Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara khusus penanganan jenazah sangat penting guna mengurangi risiko
infeksi nosokomial. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit
adalah melalui pemberian pelayanan penunjang medik yang profesional, bemutu dan
aman. Instalasi kamar jenazah dimana alur untuk penanganan pelayanan kamar
jenazah sudah diatur. Kamar jenazah di instalasi kamar jenazah tidak bisa dilalui oleh
orang yang tidak berkepentingan. Lalu lintas hanya biasa dilalui oleh petugas Instalasi
kamar jenazah.
Kamar jenazah suatu rumah sakit bukanlah satu satunya pintu keluar pasien.
Masih terdapat pintu keluar lain yaitu pintu kesembuhan dan pintu transisi. Walaupun
kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah benar benar tanpa
nyawa/ ruh. Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh rumah sakit harusnya
disertai dengan pemulasaraan jenazah. Tenaga medis di kamar jenazah juga harus
memiliki pengetahuan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga selalu
disiplin dalam penggunaan APD(Alat Pelindung Diri).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di rumah sakit.
Infeksi ini telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang terjadi akibat infeksi
nosokomial sangatlah kompleks dan dapat menyebabkan kerugian bagi pasien maupun
bagi rumah sakit. Mengingat bahwa penularan penyakit dapat melalui udara, percikan
dan kontak, sehingga indikator kejadian infeksi nosokomial menjadi penting untuk
diperhatikan. Selanjutnya salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial
adalah dengan melakukan standar kamar jenazah yang baik. Selain itu pengetahuan dan
perilaku petugas kesehatan juga mernpunyai peran yang sangat penting. Petugas kamar
jenazah wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain (pasien dan
pengunjung) serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang di maksud dengan tenaga medis ?
2. Apa yang di maksud dengan pemulasaran jenazah ?
3. Apa perlindungan tenaga medis di pemulasaran jenazah ?
4. Aspek hukum perlindungan tenaga medis di pemulasaran jenazah ?
1.3

Tujuan

1.3.1

Tujuan Umum :
Sebagai pedoman dalam mengetahui penerapan medikolegal dalam perlindungan
tenaga medis di kamar jenazah

1.3.2

Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui tugas tenaga medis
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan pemulasaran jenazah
3. Untuk mengetahui perlingungan tenaga medis di pemulasaran jenazah
4. Untuk mengetahui aspek hukum tenaga medis di pemulasaran jenazah

2.Manfaat
Penggunaan pedoman ini diterapkan kepada tenaga-tenaga medis di kamar jenazah
yang diharapkan menerapkan pelayanan jenazah sesuai prosedur

sehingga dapat

meningkatan mutu pelayanan kamar jenazah dan menghindari adanya infeksi silang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Pengertian Tenaga Kesehatan
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang dimaksud tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang
diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri dari :1
1.
2.
3.
4.

Tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi;


Tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan;
Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker;
Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan

5.
6.
7.
8.

dan sanitarian;
Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien;
Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan
terapis wicara;
Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi
tranfusi dan perekam medis.

Menurut PP No. 32 Tahun 1996, maka yang dimaksud petugas dalam kaitannya
dengan tenaga kesehatan adalah dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan keteknisian medis. 1
II. 2. Definisi Pemulasaran Jenazah
Agar jenazah tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup, perawatan jenazah dapat
dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi pada kematian tidak wajar pengawetan
jenazah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenazah atau otopsi dilakukan. Perawatan
jenazah perlu di lakukan pada keadaan adanya penundaan penguburan atau kremasi lebih dari
24 jam. Hal ini penting karena di Indonesia yang beriklim tropis dalam 24 jam mayat sudah
mulai membusuk mengeluarkan bau dan cairan pembusukan yang dapat mencemari
lingkungan sekitarnya. Pemulasaran jenazah adalah kegiatan merawat jenazah bagi pasien
yang meninggal dunia.2

Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia
tertentu pada jenazah untuk menghambat ppembusukan serta menjaga penampilan luar. Dan
perawatan jenazah dolakukan untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit
sekitarnya. 2
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu
menerepkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi bdata dan agama yang di
anut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati
keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak
menambah resiko penularan penyakit seperti hanya HIV-AIDS, hepatitis B, TB paru dan
sebagainya. 2
II. 3. Aspek Medikolegal Pemulasaran Jenazah
Aspek medikolegal yang mebahas tentang pemulasaran jenazah tercantum dalam
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.1165/MENKES/SK/X/2007 dalam
Bab1 pasal 1 ayat 18 yang berbunyi, Pemulasaran atau petrawatan jenazah adalah kegiatan
yang meliputi kegiatan perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan rumah
sakit untuk krprntingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses
peradilan.2
II. 3. STANDAR KAMAR JENAZAH DI INDONESIA
II. 3. 1. Pelayanan Kamar Jenazah
A. Prinsip Pelayanan Jenazah
Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana manusia karena ia
adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini secara khusus adalah perawatan kebersihan
sebagaimana kepercayaan atau adatnya. Perlakuan sopan dan tidak merusak badannya
tanpa indikasi atau kepentingan kemanusiaan, termasuk penghormatan atas
kerahasiaannya. Oleh karenanya, kamar jenazah harus bersih dan bebas dari
kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas atau penyulit analisa
kemurnian identifikasi (termasuk kontaminasi DNA dalam kasus forensik mati).
Demikan pula aman bagi petugas yang bekerja, termasuk terhadap risiko penularan
jenazah terinfeksi karena penyakit kematian. 3

Kamar Jenazah Menurut Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Depkes RI 2004


Kamar mayat harus memenuhi beberapa kriteria, seperti: 3
1. Kapasitas ruang mayat disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah lemari pendingin
yang harus disesuaikan oleh rumah sakit adalah 1 % dari jumlah tempat tidur.
2. Kamar mayat mempunyai hubungan dengan unit-unit lain seperti:

UGD
Unit Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Unit Perawatan
Unit Bedah
Unit ICU
3. Persyaratan kamar mayat:
Dinding dilapisi porselen atau keramik
Lebar pintu minimal 1,2 meter dan ketinggian 2,1 meter
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihan, dan berwarna

terang
Dilengkapi dengan sarana pembuangan air limbah
Ada akses yang mudah dengan bagian patologi atau laboratorium.
Mudah dicapai dari ruang perawatan, ruang gawat darurat, dan ruang operasi.
Dilengkapi dengan ruang ganti, petugas, dan toilet.
Dilengkapi dengan perlengkapan dan bahan-bahan untuk pemulasaran jenazah,

termasuk meja untuk memandikan mayat.


Dilengkapi dengan ruang tunggu dan ruang untuk menyembahyangkan jenazah.

