Anda di halaman 1dari 44

Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengawasan Sarana Pengolahan Air Limbah


Rumah Tangga di Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten
Karawang Periode September 2015 sampai dengan Agustus 2016

Oleh :

Novella Iona Tiffany

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Oktober 2016
Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengawasan Sarana Pengolahan Air Limbah


Rumah Tanggadi Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten
Karawang Periode September 2015 sampai dengan Agustus 2016

Oleh :

Novella Iona Tiffany

(11.2014.158)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Oktober 2016
Evaluasi Program Pengawasan Sarana Pengolahan Air Limbah
Rumah Tangga di Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten
Karawang Periode September 2015 sampai dengan Agustus 2016

Lembar Persetujuan
Disetujui, Oktober 2016

Pembimbing :

(dr.Diana L. Tumilisar)

Penguji I Penguji II

(dr. Julianti Sutanto, M.Kes) (Prof.Dr.dr. A. Aris Susanto,MS, Sp.Ok)

1
Evaluasi Program Pengawasan Sarana Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di
Puskesmas Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang Periode September 2015
sampai dengan Agustus 2016

Novella Iona Tiffany

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

novellaionat@yahoo.com

Derajat kesehatan dipengaruhi empat faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan


kesehatan, dan keturunan, dimana lingkungan memiliki pengaruh yang paling besar. Hal
ini mendorong pemerintah mencanangkan program wajib kesehatan lingkungan, salah
satunya cakupan pengawasan sarana pengolahan air limbah rumah tangga. Air limbah
domestik dapat mengganggu lingkungan dan kesehatan masyarakat terutama sebagai
sarana penyebaran penyakit berbasis air sehingga setiap rumah hendaknya mempunyai
sarana pengolahan air limbah rumah tangga yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Indonesia menduduki peringkat ketiga terburuk di Asia Tenggara dalam penanganan
pengolahan limbah cair rumah tangga. Menurut WHO/UNICEF, 60% penduduk pedesaan
di Indonesia kekurangan akses sanitasi termasuk SPAL Rumah Tangga. Data Riskesdas
tahun 2013 menunjukan pada umumnya penduduk Indonesia membuang air limbah
rumah tangga langsung ke got 46,7% dan pada provinsi Jawa Barat sebanyak 60,3%,
serta pada Kabupaten Karawang sebanyak 47,5%. Salah satu program kesehatan
lingkungan di Puskesmas Batujaya adalah program pengawasan sarana pengolahan air
limbah rumah tangga yang belum diketahui tingkat keberhasilannya pada periode
September 2015 sampai Agustus 2016. Materi yang dievaluasi berupa catatan bulanan
data dasar penyehatan lingkungan dengan membandingkan cakupan terhadap tolak ukur
menggunakan pendekatan sistem. Dari hasil evaluasi didapatkan masalah dari keluaran
yaitu Cakupan Pengawasan SPAL Rumah Tangga 58,63 dari target 80% dan cakupan
SPAL Rumah Tangga yang Memenuhi Syarat 47,8 % dari target 80%. Penyebabnya
diantaranya adalah belum ada kader di bidang kesehatan lingkungan, sarana prasarana
penyuluhan yang belum lengkap, belum ada perencanaan secara tertulis, kerjasama lintas
program dan sektor belum optimal dan belum dilakukan penyuluhan. Penyelesaian
masalah:melakukan pembinaan kader, mempersiapkan sarana prasarana
penyuluhan,melakukan perencanaan secara tertulis, melakukan kerjasama lintas program
dan sektor dan melakukan penyuluhan secara berkala.

Kata kunci : Evaluasi program, kesehatan lingkungan, SPAL rumah tangga, Puskesmas
Batujaya.

Kata kunci : Evaluasi Program, SPAL Rumah Tangga, Puskesmas Batujaya

2
Daftar Isi

Lembar Pengesahan . 1
Abstrak.. 2
Daftar Isi....3
Bab I. Pendahuluan.......5
1.1. Latar Belakang...5
1.2. Permasalahan.7
1.3. Tujuan....8
1.3.1 Tujuan Umum....8
1.3.2 Tujuan Khusus...8
1.4. Manfaat Penelitian.9
1.4.1 Manfaat Bagi Evaluator9
1.4.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi9
1.4.3 Manfaat Bagi Puskesmas..10
1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat.10
1.5 Sasaran..10
Bab II. Materi dan Metode...11
2.1 Materi..11
2.2 Metode....11
Bab III. Kerangka Teori...12
3.1 Kerangka Teoritis...12
3.2 Tolak Ukur.....13
Bab IV. Penyajian Data...14
4.1 Sumber Data..14
4.2 Data Umum...14
4.2.1 Data Geografi...14
4.2.2 Demografi.15
4.2.3 Fasilitas Kesehatan..15
4.3 Data Khusus..16
4.3.1 Masukan...16
4.3.2 Proses...18

3
4.3.2.1 Perencanaan18
4.3.2.2 Pengorganisasian....18
4.3.2.3 Pelaksanaan....19
4.3.2.4 Pengawasan....19
4.3.3 Keluaran.....20
4.3.4 Umpan Balik..22
4.3.5 Dampak..23
BabV. Pembahasan...24
Bab VI. Perumusan Masalah....29
6.1 Masalah yang sebenarnya (Keluaran)....29
6.2 Masalah dari unsur lain (Penyebab)...29
Bab VII. Penyelesaian Masalah....32
7.1 Masalah 1.32
7.2 Masalah 2.....34
BabVIII. Kesimpulan dan Saran...37
8.1 Kesimpulan..37
8.2 Saran37
Daftar Pustaka...39
Lampiran.......................................................................................................41

