Anda di halaman 1dari 23

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK

Jl. Dr. sutomo No.94 Padang


Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK


NOMOR : 03/PERDIR/DIR/RSIA-C/IV/2015
TENTANG
PANDUAN DO NOT RESCUCITATE

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK

Menimbang : a Bahwa kesehatan pasien adalah hak pasien sebagai individu, maka
dalam hal memutuskan perkara pengobatannya pasien bertanggung
jawab atas dirinya sendiri
: b Bahwa untuk memberikan perlindungan hukum kepada
pasien(penerima layanan kesehatan), dokter, dan dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran

Mengingat : a Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;


b Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
c Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
d Peraturan menteri kesehatan no 290 tahun 2008 tentang persetujuan
tindakan kedokteran
e Peraturan mentri kesehatan no 417 tentang komisi akreditasi rumah
sakit
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
CICIK TENTANG PANDUAN DO NOT RESCUCITATE

Kedua : Peraturan Direktur RSIA Cicik tentang Panduan Do Not Rescucitate


adalah sebagaimana yang terlampir dalam surat keputusan ini
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari terdapat kekeliruandalam ketetapan ini akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Padang
Pada tanggal : 24 April 2015
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK

dr. Kharisma Rosa


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

Lampiran 1 : Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Cicik


Nomor : 03/PER/DIR/DIR/RSIA-C/IV/2015
Tentang : PANDUAN DO NOT RESCUCITATE

PANDUAN DO NOT RESCUCITATE

BAB I
PENDAHULUAN

1. Resusitasi Jantung Paru (RJP) didefiniskan sebagai dalam memberikan bantuan hidup dasar
dan lanjut kepada pasien yang mengalami henti napas atau henti jantung. RJP diindikasikan
untuk pasien yang tidak sadar, tidak bernapas, dan yang tidak menunjukkan adanya tanda-
tanda sirkulasi.
a. RJP merupakan suatu prosedur emergensi dan di rumah sakit biasanya telah dibentuk
tim khusus yang terlatih dan berpengalaman dalam melakukan RIP
b. Menurut statistik, tindak RJP dilakukan sebanyak 1/3 dari 2 miliar kematian pasien
yang terjadi di rumah sakit Amerika Serikat setiap tahunnya. Proporsi dari tindakan
RJP ini dianggap berhasil dalam merestorasi fungsi kardiopulmoner pasien.
c. Dari pasien-pasien yang dilakukan RJP, sebanyak 1/3-nya berhasil, dan 1/3 dari
pasien-pasien yang berhasil ini dapat bertahan hingga pulang dari rumah sakit
d. Tingkat keberhasilan RJP bergantung pada sifat dan derajat penyakit pasien.
e. Pada suatu studi di Rumah Sakit Boston, pasien dengan kanker lanjut yang telah
bermetasis tidak ada yang dapat bertahan hidup hingga pulang dari rumah sakit.
Diantara pasien gagal ginjal, hanya 2% yang bertahan hidup sampai pulang dari
rumah sakit.
f. Biasanya pada pasien yang berhasil dilakukan RJP inisial tetapi meninggal sebelum
pulang dari rumah sakit, hampir selalu dirawat di Ruang Rawat Intensif (intensive
Care Unit-ICU)
g. Pada suatu studi lainnya menyatakan bahwa sekitar 11% pasien yang berhasil
dilakukan RJP inisial akan mengalami RJP ulang minimal 1 kali selama masa
perawatan di rumah sakit.
h. Baisanya pasien RJP yang berhasil bertahan hidup dan pulang dari rumah sakit tidak
mengalami gangguan / disfungsi yang berat
i. Suatu studi menyatakan bahwa 93% dari pasien-pasien ini memiliki orrientasi yang
baik saat dipulangkan dari rumah sakit.
j. Pada pasien-pasien yang berhasil dilakukan RJP, beberapa diantaranya berhasil
mengalami pemulihan sempurna, beberapa pulih tetapi memiliki masalah kesehatan
dan tidak pernah kembali ke level normal sebelum terjadi henti jantung / napas,
beberapa mengalami kerusakan / cedera otak atau koma, dan beberapa lainnya jatuh
kembali ke dalam kondisi henti jantung / napas sehingga harus dilakukan RJP ulang.
k. Tingkat Keberhasilan RJP bergantung pada:
i. Penyebab terjadinya henti jantung / napas pada pasien
ii. Penyakit / masalah medis yang mendasari
iii. Kondisi kesehatan pasien secara umum
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

l. Seringnya, pasien yang berhasil dilakukan RJP masih mengalami kondisi yang sakit
dan membutuhkan penanganan lebih lanjut, dan biasanya dirawat di ICU
2. Penting untuk mengidentifikasi pasien di mana terjadinya henti napas dan jantung
menandakan kondisi terminal penyakit pasien dan di mana usaha RJP tidak akan
membuahkan hasil (sia-sia)
3. Dalam menetapkan kebijakan DNR, penting untuk deketahui bahwa kebijakan ini harus
dipatuhi dan diikuti oleh seluruh tenaga kesehatan profesional di tingkat primer, rumah sakit,
dan petugas / tim transfer intra-dan antar-rumah sakit.
4. Hak pasien untuk menolak RJP harus dihargai. Hal ini mungkin dikarenakan pasien
berpendapt bahwa dengan melakukan usaha RJP akan memperpanjang kualitas hidup yang
buruk.
5. Kebijakan ini hanya berkaitan dengan usaha RJP, bukan dengan penundaan atau pembatalan
pemberian tatalaksana lainnay, seprti terapi antibiotik, nutrisi parental, dan sebagainya.

Lataran Belakang
1. Angka kelangsungan hidup pasien dewasa (survival rates) yang dilakaukan RJP dan pulang
dari rumah sakit sekitar 5 20 %, dan telah terbukti bahwa uasaha RJP akan lebih baik jika :
a. Akses ke Tim Reusitasi / Unit Gawat Darurat dilakukan lebih awal (segera)
b. Pemberian bantuan hidup dasar lebih awal
c. Pemberian bantuan hidup lanjut lebih awal
2. Beberapa pasien memiliki angka kelangsungan hidup yang sangat rendah (<1-2%), misalnya
pada pasien dengan infeksi berat, tekanan darah rendah jangka waktu lama, gagal ginjal /
jantung yang berat, atau keganasan denag penyebaran luas (metastasis).
3. Angka kelangsungan hidup pasien anak yang mengalami henti jantung / napas di rumah sakit
adalah rendah. Namun jika ditangani dengan tepat dan segera, memiliki angka keberhasilan
sebesar 70%.
4. Angka kelangsungan hidup pasien anak yang mengalami henti jantung / napas di luar rumah
sakit masih di bawah 10%. Pada umumnya, anak-anak yang berhasilan bertahan hidup dan
pulang dari rumah skait mengalami defisit neurologi.