B. Ciri Khusus Pelayanan Jenazah


Situasi khusus peristiwa kematian seseorang dan sikap sosial budaya keluarga
orang tersebut menghadapi kematian akan mewarnai sarana dan prasarana pelayanan.
Rasa duka mendalam sering melibatkan suasana kekagetan, kesedihan atau haru luar
biasa yang dapat menjurus pada keputusasaan keluarga atau kenalan. Kesibukan atau
bahkan kebingungan untuk jenazah segera dikubur (bagi orang Islam disunahkan
sebelum 24 jam), kemendadakan mengkonfirmasi keputusan dari berbagai anggota
keluarga dan kerabat, rasa ingin tahu masyarakat pada kasus kematian khusus, atau
bahkan suasana tidak menentu pada korban mati massal atau mereka yang mencari
keluarga atau kenalan yang hilang. Hal-hal tersebut menimbulkan suasana yang sering
kali emosional dengan kemarahan yang dapat membahayakan keselamatan dokter atau
petugas kamar jenazah terkait, termasuk perusakan sarana dan prasarananya. Dikaitkan
dengan kasus forensik yang memerlukan pengamanan jenazah sebagai barang bukti,
hal-hal yang berkaitan dengan chain of custody memerlukan sarana dan prasarana
khusus. 3
Dengan perkembangan dunia yang anomic (kematian akibat risk society, buah
dari juggernaut syndrome sebagaimana ditunjukan oleh terror bom) yang makin
banyak menyebabkan kematian tidak wajar (pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan)
siapa pun, kamar jenazah seharusnya menjadi outlet yang dikelola integrative dengan
sekaligus dipimpin oleh pelayanan penuh oleh 24 jam dalam sehari. 3

Demikian pula dalam pembahasan dalam tentang ruang, secara implisit tercakup
sarana dan prasarana, kenyamanan seperti AC, ventilasi ruangan yang baik, air yang
mengalir lancar, cahaya terang siang, atau lampu terang di malam hari, dengan ruang
publik dilengkapi oleh toilet umum dan sarana telepon umum. 3
C. Jenis Pelayanan Terkait Kamar Jenazah
Pelayanan jasa (service) yang terkait dengan kamar jenazah dapat dikelompokkan
ke dalam 6 kategori, yakni: 3
a. Pelayanan jenazah purna-pasien atau mayat dalam
Cakupan pelayanan ini adalah berasal dari bagian akhir pelayanan kesehatan
yang dilakukan di Rumah Sakit, setelah pasien dinyatakan meninggal, sebelum
jenazahnya diserahkan ke pihak keluarga atau pihak berkepentingan lainnya.
b. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban mati atau mayat luar
Rumah sakit pemerintah sering merupakan sarana bagi dibawanya jenazah
atau mayat tidak dikenal atau memerlukan pemeriksaan identitasdari luar kota
setempat yang memerlukan pemeriksaan forensik. Ada 2 jenis pemeriksaan forensik,
yakni visum luar (pemeriksaan luar) maupun visum dalam (pemeriksaan otopsi),
keduanya dengan atau tanpa diikuti pemeriksaan penunjang seperti patologi anatomi,
radiologi, toksikologi atau farmakologi, analisa mikrobiologi, dll.
Pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam (otopsi forensik) dilakukan di ruang
otopsi. Keduanya dilakukan di meja otopsi (kalau dapat merangkap brankar lemari
pendingin). Pelayanan campuran (korban mati yang pernah dirawat).
c. Pelayanan sosial kemanusiaan lainnya seperti pencarian orang hilang, rumah duka
atau penitipan jenazah.
d. Pelayanan bencana atau peristiwa dengan korban mati massal.
Pelayanan untuk kepentingan keilmuan atau pendidikan atau penelitian.
D. Tujuan Pemulasaran Jenazah3
a. Pencegahan Penularan Penyakit
Apabila kamar jenazah menerima korban yang meninggal karena penyakit menular
misalnya HIV/AIDS, maka dalam perawatan jenazah perawatan perlu diterapkan
prinsip prinsip sebagai berikut:
1. Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya menjadi
tertular.
2. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran, dll) bisa
mengandung kuman sehingga menjadi sumber penularan.
3. Persiapan Universal Precaution:
a. Menggunakan tutup kepala
b. Menggunakan googles
c. Menggunakan masker
d. Sarung tangan

e. Skot
f. Sepatu laras panjang (boot)
4. Alat yang dipakai merawat jenazah diperlakukan khusus dengan cara
dekontaminasi (direndam) dengan klorin 0,5% selama 10 menit. 3
Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga mengidap penyakit
menular (misal HIV/AIDS) maka pelaksanaan otopsi tetap mengacu prinsipprinsip universal precaution. Tetapi, apabila dapat dikoordinasikan dengan
penyidik untuk tidak dilakukan otopsi, cukup pemeriksaan luar.
b. Penegakan Hukum
Sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku, yaitu
UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP), setiap dokter baik dokter umum,
dokter ahli Kedokteran Kehakiman (Dokter Spesialis Forensik), maupun dokter
spesialis klinik lain wajib memberi bantuan kepada pihak yang berwajib untuk
kepentingan peradilan, bila diminta oleh petugas kepolisian atau pihak penyidik
yang berwenang. 3
Pada pelaksanaan pelayanan pemeriksaan medis secara kedokteran forensik
sekalipun dapat dimintakan kepada setiap dokter, baik dokter umum, dokter spesialis
klinik, maupun dokter spesialis forensik, namun untuk memperoleh hasil yang
optimal baik ditinjau dari segi kepentingan pelayanan, bantuan untuk proses
peradilan dan segi kepentingan pelayanan kesehatan sebaiknya pemeriksaan
dilakukan oleh dokter spesialis forensik. 3
E. Penatalaksanaan jenazah di Rumah Sakit3
Pasien datang ke rumah sakit pada prinsipnya dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan
2. Pasien yang mengalami kekerasan
Ad.1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan apabila meninggal dunia, langsung diberi
surat kematian, kemudian dibawa ke kamar jenazah hanya untuk di catat dalam buku
register. 3
Ad.2. Pasien yang mengalami kekerasan, misalnya karena percobaan bunuh diri,
kecelakaan dan bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan, pasien overdosis narkoba di
samping dokter menolong pasien, dokter melapor polisi atau menyuruh keluarga pasien
untuk melapor polisi. Apabila pasien meninggal dokter tidak memberikan surat
kematian, tetapi korban dikirim ke kamar jenazah dengan disertai surat pengantar yang
ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. 3
Apabila kamar jenazah menerima korban dari IGD, tetapi belum ada Surat
Permintaan Visum et Repertum (SPVeR), maka petugas menyuruh keluarga korban

untuk melapor ke polisi di mana peristiwa itu terjadi. Apabila keluarga menolak
melapor ke polisi dan tetap bersikeras membawa jenazah, maka diberikan surat
pernyataan dan tidak diberikan surat kematian. Apabila jenazah sudah dilengkapi
dengan SPVeR, maka keluarga korban diminta untuk membuat surat pernyataan, tidak
keberatan dilalukan otopsi (bedah jenazah). Setelah otopsi, dibuatkan surat kematian. 3
F. Embalming dan Pengiriiman Jenazah
Embalming atau pengawetan jenazah dilakukan dengan formalin. Pengiriman
jenazah harus dilakukan embalming (hati- hati dalam pengiriman jangan disertai
barang illegal, seperti: narkoba), harus dibuat berita acara pemetian bila perlu dilibatkan
polisi. 3
II. 2. 2. Petugas Kamar Jenazah
Sumber daya manusia yang diperlukan pada kamar jenazah terdiri dari : 3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Dokter Spesialis Forensik