4
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat.1
Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku 30%, lingkungan
45%, pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%. Status kesehatan akan
tercapai secara optimal bila keempat faktor tersebut mempunyai kondisi yang
optimal pula. 2,3
Lingkungan menjadi salah satu faktor determinan terbesar yang
mempengaruhi kesehatan. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah:
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan lain sebagainya. 1,4,5
Berdasarkan Kantor Kementerian dan Lingkungan Hidup, 60% pencemar
badan air di daerah perkotaan adalah air limbah domestik.Air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman,
rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama, seperti air
bekas memasak, mandi, cuci, dan kakus. Air limbah domestik mengandung
bahan organik tinggi dan bakteri berbahaya bagi kehidupan. Apabila air
limbah domestik yang tidak diolah meresap ke dalam tanah atau masuk ke
dalam sungai maka unsur tersebut akan mencemari air tanah dan
mengakibatkan menurunnya kualitas air di badan air penerima seperti sungai
serta dapat mengganggu kesehatan penduduk yang memanfaatkan air limbah.
Hal ini kemudian dapat berdampak terhadap penurunan derajat kesehatan
masyarakat dan peningkatan angka kematian akibat penyakit infeksi.6
Waterborne disease adalah kuman patogen yang terminum oleh manusia,
seperti kolera dan diare. Menurut WHO, kematian yang disebabkan
waterborne disease mencapai 3.400.000 jiwa/tahun, dari semua kematian

5
yang berakar pada buruknya kualitas air dan sanitasi dimana diare merupakan
penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun.7
Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan dansangat berhubungan
dengan sanitasi lingkungan yang yang buruk terutama dalam hal pengelolaan
air limbah. Diare juga termasuk dalam daftar 10 besar penyakit hampir
diseluruh Puskesmas di Indonesia.4,5 Jumlah kasus diare yang didapatkan dari
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2014 sebesar 48969 kasus.8
Sarana Pengolahan Air Limbah (SPAL) Rumah Tangga merupakan sarana
untuk pembuangan air limbah rumah tangga.3 Setiap perumahan hendaknya
mempunyai sarana pengolahan air limbah (SPAL) Rumah Tangga yang
memenuhi persyaratan kesehatan sehingga penghuninya dapat hidup dengan
nyaman bebas dari tempat perindukan vektor.9
Berdasarkan data dari WHO/ UNICEF dalam Joint Monitoring Programme
for Water Supply and Sanitation (JMP) tahun 2015 selama periode MDGs
diperkirakan terjadi peningkatan perbaikan sanitasi dari 54% menjadi 68%
secara global. Target global MDGs adalah 77% yang berarti pencapaian masih
kurang 9% (700 juta orang). Pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 2,4 milyar
orang di dunia masih menggunakan sarana sanitasi yang buruk. Sebesar 40%
terdapat di Asia Selatan. Saat ini dihadapi orang-orang yang menggunakan
fasilitas sanitasi yang buruk di Sahara Afrika dua kali lebih banyak di banding
dengan Asia Timur. Sedangkan Asia Tenggara sendiri menempati urutan ke
empat sebagai Negara yang mengunakan sanitasi yang buruk di dunia. 10
Pada tahun 2006 Indonesia menduduki peringkat ketiga terburuk di Asia
Tenggara dalam penanganan SPAL rumah tangga.WHO/UNICEF mengatakan
bahwa 60% penduduk pedesaan di Indonesia kekurangan akses sanitasi
termasuk SPAL Rumah Tangga sehingga limbah cair rumah tangga langsung
dibuang ke tanah dan sungai.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 oleh
Kementrian Kesehatan RI menunjukan bahwa 46,7% penduduk Indonesia
langsung membuang air limbah rumah tangga (limbah cair dari kamar mandi,
tempat cuci, maupun dapur) langsung ke got, 17,2% tanpa penampungan,
15,5% menggunakan penampungan tertutup di pekarangan dilengkapi dengan

6
SPAL Rumah Tangga, 13,2% menggunakan penampungan terbuka di
pekarangan, dan 7,4% menggunakan penampungan di luar pekarangan.11
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada Kabupaten Karawang
didapatkan rincian bahwa sebanyak 6,38% rumah tangga membuang langsung
limbah cairnya di tanah atau tanpa penampungan, sebanyak 10,7% rumah
tangga membuang limbah cairnya pada penampungan di luar pekarangan, dan
hanya 14,8% rumah tangga yang memiliki SPAL, sisanya sebanyak 20,7%
rumah tangga membuang limbah cairnya pada penampungan terbuka di
lapangan dan yang terbanyak membuang langsung limbah cair rumah tangga
ke got/sungai yaitu sebanyak 47,5%.12
Berdasarkan hal target pengawasan program SPAL, maka dilakukan
evaluasi program yang sudah dijalankan, mengetahui tingkat pencapaian
program pengawasan SPAL Rumah Tangga, dan menindak lanjuti upaya
perbaikan lingkungan berkaitan SPAL Rumah Tangga di Puskesmas Batujaya
periode September 2015 sampai dengan Agustus 2016.13

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah, yakni :
1.2.1. Berdasarkan data Kementrian dan Lingkungan Hidup, 60% sumber
pencemaran air di daerah perkotaan berasal dari limbah cair domestik.
1.2.2. Kematian yang disebabkan oleh karena waterborne disease mencapai
3.400.000 jiwa/tahun, dan diare merupakan penyebab kematian terbesar
yaitu 1.400.000 jiwa/tahun.
1.2.3. Menurut WHO/UNICEF tahun 2015, pencapaian perbaikan sanitasi
sebesar 68%, berarti masih kurang 9% dari target global MDGs yaitu
sebesar 77%.
1.2.4. Di Indonesia terdapat 60% penduduk pedesaan kekurangan akses
sanitasi termasuk SPAL Rumah Tangga sehingga limbah cair rumah
tangga langsung dibuang ke tanah dan sungai.
1.2.5. Pada umumnya rumah tangga di Indonesia membuang limbah cairnya
langsung ke got (46,7%) dan tanpa penampungan (17,2%). Hanya

