM SEHAT SELALU
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
(Natural History of Disease)

MK. Dasar Epidemiologi


PENGERTIAN (1)

• Berkembangnya suatu penyakit tanpa campur


tangan medis atau bentuk intervensi lainnya
sehingga suatu penyakit berlangsung secara
natural (Fletcher dlm Bustan, 1997)
PENGERTIAN (2)
Deskripsi tentang perjalanan waktu dan
perkembangan penyakit pada individu, dimulai
sejak terjadinya paparan dengan agen kausal
hingga terjadinya akibat penyakit, seperti
kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi
oleh suatu intervensi preventif maupun
terapetik (CDC, 2010c)
MANFAAT (1)
• Untuk Diagnostik : masa inkubasi dapat
dipakai sebagai pedoman penentuan jenis
penyakit
• mis dalam keadaan KLB
MANFAAT (2)
• Untuk Pencegahan : dengan mengetahui rantai
perjalanan penyakit dapat dicari titik potong
yang penting dalam upaya pencegahan penyakit
MANFAAT (3)
• Untuk Terapi : biasanya diarahkan ke fase
paling awal, terapi pada tahap awal, akan
mencapai hasil yang lebih baik
Tahap-Tahap NHD
• Tahap Kerentanan Tahap Prepatogenesis
(Fase Suseptible)
• Tahap Presimptomatis
Tahap Patogenesis
• Tahap Klinis Penyakit :
- Tahap Inkubasi
- Tahap Penyakit Dini
- Tahap Penyakit Lanjut
- Tahap Akhir Penyakit
Tahap-Tahap NHD

Tahap Kerentanan (Fase Suseptible)

Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya


individu sebagai penjamu yang rentan (suseptibel)
oleh agen kausal.
Paparan (exposure) adalah kontak atau kedekatan
(proximity) dengan sumber agen penyakit.
Konsep paparan berlaku untuk penyakit infeksi
maupun non-infeksi.
Penyakit belum berkembang, tetapi faktor faktor
untuk timbulnya penyakit sudah terjadi,
misalnya:
• Keadaan kelelahan, alkoholisme yang akut
maupun kronis rentan untuk terjadi
pneumonia.
• Pengasuhan yang tidak adekuat merupakan
faktor predisposisi untuk terjadi gangguan
jiwa.
• Peningkatan kadar kolesterol darah
meningkatkan probabilitas terkena penyakit
jantung koroner.
• Berdasarkan perubahan jaringan yang timbul,
tahap ini disebut tahap prepatogenesis.
Terjadi interaksi antara host dengan agent
yang masih berada diluar tubuh.
• Pada tahap ini kondisi host (manusia) masih
dalam keadaan sehat.
Tahap Presimptomatis

• Terjadi manifestasi penyakit, tetapi biasanya


telah terjadi perubahan sebagai hasil interaksi
dari faktor-faktor patogenetik
• Contoh : terjadinya aterosklerosis pada
pembuluh darah koroner dengan gejala-gejala
ringan yang tidak khas
• Perubahan yang terjadi masih di bawah
horison klinik yaitu suatu garis imaginer
yang membagi penyakit sudah manifes
(yang ditandai dengan sign atau symptom)
dengan penyakit yang belum manifes
Tahap Klinis Penyakit
• Pada saat ini mulai timbul tanda (sign) dan gejala
(symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang
mengalami manifestasi klinis disebut kasus klinis.
Gejala klinis paling awal disebut gejala prodromal
• Berdasarkan perubahan jaringan yang timbul, tahap
presimtomatis dan klinis digolongkan pada satu
tahap yang disebut tahap patogenesis
Pada tahap Patogenesis, meliputi 4
sub tahap :

Tahap Inkubasi

Tahap Penyakit Dini

Tahap Penyakit Lanjut

Tahap Akhir Penyakit


Tahap Inkubasi
• Pada tahap inkubasi agent sudah masuk ke
dalam tubuh, tetapi gejala klinik belum
tampak (disebut juga asimtomatis).
• Masa inkubasi adalah waktu antara masuknya
bibit penyakit ke dalam tubuh host sampai
timbulnya gejala penyakit
Tahap Penyakit Dini
Tahap ini dihitung mulainya gejala
penyakit, namun sifatnya masih
ringan.
Host masih dapat menjalankan
aktifitas sehari-hari
Tahap Penyakit Lanjut
• Merupakan tahap dimana penyakit bertambah
hebat dengan segala kelainan patologis dan
gejalanya. Pada tahap ini kondisi penderita
sudah tidak dapat melakukan pekerjaan atau
aktifitas kerja sehari-hari.
• Penderita sudah memerlukan perawatan
Tahap Akhir Penyakit
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada
dalam 5 keadaan, yaitu:
a. Sembuh sempurna
b. Sembuh dengan cacat
c. Karier
d. Kronis
e. Meninggal dunia
Ukuran Frekuensi
Penyakit
DIVISI EPIDEMIOLOGI, FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT, UNIVERSITAS AIRLANGGA
Ukuran Epidemiologi

