Anda di halaman 1dari 12

FUNGSI DAN PERAN KEPALA RUANGAN DALAM PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT TUGUREJO


SEMARANG

Elfrida Harlina

Mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

E-mail : lfridaharlin1st@gmail.com

Abstrak

Pendahuluan : Kepala ruangan memiliki kontribusi besar dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) di ruang rawat. Akan tetapi belum semua kepala ruang dapat
melakukan fungsi dan perannya dalam pelaksanaan PPI. Artikel ini bertujuan menguraikan
fungsi dan peran kepala ruang dalam PPI di ruang Mawar RSUD Tugurejo Semarang.
Metode: Metode yang digunakan adalah studi kasus dan studi literatur. Responden yang
digunakan adalah kepala ruang Mawar dan 20 orang perawat. Hasil pengkajian dan analisis
SWOT diketahui fungsi dan peran karu dibutuhkan dalam pelaksanaan PPI. Di ruang Mawar
kepala ruang cukup melibatkan diri dalam pelaksanaan PPI. Hasil studi literatur menunjukkan
peran perawat sebagai staf kepala ruang di ruang rawat yang melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien sangat berpeluang meningkatkan keberhasilan pengendalian infeksi. Belum
terdapat referensi yang menjelaskan secara langsung fungsi dan peran karu dalam PPI. Saran:
Saran untuk pihak manajer keperawatan RS agar meningkatkan fungsi kepala ruang sebagai
manajer terdepan di ruang rawat melalui dukungan dan fasilitas yang mendukung upaya
tersebut.

Kata kunci: Fungsi dan Peran, Kepala Ruangan, Pelaksanaan PPI

Abstract

Introduction: The head of the room has a major contribution in the implementation of
infection prevention and control (PPI) in the ward. However, not all heads of rooms can carry
out their functions and roles in the implementation of PPI. This article aims to describe the
function and role of heads of rooms in PPI in the Mawar Hospital Tugurejo Hospital

1
Semarang. Method: The method used is case studies and literature studies. Respondents used
were the head of Mawar room and 20 nurses. From the results of the SWOT assessment and
analysis it is known that the function and role of heads of rooms is needed in the
implementation of PPI. In Mawar heads of rooms room, he was quite involved in the
implementation of PPI. The results of the literature study show the role of nurses as heads of
rooms staff in the care room that carries out nursing care to patients very likely to increase
the success of infection control. There is no reference that explains directly the function and
role of heads of rooms in PPI. Suggestion: Suggestions for the hospital nursing manager to
improve the function of heads of rooms as the foremost manager in the ward through support
and facilities that support these efforts.
Keywords: Function and Role, Head of Room, Implementation of PPI

PENDAHULUAN Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti


Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan
Rumah sakit adalah pemberi
angka infeksi nosokomial untuk Infeksi
layanan kesehatan yang bermutu sesuai
Luka Operasi( ILO) 18,9%, Infeksi
dengan standar yang sudah ditentukan
Saluran Kemih (ISK) 15,1%, Infeksi
salah satunya dengan melakukan upaya
Aliran Darah Primer (IADP) 26,4%,
pencegahan dan pengendalian infeksi
Pneumonia 24,5% dan Infeksi Saluran
(PPI). Setiap harinya diperkirakan 1 dari
Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1%.
25 pasien rumah sakit menderita minimal 1
(Depkes, 2013).
jenis HAIs (CDC, 2016). Hasil penelitian
di Polandia menurut (Deptula, 2015) Upaya pencegahan dan
diketahui infeksi kateterisasi vena sentral pengendalian infeksi dengan cara memutus
30,2%, intubasi 41,6% dan kateterisasi rantai penularan infeksi merupakan cara
urin 17,5%. Prevalensi tertinggi HAIs yang paling mudah untuk mencegah
diamati antara pasien di unit perawatan penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya
intensif 39,8% orang dewasa, pediatri bergantung pada ketaatan petugas dalam
30,8%. melaksanakan prosedur yang telah
ditetapkan. (Kemenkes RI, 2011), (KARS,
Di Indonesia sendiri, berdasakan
2012).
hasil survey point prevalensi dari 11
Rumah Sakit di DKI Jakarta yang Pelaksanaan fungsi dan peran
dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah manajer kepala ruangan sangat