7
sekitar 15,5% yang menggunakan penampungan tertutup di
pekarangan dengan dilengkapi sarana pengelolaan air limbah (SPAL),
13,2% menggunakan penampungan terbuka di pekarangan, dan 7,4%
penampungannya di luar pekarangan.
1.2.6. Di Kabupaten Karawang 6,38% rumah tangga membuang langsung
limbah cairnya di tanah atau tanpa penampungan, hanya 14,8% rumah
tangga yang memiliki SPAL dan yang terbanyak membuang langsung
limbah cair rumah tangga ke got/sungai yaitu sebanyak 47,5%.
1.2.7. Belum diketahui tingkat keberhasilan cakupan program pengawasan
SPAL Rumah Tangga di Puskesmas Batujaya, periode September
2015 sampai dengan Agustus 2016.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pada pelaksanaan program
pengawasan SPAL rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Batujaya pada periode September 2015 sampai dengan Agustus 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1.3.2.1 Diketahuinya jumlah SPAL Rumah Tangga di wilayah kerja
Puskesmas Batujaya pada periode September 2015 hingga
Agustus 2016.
1.3.2.2 Diketahuinya penyuluhan tentang sarana SPAL dan program
pengawasan SPAL diwilayah kerja Puskesmas Batujaya pada
periode September 2015 hingga Agustus 2016.
1.3.2.3 Diketahuinya cakupan pengawasan SPAL Rumah Tangga di
wilayah kerja Puskesmas Batujaya pada periode September 2015
hingga Agustus 2016.
1.3.2.4 Diketahuinya cakupan SPAL Rumah Tangga yang memenuhi
syarat di wilayah kerja Puskesmas Batujaya pada periode
September 2015 hingga Agustus 2016.

8
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator:

- Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program upaya


kesehatan lingkungan terutama program SPAL Rumah Tangga.
- Mengetahui kendala yang akan dihadapi dalam mengambil langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
- Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
- Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.
- Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi:

- Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.


- Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.
- Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sebagai
universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi:

- Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam upaya kesehatan


lingkungan terutama program SPAL Rumah Tangga diruang lingkup kerja
Puskesmas Kecamatan Batujaya.
- Dapat meningkatkan motivasi pemegang program agar pelaksanaan
program dapat berjalan baik.
- Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan
balik agar keberhasilan program pada masa mendatang dapat tercapai
secara optimal.

9
1.4.4 Bagi Masyarakat:

- Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Kecamatan Batujaya.
- Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan
prevalensi berbagai penyakit masyarakat yang berhubungan kesehatan
lingkungan dan rumah.
- Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi
contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
- Masyarakat dapat menghuni rumah yang layak dihuni untuk jangka masa
panjang.

1.5 Sasaran

Seluruh rumah di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya,


Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode September 2015 sampai
dengan Agustus 2016.

10
Bab II

Materi dan Metode

2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program Pengawasan SPAL Rumah Tangga
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat, periode September 2015 sampai dengan Agustus 2016, diambil dari
catatan hasil kegiatan bulanan penyehatan lingkungan yang terdiri dari :

1. Pendataan jumlah SPAL Rumah Tangga yang ada


2. Pemetaan SPAL Rumah Tangga
3. Analisa Gap SPAL Rumah Tangga
4. Penyuluhan SPAL Rumah Tangga
5. Program pengawasan/inspeksi SPAL Rumah Tangga
6. Jumlah SPAL Rumah Tangga diperiksa yang memenuhi syarat
kesehatan
7. Pencatatan dan pelaporan

2.2 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, dan intepretasi data program Pengawasan
SPAL Rumah Tangga di Puskesmas Kecamatan Batujaya periode
September 2015 hingga Agustus 2016. Data dibandingkan dengan tolok
ukur yang telah ditentukan dengan menggunakan pendekatan sistem
sehingga ditemukan masalah pada program Pengawasan SPAL Rumah
Tangga. Usulan dan saran diberikan berdasarkan penyebab dari masing-
masing unsur keluaran sebagai pemecahan masalah dengan menggunakan
pendekatan sistem.

11
Bab III

Kerangka Teoritis

3.1 Kerangka Teoritis

Bagan 1.Skematik Pendekatan Sistem dengan Elemen-Elemen Saling


Berhubungan

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling


dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu
kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri
dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam
sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan SPAL Rumah
Tangga.

12
4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik.
5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem
tersebut, berupa rapat bulanan.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu
sistem dari kegiatan SPAL Rumah Tangga.

3.2 Tolok Ukur


Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan
dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel
sistem, yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik
pada program sarana pengolahan air limbah. Digunakan sebagai pembanding
atau target yang harus dicapai dalam program sarana pengolahan air limbah..
Berdasarkan Pedoman Teknis Pengolahan Limbah Cair Rumah
Tangga oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2007, dikatakan bahwa setiap
perumahan hendaknya mempunyai sarana pembuangan air limbah yang
memenuhi persyaratan kesehatan sehingga penghuninya dapat hidup dengan
nyaman bebas dari tempat perindukan vektor.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008 yang
diperbarui dalam Permenkes RI No.3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu indikator sanitasi total adalah setiap
rumah tangga mengelola limbah cairnya dengan benar sehingga outcome yang
diharapkan adalah menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Tolok ukur
untuk variabel-variabel pada program SPAL Rumah Tangga dirujuk pada
lampiran I.

13
Bab IV
Penyajian Data

4.1. Sumber Data


Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari :
1. Catatan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas
Kecamatan Batujaya Periode September 2015 sampai Agustus 2016.
2. Catatan Bulanan Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas
Kecamatan Batujaya Periode September 2015 sampai Agustus 2016.
3. Laporan tahunan Profil Puskesmas Kecamatan Batujaya Kabupaten
Karawang tahun 2015.
4. Data demografi Puskesmas Kecamatan Batujaya Tahun 2015.
5. Data geografi Puskesmas Kecamatan Batujaya tahun 2015.