 Ukuran-ukuran frekuensi penyakit


 Ukuran-ukuran asosiasi
 Ukuran-ukuran dampak
Ukuran Frekuensi

 Mengukur kejadian penyakit, masalah kesehatan,


kecacatan ataupun kematian pada populasi.
 Dasar dari epidemiologi deskriptif
 Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan
menggunakan Prevalens dan Incidens
Ukuran Asosiasi

 Mengukur keeratan hubungan statistik antara faktor


tertentu dengan kejadian penyakit/masalah
kesehatan yang diduga merupakan akibat
pemaparan tersebut.
 Hubungan antara pemaparan dan akibatnya
diukur dengan menggunakan Relative Risk atau
Odds Ratio
Ukuran Potensi Dampak

 Menggambarkan kontribusi dari faktor yang diteliti


terhadap kejadian suatu penyakit/masalah
kesehatan dalam populasi tertentu.
 Ukuran yang digunakan adalah Attributable Risk
Percent dan Population Attributable Risk.
 Ukuran ini berguna untuk meramalkan efficacy atau
effectiveness suatu pengobatan dan strategi
intervensi pada populasi tertentu.
Pengukuran Frekuensi
Epidemiologi

Tujuan
Untuk menilai keadaan suatu penyakit/masalah kesehatan
di populasi tertentu sehingga akan didapat pengetahuan
yang bisa memberikan solusi, baik untuk pencegahan
ataupun penanggulanggannya
Manfaat mempelajari ukuran frekuensi epidemiologi

 Untuk mengukur kesehatan masyarakat


 Untuk mengukur beban masyarakat (kesehatan)

Perencanaan, pelaksanaan program


kesehatan (alokasi Sumberdaya & populasi
sasaran kegiatan program secara tepat)
Ukuran Frekuensi
Epidemiologi

Untuk mengukur Masalah Untuk mengukur Masalah


Kesehatan/Penyakit atau Angka Kematian atau Angka Kematian
Kesakitan (Morbiditas). (Mortalitas)
Bentuk: Bentuk: Rate
a. Proporsi
b. Rasio
c. Rate
Ringkasan ukuran

Tipe
Kuantitas
Matematis

Tanpa Dengan
denominator denominator

Enumerasi
Hitung, Rasio Proporsi Rate
angka mutlak
Proporsi

 Proporsi adalah bentuk pecahan yang


pembilangnya merupakan bagian dari
penyebutnya.
 Bentuk ini sering dinyatakan dalam persen, yaitu
dengan mengalikan pecahan ini dengan 100%
Proporsi

 Contoh : Pada
populasi yang terdiri
atas 500 orang, 20
orang di antaranya 20
Pr oporsi  100 0 0  4%
menderita penyakit 500

malaria. Hitung
proporsi penderita
malaria
Ciri dari Proporsi

 Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan


dari pembilang dan penyebutnya sama, sehingga
saling meniadakan.
 Nilainya antara 0 dan 1
Ratio

 Ratio adalah pecahan yang pembilangnya bukan


merupakan bagian dari penyebutnya.
 Ratio menyatakan hubungan antara pembilang
dan penyebut yang berbeda satu dengan yang
lain.
Jenis Rasio

1. Ratio yang mempunyai satuan, misalnya:


 Jumlah dokter per 100.000 penduduk
 Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000
kelahiran hidup.
2. Ratio yang tidak mempunyai satuan oleh karena
pembilang dan penyebutnya mempunyai satuan
yang sama, misalnya:
 Ratio antara satu proporsi dengan proporsi lain atau
ratio antara satu rate dengan rate yang lain, contohnya
Relative Risk dan Odds Ratio
Rate

 Rate merupakan konsep yang lebih


kompleks dibandingkan dengan dua
bentuk pecahan yang terdahulu.
 Rate yang sesunguhnya merupakan
kemampuan berubah suatu kuantitas bila
terjadi perubahan pada kuantitas lain.
 Kuantitas lain yang digunakan sebagai
patokan ini biasanya adalah kuantitas
waktu.
 Bentuk ukuran ini sering dicampuradukkan
penggunaannya dengan proporsi.
Rate…

 Contoh: Kecepatan mobil pada satu saat


tertentu bentuknya adalah suatu rate.
 kecepatan sebuah mobil yang sedang
berjalan dapat berubah setiap saat, maka
yang diukur adalah kecepatan rata-rata
dari mobil tersebut.
 kecepatan (speed) diukur dengan
membagi jarak tempuh mobil tersebut
dengan waktu yang digunakan untuk
mencapainya.
 Misalnya: Jakarta-Bogor yang jaraknya 60
Km ditempuh dalam waktu 1 jam.
 Maka kecepatan mobilnya = 60 Km per
jam.
Ciri Rate

 Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.


 Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya
terbentang antara 0 sampai tak terhingga.
Bentuk Ukuran Frekuensi Penyakit Menggunakan : Rasio,
Proporsi, Rate

PENGUNAAN

1. Rasio X
Rumus umum : ------
Y
- X dan Y saling berbeda (pembilang bukan merupakan
bagian dari penyebut).
- Contoh sex ratio.