2
berpengaruh terhadap peningkatan mutu penerapan pengendalian infeksi
ruang rawat. Hal ini didukung hasil nosokomial di Rumah Sakit Santo Yusup
penelitian (Parmin, 2010) yang Bandung.
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
Studi kasus yang dilakukan di
bermakna antara fungsi manajemen kepala
ruang Mawar RSUD Tugurejo Semarang
ruangan terhadap peningkatan mutu
diketahui angka infeksi untuk Plebitis
layanan di rumah sakit. Menurut (Robbins,
20%, ILO 0% ISK 1%. Pelaksanaan
2013), fungsi manajer terdiri dari planning,
pencegahan dan pengandalian infeksi
organizing, leading dan controlling. Peran
secara keseluruhan dilakukan oleh TIM
kepala ruangan terdiri dari peran
PPIRS sudah cukup baik. Akan tetapi.
interpersonal, informational dan
Peran kepala ruangan sebagai manajer di
Decisional. Dalam hal ini manajer di ruang
ruang rawat belum melaksanakan peran
rawat adalah kepala ruangan.
dan fungsinya dalam PPI di ruangan secara
IPCN adalah orang yang optimal. Kepala ruangan hanya sebagai
ditugaskan dalam pelaksanaan PPI di supporting dan tidak ada uraian tertulis
Rumah sakit. Tetapi dari garis komando apapun yang dilakukan kepala ruangan
dan peran kepala ruangan khususnya terkait fungsi dan perannya dalam
sebagai negositaor lebih dekat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
berkontribusi di ruangan sebagai manajer Tidak terdapat di ruangan dokumen khusus
utama di ruang rawat dalam pelaksanaan fungsi dan peran karu dalam PPI. Hal
PPI. Kontribusi kepala ruangan dapat tersebut di atas yang mendorong penulis
dilihat dalam fungsi dan perannya yang ingin menerapkan konsep dan teori fungsi
berpengaruh dalam pelaksanaan PPI. Hal dan peran kepala ruangan dalam
ini didukung dalam penelitian (Rotti & pelaksanaan PPI.
Sjattar, 2014) bahwa terdapat hubungan
METODE
antara fungsi managemen kepala ruangan
dengan pelaksanaan pencegahan dan Studi kasus ini dilakukan di ruang Mawar

pengendalian infeksi di ruang rawat inap RSUD Tugurejo Semarang. Studi ini

RSUP Prof R.D Kandou Manado. dilakukan pada tanggal 23-27 Desember

Penelitian (Sofia, Saragih, Rahayu, & 2019 dengan menggunakan metode studi

Alvionia, 2014) menjelaskan bahwa fungsi kasus mulai dari pengkajian sampai

pengawasan kepala ruangan belum efektif dengan evaluasi, dan menggunakan studi

terhadap kepatuhan perawat dalam literatur.

3
Pengkajian dilakukan di ruang rawat inap melakukan peran interpersonal, 51%
infeksius Mawar. Metode pengkajian kadang-kadang melakukan perannya
dilakukan dengan cara wawancara, sebagai informational, 45% tidak pernah
observasi dan pemberian kuesioner. melakukan perannya sebagai decisional
Wawancara dilakukan kepada kepala dalam pelaksanaan PPI di ruangan.
ruangan. Kuesioner diberikan kepada 20
Infeksi yang paling tinggi dari hasil
perawat pelaksanan sesuai dengan jumlah
pengkajian di ruang Mawar ini adalah
perawat yang ada saat pengambilan sampel
plebitis 20%. Infeksi ini sekarang menjadi
dalam pemberian kuesioner di ruang
perhatian Rumah sakit terutama Komite
Mawar RSUD Tugurejo Semarang.
PPI. Komite PPI melakukan upaya yang
Observasi dilakukan dengan melihat
lebih berfokus dalam observasi dan upaya
dokumen-dokumen terkait peran dan
pencegahan dan pengendalian infeksi
fungsi kepala ruangan dalam PPI.
plebitis. Dalam hal ini Komite PPI
Hasil pengkajian kemudian di analisis bersama IPCN dan IPCLN didukung oleh
dengan menggunakan analisis SWOT head nurse atau kepala ruangan dalam
untuk menetapkan masalah di ruang pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
Mawar RSUD Tugurejo Semarang. infeksi walau kenyataan dilapangan kepala
ruangan kurang menunjukan fungsinya
HASIL
dalam pencegahan dan pengendalian
Hasil pengkajian diketahui masalah di infeksi.
Ruang Mawar adalah kurang optimalnya
Hasil wawancara dengan kepala ruangan
fungsi dan peran karu dalam pencegahan
didapatkan bahwa kepala bidang
dan pengendalian infeksi. Hal ini didapat
keperawatan mengatakan jikalau kepala
dari hasil wawancara, observasi dan
ruangan tidak melakukan atau
kuesioner. Hasil kuesioner menunjukkan
berhubungan dengan pelaksanaan
30% perawat mengatakan karu tidak
pencegahan dan pengendalian infeksi.
pernah melakukan fungsi perencanaan,
Fungsi dan peran kepala ruangan hanya
20% tidak pernah melakukan fungsi
sebagai supporting dalam PPI. Fokus kerja
pengorganisasian, 40% kadang-kadang
kepala ruangan adalah pada kegiatan
melakukan fungsi ketenagaan, 40% sering
asuhan keperawatan di ruang rawat.
melakukan fungsi pengarahan, 39%
Pencegahan dan pengendalian infeksi
kadang-kadang melakukan fungsi
adalah tugas IPCN. Jadi kepala ruangan
pengendalian, 40% tidak pernah
tidak mempunyai fungsi secara langsung
4
dalam pencegahan dan pengendalian karu dalam pelaksanaan PPI masih lebih
infeksi. ke arah pendelegasian dokumen IPCN.