4.2. Data Umum


4.2.1. Data Geografis
UPTD Puskesmas Batujaya terletak di desa Batujaya Kecamatan
Batujaya, yang merupakan Puskesmas induk dengan luas wilayah
8138,139 Ha. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya terdiri dari 10
desa, 45 Dusun, 45 RW dan 135 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari
Puskesmas Batujaya (Lampiran II).

UPTD Puskesmas Batujaya memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tirtajaya


b. Sebelah selatan : wilayah kerja Kabupaten Bekasi
c. Sebelahtimur : wilayah kerja Puskesmas Medangasem
d. Sebelah Barat : wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pakis Jaya

UPTD Puskesmas Batujaya berjarak + 1 km dari kantor kecamatan


Batujaya dan + 46 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dalam
waktu tempuh + 100 menit menggunakan roda empat. Dengan Kondisi
jalan di Kecamatan Batujaya sudah cukup baik dimana jalan sudah di aspal
atau di beton.

14
4.2.2. Data Demografi
Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Batujaya sampai Desember tahun 2015 sebesar 89.582 dimana
laki-laki sebanyak 44.349 jiwa dan perempuan sebanyak 45.233 jiwa.
Jumlah rumah 29.856 dan jumlah kepala keluarga 34.535 sampai
Desember tahun 2015. Data umum selengkapnya terdapat pada lampiran
(Lampiran III).

4.2.2.1. Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Batujaya terbanyak adalah
sekolah menengah pertama, berjumlah12.381 orang (32,41%). Data umum
selengkapnya terdapat pada lampiran (Lampiran III).

4.2.2.2. Mata Pencarian


Mata pencarian terbanyak di Kecamatan Batujaya adalah petani yakni
berjumlah 27.577 orang (40.18%). Data umum selengkapnya terdapat pada
lampiran (Lampiran III).

4.2.2.3.Jumlah Kepala Keluarga Miskin


Jumlah kepala keluarga miskin di Kecamatan Batujaya berjumlah 17020
orang(56,4%). Data umum selengkapnya terdapat pada lampiran
(Lampiran III).

4.2.2.4.Kepercayaan Agama
Mayoritas penduduk di Kecamatan Batujaya menganut agama Islam
99,9% sedangkan pemeluk agama lain sebesar 0,1%.

4.2.3. Data Fasilitas Kesehatan

Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja UPTD


Puskesmas Batujaya antara lain:
1. Puskesmas perawatan :1
2. Puskesmas pembantu :2

15
3. Polindes :7
4. BP pratama :4
5. BP madya/klinik 24 jam :8
6. Posyandu : 52
7. Praktek Bidan : 17
8. Dokter Umum : 3 orang
9. Dokter Gigi : 1 orang
10. Petugas Gizi : 1 Orang
11. Petugas Laboratorium : 1 Orang
12. Petugas Farmasi : 1 Orang

4.3. Data Khusus


4.3.1. Masukan
4.3.1.1. Tenaga
Kepala Puskesmas : 1 orang (sebagai penanggung jawab).
Petugas Kesehatan Lingkungan : 1 orang (sebagai koordinator program
dan pelaksana program).
4.3.1.2.Dana
Dana APBD tingkat II : tersedia
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) : tersedia
4.3.1.3.Sarana
1. Sarana Medis : Tidak dibutuhkan
2. Sarana non medis
Infocus : Ada
Layar : Ada
Leaflet : Tidak Ada
Lembar balik : Tidak Ada
Poster : Tidak Ada
Formulir inspeksi SPAL Rumah Tangga : Ada
Buku pedoman kesehatan lingkungan : Ada
Alat tulis : Ada
Sarana transportasi : Ada

16
4.3.1.4.Metode (method)

Pendataan dilakukan setiap tahun berupa jumlah SPAL Rumah Tangga


yang ada, jumlah SPAL Rumah Tangga yang diperiksa, dan jumlah
SPAL yang memenuhi syarat diambil dari data dasar pengawasan
SPAL Rumah Tangga di wilayah kerja Puskesmas Batujaya setiap awal
bulan Januari.
Pemetaan SPAL Rumah Tangga yang dilakukan satu kali dalam
setahun. Data yang dipetakan berupa jumlah SPAL Rumah Tangga
yang ada, jumlah SPAL Rumah Tangga yang diperiksa,dan jumlah
SPAL Rumah Tangga yang memenuhi syarat.
Melakukan analisis gap SPAL Rumah Tangga.
Mengadakan penyuluhan minimal 2 kali dalam 1 bulan secara berkala,
di dalam ataupun luar gedung, bekerja sama dengan lintas program
maupun lintas sektor.
Pengawasan/inspeksi SPAL Rumah Tangga.
Inspeksi dilakukan secara berkala 2 kali dalam 1 minggu oleh
petugas kesehatan lingkungan puskesmas kecamatan
Batujaya.Inspeksi tersebut melakukan penilaian dengan
menggunakan formulir inspeksi SPAL Rumah Tangga yang
dirujuk pada lampiran V.
SPAL Rumah Tangga yang memenuhi syarat dapat dilihat pada
lampiran VI dan VII.
Melatih kader kesehatan lingkungan minimal 3 bulan sekali sehingga
dapat menggerakkan atau memberdayakan masyarakat.
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan.
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan,
dalam format pencatatan pengawasan sarana SPAL Rumah Tangga
(register dan formulir lain yang diperlukan) seterusnya membuat
penyajian/visualisasi data dalam bentuk grafik atau tabel yang
diperbaharui secara periodik (bulanan dan tahunan).

17
Pelaporan.
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkan secara
rutin kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang
telah ada dan diberikan secara periodik (bulanan dan tahunan).