Tujuan
1. Untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan untuk melakukan tindakn Do Not
Resuscitate (DNR) tidak disalah artikan / misnterpretasi.
2. Untuk memastikan terjadinya komunikasi dan pencatatan yang jelas dan terstandarisasi
mengenai pengambilan keputusan DNR

Definisi
1. Henti jantung : adalah suatu kondisi di mana terjadi kegagalan jantung secara mendadak
untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat.
a. Hal ini dapat disebabkan oleh fibrilasi ventrikel, asistol, atau pulseless electrical
activity (PEA).
b. Untuk memperoleh RJP yang yang efektif, resusitasi harus dimulai sesegera mungkin
(<3 menit setelah kejadian henti jantung).
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

c. Jika pasien ditemukan tidak bernapas, tidak adanya denyut nadi, adn pupil dilatasi
maksimal; hal ini bukanlah henti jantung dan tidak perlu dilakukan tindakan
resusitasi.
2. Resusitasi jantung paru (RJP: didefinisikan sebagai suatu sarana dalam memberikan
bantuan hidup dasar dan lanjut kepada pasien yang mengalami henti napas atau henti jantung.
RJP diindikasikan untuk: pasien yang tidak sadra, tidak bernapas, dan yang tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda sirkulasi; dan tidak tertulis instrusi DNR di rekam
medisnya.
3. Tindakan Do Not Resuscitate (DNR): adalah suatu tindakan di mana jika pasien mengalami
henti jantung dan atau napas, paramedis tidak akan dipanggil dan akan dilakukan usaha
resusitasi jantung-paru dasar maupun lanjut.
a. Jika pasien mengalami henti jantung dan atau napas, lakuakn asesmen segera untuk
mengidentifikasi penyebab dan memeriksa posien, patensi jalan napas, dan
sebagainya. Tidak perlu melakukan usaha bantuan hidup dasar maupun lanjut.
b. DNR tidak berarti semua tatalaksana / penanganan aktif terhadap kondisi pasien
diberhentikan. Pemeriksaan dan penangana pasien (misalnya terapi intravena,
pemberian obat-obatan) tetap dilakukan pada pasien DNR.
c. Semua perawatan mendasar harus terus dilakukan, tanpa kecuali.
4. Fase / kondisi terminal penyakit: adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau
penyakit, yang menurut perkiraan dokter atau tenaga medis lainnya dapat disembuhkan dan
bersifat ireversibel. Dan pada akhirnya akan menyebabkan kematian dalam rentangan waktu
yang singkat, dan dimana pengaplikasian terapi untuk memperpanjang / mempertahankan
hidup hanya akan berefek dalam memperlama proses penderitaan / sekarat pasien.
5. Pelayanan paliatif : adalah pemberian dukungan emosional dan fisik untuk mengurangi nyeri
/ penderitaan apsien. Hal ini termasuk : pemberian nutrisi, hidrasi, dan kenyamanan, kecuali
terdapat instrusi spesifik untuk menunda pemberian nutrisi / hidrasi.

Tanggung Jawab
1. Chief Executive Officerdan Dewan Direksi: bertanggung jawab untuk memastikan
implementasi kebijakan Do Not Resuscitate (DNR). Fungsi ini didelegasikan kepada
Manajer pelayanan Medis.
2. Manajer Pelayanan Medis: memastikan setiap staf / petugas mengetahui dan mematuhi
kenijakan ini, serta memastikan dilakuakn audit kebijakan DNR.
3. Staf / petugas Rumah Sakit: semua staf yang terlibat dalam pengambilan keputusan tindakan
DNR dan Resusitasi memahami dan menerapkan kebijakan ini. Penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi selama proses ini berlangsung harus dilaporkan pada berkas /
formulir insidens sesuai dengan algoritma yang berlaku.

Prinsip
1. Harus tetap ada anggapan untuk selalu melakuakn resusitasi kecuali telah dibuat keputusan
secara lisan dan tertulis untuk tidak melakukan resusitasi (DNR)
2. Keputusan tindakan DNR ini harus dicatat di rekam medis pasien.
3. Komunikasi yang baik sangatlah penting.
4. Dokter harus berdiskusi dengan pasien yang memiliki kemungkinan henti napas / jantung
mengenai tindakan apa yang pasien ingin tim medis lakukan jika hal ini terjadi
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

5. Pasien harus diberikan informasi selengkap-lengkapnya mengenai kondisi dan penyakit


pasien, prosedur RJP dan hasil yang mungkin terjadi.
6. Tanggung jawab dalam mengambil keputusan DNR terletak pada konsultan / dokter umum
yang bertanggungjawab atas pasien. Jika terdapat keraguan dalam mengambil keputusan,
dapat meminta saran dari dokter senior.
7. RJP sebaiknya tidak dilakuakn pada kondisi-kondisi berikut ini:
a. RJP dinilai tidak dapat mengembalikan fungsi jantung dan pernapasan pasien
b. Pasien dewasa, yang kompeten secar mental dan memiliki kapasitas untuk mengambil
keputusan, menolak untuk dilakukan usaha RJP
c. Teradapat alasan yang valid, kuat,dan dapat diterima mengenai pengambilan
keputusan untuk tidak melakukan tindakan RJP.
d. Terdapat perintah DNR sebelumnya yang valid, lengkap, dan dengan alasan kuat.
e. Pada pasien-pasien yang berada dalam fase termianal penyakitnya / sekarat, di mana
tindakan RJP tidak dapat menunda fase terminal / kondisi sekarat pasien dan tidak
memberikan keuntunagn terapetik (risiko / bahayanya melebihi keuntungannya)
i. Contoh: henti jantung / napas yang dialami pasien merupakan kejadian
alamiah akibat penyakit terminal yang diberita. Pada kasus ini, RJP mungkin
dapat mengembaliakn fungsi jantung-paru pasien secara sementara tetapi
kondisi keseluruhan pasien dapat memburuk dan jantung / napas akan terjadi
kembali, yang merupakan bagian dari proses alamiah dan tidak dapat
terhindarkan dari proses sekarat / kematian pasien.
ii. Melakuakn RJP pada kasus di atas akan membahayakan / merugikan pasien
dan bertolak belakang dengan etika kedokteran (prinsip do no harm)

8. Semua pasien harus menjalani asemen secara personal.


9. Pengambilan keputusan DNR harus merupakan langkah terbaik untuk pasien dan harus
didiskusikan dengan pasien meskipun tidak ada kewajiban secara etika untuk mendiskusikan
DNR dengan pasien-pasien yang menjalani perawatan paliatih (dimana usaha RJP adalah sia-
sia)
10. Diskusi dengan pasien dan keluarga merupakan hal yang penting dan tergantung dengan
kapasitas mental dan harapan hidup pasien. Diskusi dapat dilakukan oleh konsultan ruamh
sakit, dokter umu, atau perawat yang bertugas. Staf harsu memberitahukan hasil diskusi
mereka dengan pasien kepada dokter penanggungjawab pasien.
11. Jika, pada situasi tertentu, terdapat perbedaan pendapat antara dokter dan pasien mengenai
tindakan DNR, dokter harus menghargai keinginan pasien (yang kompeten secara mental)
12. Hasil diskusi dengan pasien dan atau keluarganya harus dicatat di rekam medis pasien.
13. Di rekam medis, harus tercantum:
a. Tulis pasien ini tidak dialakukan resusitasi
b. Tulis tanggal dan waktu pengambilan keputusan
c. Indikasi / alasan tindakan DNR
d. Batas waktu berlakunya instrusi DNR
e. Nama dokter penanggungjawab pasien
f. Ditandatangani oleh dokter penanggungjawab pasien (yang mengambil keputusan)
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