2. Proporsi - X merupakan bagian dari Y.


- Contoh proporsi penduduk berusia produktif di Kab.
Banyuwangi

3. Rate - X menyatakan kejadian suatu peristiwa pada suatu


periode waktu.
- Y populasi yang berisiko untuk terkena suatu peristiwa
pada suatu periode waktu.
- Contoh : Insidens rate, Prevalens rate, CFR,
CDR.
Ukuran Frekuensi Penyakit

 Incidens: menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi


dalam satu periode tertentu
 Prevalens: menggambarkan jumlah kasus yang ada (kasus
baru dan kasus lama) pada satu saat tertentu.
Prevalens

 Prevalens adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit


pada satu saat tertentu

Prevalens=Jumlah individu yang sedang sakit pada satu saat tertentu


Jumlah individu dalam populasi tersebut pada saat tertentu
Ciri dari Prevalens

 berbentuk proporsi
 tidak mempunyai satuan
 besarnya antara 0 dan 1
Prevalens

 Point Prevalenceprobabilitas dari individu dalam populasi


berada dalam keadaan sakit pada satu waktu tertentu
 Period Prevalenceproporsi populasi yang sakit pada satu
periode tertentu.
Kegunaan Prevalens

 Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada


satu waktu tertentu
 Untuk merencanakan fasilitas kesehatan dan
ketenagaan
Contoh Soal

1 2 3 4 5 6 7 Jumlah waktu dalam jangka


observasi dan dalam keadaan sehat
(tahun) Gambar 1
A 7

B 7

C * 2

D 7

E 3

F 2

G 5

Keterangan • Hitung prevalens pada tahun ke 2,


3, 4, 5, 6, 7
Periode sehat

Periode sakit

Hilang dalam pengamatan selanjutnya

* Meninggal
Lanjutan….

Jumlah kasus yang ada pada satu titik waktu T


Prevalens titik 
Total jumlah orang pada waktu T

Jawaban: Jawaban:
PT pada T = 2 0/7 PT pada T = 5 2/6
PT pada T = 3 2/7 PT pada T = 6 2/5
PT pada T = 4 2/6 PT pada T = 7 2/5
Lanjutan…

 Prevalens periode
 probabilitas seorang individu berada dalam keadaan sakit kapan saja
selama suatu periode waktu.

Jumlah kasus yang ada selama suatu periode waktu


Prevalens Periode 
Jumlah orang selama periode
Lanjutan…

1 2 3 4 5 6 7 Jumlah waktu dalam jangka


observasi dan dalam keadaan sehat
(tahun)

A 7
Gambar 2
B 7

C * 2

D 7

E 3

F 2

G 5

Keterangan

Periode sehat

Periode sakit Hitunglah Prevalens Periode (PP) dari


Hilang dalam pengamatan selanjutnya
tahun ke 1 hingga tahun ke 4.

* Meninggal
Lanjutan…

Jumlah kasus yang ada selama p eriode waktu tahun ke 1  4


PP 
Jumlah orang selama periode tahun ke 1 - 4

Karena jumlah orang (populasi) dalam pengamatan


berubah-ubah, maka kita dapat menggunakan jumlah rata-
rata dari populasi, atau yang umum digunakan adalah
jumlah populasi pada tengah tahun pengamatan (midpoint
year)
PP=2
7
=0.29
=29%
Insidens

Bentuk insidens :
 Cumulative insidence(incidence risk)  Mengukur
risiko untuk sakit
 Insidence rate (insidence density)Mengukur
kecepatan untuk sakit
Cumulative insidence/Incidence Risk

 Probabilitas dari seorang yang tidak sakit


untuk menjadi sakit selama periode waktu
tertentu, dengan syarat orang tersebut
tidak mati oleh karena penyebab lain.
 Risiko ini biasanya digunakan untuk
mengukur serangan penyakit yang
pertama pada orang sehat tersebut.
 MisalnyaInsidens penyakit jantung
mengukur risiko serangan penyakit jantung
pertama pada orang yang belum pernah
menderita penyakit jantung.
Cumulative insidence

CI 
 kasus baru
 populasi pada permulaan periode
• Baik pembilang maupun penyebut yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah individu
yang tidak sakit pada permulaan periode
pengamatanmempunyai risiko untuk terserang.
• Kelompok individu yang berisiko terserang ini
disebut population at risk atau populasi yang
berisiko.
Ciri dari cumulative insidence

 Berbentuk proporsi
 Tidak memilik satuan
 Besarnya berkisar antara 0 dan 1
Cumulative insidence