4.3.2. Proses
4.3.2.1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan program pengawasan SPAL Rumah Tangga
dibuat satu bulan sebelumnya pada rapat bulanan Puskesmas, dimulai
dengan pendataan rumah yang akan diinspeksi setiap awal bulan
Januari.
Dilakukan pemetaan SPAL Rumah Tangga yang dilakukan satu kali
dalam setahun. Data yang dipetakan berupa jumlah SPAL Rumah
Tangga yang ada, jumlah SPAL yang diperiksa, dan jumlah SPAL
yang memenuhi syarat.
Melakukan analisa Gap SPAL Rumah Tangga.
Perencanaan penyuluhan dilakukan 2 kali dalam sebulan yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan bekerjasama dengan
lintas program dan lintas sektor.
Pelaksanaan kegiatan inspeksi SPAL Rumah Tangga 2 kali dalam 1
mingguoleh petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari kerja dari
pukul 09.00 12.00 WIB.
Perencanaan pengambilan dan pelatihan kader kesehatan lingkungan
3 bulan sekali pada bulan Januari, April, Oktober sehingga dapat
menggerakkan atau memberdayakan masyarakat.
Pencatatan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan sedangkan
pelaporan dilakukan di setiap awal bulan.

4.3.2.2.Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam program pengawasan SPAL dibagi
berdasarkan jabatan:
1. Kepala Puskesmas (H. Eko Susanto, M. M.Kes)

18
Sebagai penanggung jawab program.
Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan.
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan
Kesehatan Lingkungan di wilayah kerja.
2. Koordinator Pengawasan SPAL (Ahmand Taufik, AMK)
Koordinator program
Pelaksana program
Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan
melaporkan hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas
Batujaya dalam waktu tiap bulan.

4.3.2.3.Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan,
dilaksanakan secara berkala:
Dilakukan pendataan 1 kali setahun setiap awal tahun
tentang sarana SPAL Rumah Tangga yang ada.
Tidak dilakukan pemetaan SPAL Rumah Tangga.
Tidak dilakukan analisa gap SPAL Rumah Tangga.
Dilakukan kegiatan penyuluhan, namun tidak ada data
tertulis mengenai kegiatan ini.
Dilakukan pengawasan/inspeksi sarana SPAL Rumah
Tangga namun masih kurang dimana belum sesuai jadwal.
Belum dilakukan pembinaan SPAL Rumah Tangga
terhadap kader kesehatan lingkungan.
Pencatatan dilakukan setiap kegiatan selesai dilaksanakan
sedangkan pelaporan dilakukan di setiap awal bulan.

4.3.2.4.Pengawasan
Adanya pencatatan setiap akhir kegiatan dan pelaporan secara
berkala tentang kegiatan pengawasan SPAL Rumah Tangga ke
tingkat Kabupaten minimal satu bulan sekali.

19
Adanya rapat bulanan dengan kepala Puskesmas beserta
koordinator program di Puskesmas Kecamatan Batujaya
tentang hasil pencapaian program pengawasan SPAL Rumah
Tangga.

4.3.3 Keluaran

Jumlah SPAL Rumah Tangga yang ada

Data Jumlah Sarana Pengolahan Air Limbah yang ada di Kecamatan Batujaya Periode
September 2015 Agustus 2016 dari Puskesmas Batujaya

No Nama Desa Jumlah SPAL yang Ada

1 Kutaampel 587

2 Karyamakmur 622

3 Karyamulya 645

4 Telukbango 648

5 Telukambulu 372

6 Karyabakti 542

7 Batujaya 687

8 Baturaden 351

9 Segaran 551

10 Segarjaya 369

TOTAL 5374

Sumber : Catatan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Batujaya


Kec.Batujaya periode September 2015 sampai dengan Agustus 2016.**

Kesimpulan : Jumlah SPAL Rumah Tangga yang ada adalah 5.374.

20
Catatan bulanan Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan UPTD Puskesmas Batujaya periode
September 2015 Agustus 2016

No. Bulan Jumlah SPAL


Yang Diperiksa Memenuhi Syarat
1. September 2015 323 279
2. Oktober 2015 331 282
3. November 2015 351 292
4. Desember 2015 361 292
5. Januari 2016 361 292
6. Februari 2016 359 291
7. Maret 2016 158 134
8. April 2016 164 134
9. Mei 2016 184 144
10 Juni 2016 185 144
11. Juli 2016 187 144
12. Agustus 2016 187 144
Jumlah 3.151 2.572

Cakupan hasil pengawasan/inspeksi SPAL Rumah Tangga.

Jumlah SPAL Rumah Tangga yang diperiksa di wilayah


Cakupan
kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya periode September
Pengawasan
= 2015 hingga Agustus 2016 x 100%
SPAL Rumah
Jumlah sarana SPAL Rumah Tangga yang ada di wilayah
Tangga
kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya dalam periode
September 2015 hingga Agustus 2016

*3.151
Cakupan :-------------------X 100% = 58,63%
**5.374
Target dari bulan September 2015 hingga Agustus 2016= 80%
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 80% jadi besarnya masalah
adalah
80% -58,63% =21,37 /80= 0,267 x 100% = 26,7%

21
CakupanSPAL Rumah Tangga Memenuhi Syarat

Jumlah SPAL Rumah Tangga diperiksa yang


Cakupan SPAL memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas
Rumah Tangga Kecamatan Batujaya dalam kurun waktu September
= x 100%
Memenuhi 2015 hingga Agustus2016
Syarat Jumlah sarana SPAL Rumah Tangga yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batujaya dalam
kurun waktu September 2015 hingga Agustus 2016

*2.572
Cakupan :-------------------X 100% = 47,8%
**5.374
Target dari bulan September 2015 hingga Agustus 2016= 80%
Kesimpulan : Cakupan belum mencapai target sebesar 80% jadi besarnya masalah
adalah:
80% - 47,8% = 32,2%/80 = 0,40 x 100% = 40 %

Keterangan:
(*)diambil dari hasil catatan bulanan pemeriksaan penyehatan lingkungan di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya periode September 2015
hingga Agustus 2016
(**)diambil dari hasil catatan data dasar penyehatan lingkungan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Batujaya periode September 2015-Agustus
2016

4.3.4. Umpan Balik


`Adanya rapat kerja bersama Kepala Puskesmas tiga bulan satu kali
guna membahas laporan kegiatan dan mengevaluasi program yang
telah dilaksanakan.