Dokter Umum
Dokter Gigi khususnya Forensik Gigi
Teknisi Forensik
Teknisis Laboratorium Forensik
Tenaga Administrasi
Tenaga Pemulasaran Jenazah
Supir Kereta Jenazah
Pekarya
U.S Office Of Personnel Management membagi tugas dan tanggung jawab asisten
otopsi pada beberapa tingkat, yakni:
a. Tingkat bagi orang-orang tanpa pengalaman sebelumnya atau pelatihan dalam
pekerjaan otopsi. Asisten otopsi ini menerima pengawasan yang ketat dalam
semua tahapa pekerjaan mereka, dan sehubugngan dengan prosedur otopsi
teknis, biasanya terbatas pada membantu orang lain, dalam kapasitas peserta
pelatihan.
b. Asisten otopsi yang melakukan berbagai prosedur teknis terbatas dan di bawah
pengawasan yang ketat. Mereka juga melakukan berbagai tugas persiapan dan
tugas lain-lain di bawah pengawasan umum.
c. Asisten otopsi yang melakukan prosedur teknis, tugas persiapan dan tugas
lain-lain.

d. Asisten otopsi yang membantu dalam pelatihan magang dengan menunjukkan


penggunaan instrumentasi bedah dalam otopsi, memberikan bantuan
terkoordinasi ketika dua atau lebih otopsi dilakukan secara serentak, dan
melaksanakan prosedur teknis yang sangat khusus yang membutuhkan
keterampilan dan kemampuan untuk mencegah cacat dari fitur wajah atau
leher jenazah, dan / atau untuk mencegah kerusakan pada specimen yang akan
diteliti lebih lanjut dan dibedah.
Tugas petugas kamar jenazah adalah :
Menerima laporan perawat ruangan bahwa ada pasien meninggal dari ruangan
Menanyakan dan memastikan status jenazah
Menelpon petugas garasi bila status pasien adalah Jamkesmas, guna mempersiapkan

pengantaran menggunakan mobil ambulans jenazah Jamkesmas.


Menelpon petugas garasi bahwa jenazah akan segera dipindahkan dari ruangan ke

kamar jenazah dalam waktu 15 menit ke depan


Segera menuju ruang jenazah sementara pada bangsal yang bersangkutan
Menandatangani buku ekspedisi penyerahan jenazah
Menerima kartu AB dari petugas/perawat ruangan (bangsal)
Memindahkan jenazah dari ruang jenazah sementara bangsal menuju kamar jenazah
Menawarkan pelayanan pemulasaran untuk memandikan jenazah sesuai tarif yang

berlaku
Bila keluarga menghendaki pelayanan pemulasaran, maka petugas kamar jenazah

memanggil rohaniawan/rohaniawati sesuai agama jenazah.


Keluarga dipersilakan menyelesaikan administrasi pelayanan kamar jenazah
Bagi pasien Jamkesmas, maka administrasi kamar jenazah digratiskan. Namun, bila

menghendaki pelayanan maka akan dikenakan biaya sesuai tarif yang berlaku.
Menyerahkan jenazah beserta kartu AB kepada keluarga, bila administrasi telah

diselesaikan
Membantu menaikkan jenazah ke mobil ambulan jenazah.

Tugas dan lingkup tanggung jawab petugas otopsi:

Prosedur Teknik pada tingkat ini, petugas otopsi bertugas:


- Membuat insisi primer untuk membuka rongga tubuh, mengeluarkan
tulang dada, dan bersama dengan prosektor atau petugas otopsi lain untuk
mengeluarkan isi dari dada dan perut, membuka dan mebersihkan usus.

Membuka calvaria, otak, dan glandula pituitary, mengambil sumsum

tulang dari tulang belakang dan kosta, eksisi gonad.


Memindahkan organ lain namun di bawah pengawasan prosektor.
Menutup tubuh, mengganti organ dan melakukan prosedur mumifikasi.
Tugas Persiapan- asisten otopsi biasanya diperlukan untuk melaksanakan

fungsi-fungsi berikut dalam mempersiapkan otopsi:


Menjamin bahwa semua dokumen yang diperlukan tersedia dan
mempersiapkan dokumentasi tambahan, yaitu memverifikasi otopsi dan

mencatat semua informasi yang diperlukan untuk catatan otopsi.


Memverifikasi bahwa tubuh almarhum akan diotopsi dan mebuat semua

pengaturan untuk jadwal otopsi.


Setelah memastikan otopsi, memilih instrument yang tepat, perangkat,
kontainer, dan peralatan lainnya yang digunakan selama otopsi.

Tugas Lain
-

Bertanggung jawab untuk pemeliharaan daerah otopsi tetap aseptik,


termasuk instrument, peralatan, dan pakaian, dan asepsis yang tepat dalam

penanganan spesimen.
Bertanggung jawab untuk perakitan yang tepat, memegang spesimen untuk

penelitian di laboratorium, demonstrasi lebih lanjut, atau pengolahan.


Mengirimkan instruksi dari prosektor untuk fotografer akan penempatan

dan lokasi untuk mendapatkan foto-foto spesimen.


Bertanggung jawab untuk menjaga peralatan (misalya mengasah pisau),
penyusunan dan menjaga larutan fiksatif, untuk menjaga kecukupan

pasokan, dan untuk mengisi kembali persediaan.


Bertanggung jawab untuk pengiriman otopsi dan/atau spesimen bedah ke
laboratorium lain, seperti yang diarahkan oleh prosektor, menggunakan
teknik yang tepat untuk kemasan dan memastikan keamanan dari

spesimen.
Bertanggung jawab untuk merawat pakaian dan barang-barang berharga,

merekam penerimaan.
Menjemput mayat ketika kematian tidak terjadi di rumah sakit.

II. 2. 3. Sarana
Sarana yang harus disediakan pada kamar jenazah terdiri dari: 3
1. Divisi Autopsi
Dua ruangan autopsi, yaitu:
a. Ruang Jenazah yang belum membusuk:
Ruangan otopsi: Luas 14 x 16 m = 84 m
Kamar pendingin 3,5 x 6 m = 21 m
Dapat menampung sebanyak 12 jenazah yang belum membusuk

b. Ruang jenazah yang sudah membusuk:


Ruang otopsi: Luas 6 x 6 m = 36 m
Kamar Pendingin: Luas 3,5 m x 6 m = 21 m.
2. Divisi Toksikologi
Luas 12 x 6 m = 72 m
Hanya melakukan pemeriksaan Narkoba (kualitatif)
Kalau ada pemeriksaan toksikologi lain dikirim ke Laboratorium Forensik.
3. Divisi Patologi
Luas 6 x 2,5 m = 15 m
Melakukan pemeriksaan histopatologi pada korban korban yang diotopsi atau
memeriksa histopatologi kiriman dari daerah lain.
4. Divisi Anthropologi
Luas 3,5 x 6 m = 21 m
Pemeriksaan tulang dewasa
5. Divisi Serologi/Biomolekuler
Luas 6 x 6 m = 36 m
Memeriksa golongan Darah : ABO, MN, Rhesus.
6. Divisi Odontologi
Luas 2 x 6 m = 12 m
Melakukan pemeriksaan odontogram
Di samping divisi-divisi tersebut di atas, Instalasi Forensik perlu dilengkapi
dengan:
1. Ruang Satuan Pengamanan (satpam)
2. Kamar pegawai penerima jenazah
Untuk menerima jenazah-jenazah baik dalam RS maupun luar RS.
3. Ruang persemayaman jenazah
Untuk menyemayamkan jenazah sementara sebeum dibawa pulang
4. Ruang tunggu keluarga
Ruang ini untuk keluarga yang menunggu jenaza keluarganya
5. Ruang kuliah mahasiswa
Untuk mahasiswa fakultas kedokteran
6. Ruang sekretariat
7. Untuk mengurusi surat-surat yang keluar masuk
8. Ruang Tata Usaha
Untuk menangani visum et repertum, jasa raharja (asuransi) dan lain-lainnya.
9. Ruang Arsip ( untuk menyimpan visum et repertum)
10. Ruang Rapat
11. Ruang Staf
12. Ruang Komputer
13. Ruang informasi
14. Ruang Musholla dan penyolatan jenazah
15. Garasi kereta jenazah
16. Laundry

Gambar 1. Tempat memandikan jenazah (sumber: )

II. 2. 4. Prasarana
1) Bangunan
Kriteria bangunan pada kamar jenazah terdiri dari: 3
a. Area tertutup harus betul-betul tidak dapat diakses oleh orang yang yang tidak
berkepentingan; basement dapat digunakan untuk keluar rumah sakit.
b. Jalur jenazah: berdinding keramik, berlantai yang tdak berpori, memiliki sistem
pembuangan limbah, sistem sirkulasi udara,sistem pendingin.
c. Hubungan antar jalur jenazah dengan pendingin
i.
Ruang autopsi berhubungan langsung dengan ruang ganti pakaian, dipisahkan
dengan antiseptic footbath
ii.
Melalui jalur keluar masuk jenazah, pintu dalam.
d. Hubungan antara area tertutup dengan area terbuka:
i.
Jalur masuk-keluar jenazah menggunakan pintu ganda
ii.
Jalur petugas melalui:
1. Ruang administrasi forensik berhubungan dengan ruang administrasi kamar
jenazah.
2. Kamar ganti pakaian dengan koridor( dapat melalui basement) dari ruang
pendidikan atau dari rumah sakit
e. Ruang autopsi: minimalis, dalam arti tidak ada meja periksa yang fixed,
i.

mempunyai sistem pendingin udara dan sistem aliran yang baik.


Tersedia lemari alat, lemari barang bukti, air bersih, saluran pembungan air

ii.

limbah, kulkas dengan freezer, meja periksa organ, timbangan organ, dll.
Ruang autopsi infeksius memiliki sistem penghisap udah ke bawah, lantainya

iii.

sebaiknya non porous


Ruang autopsi viewing theatre, memiliki pembatas transparan(kaca) antar meja
periksa dengan kursi penonton

f. Ruang ganti pakaian dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, terpisah laki-laki
dan perempuan
i.
Antiseptik footbath
ii.
Tempat cuci tangan dengan antiseptic
iii.
Kamar ganti
iv.
Kamar mandi dan wc
2) Peralatan
Peralatan yang harus disediakan untuk mendukung kegiatan/aktifitas pada
kamar jenazah adalah: 3
Mobile:
Brankar jenazah terbuat dari alumunium atau stailess steel, hanya sedikit memiliki
cekungan, memiliki salurann pembuangan air, dapat merangkap sebagai meja autopsi,
mudah dibersihkan(brankar roda dan brankar angkat).
Ambulans Jenazah.
Non Mobile:
1. Pada kondisi normal/sehari-hari
a. Peralatan autopsi
b. Peralatan embalming
c. Peralatan radiologi portable(bila mungkin juga fluoskopi)
d. Peralatan antropometri
e. Sistem komunikasi internal(intercom) dan eksternal(telepon,fax, email)
f. Komputer: data base, office dan fasilitas internet
g. Kantong mayat
h. Sarung tangan panjang karet
i. Apron plastik
j. Masker
k. Tutup kepala
l. Formulir surat kematian
m. Formulit victim indentifikasi missi person
n. Formulir victim identifikasi dead body
o. Label jenazah
2. Pada kondisi bencana
Pada saat terjadi bencana kemungkinan akan jatuh korban dalam jumlah
yang banyak dan tim indetifikasi dituntut untuk bekerja dilapangan/lokasi
kejadian bencana. Untuk itu maka diperlukan peralatan yang mudah dan cepat
dibawa berupa:
a. Kit identifikasi bencana massal lapangan
b. Perlengkapan laboratorium
c. Viewer (lampu baca foto)
II. 2. 6. Pembiayaan

Pada umumnya jenazah yang diterima dikamar jenazah adalah mayat tak dikenal,
terutama dari kalangan tidak mampu sehingga rumah sakit sulit untuk menarik
pembayaran yang seharusnya menjadi tanggung jawab pasien atau keluarganya.
Pembiayaan cuma-cuma bagi orang tidak mampu tidak berlaku untuk mayat. 3
Asuransi belum menjangkau pelayanan di kamar jenazah, kalaupun ada asuransi
yang memberikan dana yang telah termasuk dalam tanggungannya memerlukan waktu
untuk pencairannya/pembayarannya. Oleh karena itu, kamar jenazah sulit untuk
memenuhi biaya operasionalnya. Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan agar kamar
jenazah dapat memenuhi biaya operasionalnya terutama menghadapi persainganpersaingan yang ketat saat ini. Dengan melakukan "cross subsidi" dengan pelayanan
lainnya yang dilakukan di kamar jenazah. 3
Pembiayaan pada pelayanan kamar jenazah saat ini sepenuhnya dibebankan pada
keluarga pasien. Seperti halnya pelayanan kesehatan lainnya, sebaiknya pelayanan
kamar jenazah mendapat dukungan pembiayaan pemerintah melalui dana untuk pasien
tidak mampu untuk kasus-kasus massal dan dukungan dana dari asuransi seperti
Asuransi Kesehatan Indonesia, Asuransi Tenaga Kerja, dan lain-lain. 3
Perlu disusun peraturan-peraturan pemerintah untuk mendukung/pengembangan
pelayanan kamar jenazah agar dapat terjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sehat dan
aman (safe community). Pembiayaan kamar jenazah dapat melalui: 3
1. Pemerintah (pusat/daerah): untuk pasien-pasien tidak mampu dan kasus-kasus
bencana
2. Swasta: untuk kasus-kasus non bencana, antara lain asuransi kesehatan dan non
kesehatan.
3. Penggalangan dana masyarakat: untuk kasus non bencana dan bencana pada pasienpasien yang tidak mempunyai asuransi kesehatan dan non kesehatan.
Kegiatan-kegiatan yang dapat merupakam sumber pemasukan dalam pembiayaan
di Instalasi Forensik antara lain: 3

Pelayanan Embalming
Pelayanan Ambulans Jenazah
Mayat untuk pendidikan
Harvesting
Peti Mati
Ruang Upacara (Rumah Duka)
Jasa Packing dan Transportasi.