 Contoh : Hasil sensus di


tahun 1960 di Swedia
menunjukkan sejumlah 3076
laki-laki berumur 20-64 tahun
yang bekerja di perusahaan
plastik. Berdasarkan data
11
CI  100%  0,36%
3076
dari Register Kanker Swedia,
antara tahun 1961-1973, 11
orang diantara pekerja ini
terserang tumor otak.
 CI tumor otak yang terjadi
pada pekerja pabrik plastik
ini selama 13 tahun adalah
Attack rate

 jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama epidemik


 Contoh

Makanan Makan ARM Tidak Makan ARTM


Sakit Tidak Sakit Tidak
sakit Sakit
Salad 30 70 30/100 5 35 5/40
Krecek 16 84 16/100 4 21 4/25
ARM = Attack Rate Makan
ARMTM = Attack Rate tidak makan
Insidence rate/insidence density

 Insidens rate dari kejadian penyakit


adalah potensi perubahan status
penyakit per satuan waktu, relative
terhadap besarnya populasi individu
yang sehat pada waktu itu
Insidence Density = Insidens orang-waktu = Incidence Rate

 Menyatakan suatu jumlah kasus baru per orang-


waktu
 Rumusnya:
Jumlah kasus insidens terjadi dalam periode waktu
Insidence Density 
Jumlah orang  waktu
INSIDENCE RATE

1 2 3 4 5 6 7 Jumlah waktu dalam jangka


observasi dan dalam keadaan sehat
(tahun)

A 7 Gambar 1
B 7

C * 2

D 7

E 3

F 2

G 5

Keterangan

Periode sehat

Periode sakit Hitunglah nilai Incidence


Hilang dalam pengamatan selanjutnya Rate (IR)?
* Meninggal
Lanjutan…

 Jawab:
 Hitung jumlah orang-waktu terlebih dulu

 orang  waktu  7  7  2  7  3  2  5  33 orang  tahun


 kasus baru
 Kemudian hitung IR 
 orang  waktu 

3 kasus
IR   9,1 kasus per 100 orang - tahun
33 orang  tahun
Ciri –ciri Insidens Density

 Mempunyai satuan, yaitu per waktu


 Besarnya berkisar antara 0 sampai tak terhingga
Apa yang sesungguhnya diukur oleh
insidence density?

 Jumlah orang yang berpindah status dari tidak


sakit ke status sakit selama periode waktu
tertentu merupakan hasil paduan antara tiga
faktor, yaitu
 Ukuran besarnya populasi
 Lama periode pengamatan
 Kekuatan penyebaran penyakit (force of morbidity)

 Oleh karena besarnya populasi dan lama


periode pengamatan telah ditentukan oleh
pengamat/peneliti, maka yang diukur dengan
insidens density ini adalah kekuatan
penyebaran penyakit (Force of Morbidity).
Hubungan antara insidens dan prevalens

 Jika dalam kondisi yang tetap, maka hubungan


insidens dan prevalens adalah
 P=IxD
 Prevalens (P) [Prevalens periode] = Insidens (I) [Densitas
Insindens] x rata-rata lama sakit (D)
Ukuran-ukuran frekuensi penyakit

 Perbandingan Insidens dan Prevalens

Insidens Prevalens

 Hanya menghitung kasus baru Menghitung kasus yang ada



(kasus baru dan lama)
 Tingkat tidak bergantung durasi  Bergantung pada rata-rata
rata-rata penyakit lama (durasi) sakit
 Dapat diukur sebagai rate atau  Selalu diukur sebagai proporsi
proporsi
 Merefleksikan kemungkinan  Merefleksikan kemungkinan
menjadi penyakit sepanjang terjadi penyakit pada satu waktu
waktu tertentu
 Lebih disukai bila melakukan  Lebih disukai bila studi utilisasi
studi etiologi penyakit pelayanan kesehatan
Ukuran-ukuran frekuensi
penyakit

Insidens Prevalens

Insidens Incidence Titik Periode


Kumulatif Rate
Sinonim Proporsi Incidence
Insidens Density
Numerator Kasus baru Kasus baru Kasus yang Kasus yang
ada ada/baru
Denominator Populasi Orang - Populasi Inisial Populasi
inisial Waktu pertengahan

Unit Tidak ada Kasus per Tidak ada Tidak ada


orang waktu
Tipe Proporsi Rate Proporsi Proporsi
Dinamik prevalens

Insidens (aliran masuk)


Prevalens
(Permukaan air)
Kasus Baru

Kasus Lama

Sembuh
atau meninggal

Bekas-bekas kasus
Faktor yang mempengaruhi
Prevalensi Meningkat

 Durasi penyakit yang lebih lama


 Pemanjangan usia tanpa pengobatan
 Peningkatan insidensi
 Kasus-kasus migrasi ke dalam populasi
 Migrasi keluar dari orang yang sehat
 Migrasi kedalam dari orang yang rentan
 Peningkatan sarana diagnostik
Faktor yang mempengaruhi
Prevalensi Menurun

 Durasi penyakit yang lebih pendek


 Meningkatnya fatalitas kasus
 Menurun insidensi
 Migrasi kedalam dari orang yang sehat
 Migrasi keluar dari kasus
 Peningkatan tingkat kesembuhan
Contoh

