Anda di halaman 1dari 13

1

Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular serta


Gizi Buruk pada Program Kerja Puskesmas

Andreas Edvan Sanjati Ley
102011349
D9
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061
www.ukrida.ac.id, e-mail: edvanley@yahoo.com







Pendahuluan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan program menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak
menular. Beberpa penyakit yang masih banyak di Indonesia yaitu ISPA, diare, TBC, penyakit
kulit, gizi buruk,dll. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui penanggulangan penyakit
menular dan tidak menular dalam hal ini penyakit menular berupa ISPA,TBC,diare dan
penyakit kulit sedangkan penyakit yang tidak menular yaitu Gizi buruk.


Tinjauan Pustaka
2

Pembahasan
Definisi puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memeberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dari keempat definisi yang diketengahkan di
atas maka dapat di gali makna yang lebih mendalam yang menunjukan bahwa puskesmas
mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sangat besar dalam memelihara kesehatan
masyarakat di wilayah kerja nya dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat
seoptimal mungkin.
1

Kegiatan pokok puskesmas
kegiatan-kegiatan pokok psukesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak
berdirinya semakin berkembang mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha pokok
kesehatan, 13 usaha pokok kesehatan dan sekarang menjadi 20 usaha pokok kesehatan yang
dapat di laksanakan oleh puskesmas sesuai dengan kemampuan yang ada dari tiap-tiap
puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan biaya atau angggaran yang tersedia.
Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru ada 20 usaha pokok kesehatan
yang dapat di lakukan oleh puskesmas, itupun sangan tergantung kepada faktor tenaga,
saranan, dan prasarana serta biaya yang tersedia. Yang termasuk usaha kegiatan pokok
puskesmas adalah upaya kesehatan ibu dan anak, upaya keluarga berencana, upaya
peningkatan gizi, upaya kesehatan lingkungan, upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, upaya
penyuluhan kesehatan, upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olahraga, upaya perawatan
kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya
kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya laboratorium sederhana, upaya pencatatan dan
pelaporan dalam rangka sistem infomasi kesehatan, upaya kesehatan usia lanjut, upaya
pembinaan pengobatan tradisional, upaya kesehatan remaja dan dana sehat.
1




3

Pendekatan epidemiologi
Tentang peristiwa timbul nya penyakit banyak teori yang pernah di kemukakan.
Gordon dan Le Richt pada tahun tahun 1950 menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya
penyakit pada manusia di pengaruhi oleh tiga faktor utama yakni:
2

Penjamu (host), yang di maksud dengan faktor penjamu ialah semua faktor yang
terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu
penyakit. Faktor tersebut banyak macam antara lain faktor keturunan dalam dunia kedokteran
di kenal pelbagai macam penyakit yang dapat di turunkan seperti misalnya penyakit alergis,
kelainan jiwa dan beberapa jenis penyakit kelainan darah. Mekanismes pertahan tubuh secara
umum dapat dibedakan atas dua macam yakni pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh
khusus. Jika kedua mekanisme pertahanan tubuh ini baik tentu dalam batas-batas tertentu
berbagai jenis penyakit akan dapat di atasi. Umur, pada saat ini banyak di kenal penyakit
tertentu yang hanya menyerang golongan umur tertentu saja. Misalnya penyakit campak,
polio, dan dipteri yang banyak di temukan pada anak-anak. Jenis kelamin, beberapa penyakit
tertentu di temukan hanya pada jenis kelamin tertentu saja, misalnya tumor prostat yang di
temukan pada laki-laki sedangkan tumor leher rahim di temukan pada wanita. Ras, beberapa
ras tertentu di duga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu seperti hemopili yang
banyak di temukan pada orang barat. Status perkawinan, sering disebutkan bahwa para jejaka
ternyata mempunyai resiko kecelakaan yang lebih tinggi dari pada yang telah berkeluarga.
Pekerjaan, para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit
ketegangan jiwa dari pada bawahan atau karyawan lainnya. Kebiasaan-kebiasaan hidup
contoh nya seseorang yang terbiasa hidup kurang bersih tentu nya lebih mudah terkena
penyakit infeksi dari pada sebaliknya.
2

