1.Pengertian
7. Data yang diperlukan untuk mengetahui penyakit degenartif yang terdapat dalam kasus
scenario I adalah :
ABJ -> container indeks, jouse indeks ( dapat diperoleh di Dinkes setempat)
Data Epidemiologi misalnya angka kematian, angka insidensi, angka prevalensi, outbreak, case
fatality rate dll (dapat diperoleh di Dinkes setempat)
Data Lingkungan misalnya rumah sehat atau tidak, lingkungan sehat atau tidak, terkait
kelembaban, polusi dll (dapat diperoleh di Dinas Kimpraswil setempat)
Penyakit TB pada kasus scenario I, data yang perlu dicari meliputi:
- Data Epidemiologi: Prevalensi, Jumlah suspect, angka DO, penderita resisten, penderita
sembuh, penderita konversi.
- Data lingkungan: Lantai tidak kedap air, kebersihan lingkungan
- Data Rumah sehat: ventilasi cukup, lantai, genting kaca
- Perilaku dari individu: meludah sembarang tempat, kebersihan diri dll
Data yang diperlukan untuk penyakit degeneratif meliputi: data epid, data perilaku (PHBS),
maupun data dari hasil penelitian sebelumnya
8. Penyakit degenratif merupakan penyakit yang muncul karena kemunduran struktur & fungsi
sel tubuh baik karena alami (menua) atau pengauh dari luar. Kemunduruan struktur maupun
fungsi sel, jaringan maupun organ tersebut bisa dikarenakan proses menua maupun karena
adanya penyakit/ kelainan. Struktur dan fungsi sel atau jaringan tuguh dapat berupa :
- Tidak berfungsi aktif secara normal
Kemunduran fungsi sistemik tubuh.
DETERMINAN KESEHATAN
Sehat adalah kondisi normal dimana seseorang bisa melakukan aktivitas hidupnya dengan
lancar dan tanpa gangguan. Selama beberapa dekade, definisi sehat masih diperbincangkan
dan belum ada kata sepakat dari para ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia.
Akhirnya World Health Organization (WHO) membuat definisi universal yang menyatakan
bahwa “sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta
tidak hanya tebebas dari penyakit atau kelemahan” (WHO, 1947)
Menurut WHO, kesehatan mencakup 3 aspek, yakni: kesehatan jasmani, kesehatan rohani,
dan kesehatan sosial. Konsep sehat ini tidak jauh dengan konsep sehat yang tertuang dalam
UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial serta di dalamnya kesehatan jiwa yang
merupakan bagian integral kesehatan.
Sehat memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Banyak sekali
hal yang mempengaruhi kesehatan kita, yang mungkin kita tidak sadari bahwa hal-hal yang
berada di sekitar kita adalah faktor-faktor utama yang mempengaruhi kesehatan.Banyak
sekali teori-teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan,
namun teori yang paling banyak digunakan adalah teori Blum.
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.Kondisi sehat
secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam
bermasyarakat.Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan
dalam menjaga kesehatan tubuh.H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Keempat faktor tersebut merupakan faktor
determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan
dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).Keempat faktor tersebut saling berinteraksi
yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.Diantara faktor
tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling
sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan.Hal ini disebabkan karena faktor
perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan
hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Semua Negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan warga
negaranya.Untuk Negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu dijaga dari segi gizi sehingga
akan melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi yang berseberangan dialami Indonesia
sebagai Negara agraris, segala regulasi pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada
penanggulangan kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak masyarakat
kota yang mengalami kekurangan gizi. Padahal dari hasil penelitian membuktikan wilayah
Indonesia potensial sebagai lahan pangan dan perternakan karena wilayahnya yang luas
dengan topografi yang mendukung. Ada apa dengan pemerintah?.Satu jawaban yang pasti
seringkali dalam analisis kesehatan pemerintah kurang mempertimbangkan pendapat ahli
kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang dibuat cuma dari sudut
pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan berikut penjelasannya :
1. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk
mewujudkan Indonesia Sehat 2010.Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus
dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.Diperlukan suatu
program untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai
tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan
masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup
bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Beberapa kegiatan yang mungkin kita lakukan seperti: berolah raga, tidur, merokok, minum,
dll. Apabila kita mengembangkan kebiasaan yang bagus dari sejak awal, hal tersebut
berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh.Sekali-kali atau dalam batas-batas tertentu
untuk waktu yang lebih lama, kita bebas melakukan kebiasaan-kebiasaan harian.Namun,
bagaimanapun juga sikap yang tidak berlebihan merupakan suatu keharusan agar benar-benar
sehat.Tubuh kita memerlukan tidur, olah raga, dan rutinitas yang sehat dalam jumlah tertentu
untuk mempertahankan kesejahteraannya.
2. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.Lingkungan yang
memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit.Hal ini jelas
membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat
dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya
menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran
semua pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial
kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya
harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan
masalah kejiwaan.
3. Pelayanan kesehatan
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
perananya.sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan
perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki
kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program
kesehatan.Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga
masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah,
malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke,
diabetes militus dan lainnya.penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.
4. Genetik
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi kunci
dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
generasi mudanya.Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita
agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun
bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah
perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang.Namun masih banyak
saja anak Indonesia yang status gizinya kurang bahkan buruk.Padahal potensi alam Indonesia
cukup mendukung.oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan
peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu
yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan
terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4 determinan
utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Empat
determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: a).
lingkungan, b). perilaku, c). pelayanan kesehatan, dan d).keturunan atau herediter. Keempat
determinan tersebut adalah determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas yang
kemungkinan sama di kalangan masyarakat. Akan tetapi untuk kesehatan individu, disamping
empat faktor tersebut, faktor internal individu juga berperan, misalnya : umur, gender,
pendidikan, dan sebagainya, disamping faktor herediter. Bila kita analisis lebih lanjut
determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik
secara individual, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, disamping determinan-determinan
derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang
mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau
masyarakat.
1. Faktor makanan
Makanan merupakan faktor penting dalam kesehatan kita. Bayi lahir dari seorang ibu yang
telah siap dengan persediaan susu yang merupakan makanan lengkap untuk seorang bayi.
Mereka yang memelihara tubuhnya dengan makanan yang cocok, menikmati tubuh yang
benar-benar sehat.Kecocokan makanan ini menurut waktu, jumlah, dan harga yang tepat.
Hanya saat kita makan secara berlebihan makanan yang tidak cocok dengan tubuh kita, maka
tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit adalah salah satu reaksi tubuh, dan bila kemudian
dicegah atau dirawat dengan benar, tubuh kembali sehat.Penyakit merupakan peringatan
untuk mengubah kebiasaan kita.Perlu diingat selalu bahwa tubuh kita hanya memerlukan
makanan yang tepat dalam jumlah yang sesuai.
Tingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan seseorang untuk
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan
tersebut untuk menjaga kesehatannya. Pendidikan juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga kesehatannya. Biasanya, orang yang
berpendidikan (dalam hal ini orang yang menempuh pendidikan formal) mempunyai resiko
lebih kecil terkena penyakit atau masalah kesehatan lainnya dibandingkan dengan masyarakat
yang awam dengan kesehatan.
1. Faktor sosioekonomi
Faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti lingkungan sosial, tingkat pendapatan, pekerjaan,
dan ketahanan pangan dalam keluarga merupakan faktor yang berpengaruh besar pada
penentuan derajat kesehatan seseorang.Dalam masalah gizi buruk misalnya, masyarakat
dengan tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah biasanya lebih rentan menderita gizi
buruk.Hal tersebut bisa terjadi karena orang dengan tingkat ekonomi rendah sulit untuk
mendapatkan makanan dengan nilai gizi yang bisa dibilang layak.
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu, termasuk
sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Indonesia yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki beribu-ribu suku dengan adat istiadat yang
berbeda-beda pula. Sebagian dari adat istiadat tersebut ada yang masih bisa dibilang
“primitif” dan tidak mempedulikan aspek kesehatan.Misalnya saja, pada suku Baduy yang
tidak memperbolehkan masyarakat menggunakan alas kaki.
1. Usia
Setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda
terhadap perubahan kesehatan yang terjadi.
1. Faktor emosional
Setiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran yang sehat dan bahagia semakin
meningkatkan kesehatan tubuh kita. Tidak sulit memahami pengaruh dari pikiran terhadap
kesehatan kita.Yang diperlukan hanyalah usaha mengembangkan sikap yang benar agar
tercapai kesejahteraan.
1. Faktor agama dan keyakinan
Agama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak langsung
mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku sehat.Misalnya, pada agama Islam.Islam
mengajarkan bahwa “anna ghafatul minal iman” atau “kebersihan adalah sebagian dari
iman”. Sebagai umat muslim, tentu kita akan melaksanakan perintah Allah SWT. untuk
berperilaku bersih dan sehat