II. 3. STANDAR KAMAR JENAZAH DI LUAR NEGERI


a) Fungsi Kamar Jenazah
Rumah sakit berkewajiban untuk menyediakan fasilitas kamar mayat atau
pemulasaran jenazah. Setelah pasien meninggal, jenazah segera dipindahkan ke unit
pemulasaran jenazah. Adapun fungsi dari instalasi tersebut adalah:4
1. Tempat persemayan sementara, sebelum keluarga membawa jenazah untuk
dimakamkan.
2. Tempat persemayan sementara bagi jenazah yang tidak dikenal sebelum
pemakaman oleh pihak rumah sakit.
3. Tempat untuk mengenali dan mengidentifikasi jenazah oleh keluarga, polisi, dan
pihak yang bersangkutan dengan jenazah.
4. Tempat menerima jenazah yang memerlukan pemeriksaan patologi post mortem.
5. Tempat menerima jenazah yang dibawa ke rumah sakit untuk kepentingan
medikolegal post mortem sebleum dimakamkan.
6. Sarana belajar ilmu kedokteran forensik bagi mahasiswa kedokteran di rumah
sakit pendidikan.
b) Standar Kamar Jenazah
Adapun standar kamar mayat yang ada meliputi: 4
1. Bangunan
a. Lokasi kamar mayat
Kamar mayat sebaiknya terletak di samping bangunan rumah sakit yang
tidak dilalui jalur umum pengunjung rumah sakit. Selain itu, dekat dengan
laboratorium patologi pada lantai dasar, mudah dijangkau dari bangsal rumah
sakit, unit gawat darurat, dan bedah sentral. Dibutuhkan pencahayaan yang
cukup melalui jendela, sebaiknya jendela menghadap ke utara, dan mempunyai
pintu masuk dan keluar yang terpisah. 4
b. Pembagian ruangan dalam kamar mayat4
1) Resepsionis dan ruang tunggu (Receptionist and waiting area)
Ruangan ini jenazah dan dokumen diterima, diperiksa, dan diverifikasi.
Ruangan ini juga bisa digunakan keluarga dan kerabat untuk berdoa bagi
jenazah.
2) Ruangan pendingin untuk mengawetkan jenazah (cold room for body
preservation)
Ruangan ini sebaiknya cukup untuk menampung 50 jenazah, termasuk
jenazah pasien rumah sakit sebelum dibawa keluarganya maupun jenazah
yang menunggu persetujuan untuk otopsi.
3) Ruangan Post Mortem
Ruangan post mortem digunakan untuk kepentingan forensik seperti
identifikasi, visum, dan otopsi. Ruangan post mortem diharapkan memiliki

lantai yang memenuhi syarat: penyinaran cukup, terdapat fasilitas listrik,


fasilitas air, tempat pembuangan, ventilasi, tempat kerja, dan sarana
komunikasi. Pada ruangan ini, minimal terdapat 2 meja otopsi. Ruang
otopsi pada rumah sakit pendidikan sebaiknya mempunyai ruangan dengan
tempat duduk yang disusun bertingkat di sekeliling ruangan otopsi,
sehingga mahasiswa, perawat, dan dokter dapat melakukan observasi dan
melihat otopsi yang berlangsung.
4) Ruang Tambahan
Untuk mencapai hasil pemeriksaan yang baik dengan tesedianya kebutuhan
dasar alat pemeriksaan, area tambahan diperlukan di komplek kamar mayat.
Ruangan ini meliputi:
a. Kamar konsultan
Berukuran 100 m2, merupakan ruangan di mana dokter dan polisi
berkomunikasi mengenai prosedur yang sesuai dengan hukum yang
berlaku. Tempat ini juga digunakan untuk menulis laporan kematian
atau pelaporan melalui telepon atau rekaman melalui kaset selama
jalannya ototpsi. Ruangan ini juga digunakan untuk berdiskusi dengan
pegawai kesehatan lain.
b.Ruang ganti
Ruang ganti ini dibagi dua ruangan, untuk pria dan wanita. Disediakan
untuk dokter dan pegawai kesehatan lain untuk berganti pakaian
sebelum memasuki ruangan post mortem. Sebaiknya, diberikan loker
secara terpisah untuk pakaian pemeriksa dan baju pemeriksa, sepatu
dan celemek.
c. Ante room
Lobby kecil dibutuhkan untuk meletakkan pakaian yang tidak
terpakai dan sepatu sebelum dokter dan ahli kesehatan lain masuk ke
ruangan ganti pakaian.
d. Kamar kecil konsultan
Berukuran 160 m2. Dibagi antara pria dan wanita. Tiap ruangan terdiri
dari bak mandi, baskom, dan ruangan kecil untuk mandi dibutuhkan.
e. Ruangan untuk supervisor kamar mayat
f. Ruangan untuk pembersih dan pekerja kamar mayat
Berukuran 100-150 m2. Merupakan ruangan untuk pekerja yang
membantu dokter untuk berganti pakaian, celemek, dan sepatu
sebelum memasuki ruangan post-mortem. Sebaiknya, loker untuk
pakaian dan celemek, sepatu dipisahkan. Terdapat sebuah meja yang
digunakan untuk menyimpan data kedatangan dan pemindahan suatu

mayat, serta menyimpan dokumen lain. Pekerja kamar mayat bekerja


sesuai dengan tugas mereka seperti mengantarkan mayat dari bangsal
menuju ke kamar mayat.
g. Kamar kecil untuk pekerja
Berukuran 80 m2. Terdiri dari WC, wastafel, dan shower untuk mandi.
h. Trolley
Tempat yang dibutuhkan untuk menyimpan 2 buah trolley kamar
mayat.
i. Tempat penyimpanan
Dibutuhkan 3 tempat penyimpanan kecil (masing-masing berukuran

30-40 m2). Di antaranya:


Tempat penyimpanan bersih
Untuk baju otopsi, celemek, sarung tangan plastik, sepatu boot, handuk,
dan lain-lain. Tempat ini sebaiknya diletakkan di dekat ruang konsultan

dan di luar ruang post mortem.


Tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
Dibutuhkan untuk menyimpan sisa peralatan, toples spesimen yang tidak
dipakai, larutan kimia, gergaji listrik, trolley, lampu tindakan, dll.

Tempat ini sebaiknya terlihat dari ruang post mortem.


Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia
Tempat untuk mengawetkan organ dalam dan spesimen oleh larutan

kimia.
j. Ruang pencucian
Ruang ini berukuran 50-75 m2, digunakan utnuk membersihkan
peralatan dan perlengkapan serta untuk membersihkan barang-barang
tidak terpakai yang tidak dapat dihancurkan.
Sebaiknya tersedia bak cuci dengan air panas dan dingin yang
dihubungkan dengan tempat pembuangan, papan untuk membersihkan
mangkuk dan peralatan, lemari untuk membersihkan material, rak
kaca, lantai dan dinding yang mudah dibersihkan.
k. Ruang spesimen
Berukuran 120 m2. Ruang ini digunakan untuk menyimpan jaringanjaringan dari tubuh jenazah (tersimpan di dalam toples yang telah terisi
formalin) kemudian dikirimkan sebagai sampel ke bagian histologi
untuk pemeriksaan mikroskopik atau pengawetan permanen.
l. Ruang pandang
Berukuran 120 m2. Ruangan ini sebaiknya di desain seperti kapel, yang
dapat digunakan oleh keluarga jenazah. Ruang ini seharusnya tidak

banyak terisi barang-barang karena digunakan untuk lalu lintas trolley


pengangkut jenazah dan tempat meletakkan peti mati.
m. Ruang Pengangkutan Jenazah
Ruang ini seharusnya tidak bertirai, tersedia peralatan, bersih, dan
bebas kuman. Keluarga dan pengunjung tidak boleh memasuki
ruangan ini. Ruangan ini lebih kecil dari ruang pandang.
n. Ruang pengurus pemakaman
Berukuran 150 m2. Pembuatan kamar mayat terkadang membutuhkan
lobby yang digunakan sebagai ruang yang berseberangan untuk
mencegah jenazah terlihat secara langsung. Lobby ini sekaligus
menjadi ruang kerja bagi pengurus pemakaman.
o. Ruang Radiologi
Sebaiknya tersedia x-Ray portable dan alat untuk melihat hasilnya.
p. Ruang Fotografi Forensik
Ruangan ini memiliki fasilitas fotografi karena dalam dunia peradilan
fakta-fakta yang didapat dari skala berwarna fotografi dan sketsa
bergambar atau traumagram memiliki informasi dan interpretasi yang
tinggi. Dokumentasi foto juga berguna sebagai tambahan catatan
temuan yang didapat.
q. Ruang Observasi Medis
Ruang ini digunakan para staf medis melihat otopsi. Ruang ini terpisah
dari ruang post mortem, terletak di lantai atas dengan dinding terbuat
dari kaca sehingga memungkinkan untuk observasi dan diskusi.
r. Ruang Dokter
Ruang ini digunakan untuk menulis laporan yang digunakan sebagai
bahan diskusi dengan staf medis sehingga luas dan ukuran ruang ini
harus disesuaikan.
Jasa teknisi: sebaiknya terdapat pelayanan teknisi yang bertugas untuk
menjaga perawatan kamar mayat dengan mudah dan memperbaiki
kerusakan kerusakan yang didapat.
s. Lain-lain
Lantai
Lantai pada kamar mayat sebaiknya tahan air, tidak licin, mudah
dibersihkan, tahan terhadap pembersih lantai. Batas antara lantai dan

dinding sebaiknya membentuk lengkungan agar mudah dibersihkan.


Dinding
Permukaan dinding sebaiknya tahan air dan mudah dibersihkan. Tidak
mudah rusak dengan pembersih.
Langit-langit

Langit-langit kamar mayat sebaiknya dari bahan yang mudah

dibersihkan. Tingginya minimal 12 kaki.


Pintu
Pintu harus besar agar mudah dilalui troli dan peralatan kamar mayat.
Jendela
Kamar mayat harus memiliki jendela agar sinar matahari dapat

masuk. Tinggi jendela sebaiknya minimal 5 kaki dari lantai.


Koridor
Koridor kamar mayat harus luas, sehingga mudah dilewati troli,

minimal 8 kaki.
Pencahayaan
Pada kamar mayat dibutuhkan pencahayaan yang cukup. Diperlukan
lampu khusus yang cahayanya terpusat pada jenazah terutama untuk
pemeriksaan khusus seperti otopsi. Perlu diperhatikan efek silau lampu
akibat cahaya yang menyinari alat-alat yang terbuat dari stainless steel, dan

efek panas dalam ruangan akibat dari lampu.


Ventilasi
Ventilasi merupakan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengontrol
paparan dari Mycobacterium tuberculosis dan pathogen-patogen lain yang
terdapat di udara, bahan kimia, serta asap. Ventilasi juga dipakai untuk
mengatur suhu yang nyaman dan sesuai untuk pelaksanaan otopsi. Ventilasi
sebaiknya langsung berhubungan dengan ruangan luar melalui lubang atau
melalui filter, hal ini dimaksudkan supaya udara luar ruangan tidak dapat
masuk ke dalam. Aliran udara sebaiknya berasal dari pintu langit-langit
yang langsung menuju dasar pintu keluar, sehingga dapat memindahkan
kuman keluar dari area operator bekerja.
Standar minimal adalah adanya pertukaran udara per jam pada 6
ruangan post mortem. Sebaiknya tidak ada pencampuran antara udara

bersih masuk dan udara kotor yang keluar.


Fasilitas air
Kran air panas dan dingin dibutuhkan pada tempat cuci tangan,

wastafel, dan shower. Tiap meja post mortem harus dilengkapi kran air.
Sarana komunikasi
Seharusnya terdapat akses komunikasi internal dan eksternal sehingga
staf forensik dapat saling berkomunikasi dengan rumah sakit, polisi, dan

pihak terkait lain.


Air Conditioner (AC)

Seluruh komplek kamar mayat sebaiknya dilengkapi dengan AC


dengan sistem yang terpisah untuk ruang otopsi sehingga mencegah udara

yang kotor atau bau tak sedap menyebar ke seluruh ruangan.


Keamanan
Kamar mayat seharusnya dilengkapi dengan lampu emergensi,
pemadam api, dan detector suhu pada tiap ruangan. Sebaiknya juga
dilengkapi sisem alarm tanda bahaya (kebakaran).

Gambar 2. Skema kamar jenazah di luar negeri

Gambar 3. Dissecting bench

Gambar 4. Ruang pendingin Jenazah

2. Kewaspadaan Universal (Universal Precaution)


Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) adalah tindakan pengendalian
infeksi

sederhana

yang

digunakan

oleh

seluruh

petugas

kesehatan/keluarga/masyarakat dalam rangka mengurangi resiko penyebaran


infeksi. Kewaspadaan umum (universal precaution) 1987 oleh Centers Of Disease
Control (CDC) di Amerika dibentuk sebagai respon terhadap resiko penularan
HIV pada tenaga kesehatan dari pasien yang status infeksinya tidak diketahui.
Secara umum, Kewaspadaan Universal meliputi :
1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai.
2. Cuci tangan dengan sabun guna mencegah infeksi silang.
3. Pemakaian alat pelindung diri, misalnya pemakaian sarung tangan untuk
4.
5.
6.
7.

mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain.


Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang.
Pengelolaan linen.