 Peneliti mengamati 100 orang. Pengamatan dilakukan dalam waktu 1


tahun. Setelah 1 tahun pengamatan ada 50 orang yang sakit. Hitung IR
Jawaban:
 Jumlah populasi =100 orang
 Sakit=50
 Sehat=50
 Periode sehat bagi yg sakit =50*0.5=25
 Periode sehat bagi yan sehat= 50*1=50
 IR=50/(25+50)
=50/75
=2/3
=0.67
= 67 kasus per 100 orang tahun
Ringkasan ukuran

Ukuran
dalam
epidemiologi

Ukuran
Ukuran Ukuran efek
Frekuensi
asosiasi /dampak
Penyakit

3/27/2023
Ukuran-ukuran frekuensi yang digunakan dalam
epidemiologi 48
Standarization (Adjusted)
Pengertian

 Seperangkat teknis yang digunakan untuk


menyingkirkan sejauh mungkin efek dari
perbedaan dari karakteristik tertentu/variabel
pengacau lainnya, ketika membandingkan
dua/lebih populasi (JM last, 1988)
 Teknik untuk mengontrol pengaruh faktor
perancu dalam membuat perbandingan kejadian
(penyakit/kematian) antara dua atau lebih
populasi (Murti, 1997)
Penggunaan

 Bila variabel yang diteliti (mis.


Penyakit/kematian) bervariasi menurut
umur, jenis kelamin, ras atau faktor
lainnya yang berhubungan erat dengan
peristiwa tersebut
 Bila proporsi penyebaran dari faktor
tersebut di atas (umur, sex, dll) berbeda
pada kedua kelompok penduduk yang
ingin dibandingkan
Pop A Pop B -Data asli
- tidak dapat
dibandingkan variabel
2% bervariasi & proporsi
4% beda

Butuh standarisasi agar perbandingan dapat dilakukan


dengan proporsional

Dapat dibandingkan

Pop A’ Pop B ‘ Dapat bersifat


artifisial

2,9 % 3%
TEKNIK STANDARISASI

 Standarisasi Langsung (= penyesuaian


langsung)
Salah satu struktur populasi yang dibandingkan
dipilih sebagai standar & dibagi dalam strata
(kategori) faktor perancu (mis. Umur).
Struktur populasi yang telah distratifikasi itu
selanjutnya dipakai sebagai acuan dalam
menghitung kejadian (penyakit / kematian) pada
populasi lainnya
Teknik Standarisasi

 Standarisasi Tak Langsung = penyesuaian


tak langsung
Rasio mortalitas terstandarisasi
(Standarization Mortality Ratio / SMR)
Rumus :
Jml kasus teramati pada populasi (O)
SMR =
Jumlah kasus harapan pada populasi (E)

Ket. O = observed death


E = Expected death
Populasi Kel. Umur (th) Total
0 – 4 5 – 14 15+

Sawahan
Kasus 63 50 12 125(O)
 populasi 1500 2500 6000 10.000
Insidens 42%0 20 %0 2%0 12,5%0

Ploso
Kasus 90 84 8 182(O)
 populasi 2500 3500 4000 10.000
Insidens 36%0 24 %0 2%0 18,2%0
DIRECT

0-4 5-14 15+ total


 populasi standar 4000 6000 10000 20.000

 kasus Sawahan 42/1000 20/1000 2/1000


X4000 X 6000 X10.00
= 168 = 120 = 20 308

 Kasus Ploso 36/1000 24/1000 2/ 1000


X 4000 x 6000 x10.000
= 144 = 144 =20 308
DIRECT

 Insidens Risk sawahan dan Ploso masing-


masing :

= 308/20.000 x 1000 = 15,4 %0


Early Periode Later Periode

Populasi Jumlah Angka Populasi Jumlah Angka


kematian kematian kematian kematian
per per
100.000 100.000

900.000 862 96 900.000 1.130 126


Umur Early periode Later periode

populasi Jumlah Angka populasi Jumlah Angka


kematian kematian kematian kematian
kasar per kasar per
100.000 100.000

Total 900.000 862 96 900.000 1.130 126

30-49 500.000 60 12 300.000 30 10

50-69 300.000 396 132 400.000 400 100

≥ 70 100.000 406 406 200.000 700 350


Soal
Populasi Kel. Umur (th) Total
0 – 4 5 – 14 15+

Jogjakarta
Kematian 200 150 600 950(O)
 populasi 30000 20000 50000 100.000
CDR %0 %0 %0 %0
Jakarta
Kematian 500 600 800 1900(O)
 populasi 40000 60000 90000 190.000
CDR %0 %0 %0 %0
DIRECT

0-4 5-14 15+ total


 populasi standar 70.000 80.000 140.000 290.000

kasus Jogja

 Kasus Jakarta
Metode Tidak Langsung
Populasi Kel. Umur (th) Total
0 – 4 5 – 14 15+

Sawahan
Kasus 63 50 12 125(O)
 populasi 1500 2500 6000 10.000
Insidens 42%0 20 %0 2%0 12,5%0