22
Adanya pencatatan dan pelaporan sesuai dengan waktu yang
ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam
perencanaan program SPAL Rumah Tangga selanjutnya.

4.3.5 Dampak
4.3.5.1. Dampak Langsung
Diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas akibat
penyakit berbasis lingkungandi wilayah kerja Puskesmas Batujaya.
4.3.5.2. Dampak Tidak Langsung
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Batujaya.

23
Bab V
Pembahasan Masalah

Tabel 5.1 Masalah menurut Variabel dari Keluaran


No Variabel Tolok Pencapaian(%) Masalah(%)
Ukur (%)
1. Cakupan 80%* 58,63% (+)26,7
Pengawasan
SPAL Rumah
Tangga
2. Cakupan 80%* 47,8% (+)40
SPAL Rumah
Tangga yang
Memenuhi
Syarat

Keterangan :
* : Tolok ukur untuk satu tahun (bulan September 2015 sampai dengan Agustus
2016), dimana target pertahun sebesar 80%.

24
Tabel 5.2. Masalah menurut Variabel Masukan
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

1. Tenaga Tersedianya Hanya 1 orang (+)


(Man) minimal 2 orang sebagai Koordinator
petugas, masing- sekaligus pelaksana
masing sebagai program.
coordinator dan Tidak ada kader
pelaksana program terlatih untuk
pengawasan SPAL membantu kegiatan
Rumah Tangga pengawaasan SPAL
yang terampil RumahTangga
dibidangnya.
2. Sarana Leaflet Tidakada (+)
(Material) Lembar balik Tidakada
Poster Tidak ada
Infocus Ada
Layar Ada
Formulir inspeksi Ada
Alat tulis Ada
Buku pedoman Ada
kesehatan
lingkungan
Sarana transportasi Ada

25
Tabel 5.3. Masalah menurut Variabel Proses

No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah


1. Perencanaan Dibentuknya perencanaan Tidak ada bentuk (+)
secara tertulis mengenai tertulis dari
kegiatan program SPAL perencanaan
Rumah Tangga yang mengenai kegiatan
dilakukan. program.

Dilakukan pemetaan Tidak dilakukan


SPAL Rumah Tangga (+)
pemetaan SPAL
Rumah Tangga

Dilakukan analisa gap Tidak ada analisa gap


SPAL Rumah Tangga SPAL Rumah Tangga (+)

Penyuluhan mengenai Tidak ada data tertulis (+)


SPAL Rumah Tangga mengenai kegiatan
penyuluhan yang
minimal 2x/bulan. sudah dilakukan.

Pembentukandan pelatihan Belum ada


pembentukan dan (+)
kader minimal 3 bulan pembinaan kader.
sekali.

26
2. Pengorganisasian Dibentuk struktur Belum ada koordinasi ( + )
organisasi, kepala jelas antar lintas
puskesmas sebagai sektor dan lintas
penanggungjawab program serta
program, melimpahkan pembagian tugas antar
kekuasaan kepada pelaksana.
koordinator kesehatan
lingkungan, kemudian
melakukan koordinasi
dengan pelaksana
program.

3. Pelaksanaan Pemetaan SPAL Tidak ada pemetaan (+)


Rumah Tangga

Inspeksi dilakukan 2 Inspeksi dilakukan


kali dalam 1 minggu masih kurang yang (+)
dimana belum sesuai
jadwal

Penyuluhan dilakukan
24 kali per tahun (2 Tidak ada data
(+)
kali/bulan) yang tertulis dilakukannya
dilaksanakan oleh kegiatan ini.
petugas kesehatan
lingkungan melalui
lintas program dan
lintas sektor.

Pembinaan SPAL Belum dilakukan


Rumah Tangga pembinaan SPAL (+)
kepada kader Rumah Tangga
kesehatan lingkungan terhadap kader
minimal tiga bulan kesehatan lingkungan .
sekali.

27
4. Pengawasan Adanya pengawasan Kurang adanya ( + )
dalam pencatatan dan pengawasan dalam
pelaporan yang dapat pencatatan dan
dipercaya dan sesuai pelaporan yang dapat
dengan waktu yang dipercaya sehingga
ditentukan akan dapat sulit digunakan
digunakan sebagai sebagai masukan
masukan dalam dalam perencanaan
perencanaan program program SPAL
SPAL Rumah Tangga Rumah Tangga
selanjutnya. selanjutnya.

28
Bab VI
Perumusan Masalah
6.1 Masalah sebenarnya (menurut keluaran)
Dari hasil laporan program penyehatan lingkungan di Puskesmas Batujaya periode
September 2015 sampai dengan Agustus 2016 ternyata terdapat beberapa masalah,
yaitu:
a. Cakupan pengawasan SPAL Rumah Tangga dengan besar masalah 58,63%.
b. Cakupan SPAL Rumah Tangga Memenuhi Syarat dengan besar masalah 47,8%.

6.2 Masalah dari unsur lain (penyebab)


Dari hasil evaluasi program SPAL Rumah Tangga di Puskesmas Kecamatan Batujaya
periode September 2015 sampai dengan Agustus 2016 didapatkan beberapa penyebab
masalah, yaitu :
6.2.1. Masukan
Man :
o Belum ada kader kesehatan lingkungan terlatih untuk membantu kegiatan
pengawasan SPAL Rumah Tangga.
Material:
o Tidak tersedia leaflet,lembar balik, poster sebagai sarana penyuluhan
SPAL Rumah Tangga kepada masyarakat.