Contoh:
Tanggal 18 Maret 2010
Pukul 10.30 WIB
Tidak dilakukan RJP
Indikasi: syok kardiognetik
Batas waktu:24 jam
14. Pada beberapa kasus, tidak terdapat batasan waktu pemberlakukan instruksi DNR, misalnya:
keganasan fase terminal.
15. Pada pasien asing (luar negri) dan populasi etriitis minoritas di mana terdapat kesulitan
pemahaman bahasa,harus terdapat layanan penerjemah yang kompeten.
16. DNR hanya berarti tidak dilakukan tindakan RJP. Penanganan dan tatalksana pasien lainnya
tetap dilakukan dengan optimal.
17. Tindakan DNR dapat dipertimbangkan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Pasien berada dalam fase terminal penyakitnya atau kerugian / penderitaan yang
dirasakan pasien saat menjalani terapi melebihi keuntungan dilakukannya terapi.
b. Pasien, yang kompeten secara mental dan memiliki kapasitas untuk mengambil
keputusan, menolak untuk dilakuakn usaha RJP.
c. RJP bertentangan dengan keputusan dini / awal yang dibuat oleh pasien, yang bersifat
valid dan matang, mengenali penolakan semua tindakan untuk mempertahankan
hidup pasien.

Keputusan dini / awal (dahulu dikenal dengan Istilah Surat Wasiat)


1. Terdapat kebijakan dari pihak rumah sakit mengenai keputusan dini akan penolakan tindakan
penyelamatan hidup / nyawa oleh pasien.
2. Dokter sebaiknya menghargai keputusan yang diambil oleh pasien (autonomi)
3. Pasien dengan keputusan dini ini tetap diberikan terapi / penanganan lainnya, seperti
pemberian obat-obatan, cairan infus, dan lain-lain.
4. Putusakanlah apakah diskusi mengenai keputusan DNR ini perlu dilakukan.
5. Berikut adalah beberapa kondisi di mana perlu dilakukan diskusi dengan pasien :
a. Pasien yang kompeten secara mental menyatakan bahwa mereka ingin mendiskusikan
tindakan DNR dengan dokternya.
b. Usaha RJP dianggap memiliki harapan untuk berhasil tetapi dapat mengakibatkan
kualitas hidup yang buruk bagi pasien.
c. Hal yang mendasari keputusan DNR adalah tidak adanya keuntungan dalam hal
medis. Diskusi harus ditekankan untuk membuat pasien menyadari, memahami, dan
menerima kondisi penyakitnya serta menerima hasil keputusan yang telah
didiskusikan. Diskusi juga membahas mengenai manajemen paliatif dan prognosis
secara keseluruhan.
6. Berikut adalah beberapa kondisi di mana tidak perlu dilakukan diskusi dengan pasien:
a. Jika resusitasi dianggap tidak ada gunanya / sia-sia
b. Diskusi berpengaruh buruk terhadap kesehatan pasien, misalnya pasien menjadi
depresi
c. Pasien yang kompeten secara mental menyatakan bahwa mereka tidak ingin
mendiskusikan hal tersebut
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

d. Pasien mengalami deteriorasi, misalnya pasien berada dalam fase sekarat / terminal
dari penyakitnya.
e. Pasien dinilai tidak memiliki kapasitas yang adekuat untuk mengambil keputusan
(lihat lampiran 1)
7. Pasien diperbolehkan untuk mengambil keputusan dini akan penolakan tindakan
penyelamatan hidup dengan memenuhi beberapa persyaratan di bahwa ini :
a. Usia pasien harus >18 tahun
b. Pasien harus kompeten dan memiliki kapasitas yang baik secara mental untuk
mengambil keputusan
c. Keputusan ini harus tertulis, yang berarti ditulis oleh pasien sendiri atau keluarga /
kerabat yang dipercaya oleh pasien, dan harus dicatat di rekam medis.
d. Harus ditandangani oleh 2 orang, yaitu:
i. Penulis / pembuat keputusan atau oleh orang lain atas nama pasien sambil
diarahkan oleh pasien (jika pasien tidak mampu menandatanganinya sendiri)
ii. 1 orang lain sebagai saksi
e. Harus diverifikasi oleh pernyataan spesifik yang dilakukan oleh pembuat keputusan,
dapat dituliskan di dokumen lain / terpisah, yang menyatakan bahwa keputusan dini
ini diaplikasikan untuk tindakan / penanganan spesifik, bahwa jika terdapat risiko
kematian.
f. Pernyataan keputusan dini di dokumen terpisah ini juga harus ditandatangani dan
disaksikan oleh 2 orang (salah satunya pasien)
8. Diskusi antara dokter dengan keluarga pasien mengenai keputusan ini harus atas izin paisen.
9. Jika pasien tidak kompeten seacra mental, diskusi dapat dilakuakn dengan keluarga / wali sah
pasien dengan mempertimbangkan kondisi dan keinginan pasien. Jika tidak terdapat keluarga
/ wali yang sah, keputusan dapat diambil oleh dokter penanggungjawab pasien.
10. Jiak terdapat situasi dimana pasien kehilangan kompetensi untuk mengambil keputusan tetapi
telah membuat keputusan dini DNR sebelumnya yang valid, keputusan ini harsulah tetap
dihargai.
11. Dokter dapat tidak mengindahkan keputusan dini yang dibuat oleh pasien, jika terdapat hal-
hal berikut ini :
a. Pasien telah melakukan hal-hal yang tidak konsisten keputusan dini / awal yang
dibuat, yang mempengaruhi validitas keputusan tersebut (mislanya, pasien pindah
agama)
b. Terdapat situasi yang tidak diantisipasi oleh pasien dan situasi tersebut dapat
mempengaruih keputusan pasien (mislanya, perkembangan terkini dalam tatalaksana
pasien yang seacra drastis mengubah prospek kondisi tertentu paisen).
c. Situasi / kondisi yang ada tidak jelas dan tidak dapat diprediksi
d. Terdapat perdebatan / perselisihan mengenai validitas keputusan dini / awal dan kasus
tersebut telah dibawa ke pengadilan.
12. Jika terdapat keraguan terhadap apa yangg pasien inginkan / maksudkan, paramedis harus
bertindak sesuai dengan kepentingan / hal yang terbaik untuk pasien. Dapat meminta saran
dari dokter senior juga
13. Tatalaksana emergensi tidak boleh tertunda hanya keren mencari ada tidaknya instruksi DNR
pasien jika tidak terdapat indikasi jelas bahwa instruksi tersebut ada.
14. Pasien tidak diperbolehkan menolak perawatan dasar yang diberikan.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

15. Perawatn dasar ini didefiniskan sebagai pemberian temapt tidur yang nyaman dan hangat,
pengurangan rasa sakit / analgesik, manajemen gejala-gejala yang memicu stress fisik
(seperti sesak napas, muntah, inkontinensia), dan manajemen higene / kebersihan diri pasien.
16. Jika pasien tetap menoak perawatan dasr, dokter yang bertugas sebaiknya meminta searan
dari dokter senior, dan masalah ini dapat jiga dibawa ke komisi etik.
17. Rumah sakit sebaiknya membuat kerangka konsep dalam hal mengambil keputusan DNR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