Bibit penyakit (agent), yang di maksud dengan bibit penyakit ialah suatu substansi
atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi dan elemen yang di maksud banyak
macam, yang secara sederhana dapat di kelompokan dalam lima macam yakni, golongan
nutrient ialah zat gizi yang di btuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi kehidupan.
Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh itu dibedakan atas 6 macam yakni karbohidrat, putih
telur, lemak, vitamin, mineral dan air. Jika seseorang mengalami kekurangan dan atau
kelebihan zat gizi ini akan timbulah penyakit. Golongan kimia, adalah pelbagai zat kimia
yang ditemukan dialam dan atau zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh. Sebenarnya golongan
4

nutrient termasuk dalam golongan kimia namun karena zat gizi menempati peranan sendri
dalam kesehatan maka pembicaraan nya sering dipisahkan. Apabila tubuh terkena dan atau
kemasukan zat kimia tertentu seperti logam berat, gas beracun atau debu akan dapat
menimbulkan beberapa penyakit tertentu. Golongan fisik. Seperti suhu yang terlalu tinggi
atau rendah, suara yang terlalu bising, kelembaban udara, tekanan udara, radiasi atau trauma
mekanis dapat menimbulkan pelbagai macam penyakit. Peranan nya dalam menimbulkan
penyakit pada umumnya jika berada dalam keadaan yang luar biasa, baik dari sudut jumlah
(kuantitas) ataupun dari sudut mutu (kualitas). Golongan mekanik sering di golongkan pula
kedalam golongan fisik. Jika ingin dibedakan ialah karena pada golongan mekanik unsure
campur tangan manusia lebih banyak di temukan seperti misalnya kecelakaan di jalan raya,
pukulan dan lain sebagainya yang seperti ini. Golongan biologik, penyebab penyakit yang
termasuk golongan biologik dapat berupa jasat renik (mikro organisme) dan atau yang bukan
jasat renik baik yang berasal dari hewan (flora) dan ataupun yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan (fauna). Contohnya ialah metazoan (arthropoda dan helminthes), protozoa, bakteri,
riketsia, virus dan jamur.
2

Lingkungan (environment), yang di maksud dengan lingkungan adalah agregat dari
seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini di bagi menjadi lingkungan
fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alamiah yang terdapat
disekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macam, misalnya cuaca, musim, keadaan
geografis dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non fisik ialah lingkungan ynag
muncul sebagai akibat adannya interaksi antara manusia. Kedalam lingkungan non fisik ini
termasuk faktor sosial budaya, norma, nilai dan adat istiadat. Peranan lingkungan dalam
menyebabkan timbul atau tidak nya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satu diantara
nya ialah sebagai reservoir bibit penyakit. Adapun yang di maksud dengan reservoir ialah
tempat hidup yang di pandang sesuai bagi bibit penyakit.
2

Problem solving cycle
Problem solving cycle adalah pendekatan integral dan komprehensif dalam
penyusunan rencana dan program. Membantu memberikan pemahaman situasi dan masalah
yang dihadapi. Pertama kita melakukan analisis situasi terlebih dahulu. Analisis situasi adalah
kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi tentang situasi yang berguna untuk
menetapkan masalah. Tujuan dari analasis situasi ini untuk memahami maslah kesehatan
5

secara jelas dan spesifik, mempermudah penentuan prioritas dan mempermudah penentuan
alternative pemecahan masalah.

Strategi pemecahan masalah kesehatan ada dua yaitu, secara
langsung dengan melakukan tindakan untuk mengurangi masalah tersebut dan secara tidak
langsung dengan intervensi terhadap faktor faktor yang diperkirakan mempengaruhi
masalah tersebut.