6.2.2. Proses

Perencanaan
o Tidak ada data tertulis mengenai perencanaan kegiatan program SPAL
Rumah Tangga.
o Tidak dilakukan pemetaan SPAL Rumah Tangga
o Tidak adanya analisa gap SPAL Rumah Tangga.
o Tidak adanya data mengenai kegiatan penyuluhan yang dikerjakan.
o Belum adanya pembentukan dan pembinaan kader.
Pengorganisasian
o Belum ada koordinasi jelas antar lintas sector dan lintas program serta
pembagian tugas antar pelaksana.

29
Pelaksanaan
o Tidak ada pemetaan sarana SPAL Rumah Tangga.
o Inspeksi yang dilakukan kurang dimana belum sesuai jadwal
o Tidak ada data tertulis tentang kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan
oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas
sektor.
o Belum dilakukan pembinaan SPAL Rumah Tangga terhadap kader
kesehatan lingkungan secara berkala.

Pengawasan
o Kurang adanya pengawasan dalam pencatatan dan pelaporan yang dapat
dipercaya sehingga sulit digunakan sebagai masukan dalam perencanaan
program SPAL Rumah Tangga selanjutnya.

30
Bab VII
Prioritas Masalah

Pada keluaran hanya didapatkan 2 masalah, sehingga tidak dilakukan prioritas masalah.

31
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

7.1 Masalah I
Cakupan pengawasan SPAL Rumah Tangga dengan besar masalah 58,67%.
7.1.1. Penyebab
Masukan
Man :
o Belum ada kader kesehatan lingkungan terlatih untuk membantu kegiatan
pengawasan SPAL Rumah Tangga.

Proses
Perencanaan
o Tidak ada data tertulis mengenai perencanaan kegiatan program.
o Tidak dilakukan pemetaan SPAL Rumah Tangga
o Tidak adanya analisa gap SPAL Rumah Tangga.
o Tidak adanya data mengenai kegiatan penyuluhan yang dikerjakan.
o Belum adanya pembentukan dan pembinaan kader.
Pengorganisasian
o Belum ada koordinasi dan pembagian tugas secara jelas antar lintas program
dan lintas sectoral.
Pelaksanaan
o Tidak ada pemetaan SPAL Rumah Tangga.
o Pelaksanaan inspeksi masih kurang dimana belum sesuai jadwal
o Tidak ada data tertulis tentang kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas sektor.
o Belum dilakukan pembinaan SPAL Rumah Tangga terhadap kader kesehatan
lingkungan secara berkala.

Pengawasan

32
o Kurang adanya pengawasan dalam pencatatan dan pelaporan yang dapat
dipercaya sehingga sulit digunakan sebagai masukan dalam perencanaan
program SPAL Rumah Tangga selanjutnya.

7.1.2. Penyelesaian Masalah

Masukan
Tenaga
o Membentuk kader kesehatan lingkungan terlatih untuk membantu kegiatan
pengawasan SPAL Rumah Tangga

Proses
Perencanaan
o Melakukan pembuatan data tertulis mengenai perencanaan kegiatan dalam
program SPAL Rumah Tangga.
o Melakukan pemetaan SPAL Rumah Tangga.
o Melakukan analisa gap SPAL Rumah Tangga.
o Membuat pencatatan setelah melakukan penyuluhan.

Pengorganisasian
o Meningkatkan koordinasi lintas program dan sektoral dengan meminta
bantuan Kepala Puskesmas untuk mendorong kerjasama dengan program lain
seperti Program Promosi Kesehatan atau lainnya dan sektor lainnya seperti
Pemerintah Daerah, Badan Lingkungan Hidup, Lembaga Swadaya Masyarakat
yang bergerak di bidang lingkungan, dan lain- lainnya.

Pelaksanaan
o Melakukan pemetaan tentang kegiatan SPAL
o Meningkatkan inspeksi pengawasan SPAL menjadi 2 kali seminggu
o Membina/mengadakan pelatihan tehadap kader-kader sanitarian dari tiap desa
sehingga dapat melakukan inspeksi, dan pencatatan tentang SPAL Rumah
Tangga.

33
o Melakukan kegiatan penyuluhan SPAL Rumah Tangga dan membuat data
tertulis.

Pengawasan
Perlu adanya pengawasan dalam pencatatan dan pelaporan yang lebih teliti sehingga
hasil dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program SPAL Rumah
Tangga selanjutnya

7.2 Masalah II
Cakupan SPAL Rumah Tangga Memenuhi Syarat dengan besar masalah 47,8%
7.2.1 Penyebab:
Masukan
Man :
o Kurangnya tenaga untuk melakukan pengawasan SPAL Rumah Tangga.
Material:
o Tidak tersedia leaflet,lembar balik, poster sebagai sarana penyuluhan
SPAL Rumah Tangga kepada masyarakat.

Proses
Perencanaan
o Tidak ada data tertulis mengenai perencanaan kegiatan program.
o Tidak ada pemetaan SPAL Rumah Tangga.
o Tidak ada analisa gap SPAL Rumah Tangga.
o Tidak ada pencatatan setelah melakukan penyuluhan.
Pengorganisasian
o Belum adanya koordinasi dan pembagian tugas yang jelas yang jelas di
lintas program dan lintas sektoral.
Pelaksanaan
o Belum dilakukannya penyuluhan secara rutin dengan melibatkan lintas
program ataupun lintas sektor.

34
o Belum dilakukan pembinaan SPAL Rumah Tangga terhadap kader
setempat secara berkala.

7.2.2. Penyelesaian Masalah


Masukan
Tenaga
o Membentuk kader untuk membantu melakukan penyuluhan tentang
SPAL Rumah Tangga.
o Material
o Menyediakan sarana penyuluhan berupa leaflet, poster yang informatif
dan didistribusikan secara merata kepada desa-desa yang berada dalam
wilayah kerja Puskesmas.

Proses

Perencanaan

o Melakukan pembuatan data tertulis mengenai perencanaan kegiatan


dalam program SPAL Rumah Tangga.
o Melakukan pemetaan lebih jelas tentang jumlah rumah yang tidak
memiliki SPAL dan jumlah SPAL yang tidak memenuhi syarat.
o Melakukan analisa gap SPAL Rumah Tangga.
o Membuat pencatatan setelah melakukan penyuluhan.

Pengorganisasian
o Meningkatkan koordinasi lintas program dan sektoral dengan meminta
bantuan Kepala Puskesmas untuk mendorong kerjasama dengan
program lain seperti Program Promosi Kesehatan atau lainnya dan
sektor lainnya seperti Pemerintah Daerah, Badan Lingkungan Hidup,
Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan,
dan lain- lainnya.

35
Pelaksanaan
o Melakukan penyuluhan secara berkala yang melibatkan lintas program
dan lintas sektoral.
o Membina/mengadakan pelatihan tehadap kader-kader sanitarian dari
tiap desa sehingga dapat melakukan penyuluhan tentang SPAL Rumah
Tangga.

36
Bab IX
Penutup

8.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengawasan SPAL Rumah Tangga yang dilakukan dengan
cara pendekatan sistem di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya pada periode
September 2015 sampaidengan Agustus 2016 dikatakan belum berjalan dengan baik
melihat kepada pencapaian program sebagai berikut:
Jumlah SPAL Rumah Tangga yang ada yaitu 5.374.
Cakupan pengawasan/inspeksi SPAL Rumah Tangga dengan pencapaian 58,63%
dari target 80%.
Cakupan SPAL Rumah Tangga yang memenuhi syarat dengan pencapaian 47,8
% dari target 80%.

8.2 Saran
Saran bagi kepala Puskesmas Batujaya :

8.2.1. Melakukan perencanaan secara tertulis mengenai program SPAL Rumah Tangga
yang akan dilaksanakan.
8.2.2. Melakukan pemetaan SPAL Rumah Tangga pada jumlah SPAL Rumah Tangga yang
ada, jumlah SPAL Rumah Tangga yang diperiksa, dan jumlah SPAL Rumah Tangga
yang memenuhi syarat.
8.2.3. Melakukan analisa gap SPAL Rumah Tangga.
8.2.4. Dalam 1 bulan meningkatkan frekuensi inpeksi menjadi 2x dalam 1 minggu.
8.2.5. Dalam 3 bulan menyiapkan leaflet, lembar balik, poster untuk sarana penyuluhan
baik perorangan maupun penyuluhan kelompok. Penyuluhan harus bersifat lintas
sektoral dan program yang diharapkan akan menambah pengetahuan masyarakat
tentang SPAL Rumah Tangga sehingga mengubah sikap dan perilaku.
8.2.6. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dan lintas program. Lintas program yang
dimaksud dengan program Promosi Kesehatan. Lintas sektor dengan Pemerintah

37
Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup dan Lembaga Swadaya
Masyarakat yang bergerak dalam bidang kesehatan lingkungan
8.2.7. Melakukan pemberdayaan masyarakat dengan membentuk dan mengadakan
pelatihan terhadap kader-kader sanitarian dari tiap desa sehingga dapat melakukan
penyuluhan dan membantu pencatatan serta inspeksi SPAL Rumah Tangga di
masing-masing desa.

38
Daftar Pustaka

1. Indawati, Thamrin, Abidin Z. Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas


Siak Hulu II Kabupaten Kampar Tahun 2012. Jurnal Ilmu Lingkungan. 2014 : 8 (2).
2. L.A. Dewi, R. Dwina. Evaluasi Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan Sebagai
Dasar Usulan Perencanaan Perbaikan (Studi Kasus : Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung). Program Studi Teknik Lingkungan ITB. Bandung : 2005.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas
Provinsi Jawa Barat. Cetakan I. Jawa Barat. 2006.
4. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara.
2010.
5. Ross I, Mukumbuta N. Fatal neglect: How health systems are failing to
comphrehensively address child mortality. London: Water Aid. 2009. Diunduh dari
http://www.wateraid.org/~/media/Publications/how-health-systems-fail-child-
mortality.pdfpada tanggal 15 Oktober 2016.
6. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Pedoman pengelolaan air limbah
perkotaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan ; 2003.
7. Badan Perencanaan Pembangungan Nasional (Bappenas). Laporan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium di Indonesia 2011. Jakarta: Kementrian Perencanaan
Pembangunan Nasional. 2012. Diunduh dari
:http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-tujuan-
pembangunan-milenium-di-indonesia-2011__20130517105523__3790__0.pdfpada
tanggal 15 Oktober 2016.
8. Badan Pusat Statistik. Jawa Barat Dalam Angka 2015. Diunduh dari :
http://pusdalisbang.jabarprov.go.id/pusdalisbang/berkas/jabardalamangka/54Jawa-Barat-
Dalam-Angka-2015.pdf pada tanggal 15 Oktober 2016.
9. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Teknis
Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2007.
10. WHO dan UNICEF. 25 Progress on Sanitation and Drinking Water. 2015.
11. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013. Diunduh dari

39
http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/blp/catalog/book/64pada tanggal
16 Oktober 2016.
12. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Buku 2 Riskesdas dalam angka
Provinsi Jawa Barat 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013. Diunduh dari
http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/blp/catalog/book/153pada
tanggal 15 Oktober 2016.
13. UPTD Puskesmas Batujaya. Catatan Bulanan Pemeriksaan Penyehatan Lingkungan
Puskesmas Batujaya. 2015.

40
Lampiran

41
42

Anda mungkin juga menyukai