BAB II
PANDUAN DALAM MENDISKUSIKAN
KEPUTUSAN DNR DENGAN PASIEN

1. Pastikan tercipta suasana yang kondusif, tentang privasi pasien terjaga


2. Kehadiran yang lengakp dari orang-orang yang ingin dilibatkan oleh pasien dalam
mendiskusikan hal ini.
3. Komunikasi dan tatap mata sebaiknya sejajar dengan tinggi / posisi pasien
4. Jika pasien tidak keberatan, ajaklah satu orang perawat untuk mendampingi diskusi
5. Perawat dapat membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pasein memberi dukungan
dan penguatan kepada pasien setelah dokter meninggalakn ruangan.
6. Mulailah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan umum seprti bagaimanakah pandangan
pasien terhadap penyakit dan tatalaksana yang dijalaninya.
7. Mengangkat topik utama:
a. Mulai dengan menyatakan saya ingin bediskusi dengan anda
b. apa yang anda ingin kami (paramedis) lakuakn jika suatu waktu anda menjadi terlalu
sakit untuk dapat berbicara dengan kami?
c. Salah satu hal penting adalah mengenai pertanyaan tindakan resusitasi.
d. meskipun hal ini jarang terjadi, saya perlu untuk mempertimbangkan mengenai
tindakkan apa yang harus kami lakuaka jika jantung anda berhenti.
e. beberapa orang memiliki pandanagan yang kuat terhadap seberapa banyak
penanganan yang ingin mereka terima jiak mereka menjadi sangat sakit. Saya ingin
tahu apakah anda pernah memikirkan hal ini.
8. Pemilihan waktu untuk berdiskusi:
a. Bukan waktu yang untuk melakuakn diskusi segera setelah diagnosis ditegakkan.
b. Waktu diskusi yang terbaik adalah saat diagnosis dan prognosis sudah jelas dan saat
pasien telah mengetahui dan menerima penyakitnya.
9. Berusahalah untuk membangun pemahaman pasien mengenai situasinya saat ini, sifat dasar
resusitasi, kemungkinan tingkat keberhasilan resusitasi jika dilakukan, serta harapan dan
keinginan pasien. Pasien dan keluarganya sering memiliki harapan / ekspektasi yang tidak
realistik dari nilai resusitasi.
10. Berikan informasi mengenai RJP menggunakan kata-kata sederhana yang dapat dimengerti
oleh pasien.
11. Tingkat pemberian informasi harus dinilai dari respon dan pemahaman setiap pasien.
12. Jika tidak tercapai kesepakatan, berikan pendapat dari sudut pandang dokter (paramedis)
mengenai kondisi pasien dan tindakan RJP. Dapat dengan menyatakan: pendapat saya
mungkin berbeda dengan apa yang anda inginkan. Karena alasan itulah saya ingin berdiskusi
dengan anda.
13. Cobalah untuk mengerti:
a. Sudut pandang pasien
b. Nilai-nilai yang dianut oleh pasien
c. Ruang lingkup pengaplikasian (misalnya, penanganan apa saja yang dijalani pasien)
14. Catat sudut pandang pasien, nilai-nilai yang dianut oleh pasien, dan ruang lingkup
pengaplikasian di rekam medis.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

15. Diskusikan keputusan mengenai RJP dalam konteks positif sebagai bagian dari perawatan
suportif. Banyak pasien yang merasa takut diabaikan / ditelantarkan dan merasa nyeri,
melebihi rasa takutnya akan kematian.
16. Petugas harus menekankan mengenai terapi-terapi mama saja yang akan tetap diberikan,
pasien masih akan tetap dikunjungi oleh dokter secara teratur, pengendalian nyeri, dan
memberikan kenyamanan kepada pasien.
17. Penting untuk memisahkan / membedakan keputusan DNR dengan keputusan mengenai
manajemen pasien lainnya.
18. Dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk berdiskusi dengan dokter, akan
membuat pasien merasa dihargai dan menurunkan tingkat kecemasan / stress pasien juga.

Keputusan Dnr pada Pasien Dewasa Peri-Operatif


1. Tindakan pembedahan dan anestesi turut berkontribusi dalam perubahan kondisi medis
pasien dengan keputusan DNR sebelumnya dikarenakan adanya perubahan fisiologis yang
dapat meningkatkan risiko pasien.
2. Tindakan anestesi sendiri (baik regional ataupun umum), akan menimbulkan instabilitas
kardiopulmoner yang akan membutuhkan dukungan / penanganan medis.
3. Angka keberhasilan RJP di kamar operasi lebih tinggi secara signifikan dibandingkan di
ruang rawat inap (di mana keputusan DNR ini ditetapkan). Angka keberhasilan RJP di kamar
operasi ini dapat mencapai 92%.
4. Menilik dari hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan peninjauan ulang keputusan DNR
sebelum melakukan prosedur anestesi dan pembedahan.
5. Rekomendasi:
a. Pasien dengan keputusan DNR yang mungkin memerlukan prosedur pembedahan
harus dikonsultasikan kepada tim bedah dan anestesiologis.
b. Lakukan peninjauan ulang keputusan DNR oleh anestesiologis dan dokter bedah
dengan pasien, wali, keluarga, atau dokter penanggungjawab pasien (jika
diindikasikan) sebelum melakukan prosedur anestesi dan pembedahan.
c. Tujuan peninjauan ulang ini adalah untuk memperoleh kesepakatan mengenai
penanganan apa saja yang akan boleh dilakukan selama prosedur anestesi dan
pembedahan.
d. Terdapat 3 pilihan dalam meninjaun ulang keputusan DNR, yaitu:
i. Pilihan pertama: keputusan DNR dibatalkan selama menjalani anestesi dan
pembedahan, dan ditinjau ulang kembali saat pasien keluar dari ruang
pemulihan. Saat menjalani pembedahan dan anestesi, lakukan RJP jika
terhadap henti jantung / napas.
ii. Pilihan kedua: keputusan DNR dimodifikasi, dengan mengizinkan pemberian
obat-obatan dan teknik anestesi yang sejalan / sesuai dengan pemberian
anestesi.
Hal ini termasuk ;
Monitor EKG, tekanan darah, oksigenasi dan minitor introperatif
lainnya.
Manipulasi sementara dalam menjaga jalan napas dan pernapasan
dengan intubasi dan ventilasi, jika diperlukan dan dengan pemahaman
bahwa pasien akan bernapas secara spontan di akhir prosedur.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

Penggunaan vasopressor atau obat anti-aritmia untuk mengkoreksi


stabilitas kardiovaskular yang berhubungan dengan pemberian anestesi
dan pembedahan.