Plosos
Kasus 90 84 8 182(O)
 populasi 2500 3500 4000 10.000
Insidens 36%0 24 %0 2%0 18,2%0
INDIRECT
0-4 5-14 15+ total
 Insidens standar 38.2 22.3 2.0
per 1000

 kasus Sawahan 38.2/1000 22.3/1000 2/1000


X1500 X 2500 X 6000
= 57 = 56 = 12 125 (E)

 Kasus Ploso 38.2/1000 22.3/1000 2/ 1000


X 2500 x 3500 x4.000
= 96 = 78 =8 182 (E)
INDIRECT

 Sehingga :

SMR Sawahan = 125/125 x 100 =100 =1

182/182 x 100 =100 =1


SMR =
Ploso
Soal
Populasi Kel. Umur (th) Total
0 – 4 5 – 14 15+

Jogjakarta
Kematian 200 150 400 750(O)
 populasi 30000 20000 50000 100.000
CDR %0 %0 %0 %0
Jakarta
Kematian 500 600 800 1900(O)
 populasi 40000 60000 90000 190.000
CDR %0 %0 %0 %0
INDIRECT
0-4 5-14 15+ total
 CDR standar
per 1000

 kasus Yogjakarta

 Kasus Jakarta
POPULASI Standar

 Internal -- salah satu kelompok yg


dibandingkan
 Eksternal --- diluar kelompok yg
dibandingka
 Jumlah total --- jumlah seluruh
kelompok yg dibandingkan
Langkah (direct)

 Hitung angka kejadian (IR, CDR, PR)


 Pilih populasi standar
 Hitung kasus : angka kejadian x pop.
Standart
 HitungTotal kasus yang setelah distandar
 Hitung angka kejadian setelah standar
 Buat kesimpulan : sebanding atau tidak
Langkah (indirect)

 Pilih proporsi dari populasi standar


 Hitung kasus : proporsi x populasi kelomp.
 Hitung total kasus
 Hitung SMR --- membandingkan kasus
observer dgn kasus yang diharapkan
(setelah distandarisasi)
TAHAP
PENCEGAHAN

Eny Qurniyawati
Pencegahan  mengambil tindakan
terlebih dahulu sebelum kejadian

Peran epidemiologi dalam pencegahan:


 identifikasi faktor risiko yang dapat
dimodifikasi  konsep dasar penyakit
 upaya pencegahan sesuai dengan
riwayat alamiah penyakit  r a p
DEFINISI
Pencegahan Penyakit
Tindakan yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi,
mengeliminasi penyakit dan kecacatan
dengan menerapkan sebuah atau sejumlah
intervensi yg telah dibuktikan efektif.
(Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001).
HUBUNGAN KEDUDUKAN RIWAYAT
PERJALANAN PENYAKIT, TINGKAT
PENCEGAHAN DAN UPAYA PENCEGAHAN

Riwayat Penyakit Tingkat Pencegahan Upaya Pencegahan

Pre-Patogenesis Primodial prevention Underlying


condition/pemantapan
status kesehatan

Primary Health promotion


Spesific Protection

Patogenesis Secondary Early diagnosis


Prompt Treatment
Tertiary Disability Limitation
Rehabilitation

27/03/2023
TAHAP
PENCEGAHAN
 Tingkat pencegahan disesuaikan
dengan riwayat alamiah penyakit:
1. Pencegahan primordial
2. Pencegahan primer
3. Pencegahan sekunder
4. Pencegahan tersier

27/03/2023
1. PENCEGAHAN PRIMORDIAL

Diperkenalkan oleh WHO 1993 


didapatkan berdasarkan pengalaman
epidemiologis dalam menangani
masalah penyakit kardiovaskular.
Penyakit jantung pada masyarakat 
kausal dasar yaitu berupa makanan
tinggi lemak jenuh binatang.
7


• Tujuan: menghindari terbentuknya pola hidup sosial
ekonomi dan kultural yang diketahui mempunyai
kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit
• Pencegahan primordial yang efektif memerlukan
adanya peraturan yang ketat dari pemerintah
• Pencegahan awal diarahkan pada mempertahankan
kondisi dasar/status kesehatan masyarakat yg
bersifat positif


• Membangun dan mempertahankan kondisi yang
meminimalkan bahaya bagi kesehatan
8

 UU no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 3


ayat 1
 Sertifikasi Rumah Sakit (ISO)
 Kerjasama dengan instansi kesehatan & LSM (MoU)
 Peraturan shift kerja
 Kebijaksanaan anggaran untuk perbaikan fasilitas
kesehatan
Contohnya:
 Kebijakan nasional nutrisi dalam sektor agrikultural,
industri makanan, ekspor makanan
 Pengendalian pada peraturan mengenai rokok
 Pengendalian udara/lingkungan
 Pemakaian makanan bergizi rendah lemak jenuh

27/03/2023
2. PENCEGAHAN PRIMER
10

DEFINISI

Upaya pencegahan yang TUJUAN


dilakukan saat proses
penyakit belum mulai • Tujuan: mengurangi insiden
(pada periode pre- penyakit dengan cara
mengendalikan penyebab
patogenesis) dengan penyakit dan faktor risikonya
tujuan agar tidak terjadi • Upaya yang dilakukan adalah
proses penyakit untuk memutus mata rantai
infeksi
• “agent – host - environment”
Riwayat Alamiah Penyakit 11