Terdapat beberapa cara untuk melakukan analisis, misal dengan
menggunkan informasi dari sistem informasi yang sudah ada seperti laporan laporan
kegiatan dari program kesehatan yang ada atau surveilans epidemiologi. Selain ini juga bisa
gidunakan berbagai pendeatan dan model seperti sistem supply demand, HL Blum, dan
lainnya.

Analisis situasi kesehatan meliputi analisis status kesehatan, analisis aspek
kepnedudukan, analisa pelayanan / upaya kesehatan, analisa perilaku kesehatan, analisa
lingkungan. Analisa status kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi
analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran status kesehatan secara kuantitatif, penyebaran
masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan epidemologis Ukuran yang digunakan adalah angka kematian
(mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas).
3

Dalam analisa kependudukan kita perlu melihat bagaimana jumlah penduduk,
pertumbuhan penduduk, struktur umur, mobilitas penduduk, pekerjaan. Manfaat ukuran
demografis adalah Sebagai denominator ukuran masalah kesehatan, sebagai prediksi beban
upaya/program kesehatan, sebagai prediksi masalah kesehatan yang dihadapi.

Pelayanan atau
upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative. Analisis
pelayanan kesehatan ini menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, out put dan
dampak dari pelayanan kesehatan.

Analisa perilaku kesehatan memberikan gambaran tentang
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya
kesehatan. Dapat menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek atau health belief model
atau teori lainnya.

Tujuan dari analisis lingkungan adalah untuk memperoleh informasi
tentang keadaan sanitasi lingkungan di rumah / lingkunganya dan untuk memperoleh akses
masyarakat terhadap air dan penyehatan lingkungan.

Dalam menetapkan prioritas masalah
ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni besarnya masalah yang terjadi,
pertimbangan politik, persepsi masyarakat, bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Pemilihan prioritas masalah secara sederhana dibedakan menjadi 2 macam yaitu scoring
teknik atau dengan non scoring teknik.

Pemilihan prioritas maslaah dengan scoring teknik
dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah
ditetapkan. Parameter yg dimaksud adalah
3

6

Besarnya masalah
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
Kenaikan prevalensi masalah
Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut terselesaikan.
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
Non scoring teknik dilakukan dengan memilih prioritas masalah dengan
mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap, bila tidak
tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah
4

Delphi Technique
Delbech Technique
Delphi teknik merupakan penetapan prioritas masalah melalui kesepakatan
sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui
pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan
beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah
yang dicari.
4

Penetapan prioritas masalah delbech teknik dilakukan melalui kesepakatan
sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih
dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta.
Lalu diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan
adalah prioritas.
4

Untuk memilih prioritas jalan keluar, dapat memakai teknik kriteria matriks.
Ada 2 kriteria yang lazim dipergunakan yaitu
4

a. Efektivitas Jalan Keluar
Prioritas jalan keluar adalah nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menentukan
efektifitas jalan keluar, dipergunakan kriteria tambahan seperti ; besarnya masalah
7

yang dapat diselesaikan (magnitude), pentingnya jalan keluar (importancy),
sensitivitas jalan keluar (vulnerability).
b. Efisiensi jalan keluar
Nilai efisien ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar. Untuk mengukur nilai prioritas (P) untuk setiap
alternative jalan keluar dengan membagi hasil perkalian nilai M (Magnitude) x I
(Importancy) x V (Vulnirelability) dengan nilai C. Jalan keluar dengan nilai P
tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.