Penggunaan kardioversi atau defibrillator untuk mengkoreksi aritmia harus


didiskusikan sebelumnya dengan pasien / wali sahnya. Lakukan juga diskusi
mengenai pemberian kompresi dada.
iii. Pilihan ketiga : keputusan DNR tetap berlaku (tidak ada perubahan).
Pada beberapa kasus, pilihan ini tidak sesuai dengan pemberian
anestesi umum dalam pembedahan.
Pasien dapat menjalani prosedur pembedahan minor dengan tetap
mempertahankan keputusan DNR-nya.
Anestesiologis harus berdiskusi dan membuat kesepakatan dengan
pasien / wali sah mengenai intervensi apa saja yang diperbolehkan,
seperti : kanulasi intravena, pemberian cairan intravena, sedasi,
analgesik, monitor, obat vasopressor, obat anti-aritma, oksigensi atau
intervensi lainnya.

e. Pilihan yang telah disepakati harus dicatat di rekam medis pasien.


f. Pilihan DNR ini harus dikomunikasikan kepada semua petugas yang terlibat dalam
perawatan pasien di dalam kamar operasi dan ruang pemulihan.
g. Secara hukum, yang berwenang untuk membuat keputusan DNR ini adalah :
h. Jika setelah diskusi, masih belum terdapat kesepakatan mengenai pilihan DNR mana
yang akan digunakan, pemegang keputusan tetaplah diberikan ke pasien / wali
sahnya.
i. Jika terdapat keraguan atau ketidakjelasan mengenai siapa yang berwenanng untuk
membuat keputusan DNR, atau terdapat keraguan mengenai tindakan apa yang tebaik
untuk pasien, segeralah mencari saran kepada komisi etik atau lembaga hukum
setempat.
j. Dalam kondisi gawat darurat, dokter harus membuat keputusan yang menurutnya
terbaik untuk pasien dengan menggunakan semua informasi yang tersedia.
k. Pilihan keputusan DNR ini harus diaplikasikan selama pasien berada di kamar operasi
dan ruang pemulihan.
l. Keputusan DNR ini haruslah ditinjau ualang saat pasien kembali ke ruang rawat inap.
6. Bebarapa kondisi medis yang membutuhkan anestesi untuk intervensi operatif pada pasien
dengan keputusan DNR adalah :
a. Alat bantu asupan nutrisi (misalnya: feeding tube)
b. Pembedahan segera untuk kondisi yang tidak berhubungan dengan penyakit kronis
pasien (misalnya: apendisitis akut)
c. Pembedahan segera untuk kondisi yang berhubungan dengan penyakit kronis tetapi
tidak dianggap sebagai suatu bagian dari proses terminal penyakitnya (misalnya: ileus
obstruktif)
d. Prosedur untuk mengurangi nyeri (misalnya: operasi fraktur kolum femur)
e. Prosedur untuk menyediakan akses vaskular
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

7. Pada situasi emergensi :


a. Tidak selalu ada cukup waktu untuk melakukan peninjauan ulang mengenai
keputusan DNR sebelum melakukan anestesi, pembedahan atau resusiatsi
b. Akan tetapi, harus tetap dilakukan usaha untuk mengklarifikasi adanya keputusan
DNR dini / awal yang tealah dibuat sebelumnya (jika memungkinkan)

8. Fase pre-operatif
a. Lakukan diskusi antara pasien / wali sah, keluarga, anestesiologis, dokter bedah,
dokter penanggungjawab pasien dan perawat
b. Lakukan asesmen mengenai :
i. Kondisi medis pasien, termasuk status mental dan kompetensi pasien
ii. Intervensi pembedahan yang diperlukan
iii. Riwayat keputusan DNR sebelumnya, termasuk ;
Durasi / batas waktu berlakunya keputusan tersebut
Siapa yang bertanggungjawab meneetapkan keputusan tersebuut
Alasan keputusan tersebut dibuat
iv. Keputusan pertama yang dibuat adalah mengenai apakah pasien ini perlu
menjalani anestesi dan pembedahan (pertimbangan dari sudut pandang pasien,
keluarga, dokter bedah dan anestesiologis)
v. Jika pembedahan dianggap perlu, tentukan batasan-batasan tindakan resusitasi apa
saja yang dapat dilakukan di fase peri-operatif, lakukan komunikasi yang efektif,
detail dan terbuka dengan pasien, keluarga dan atau wali sah pasien
vi. Jika keputusan DNR telah dibuat dan disepakati, harus dicatat di rekam medis
pasien, ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat dan cantumkan tanggal
keputusan dibuat
vii. Lakukan prosedur pembedahan segera setealh keputusan dibuat dan kondisi medis
pasien memungkinkan untuk menjalani pembedahan

9. Fase intra-operatif
a. Keputusan DNR diaplikasikan selama pasien berada di kamar operasi
b. Jika dilakukan pemberian premedikasi, haruslah sanagt hati-hati untuk menghindari
terjadinya perubahan status fisiologis pasien sebelum di transfer ke kamar operasi
c. Semua petugas kamar operasi harus mengetahui pilihan keputusan DNR yang diambil
d. Dokter bedah dan anestesiologi yang terlibat dalam konsultasi pre-operatif harus
hadir selama prosedur berlangsung

10. Fase pasca-operatif


a. Pilihan keputusan DNR harus dikomunikasikan kepada petugas di ruang pemulihan
b. Pilihan ini akan tetap berlaku hingga pasien dipulangkan / dipindahkan dari ruang
pemulihan
c. Keputusan DNR sebelumnya harus ditinjau ulang saat terjadi alih rawat pasien dari
ruang pemulihan ke perawat di ruang rawat inap
d. Pada kasus tertentu, keputusan DNR dapat diperpanjang batas waktunya hingga
pasien telah ditransfer ke ruang rawat inap pasca-operasi. Misalnya: jika penggunaan
infus epidular / alat analgesik akan tetap dipakai oelh pasien pasca-operasi
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

e. Harus ada audit rutin mengenai manajemen pasien dengan keputusan DNR yang
dijadwalkan untuk menjalani operasi

Keputusan DNR Pada Pediatrik


1. Pada pasien anak (usia <18 tahun), diskusikan dengan orang tua pasien
2. Orang tua harus mendapat informasi selengkap-lengkapnya mengenai kondisi dan penyakit
pasein, prosedur RJP, rekomendasi mengenai RJP dan DNR
3. Pertimbangkanlah juga kondisi emosinal dan tumbuh-kembang pasien anak
4. Intruski DNR harus diberitahukan kepada orang tua pasien, kecuali pada kondisi berikut ini :
5. Di rekam medis harus tertulis hasil diskusi dokter dengan orang tua pasien. Keputusan harus
ditandatangani oleh dokter. Perawat yang terlibat dan orang tua pasien.
6. Pada kasus tertentu, dimana orang tua tetap meminta dilakukan RJP meskipun tim medis
tealh memberitahukan bahwa tindakan RJP ini membahayakan pasein / bersifat non-
terapeutik, orang tua diperbolehkan mencari pendapat ekspertise lainnya (second opinion)
atau (jika orang tua meminta) diperbolehkan melakukan transfer pasien jika kondisi pasien
memungkinkan untuk di-transfer
7. Jika masih belum ditemukan kesepakatan antara tim medis dengan orang tua pasien, lakukan
proses peninjauan ulang (review) oleh tim medis untuk menentukan apakah DNR perlu
dilakukan atau tidak, seperti tercantum di bawah ini :
a. Tim medis harus mengkonfirmasi bahwa terdapat kesepakatan antara anggota timnya
mengenai keputusan DNR pada pasien
b. Minta pendapat dokter lain di luar tim medis pasien (second opinion) mengenai apakah
RJP pada pasien ini bersifat non-terapetik / membahayakan
c. Jika second opinion ini mendukung keputusan DNR, salah seorang anggota tim medis
harus menghubungi Komisi Etik untuk menjadwalkan konsultasi etik
d. Jika hasil dari konsultasi etik mendukung keputusan DNR, tim medis harus
memberitahukan / melaporkannya kepada Kepala Pelayanan Medis dan Lembaga Hukum
e. Jika Kepala Pelayanan Medis setuju dan Lembaga Hukum menyatakan bahwa
keterlibatan secara hukum tidak diperlukan, orang tua harus diberitahu bahwa keputusan
DNR akan dituliskan di rekam medis pasien
f. Jika orang tua masih tidak setuju dengan keputusan DNR ini, orang tua sebaiknya
diberikan kesempatan dan bantuan untuk mentransfer pasien ke fasilitas lainnya yang
bersedia untuk menerima pasien
g. Jika tidak memungkinkan untuk mentransfer pasien intruksi DNR akan dituliskan di
rekam medis pasien

8. Re-asesmen wajib terhadap keputusan DNR sebelum menjalani prosedur anestesi dan
pembedahan
a. Pasien dengan instruksi DNR biasanya sering menjalani prosedur anestesi dan
pembedahan terutama prosedur dengan tujuan memfasilitasi perawatan atau mengurangi
nyeri
b. Etiologi dan kejadian henti jantung selama anestesi berbeda secara signifikan dengan
situasi di luar ruang operasi sehingga perlu dilakukan re-evaluasi mengenai instruki DNR
c. Faktanya, angka keberhasilan resusitasi lebih tinggi di dalam kamar operasi / selama
anestesi berlangsung
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

d. Pada beberapa kasus, pasien atau orang tua menginginkan adanya pembatasan usaha
resusitasi yang digunakan sepanjang periode per-operatif
e. Pemberian anestesi sendiri melibatkan beberapa prosedur yang dapat dianggap sebagai
salah satu bagian dari usaha resusitasi, misalnya pemasangan kateter intravena,
pemberian cairan dan obat-obatan intravena dan manajemen jalan napas dan ventilasi
pasien
f. Anestesiologis harus berdiskusi dengan pasein dan atau orang tua, melalui ulang status
DNR sebelum dilakukan prosedur pembedahan dan mengkomunikasikan hasil diskusi ini
kepada seluruh petugas rumah sakit yang terlibat dengan perawatan pasien selama
periode intra-operatif dan pasca-operatif
g. Terdapat 3 pilihan instruksi DNR sebelum prosedur anestesi / pembedahan :
Pilihan pertama : instruksi DNR dibatalkan untuk sementara (jika terjadi
henti napas / jantung dilakukan usaha resusitasi sepenuhnya)
Pilihan kedua : resusitasi terbatas (spesifik terhadap prosedur). Pasien
dilakukan usaha resusitasi sepenuhnya kecuali prosedur spesifik, yaitu : kompresi
dada, kardioversi
Pilihan ketiga : resusitasi terbatas (spesifik terhadap tujuan). Pasien dilakukan
usaha resusitasi hanya jika efek samping yang terjadi dianggap bersifat sementara
dan reversible, berdasarkan pertimbangan dokter bedah dan anestesiologi
h. Harus dicatat di rekam medis pasien
i. Saat pasien keluar / dipindahkan dari ruang pemulihan, instruksi DNR ini harus ditinjau
ulang
j. Jika pasien / orang tua memutuskan untuk tetap memberlakukan instruksi DNR selama
menjalani prosedur anestesi / pembedahan, dokter boleh menolak untuk berpartisipasi
dalam kasus ini. Pasien / keluarga harus mencari dokter lain yang bersedia untuk merawat
pasien

Dokumentasi
1. Keputusan untuk tidak melakukan RJP harus dicatat di rekam medis pasien dan di formulir
Do Not Resuscitate (DNR) (lihat Lampiran 3). Formulir DNR harus diisi dengan lengkap dan
disimpan di rekam medis pasien
2. Alasan diputusnkannya tindakan DNR dan orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
harus dicatat di rekam medis pasien dan formulir DNR. Keputusan harus dikomunikasikan
kepada semua orang yang terlibat dalam aspek perawatan pasien, termasuk dokter gigi,
padiatrist, dan sebagainya.
3. Keputusan DNR harus diberitahukan saat pergantian petugas / pengoperan pasien ke petugas
/ unit lainnya.
4. Di rekam medis, harus dicatat juga mengenai hasil diskusi dengan pasien dan keluarga
mengenai keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dokumentasi dan komunikasi yang efektif akan memastikan bahwa petugas / unit lain
mengetahui instruksi DNR ini (jika pasien ditransfer ke unit lain).
6. Petugas ambulans yang terlibat dalam transfer juga harus mengetahui akan instruksi DNR
ini.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

BAB III
PENINJAUAN ULANG MENGENAI KEPUTUSAN DNR

1. Keputusan mengenai DNR ini harus ditinjau ulang secara teratur dan rutin, terutama jika
terjadi perubahan apapun terhadap kondisi dan keinginan pasien.
2. Frekuensi peninjauan ulang ini harus detentukan oleh dokter senior yang saat itu sedang
bertugas atau oleh konsultan penanggungjawab pasien.
3. Biasanya peninjauan ulang ini dilakukan setiap 7 hari sekali, tetapi dapat juga dilakukan
setiap hari pada kasus-kasus tertentu.
4. Peninjauan ulang ini dipengaruhi oleh diagnosis pasien, potensi perbaikan kondisi, dan
respon pasien terhadap terapi / pengobatan.

Pembatalan Keputusan Dnr


1. Jika instruksi DNR tidak lagi berlaku, bagian pembatalan formulir DNR harus dilengkapi /
diisi. Dituliskan tanggal dan ditandatangani oleh dokter senior yang saat itu sedang bertugas
atau oleh konsultan.
2. Pembatalan ini harus dengan jelas dicatat di dalam rekam medis pasien.

Keputusan Dnr Dan Transfer Pasien


1. Jika pasien ditransfer ke rumah sakit lain dengan instruksi DNR, dokter senior yang saat itu
sedang bertugas atau konsultan harus bertanggungjawab untuk melakukan asesmen ulang dan
mengambil keputusan berdasarkan informais yang didapat saat itu mengenai: Apakah
instruksi DNR masih berlaku atau tidak? Sebelum asesmen ulang tersebut dilakukan, pasien
masih dianggap sebagai DNR.
2. Jika pasien ditransfer ke pelayanan primer lain dengan instruksi DNR, dokter umuum di
layanan primer tersebut bertanggungjawab melakukan asesmen ulang dan pengambilan
keputusan harus dikomunikasikan dengan semua petugas semua yang terlibat dalam
perawatan pasien. Sebelum asesmen ulang tersebut dilakukan, pasien masih dianggap sebagai
DNR.
3. Saat melakukan transfer pasien, formulir DNR harus tetap disertakan dalam rekam medis
pasien. Formulir DNR ini tidak boleh difotokopi.

Instruksi Dnr Pada Pasien Di Luar Rumah sakit


1. Pada situasi kasus emergensi yang terjadi di luar rumah sakit, usaha RJP memiliki angka
keberhasilan yang lebih rendah pada pasien dengan usia sangat lanjut atau memiliki penyakit
berat/terminal.
2. Saat ini, banyak pasien-pasien dengan kondisi tersebut memilih untuk meninggal dengan
tenang dan tidak ingin menjalani intervensi yang agresif, seperti RJP. Banyak juga pasien
yang memilih dirawat di rumah sampai akhir usianya tiba.
3. Protokol pelayanan kegawatdaruratan medis menatakan bahwa inisiasi RJP dditunjukan
kepada semua pasien yang mengalami henti jantung / napas, kecuali pasien telah ditemukan
meninggal sebelumnya dengan tanda-tanda kematian yang jelas atau pasien memiliki
instruksi tertulis DNR yang valid dan ditandatangani oleh dokter.
4. Tujuan:
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

a. Memfasilitasi pasien untuk memilih penanganan medis apa yang mereka inginkan
dari Tim Kegawatdaruratan Medis jika terjadi henti jantung / napas di luar rumah
sakit.
b. Tim kegawatdarurat medis meliputi: pemberi pertolongan pertama (polisi / pemadam
kebakaran / lainnya yang menggikuti pelatihan RJP), petugas ambulans, paramedis
dan perawat di mobil rawat intensif (mobile intensive care uunit-MICU)

5. Definisi:
a. Formulir Instruksi DNR di luar Rumah Sakit yang valid: formulir tertulis yang
dinyatakan valid jika terisi lengkap dan ditandatangani oleh pasien / wali sahnya dan
dokter penanggungjawab pasien. Fotokopi yang dilegalisir dianggap sah dan berlaku.
b. Gelang DNR: adalah gelang pengenal yang berarti bahwa pemakainya memiliki
instruksi DNR yang valid. Gelang ini harus telah disetujui oleh pemerintahan
setempat, resmi, mudah dikenali, dan khusus / khas; dipakai di pergelangan tangan
atau kaki. Gelang ini harus dikenali oleh Tim kegawatdaruratan Medis dan petugas
kesehatan lainnya.

6. Tata laksana:
a. Tim kegawatdaruratan medis akan melakukan usaha RJP pada semua pasien yang
ditemukan henti napas/jantung kecuali jika pasien tersebut memiliki instruksi DNR
yang valid
b. Jika pasien dengan henti jantung / napas memiliki instruksi DNR, tim
kegawatdaruratan medis harus :
Melakukan asesmen mengenai tidak adanya pernapasan dan atau denyut
jantung
Jika petugas tiba di tempat kejadian tanpa mobil rawat intensif (MICU), ikuti
protokol setempat
Untuk petugas MICU, kontak / hubungi dokter penanggungjawab pasien
(yang menandatangani DNR) untuk mengkonfirmasi validitas instruksi DNR-
di luar rumah sakit, beritahukan kondisi pasien
c. Jika pasien dengan instruksi DNR yang valid berada dalam kondisi henti jantung /
napas, tim kegawatdaruratan medis harus :
Melakukan asesmen pasien
Menyediakan semua tatalaksana yang sesuai
Menyediakan transportasi ke rumah sakit, jika diperlukan
Menghargai dan mematuhi instruksi DNR jika terjadi henti napas / jantung
pada pasien selama tranfer
Memberikan salinan instruksi DNR ke rumah sakit penerima, jika tersedia
d. Saat memutuskan untuk membuat instruksi DNR, dokter tidak boleh mempengaruhi
keinginan pasien / wali sahnya
e. Instruksi DNR dapat dibatalkan kapanpun oleh pasien dengan merusak / menyobek
formulir dan gelang DNR, atau dengan menyatakan secara lisan
f. Validitas instruksi DNR :
Hanya dokter penanggungjawab pasien yang boleh menulis instruksi DNR
untuk pasien yang dirawat di rumah
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

Hubungi dokter penanggungjawab pasien untuk mendiskusikan pembuatan


instruksi DNR
Pastikan formulir DNR telah diisi dengan lengkap oleh dokter, termasuk tanda
tangan dan alamat pasien / wali sah : nama, alamat, nomor telepon dan tanda
tangan dokter, dan tanggal pembuatannya
Gelang DNR dapat diperoleh dari dokter atau rumah sakit tempat pasien
berobat. (lihat lampiran 5 mengenai panduan gelang DNR)
Simpan salinan instruksi DNR di rumah dan selalu dibawa oelh pasien
kemampuan dia pergi
Pastikan semua keluarga / wali pasien mengetahui instruksi DNR ini

7. Pada pasien di panti jompo : perawat pasien diperbolehkan untuk menulis instruksi DNR
dan penolakan untuk dirawat di rumah sakit (Do Not Hospitalized), berdasarkan hasil
konsultasi dengan dokter
a. Prosedur Dasar
Memperoleh izin persetujuan tertulis (informed consent) dari pasien / wali sahnya
Melengkapi formulir instruksi DNR di luar rumah sakit. Berikan salinan di
rekam medis pasien. Berikan beberapa salinan kepada pasien dan atau keluarga /
pengasuh di luar rumah sakit / panti jompo
Informasikan kepada pasien dan atau pengasuh mengenai penggunaan formulir
DNR ini dan anjurkan agar formulir ini diletakkan di tempat-tempat yang mudah
terlihat di rumah (misalnya : papan harian pasien, senderan ranjang, pintu kamar
tidur, atau kulkas)
Pasien boleh menggunakan gelang DNR (tidak wajib). Gelang ini harus di anggap
valid dan mengindikasikan bahwa pasien memiliki instruksi DNR di luar rumah
sakit. Dokter harus menginformasikan kepada pasien / wali sahnya mengenai
ketersediaan gelang DNR sebagai sarana tambahan untuk memberitahu Tim
Kegawatdaruratan Medis
Lakukan peninjauan ulang terhadap status DNR secara periodikan dengan pasien /
wali sahnya, lakukan revisi terhadap rencana penanganan pasien (jika diperlukan)
dan catatlah di rekam medis pasien. Jika instruksi DNR ini dibatalkan, berikan
instruksi untuk menghancurkan / menyobek formulir DNR dan melepas gelang
DNR

b. Rekomendasi tambahan mengenai dokumentasi instruksi DNR


a) Dokter sebaiknya memberi catatan di kurva medis pasien mengenai instruksi
DNR yang mencakup :
Diagnosis
Alasan dibuat instruksi DNR
Kapasitas pasien dalam membuat keputusan
Dokumentasi bahwa diskusi mengenai status DNR telah dilakukan. Tulis
juga siapa saja yang menghadiri diskusi tersebut
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

c. Pembatalan instruksi DNR


Instruksi DNR dapat dibatalkan kapanpun oleh pasien dengan cara
menghancurkan / menyobek foemulir dan gelang DNR atau dengan menyatakan
secara lisan oleh pasien

8. Dokumentasi
a. Catat semua informasi pasien dan asesmen pasien
b. Catat instruksi DNR pasien yang telah divalidasi. Lampiran salinan formulir DNR di luar
rumah sakit
c. Ikuti protokol kegawatdaruratan medis setempat

Pelatihan
1. Manajer Pelayanan Medis bertanggungjawab untuk mengidentifikasi pelatihan-pelatihan apa
saja yang diperlukan untuk mengimplementasikan kebijakan ini
2. Persyaratan pelatihan yang harus dimiliki oleh personel rumah sakit harus didiskusikan
sebagai bagian dari proses Peninjauan Ulang Performa Kerja Rumah Sakit (Performance
Development Review) dan keputusan mengenai pelatihan-pelatihan yang diperlukan harus
dituliskan dalam Rencana Pengembangan Performa Kerja Rumah Personel Rumah Sakit (
Personal Development Plan)