Fase penyakit
• Fase rentan – fase
subklinis/asimptomatis
• Faktor-faktor penyebab khusus (faktor
risiko)
Target
• Total populasi
• Kelompok terseleksi
• Individu sehat
12

UPAYA PENCEGAHAN PRIMER:


1. Health promotion DILAKUKAN MELALUI 2 STRATEGI:
POPULASI DAN INDIVIDU
2. Specific protection
13

HEALTH PROMOTION
ADALAH MENGURANGI PERANAN PENYEBAB DAN MEMANIPULASI LINGKUNGAN

 Pendidikan kesehatan/penyuluhan/  Rekreasi yg cukup


konsultasi kesehatan  Menjalin hubungan interpersonal
 Gizi yang cukup sesuai dengan  Konseling perkawinan
perkembangan  Pemberian training Kader
 Menciptakan lingkungan rumah yang  Pemeriksaan kesehatan berkala
sehat (pengendalian bising & debu,  Penyediaan & sosialisasi alat
penerangan yang optimal), ventilasi pengaman dari kecelakaan
yang cukup
 Pengamanan gardu listrik
 Penyediaan fasilitas MCK
 Pemakaian peralatan listrik standar,
dll
14

SPESIFIK PROTECTION
ADALAH MENINGKATKAN DAYA TAHAN ATAU MENGURANGI RESIKO PENYAKIT TERTENTU

 Imunisasi  Memberi suplemen / vitamin


 Kebersihan perorangan
misal zat besi
 Perlindungan thdp kecelakaan
akibat kerja  PMT anak balita
 Penggunaan gizi tertentu  Senam kesehatan jasmani
 Perlindungan terhadap zat yang  Pemakaian APD, misalnya
dapat menimbulkan kanker
sarung tangan lateks, sepatu
 Menghindari zat-zat alergenik
safety, baju kerja, kaca mata
15

3. PENCEGAHAN SEKUNDER
Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit
sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala
sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit
tidak berlanjut
Tujuan: menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan
mencegah komplikasi
Upaya pencegahan berupa
deteksi dini (early detection)
pemberian pengobatan yang tepat (prompt treatment)
Riwayat Alamiah Penyakit 16

Fase penyakit
• Fase subklinis – Fase klinis
• Tahap dini penyakit
Target
• Pasien
17

UPAYA PENCEGAHAN
SEKUNDER

EARLY DIAGNOSTIC PROMPT TREATMENT

Tujuan menghentikan proses penyakit Pemberian pengobatan yang


lebih lanjut dan mencegah tepat
komplikasi
Contoh: Contoh:
 Pemeriksaan pada orang yang • Pemberian pengobatan pada
kontak dengan penderita kusta, kontak penderita TB-paru bila
TBC
diketahui BTA +
 Penyaringan kesehatan pada anak
sekolah (gondok, mata, telinga)
 Pemeriksaan kesehatan pada
bumil risti
18

4. PENCEGAHAN TERSIER

DEFINISI TUJUAN UPAYA PENCEGAHAN

Pencegahan yg dilakukan menurunkan kelemahan 1. Disability limitation


saat proses penyakit dan kecacatan, 2. Rehabilitation
sudah lanjut (akhir periode memperkecil penderitaan
patogenesis) dengan tujuan
untuk mencegah cacat dan dan membantu penderita-
mengembalikan penderita penderita untuk melakukan
ke status sehat penyesuaian terhadap
kondisi yang tidak dapat
diobati lagi
19

Fase penyakit
• Fase klinis – Fase akhir penyakit
• Penyakit tahap lanjut

Target
• Pasien
UPAYA PENCEGAHAN TERSIER 20

DISABILITY LIMITATION REHABILITASI

Menurunkan kelemahan dan kecacatan, Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi
memperkecil penderitaan, dan tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
membantu penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisi yang Contoh
tidak dapat diobati • Penyakit vaskuler diabetik pada kaki 
perawatan kaki (podiatric cure) rutin pasien
diabetes
Contoh • Fraktura & cedera  memasang rel pegangan
• Pengobatan ke rumah sakit pada tangan (handrails) di rumah orang yang mudah
penderita yang mengalami dehidrasi jatuh
akibat diare • Ulserasi kulit kronis  penyediaan matras
khusus utk penyandang cacat berat
• Rujukan pada pekerja yang mengalami trauma
akibat peledakan.
• Tindakan hymodialisis
• Pemasangan kaki palsu
• Pemberian latihan fisik pada penderita cacat
akibat stroke
21