Gambar 1. Skema siklus pemecahan masalah.
4


Kegiatan ketiga yang harus dilakukan pada penetapan prioritas jalan keluar ialah
melakukan uji lapangan untuk prioritas jalan keluar terpilih. Uji lapangan ini dipandang
penting, karma wring ditemukan jalan keluar yang diatas kertas baik, temyata sulit
dilaksanakan. Patutlah diingat dalam melaksanakan uji lapangan, tujuan utama yang
ingin dicapai bukan lagi mempermasalahkan jalan keluar yang telah terpilih, melainkan
hanya untuk menilai berbagai faktor penopang dan faktor penghambat yang kiranya
akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan. Catatlah berbagai faktor
penopang dan penghambat yang ditemukan.
3

8

Selesai melakukan uji lapangan, lanjutkan dengan memperbaiki prioritas jalan
keluar, yakni dengan memanfaatkan berbagai faktor penopang, dan bersamaan dengan
itu meniadakan berbagai faktor penghambat yang ditemukan pada uji lapangan.
3
Kegiatan terakhir yang harus dilaksanakan pada penetapan prioritas jalan keluar
adalah menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar selengkapnya. Untuk ini uraikanlah
semua unsur rencana sebagaimana telah dikemukakan, sehingga dapat dihasilkan suatu
rencana yang lengkap. Langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas masalah
saling terkait dengan langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas jalan keluar.
3

Tujuan khusus dalam evaluasi program adalah memberikan informasi yang dapat
digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan umum dan jika tidak mengapa hal itu
terjadi, atau jika tercapai dalam kondisi yang bagaimana dan dengan biaya berapa. Evaluasi
memberikan informasi bagi pembuat kebijakan dan keputusan.
4

Secara umum evaluasi dibagi menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses sedangkan evaluasi sumatif untuk melihat
apakah tujuan dari program terlaksana.
4

Evaluasi formatif secara komprehensif dapat memberikan alasan mengapa
pelaksanaanprogram tidak berjalan dengan baik. Mungkin karena pelatihan yang tidak cukup,
materila yang tidak cukup dan memadai, staf yang kurang dan lain sebagainya. Umpan balik (
feed back ) yang didapatkan lebih dini dapat membantu dalam membuat penyesuaian dan
koreksi yang lebih rinci dan fokus melacak pelaksanaan program. Secara garis besar evaluasi
formatif ditujukan untuk mengetahui program sudah berlangsung sesuai dengan perencanaan
yang dirancangkan pada awal program atau tidak.
4

Evaluasi sumatif ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas manfaat yang
dihasilkan oleh program dan biaya serta kondisi yang diperlukan untuk memperoleh manfaat
yang diinginkan pad akhir program. Secara garis besar evaluasi sumatif betujuan ingin
diketahuinya apakah semua target sudah sesuai dengan output ( cakupan ) yang telah dicapai
pada akhir program.
5




9

Epidemiologi penyakit menular
Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan
(berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui
perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab penyebab
penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
6

a. Agen-agen infeksi(Penyebab Infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting di dalam epidemiologi
yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :
1) Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar, dan sebagainya.
2) Golongan riketsia, misalnya: tifus.
3) Golongan bakteri, misalnya disentri.
4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filarial, schicostoma, dan
sebagainya.
5) Golongan jamur yakni bermacam-macam panu, kurap, dan sebagainya.
6) Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris
( cacing gelang) , cacing kremi, cacing pita, dan sebagainya.
Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive), maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1) Berkembang baik
2) Bergerak atau berpindah dari induk semang
3) Mencapai induk semang baru
4) Menginfeksi induk semang baru tersebut
Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah
suatu faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit( penyebab penyakit)
mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah
reservoir, yang diartikan sebagai berikut 1) Habitat, tempat bibit penyakit tersebut hidup dan
berkembang, 2) survival, tempat bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat,
sehingga ia dapat tetap hidup. Reservoir tersebut dapat berupa manusia, binatang, atau benda-
bena mati.
6


10

Reservoir di dalam manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia antara
lain, campak(measless), cacar air(small pox), tifus(typhoid), meningitis, gonoirhoea,
dan sifilis. Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
6

Carrier
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya, tanpa
menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang tersebut menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Convalescant Carriers adalah orang masih mengandung bibit
penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.
6

Carriers adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio,
tifus, meningococcal meningitis, dan amebiasis. Hal ini disebabkan karena :
6

a) Jumlah(banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang
sakitnya)
b) Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa
mereka menderita/kena penyakit.
c) Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari.
d) Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang
relative lama.
Reservoir pada binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah
penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat
menular pada manusia. Penularan penyakit penyakit pada binatang ini melalui
berbagai cara, yakni;
6

1) Orang makan daging binatang yang menderita penyakit, misalnya
cacing pita.
2) Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui
pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
3) Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya
rabies.
11

Benda-benda mati sebagai reservoir
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya
adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada
lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu, bila terjadi perubahan temperature atau
kelembaban dari kondisi dimana ia dapat hidup, maka ia berkembang biak dan infektif.
Contoh clostridium tetani penyebab tetanus.
6

b. Sumber infeksi dan Penyebaran Penyakit
Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda, termasuk orang atau
binatang yang dapat melewatkan atau menyebabkan penyakit pada orang. Sumber
penyakit ini mencakup juga reservoir seperti telah dijelaskan sebelumnya.
6

Macam-macam penularan (made of transmission)
Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agent/penyebab penyakit
tersebut ditularkan dari orang ke orang lain, atau dari reservoir kepada induk semang
baru. Penularan ini melalui berbagai cara antara lain:
6

a) Kontak (contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui
benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak
langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena
itu, lebih cenderung terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
6

b) Pernapasan (inhalation)
Yaitu penularan melalui udara/pernapasan. Oleh Karena itu, ventilasi rumah yang
kurang, berjejalandan tempat-tempat umum adalah faktor yang sangat penting dalam
epidemiologi penyakit ini.
6

c) Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan, atau minuman.
6

d) Penetrasi pada kulit
Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya
cacing tambang, melalui gigitan vector misalnya melalui malaria.
6

e) Infeksi melalui placenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui placenta dari ibu penderita penyakit pada waktu
mengandung, misalnya sifilis dan toxoplasmasis.
6

12


c. Faktor induk semang (host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang
ada pada induk semang itu sendiri. Dengan kata lain penyakit-penyakit dapat terjadi
pada seseorang tergantung oleh kekebalan resistensi orang yang bersangkutan.
6

Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Untuk mencegah dan penangulangan ini ada 3 pendekatan atau cara yang dapat di
lakukan.
6

a)Eliminasi reservoir (sumber penyakit)
Eleminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat di lakukan
dengan mengisolasi penderita (pasien) yaitu menempatkan pasien di tempat yang
khusus untuk mengurangi kontak dengan pasien, karatina adalah membantasi ruang
gerak penderita dan menempatkan bersam-sama penderita lain nya yang sejenis pada
tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya
karatina untuk penderita kusta.
6


b) Memutuskan mata rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higene perorang merupakan usaha yang
penring untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularaan penyakit menular.
6


c)Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan
Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadapat penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu perlindungan khusus (specific
protection) dengan imunisasi, baik imunisasi aktif maupun pasif. Pada anak usia muda
gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu
meningkatkan gizi anak merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
6




13

Daftar pustaka
1. Effendy N. Dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta. EGC. Cetakan
pertama; 2005. h. 162-3.
2. Azwar A. Epidemiologi. Jakarta. Binarupa Aksara. Edisi pertama; 1988. h.19-25
3. Muninjaya AG. Manajemen kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2004.h. 170-250.
4. Gibney M, Margetts B,Kearney J, Lenore A. Gizi kesehatan masyarakat. Ed 1. Jakarta: EGC,
2008. Hal 29
5. Hadi D S. Pedoman evaluasi program. Jakarta, 2011. Hal 4 -5
6. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Cetakan pertama;
2007. h. 38-43

Anda mungkin juga menyukai