Peninjauan Ulang dan Audit


1. Audit akan dilakukan setiap tahunnya untuk memastikan bahwa semua keputusan DNR
didokumentasi sepenuhnya sesuai dengan kebijakan yang berlaku
2. Audit mengenai semua kejadian resusitasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa
kejadian-kejadian tersebut telah sesuai dengan kebijakan yang berlaku
3. Peninjauan ulang mengenai isi dari kebijakan ini akan dilakukan 2 tahun setelah tanggal
kebijakan ini disetejui
4. Peninjauan ulang dini dapat dilakukan jikab terjadi salah satu atau lebih dari kondisi-kondisi
berikut ini :
a. Adanya perubahan atau perkembangan dalam regulasi / peraturan perundang-undangan
yang berlaku
b. Terjadinya insidens yang penting / krusial
c. Adanya alasan-alasan yang kuat / relevan lainnya
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

LAMPIRAN 1
KRITERIA PASIEN YANG TIDAK MEMILIKI KAPASITAS ADEKUAT DAN TIDAK
KOMPETEN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

1. Pasien memiliki gangguan fungsi kognitif / mental yang membuatnya tidak dapat mengambil
keputusan untuk dirinya sendiri
2. Pasien tidak dapat mengerti mengenai informasi yang relevan dengan pengembalian
keputusan, yang diberikan oleh dokter / petugas medis lainnya
3. Pasien memiliki gangguan dalam hal mengingat informasi yang baru diberikan
4. Pasien tidak dapat mengolah atau mempertimbangkan informasi tersebut sebagai bagian dari
proses pengambilan keputusan
5. Pasien tidak dapat mengkomunikasikan keputusannya, baik dengan berbicara, bahasa tubuh,
atau cara lainnya.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

LAMPIRAN 4
FORMULIR INSTRUKSI DNR PADA PASIEN DI LUAR RUMAH SAKIT

DO NOT RESUSCITATE (DNR)


SEMUA PEMBERI PERTOLONGAN PERTAMA DAN TIM KEGAWATDARURATAN
MEDIS DIWAJIBKAN UNTUK MEMATUHI INSTRUKSI DNR DI LUAR RUMAH SAKIT
INI
Permintaan ini ditujukan untuk usaha resusitasi pada kondisi terjadinya henti jantung / napas
pada:_________________________ (Nama Pasien), dan telah diinstruksikan oleh dokter yang
bertandatangan di bawah ini. Instruksi ini sesuai dengan keinginan pasien dan telah diputuskan
dan didokumentasikan oleh dokter (yang bertandatangan di bawah ini) bahwa usaha resusitasi
pada pasien ini dianggap tidak sesuai secara medis.
Instruksi DNR ini harus dihormati oleh seluruh Tim Kegawatdaruratan Medis, Pemberi
Pertolongan Pertama dan petugas kesehatan lainnya yang berhubungan denga pasien dalam
situasi kegawatdaruratan medis.
Tanda tangan pasien / wali sah :______________________________________
Alamat pasien :______________________________________

PASIEN DENGAN NAMA DI ATAS BERADA DI BAWAH PERAWATAN :


Nama dokter :__________________________________________
Alamat dokter :__________________________________________
Nomor telepon :__________________________________________
Rumah Sakit Tempat Bekerja :__________________________________________
Tanda Tangan Dokter :__________________________________________
Tanggal :__________________________________________

DOKUMEN INI HARUS DITUNJUKKAN DAN TERSEDIA SETIAP SAAT UNTUK TIM
KEGAWATDARURATAN MEDIS
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

INSTRUKSI UNTUK PEMBERI PERTOLONGAN PERTAMA / TIM


KEGAWATDARURATAN MEDIS
SEMUA PASIEN BERHAK MEMBUAT KEPUTUSAN MENGENAI
KESEHATANNYA, TERMASUK HAK UNTUK MENERIMA ATAU MENOLAK
PENANGANAN / TINDAKAN MEMPERTAHANKAN HIDUP PASIEN

1. Lakukan asesmen pada pasien mengenai tidak adanya pernapasan dan atau denyut
jantung

2. Jika pasien tidak berada dalam kondisi henti jantung dan atau napas, sediakan semua
perawatan yang dibutuhkan, termasuk transportasi, jika diperlukan

3. Jika pasien berada dalam kondisi henti jantung dan atau napas, jangan melakukan RJP
dan usaha resusitasi lainnya

4. Ikuti Protokol Kegawatdaruratan Medis setempat

5. Dokumentasikan semua informasi di lembar asesmen dan lampirkan salinan Instruksi


DNR di Luar Rumah Sakit ini

6. Hanya individu (pasien, wali sah, atau dokter) yang menandatangani formulir ini yang
dapat membatalkan instruksi ini setiap saat

7. Salinan dokumen ini adalah sah dan harus dihormati setiap saat
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK
Jl. Dr. sutomo No.94 Padang
Telp. (0751) 38846, Fax: (0751) 841286
Email Address: rsbcicik@gmail.com

LAMPIRAN 5
PANDUAN GELANG DNR

1. Gelar DNR merupakan salah satu metode untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki
instruksi DNR yang valid dan berada di luar rumah sakit
2. Gelang ini harus dihargai dan ditaati oleh tim kegawatdaruratan medis dengan atau tanpa
adanya formulir instruksi DNR tertilis.
3. Gelang ini harus:
a. Dipakai di pergelangan tangan / kaki pasien
b. Bertuliskan:
i. Nama pasien
ii. Nama dan nomor telepon dokter
iii. Tanggal pembuatan instruksi DNR dan masa berlakunya (jika ada)
c. Tidak rusak / sobek
4. Pasien / wali sahnya dapat meminta gelang DNR ini dari rumah sakit tempat pasien berobat
dengan membawa formulir DNR tertulis yang didapat dari dokter.
5. Rumah sakit akan menyimpan salinan formulir instruksi DNR
6. Rumah sakit akan bertanggungjawab dalam:
a. Memberikan gelang DNR kepada pasien, berdasarkan formulir tertulis DNR yang ada
b. Melengkapi tulisan di gelang DNR, meliputi: nama pasien, nama dokter, dan tanggal
pembuatan instruksi DNR
c. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai tujuan dan maksud dari
insruksi DNR ini. Menekankan bahwa instruksi DNR ini hanya berlaku untuk usaha
RJP, penanganan lainnya tetap dilakukan
7. Instruksi DNR dapat dibatalkan dengan cara:
a. Melepas gelang DNR
b. Menyatakan secara lisan mengenai pembatalan instruksi DNR
c. Menghancurkan / menyobek instruksi tertulis DNR
8. Pembatalan DNR ini harus dilaporkan kepada dokter pembuat formulir dan rumah sakit
tempat pasien berobat sehingga dapat dicatat ke rekam medis pasien.

Ditetapkan di : Padang
Pada tanggal : 24 April 2015
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CICIK

dr. Kharisma Rosa

Anda mungkin juga menyukai