LATIHAN
Seorang ibu hamil trimester 2
mendapatkan suplemen kalsium.
Tindakan tersebut termasuk pencegahan
apa? Pada tahap riwayat alamiah
penyakit yang mana?
THANK YOU
Skrining
Pengertian(1)
 Usaha untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit
yang secara klinis belum jelas dengan
menggunakan pemeriksaan tertentu atau
prosedur lain yang dapat digunakan secara
tepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat tetapi mempunyai
kemungkinan sakit atau betul-betul sehat
(Mausner dan Kramer, 1985)
Pengertian (2)
 Suatu proses dengan maksud agar penyakit-
penyakit atau kelainan-kelainan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi dengan
menggunakan uji-uji yang dapat diterapkan
secara cepat dalam sebuah skala yang besar
(Beaglehole,dkk,1997)
Contoh skrining
 Hipertensidengan tensimeter
 Ca Servic dengan papsmear
 Anemia dengan pemeriksaan Hb
 Kecacingan dengan pemeriksaan feses

Dan lain-lain
Macam
 Mass screening → melibatkan populasi
secara keseluruhan
 Multiphasic screening → skrining yang
menggunakan berbagai uji pada saat
yang bersamaan
 Spesific targeted screening → skrining pada
kelompok tertentu
 Opportunistic screening→ skrining pada
penderita yang berkonsultasi pada seorang
praktisi kesehatan untuk beberapa tujuan
lainnya.
Kegunaan
▪ Menurunkan angka kematian dari populasi
▪ Menurunkan fatalitas dari kasus pada individu
▪ Meningkatkan persentase kasus yang dapat dideteksi pada
stadium awal
▪ Menurunkan kejadian komplikasi penyakit
▪ Mencegah atau mengurangi penyebaran penyakit
▪ Meningkatkan kualitas hidup individu
Kriteria Penyakit
▪ Penyakit yang serius bila tidak
didiagnosis secara dini
▪ Prevalensinya tinggi pada tahap pra
klinik
▪ Riwayat alamiah penyakitnya sudah
dimengerti.
▪ Terdapat periode yang panjang diantara
tanda-tanda pertama dari timbulnya
penyakit
Kriteria alat skrining
 Dapat dilakukan pada sejumlah besar orang
dan masyarakat dengan cara yang cukup
mudah, cepat dan murah
 Mempunyai validitas, reliabilitas dan hasil yang
tinggi
 Tes tersebut dapat diterima oleh masyarakat
umum dan sasaran
 ALUR SKRINING.....
 Alat skrining yang baik harus valid dan reliabel

→ Valid??

→ Reliabel??
Uji Validitas
 Membandingkan hasil pemeriksaan oleh alat
skrining dengan gold standard
 Hasil penilaian:
1. Sensitivitas
2. Spesifisitas
3. Nilai Prediktif Positif
4. Nilai Prediktif Negatif
Gold Standard
(PCR test)
+ -

Alat + True P False P


skrining
(Ge-nose) - FN TN
Sensitivitas
 Kemampuan alat skrining untuk menemukan
yang benar-benar sakit, diantara yang sakit
 Rumus: TP / (TP + FN)
Spesifisitas
 Kemampuan alat skrining untuk menemukan
yang benar-banar tidak sakit diantara yang
tidak sakit
 Rumus: TN / (TN + FP)
Nilai Duga Positif
(Positive Predictive
Value (PPV)
 Kemampuan alat skrining untuk menemukan
orang yang benar-banar sakit diantara orang
yang diduga sakit
 Rumus: TP / ( TP + FP)
Nilai Duga Negatif
(Negative Predictive
Value / NPV)
 Kemampuan alat skrining untuk menemukan
orang yang benar-benar tidak sakit diantara
orang yang diduga tidak sakit
 Rumus: TN / ( TN + FN)
Reliabilitas
Kemampuan tes untuk menghasilkan nilai yg konsisten bila tes
dilkakukan lebih dari 1 kali ,pd individu dg kondisi yg sama.

Dipengaruhi oleh :
- Variasi observer ( intra – antar)
- Variasi metode
Lanjutan Reliabilitas…….

Cara mengurangi variasi :


- Standarisasi prosedur
- Pelatihan sec periodik
- Cek sec periodik bagi kerja observer
- Gunakan lbh dari 1 observers yg bekerja
sendiri-sendiri
Hasil Skrining
Dipengaruhi oleh :
1. Sensitivitas dari test
2. Ada tidaknya penemuan kasus
terdahulu
3. Sikap penduduk
4. Prevalensi penyakit rendah
Latihan (1)
 Keg skrining dilakukan untuk
mengidentifikasi Kanker Serviks pada 100
ibu-ibu di RT X dg menggunakan
pemeriksaan pap smear sebagai alat
skrining dan kolposkopy sebagai gold
standart.
 Hasil………….
 Soal : hitung sensitivitas dan spesifisitas
Hasilnya (screening Ca Servic)
Pap smear
(alat skrining)
+ -
Kolposkopy
(gold + 15 2
standart)

- 3 80
Latihan (2)
Kegiatan skrining dilakukan utk
mengidentifikasi penyakit Diabetes
Mellitus dg menggunakan pemeriksaan
gula darah.
Diket: populasi = 10.000, prev DM = 5%
sensitivitas = 70%, spesifisitas=80%
Soal : Berapa TP
Hitung PPV dan NPV
 Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai