Anda di halaman 1dari 28

DIFTERI PADA KEHAMILAN

oleh
Eva Riantini .,Am.Keb.,S.Sos.,M.MKes
Latar Belakang
• Menteri Kesehatan Indonesia telah melaporkan
peningkatan substansial dalam kasus difteri pada tahun
2017, menyebutnya sebagai “Kejadian luar biasa".
• Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan
Muhammad Subuh, 593 kasus difteri telah dilaporkan
dari 95 kota di 20 provinsi negara itu, termasuk 32
korban jiwa.
• Ini adalah peningkatan 42 persen dibandingkan dengan
tahun 2016 ketika 415 kasus dan 24 kematian tercatat.
Kasus tahun 2018: Empat warga Samarinda,
Kalimantan Timur, dirawat di ruang isolasi RSUD
AW Syachranie, Samarinda. Dua di antaranya,
dinyatakan positif terjangkit difteri. Satu di antara
yang positif adalah seorang ibu Hamil.
Awal KLB Difteri
DEFINISI

Suatu penyakit bakteri akut


terutama menyerang tonsil,
faring, laring, hidung dengan
gejala spesifik timbulnya
membran . Ada kalanya
menyerang selaput lendir atau
kadang konjungtiva atau vagina
PENYEBAB
Corynebacterium diphtheriae

light microscopy electron microscopy


MASA INKUBASI & PENULARAN
• Masa inkubasi 2-5 hari atau terkadang
lebih lama
• Masa Penularan beragam, tetap
menular sampai hilangnya bakteri di
lesi. Biasanya berlangsung 2 minggu
atau kurang.
• Carrier kronis dapat menularkan
penyakit sampai 6 bulan
DAMPAK

Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada


jantung, sistem saraf, ginjal ataupun organ
lainnya:
• Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
• Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer
menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam
waktu 3-7 minggu)
• Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan
kelumpuhan
• Kerusakan ginjal (nefritis)
Risiko Untuk Orang-Orang Yang Dapat
Tertular Difteri:
• Orang dewasa dan anak-anak yang tidak memperoleh
imunisasi baru.
• Kondisi orang yang hidup dalam tempat tinggal yang
penuh dan sesak serta tidak sehat.
• Orang-orang yang mempunyai sistem kekebalan yang
kurang atau gangguan sistem kekebalan.
• Siapa saja yang datang ke tempat yang endemik
dengan difteri.

Termasuk orang dewasa pada masa Reproduksi


(Hamil, bersalin, Nifas)
A. Penyakit difteri sendiri umumnya lebih rentan terhadap
mereka yang masih berusia anak-anak, terutama anak-anak
yang berusia di bawah 5 tahun karena pada usia tersebut
anak-anak masih sangat rentan terkena penyakit
B. Walaupun demikian, penyakit difteri ini juga dapat
menyerang orang yang sudah berusia dewasa. Jika anak-
anak umumnya tertular karena sistem imun masih lemah,
orang dewasa tertular karena kontak yang intens dengan
pengidap difteri
C. Menurut pakar vaksin dokter. Kristoforus Hendra Djaya,
tidak hanya anak-anak, para perempuan di Indonesia juga
perlu diberi vaksin Td/Tdap, yakni vaksin DPT dengan
reduksi antigen dan pertusis, khusus orang dewasa
Difteri Dalam Kehamilan

• Seorang Ibu Hamil dapat Terjangkit penyakit Difteri yang akan berakibat pada
keselamatan Ibu dan Bayi yang dikandungnya. Dampak penyakit Difteri pada
Ibu Hamil sama dengan Orang Dewasa lainnya namun diperberat dengan
adanya janin sehingga dapat menimbulkan kematian untuk janin juga.

• Dalam kasus ibu hamil yang selamatpun penyakit difteri dapat menimbulkan
mortalitas dan morbiditas bagi bayi yang dilahirkan.

• Olah karena itu terdapat kebijakan pemberian Tdap pada Ibu hamil selain
untuk mencegah terjangkit penyakit Difteri juga dapat membantu
perlindungan Bayinya. Alasannya, karena ketika anak baru lahir sampai usia
dua bulan, tidak bisa diberi vaksin DPT, dan vaksin baru bisa diberikan ketika
usia menginjak tiga bulan ke atas.
PENATALAKSANAAN DIFTERI PADA IBU HAMIL

Penatalaksanaan Sama Untuk Orang


Dewasa namun untuk terapi ada
beberapa obat yang tidak bisa digunakan
karena bersifat membahayakan janinnya
seperti ADS (Anti Difteri Serum). Oleh
Karena Itu tindakan yang tepat melalui
upaya PENCEGAHAN.
Upaya Pencegahan
I
II Pelaksanaan Standar ANC
III
Pemberian Immunisasi
Kekurangan kekebalan Tubuh ibu hamil dapat:
1. Meningkatkan risiko penyakit pada ibu
2. Penularan pada bayi, dan
3. Mengurangi perlindungan pasif yang cukup
melalui transfer antibodi ke bayi (melalui plasenta
atau melalui ASI).

Perlu Immunisasi
HASIL PENELITIAN CDC DAN
AN ADVISORY COMMITTEE STATEMENT (ACS)
NATIONAL ADVISORY COMMITTEE ON IMMUNIZATION (NACI)

Vaksinasi difteri dapat dimanfaatkan untuk melindungi


diri dan janin. Potensi risiko vaksin yang mungkin terjadi
jauh lebih kecil dibanding manfaat yang didapat. Selain
itu tidak terdapat bukti risiko terhadap janin akibat
pemberian vaksin yang tidak berisi bakteri atau virus
hidup. Di antara vaksin yang aman diberikan pada ibu
hamil, adalah vaksin difteri, karena tidak mengandung
bakteri hidup.
Lanjutan…….

• Vaksin Difteri/Tetanus/Pertussis (DTP) selain memberi


perlindungan terhadap difteri, vaksin ini juga memberi
daya tahan tubuh terhadap tetanus dan batuk
rejan (pertussis), termasuk pada bayi.

• Vaksin DTP jenis Tdap, direkomendasikan untuk


diberikan pada ibu hamil di usia kehamilan 27-36
minggu atau segera setelah bayi lahir.

• Vaksin ini dapat diberikan, tanpa mempertimbangkan


kapan terakhir kali ibu hamil mendapatkan vaksin Tdap
atau Td (tetanus-diphtheria). Pemberian vaksin Tdap
juga perlu diberikan pada tiap kehamilan.
Lanjutan…….
• Sama seperti imunisasi pada umumnya, ibu hamil
mungkin dapat merasakan efek samping tertentu
setelah vaksinasi, yang dikenal sebagai kejadian
ikutan pasca imunisasi (KIPI).
• Efek ini sebenarnya wajar terjadi, dan bisa
muncul segera setelah vaksinasi, hingga tiga
minggu pasca vaksin diberikan.
• Pada pemberian vaksin difteri efek yang mungkin
timbul berupa demam ringan dan rasa nyeri serta
bengkak pada area bekas suntikan.
IV
Pemberian Penyuluhan PHBS

Tanda dan
Gejala
PHBS
Kesimpulan
• Penyakit Difteri merupakan KLB di tahun 2017
sd Sekarang
• Resiko terjangkit untuk segala umur termasuk
wanita pada masa kehamilan
• Dampak penyakit adalah kematian baik untuk
Ibu maupun Bayi apabila tidak dilakukan
penatalaksanaan yang tepat.
• Upaya terbaik dengan melakukan pencegahan
baik untuk ibu hamil maupun bayi balita

Anda mungkin juga menyukai