A. Penanganan Alat-alat yang Sudah Terkontaminasi Cairan Tubuh ODHA :


1. Dekontaminasi alat-alat
Dilakukan agar alat-alat kesehatan dapat ditangani secara aman oleh petugas
pembersih alat medis. Alat kesehatan yang dimaksud adalah meja pemeriksaan,
meja operasi, alat-alat bedah, sarung tangan dan peralatan kesehatan lain yang
terkontaminasi oleh cairan tubuh ODHA setelah pelaksanaan suatu prosedur atau
tindakan medis. Alat kesehatan yang digunakan direndam dalam larutan

desinfektan yaitu chlorine 0.5% selama 10 30 menit. Dekontaminasi peralatan


yang tidak bisa direndam misalnya permukaan meja, dapat dilakukan dengan
menggunakan lap yang dibasahi desinfektan.
2. Pencucian dan Pembilasan
Pencucian alat-alat kesehatan adalah proses secara fisik untuk menghilangkan
darah, cairan tubuh atau benda-benda asing (debu atau kotoran). Setelah dicuci
dengan deterjen, alat kesehatan dibilas dengan air bersih.
3. Sterilisasi
Macam-macam sterilisasi yang biasa dilakukan :
a. Sterilisasi fisik
Pemanasan basah, untuk koagulasi dan denaturasi protein. Dilakukan pada
suhu 121 derajat Celcius selama 20-30 menit.
Pemanasan kering, yaitu melalui oven, pembakar, sinar infra merah.
Digunakan untuk membunuh spora. Pemanasan dilakukan pada suhu 150- 170
derajat Celcius selama 30 menit.
Radiasi sinar gamma. Biaya sangat mahal dan hanya digunakan pada industri
besar misalnya jarum suntik, spuit disposable dan alat infus.
b. Sterilisasi kimiawi
Glutaraldehyde 2% untuk merendam alat kesehatan 8-10 jam dan
formaldehyde 8%. Kedua zat ini tidak dianjurkan karena dapat mengiritasi
kulit, mata dan saluran nafas.
Gas etiline oxide, merupakan gas beracun. Digunakan untuk alat yang tidak
tahan panas (contoh : karet, plastik, kabel, dll)
4. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Merebus dalam air mendidih selama 20 menit.
Rendam dalam desinfektan kimiawi.

B. Prosedur Kewaspadaan Universal Perawatan Jenazah :


a. Memandikan Jenazah
1. Periksa ada atau tidaknya luka terbuka pada tangan atau kaki petugas yang akan
memandikan jenazah. Jika didapatkan luka terbuka atau borok pada tangan atau
kaki, petugas tidak boleh memandikan jenazah.
2. Kenakan pakaian pelindung.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kenakan sepatu boot dari karet.


Kenakan celemek plastik.
Kenakan masker pelindung mulut dan hidung.
Kenakan kacamata pelindung.
Kenakan sarung tangan karet.
Setelah jenazah selesai dimandikan, siram meja tempat memandikan jenazah

dengan larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan air mengalir.


9. Rendam tangan yang masih mengenakan sarung tangan karet dalam larutan klorin
0,5%, lalu bilas dengan sabun dan air mengalir.
10. Lepaskan kacamata pelindung, lalu rendam dalam larutan klorin 0,5%.
11. Lepaskan masker pelindung, buang ke tempat sampah medis.
12. Lepaskan celemek plastik, buang ke tempat sampah medis.
13. Lepaskan gaun pelindung, rendam pada larutan klorin 0,5%.
14. Celupkan bagian luar sepatu pada lautan klorin 0,5%, bilas dengan air bersih lalu
lepaskan sepatu dan letakkan di tempat semula.
15. Terakhir lepaskan sarung tangan plastik, buang ke tempat sampah medis.
Cara Memandikan Jenazah HIV/AIDS
Petugas wajib mengenakan universal precaution (UP) yang meliputi
standar perlengkapan kesehatan (masker, penutup kepala, gogle

(penutup hidung), sarung tangan, pakaian steril, dan sepatu bot)


Pastikan air bekas memandikan jenazah langsung mengalir ke got atau

saluran pembuangan, jangan sampai tergenang.


Setelah itu, sesegera mungkin jenazah dikafani dan dimakamkan.

Penatalaksanaan Jenazah Kasus Flu Burung/SARS (Sindrome Acute


Respiratory System)
Seluruh petugas telah mempersiapkan universal precaution.
Tutup semua lubang pada tubuh jenazah dengan kapas yang telah

dibasahi dengan Natrium hipoklorida 1:10.


Jenazah ditutup dengan kain kafan atau bahan dari plastic (tidak dapat

tembus air).
Jenazah tidak boleh dibalsam atau disuntik pengawet.
Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
Jenazah sebaiknya hanya diantar atau diangkut oleh mobil khusus

jenazah.
Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam di dalam kamar pemulasaran
jenazah.

Penatalaksanaan Jenazah Kasus Rabies


Tutup semua lubang dengan plaster kedap air dan sumbat semua lubang
tubuh jenazah dengan kapas yang dibasahi dengan Natrium hipoklorida

1:10.
Segera memasukkan jenazah ke dalam kantong mayat yang kedap air,

lalu ditutup resletingnya dan dibawa ke kamar jenazah.


Petugas kamar jenazah dalam melaksanakan tugas wajib memakai

pelindung diri sesuai dengan protocol standar precaution.


Jenazah dimandikan dengan menggunakan sabun dan larutan Natrium

hipoklorida (bahan pengelantang), atau pemutih (bayclin) 1:10.


Barang-barang yang terkontaminasi cairan tubuh jenazah misalnya
jarum suntik, mata pisau (tanpa perlu disarungkan kembali), dibuang ke

dalam wadah dari kaleng.


Sedangkan benda-benda lain seperti (kain, sprei, sarung bantal, dan
lain-lain) dilakukan autoklaf pada suhu 121 derajat celcius selama 30

menit.
Peralatan bedah yang bukan sekali pakai dapat diautoklaf atau
direndam dalam larutan Natrium hipoklorida 1:10, betadine atau
alkohol 70% selama sekurang-kurangnya 30 menit.

Penatalaksanaan Jenazah Kasus Tuberculosis (TBC)


Penularan TBC melalui saluran pernapasan dengan menghisap atau
menelan tetes-tetes ludah atau dahak (droplet infection) yang mengandung
hasil dan dibatukkan oleh penderita TBC Terbuka, atau adanya kontak
antara tetes-tetes ludah/dahak tersebut dan luka di kulit.
Oleh karena penyakit TBC merupakan penyakit menular, tentunya
penatalaksanaan perawatan jenazah penderita TBC juga haruslah mengikuti
standar precaution yang ditetapkan.
Penatalaksanaan Jenazah Kasus Anthrax (Woolsorter Disease, Ragpicker
Disease)
Cara penularan:
Melalui kontak dengan jaringan binatang (sapi, biri-biri, kambing,

kuda, babi, dan lain-lain) yang mati karena sakit.


Melalui lalat yang hinggap pada binatang-binatang yang mati karena

anthrax.
Karena kontak dengan bulu, wol, kulit atau produk yang dibuat dari
binatang-binatang seperti kendang, sikat atau karpet yang sudah
terkontaminasi.

Karena kontak dengan tanah yang terkontaminasi dengan hewan

tersebut.
Penyebab kematian tiba-tiba pada penyakit ini disebabkan oleh penyumbatan
pembuluh darah kapiler oleh toksin kuman, hipoksia jaringan, anemia, dan
kerusakan organ vital tubuh.

C. Perawatan Jenazah di Ruang Perawatan dan Pemindahan Jenazah ke Kamar Jenazah

Persiapan:
1. Sarung tangan latex
2. Gaun pelindung
3. Kain bersih penutup jenazah
4. Klem dan gunting
5. Plester kedap air
6. Kapas, kasa absorben dan pembalut
7. Kantong jenazah kedap air
8. Wadah bahan infeksius
9. Wadah barang berharga
10. Brankart jenazah
Prosedur yang Harus Dilakukan Petugas/orang yang menangani jenazah :
1. Cuci tangan.
2. Memakai sarung tangan, gaun, masker.
3. Lepas selang infus dll, buang pada wadah infeksius.
4. Bekas luka diplester kedap air.
5. Lepaskan pakaian dan tampung pada wadah khusus lekatkan kasa pembalut pada
perineum (bagian antara lubang dubur dan alat kelamin) dengan plester kedap air
Letakkan jenazah pada posisi terlentang.
6. Letakkan handuk kecil di belakang kepala.
7. Tutup kelopak mata dengan kapas lembab, tutup telinga dan mulut dengan
kapas/kasa.
8. Bersihkan jenazah.
9. Tutup jenazah dengan kain bersih disaksikan keluarga.
10. Pasang label sesuai kategori di pergelangan kaki/ibu jari kaki.
11. Beritahu petugas kamar mayat, bahwa pasien meninggal adalah penderita penyakit
menular.
12. Masukkan jenazah ke dalam kantong jenazah.
13. Tempatkan jenazah ke dalam brankart tertutup dan dibawa ke kamar mayat.
14. Cuci tangan dan lepas gaun untuk direndam pada tempatnya, buang bahan yang
sekali pakai pada tempat khusus.
Persiapan Perawatan/ Perawatan Jenazah di Kamar Jenazah :
1. Alat pelindung petugas: sarung tangan karet sampai siku, sepatu boot dari karet,
gaun, celemek plastik dan masker.
2. Tempat memandikan jenazah.
3. Washlap, handuk, waskom berisi air, desinfektan (larutan klorin 0,5%) dan sabun.

4. Plester kedap air, kapas pembalut, sisir, pewangi.


5. Kantong jenazah/plastik.
6. Brankart jenazah.
7. Kacamata pelindung.
Prosedur Perawatan/Perawatan di Kamar Jenazah:
1. Siapkan larutan Klorin 0,5%.
2. Kenakan pakaian yang memenuhi standar kewaspadaan universal.
3. Pindahkan jenazah ke meja tempat memandikan jenazah, tidak diperbolehkan
memandikan jenazah dengan dipangku.
4. Lepaskan semua baju yang dikenakan jenazah.
5. Siram seluruh tubuh jenazah dengan larutan klorin 0,5% secara merata ke seluruh
tubuh mulai dari sela-sela rambut, lubang telinga, lubang hidung, mulut, tubuh
dan kaki; kemudian tunggu hingga 10 menit.
6. Mandikan jenazah dengan sabun dan air mengalir.
7. Bilas jenazah dengan air mengalir.
8. Keringkan jenazah dengan handuk.
9. Sumbat semua lubang tubuh jenazah yang mengeluarkan cairan dengan kapas.
10. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau pembungkus lain sesuai dengan
agama/kepercayaannya.
11. Selesai ritual keagamaan, jenazah dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan
ketebalan tertentu.
12. Pindahkan jenazah langsung ke peti jenazah disaksikan pihak keluarga, kemudian
peti ditutup kembali (peti jenazah disesuaikan dengan kemampuan dan adat
istiadat masyarakat atau agama yang dianut).
13. Jenazah diangkut ke dalam mobil jenazah untuk diantarkan ke rumah duka.
14. Siram meja tempat memandikan jenazah dengan larutan klorin 0,5% dan bilas
dengan air mengalir.
15. Lepaskan perlengkapan kewaspadaan universal (sesuai protap pemakaian
kewaspadaan universal).
Persiapan untuk Jenazah yang Dibawa Pulang :
1. Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
2. Pakaian/alat tenun kotor disingkirkan.
3. Alat-alat kesehatan dilepas.
4. Tempat kedua tangan di atas abdomen, ikat pergelangannya (tergantung
kepercayaan).
5. Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
6. Kelopak mata ditutup jika tidak dapat ditutupi dengan kapas basah.
7. Rahang/mulut dikatupkan ikat atau letakkan gulungan handuk di bawah dagu.
8. Letakkan alas/pada di bawah bokong.
9. Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup dengan kain tipis.
10. Semua milik pasien dicatat dan diberikan kepada keluarga.
11. Beri kartu/tanda pengenal.
12. Bungkus dengan kain panjang.
Untuk Jenazah yang Diotopsi
1. Alat-alat kesehatan jangan dilepas dahulu, ikuti prosedur yang berlaku di RS.

2. Beri label juga pada alat-alat proses yang digunakan.


3. Jenazah ditempatkan pada lemari pendingin.

II. 4. ASPEK MEDIKOLEGAL STANDARDISASI KAMAR JENAZAH


Kamar jenazah menjadi salah satu fasilitas pelayanan yang harus ada di sebuah
rumah sakit. Fasilitas kamar jenazah berfungsi untuk menyimpan jenazah pasien yang
meninggal pasca rawat inap, pelayanan kedokteran forensik, sosial kemanusiaan
(misalnya rumah duka), dan bencana (misalnya korban meninggal massal). Untuk dapat
menjalankan fungsinya tersebut, maka fasilitas kamar jenazah di suatu rumah sakit
harus memiliki standar pelayananan tertentu agar dapat memberikan pelayanan kamar
jenazah yang terbaik. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang yang mengatur
tentang segala hal yang terkait dengan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, dalam
hal ini khususnya terkait standardisasi suatu kamar jenazah.
Di dalam UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Bagian Ketiga tentang
Bangunan Rumah Sakit, Pasal 10 ayat (2) menjelaskan tentang bangunan rumah sakit
paling sedikit terdiri atas ruangan-ruangan yang salah satunya adalah kamar jenazah.
Dari pasal tersebut telah jelas bahwa fasilitas kamar jenazah harus termasuk ke dalam
pelayanan suatu rumah sakit.
Selain itu, terdapat pula UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang
menjelaskan tentang sumber daya di bidang kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan,
identifikasi mayat tidak dikenal, kepentingan ilmu kedokteran untuk bedah mayat, dan
kompetensi tenaga profesi kesehatan, di mana beberapa hal tersebut terkait pula dengan
fasilitas pelayanan kamar jenazah.
UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat (2) menjelaskan bahwa
sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan
teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pasal 1 ayat (7) menjelaskan
bahwa fasilitas kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat. Pasal 120 ayat (1) menjelaskan bahwa untuk kepentingan pendidikan di
bidang ilmu kedokteran dan biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah
sakit pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran. Pasal 118 ayat (1) menjelaskan

bahwa mayat yang tidak dikenal harus dilakukan upaya identifikasi. Pasal 118 ayat (2)
menjelaskan bahwa Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab
atas upaya identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 34 ayat (1)
menjelaskan bahwa setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan perseorangan yang
dibutuhkan. Pasal 34 ayat (2) menjelaskan bahwa penyelenggara fasilitas pelayanan
kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi
dan izin melakukan pekerjaan profesi.

BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
III. 2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
2. Sadat AR. Pelatihan pemulasaran jenazah. 2009
3. Purwadianto A, Hamurwono GB, Setyowati LRB, Rosita R, Suseno U, Kandouw YM,
dkk. Standar Kamar Jenazah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2004.h. 25-40.
4. Scottisth health planning note 20/ Facilities for motuary and post mortem room
services. ; January 2002.p. 9-51.
5.

Anda mungkin juga menyukai