Wawancara dengan kepala ruangan DISKUSI


dikatakan bahwa kepala ruangan kurang
Salah satu tantangan besar terhadap rumah
melakukan fungsi dan peran dalam
sakit saat ini yaitu risiko terjadinya infeksi
pencegahan dan pengendalian infeksi.
nosokomial (Hospital acquired infection)
Kepala ruangan tidak memiliki uraian atau
yang saat ini diganti dengan istilah baru
kegiatan khusus dalam pelaksanaan PPI
yaitu “Healthcare-associated infections”
tersebut. Pencegahan dan pengendalian
(HAIs) dengan pengertian yang lebih luas
infeksi dilakukan oleh TIM PPI bersama
tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di
timnya, IPCN dan IPCLN. Kepala ruangan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga
berperan secara tidak langsung mengawasi
tidak terbatas infeksi pada pasien saja,
kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan
tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan
keperawatan misalnya adanya kasus pasien
yang didapat pada saat melakukan
yang mengalami infeksi plebitis, Infeksi
tindakan perawatan pasien. Khusus untuk
Luka Operasi (ILO), Dekubitus,
infeksi yang terjadi atau didapat di rumah
pneumonia, Infeksi Saluran Kemih (ISK),
sakit, selanjutnya disebut sebagai infeksi
maupun infeksi aliran darah (IAD). Akan
rumah sakit (Hospital infection) (Depkes
tetapi kepala ruangan tetap memberikan
RI, 2012).
himbauan kepada perawat untuk
melaksanakan PPI. Upaya untuk meminimalkan risiko
terjadinya infeksi di rumah sakit dan
Hasil observasi dokumen asuhan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu
keperawatan di ruang rawat masih kurang
diterapkan pencegahan dan pengendalian
mendukung pelaksanaan PPI. Dokumen
infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi
PPI yang terdapat di ruang rawat adalah
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan,
dokumen TIM PPIRS oleh IPCN.
pendidikan dan pelatihan, serta monitoring
Dokumen PPI semuanya berada di IPCLN.
dan evaluasi. Pencegahan dan
Dan yang melakukan upaya pencatatan
pengendalian infeksi di rumah sakit
dan pelaporannya berada dalam koordinasi
(PPIRS) sangat penting karena
IPCN, yang kadang dilakukan
menggambarkan mutu pelayanan rumah
pendelegasian kepada Kepala ruangan.
sakit (Kemenkes RI, 2011). Program
Dokumen pelaksanaan fungsi dan peran
pengendalian infeksi melalui pendidikan

5
staf tentang langkah-langkah untuk Upaya pencegahan infeksi dengan cara
mengurangi risiko kontaminasi, terutama memutus rantai penularan infeksi
mencuci tangan, tepat pembuangan limbah merupakan cara yang paling mudah untuk
infeksius, dan asepsis ketat selama mencegah penularan penyakit infeksi,
prosedur, serta penggunaan antibiotik yang tetapi hasilnya bergantung pada ketaatan
bijaksana terbukti mengurangi secara petugas dalam melaksanakan prosedur
substansial kejadian septikemia dan yang telah ditetapkan. Kebersihan tangan
kematian pada bayi di Bangladesh merupakan cara yang paling mudah dan
(Darmstadt et al., 2005). Dalam (Pegram lebih efisien dan dengan biaya paling
A, 2015) juga dijelaskan bahwa efektif untuk mencegah infeksi di Rumah
pencegahan infeksi adalah peran kunci sakit (Avşar, 2015). Penelitian di Cina
untuk semua profesional kesehatan, dikatakan skrining bakteri resisten multi
termasuk perawat. Pencegahan infeksi obat (MDRB) di ruang ICU sangat efektif
harus didukung oleh pemahaman tentang dalam pencegahan dan pengendalian
bagaimana infeksi bisa menyebar dan potensial infeksi yang di akibatkan
dengan mematuhi strategi yang penggunaan obat seperti antibiotik (Ren,
mempromosikan pengendalian infeksi. Ma, Peng, Ren, & Zhang, 2014).

Pelaksanaan fungsi dan peran manajer


kepala ruangan sangat berpengaruh
terhadap peningkatan mutu ruang rawat
khususnya dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi. Hal ini didukung
hasil penelitian (Parmin, 2010) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara fungsi manajemen kepala
ruangan terhadap peningkatan mutu
layanan di rumah sakit. Upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi sangat
berpengaruh pada kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Hal ini sesuai dengan (Anderson et
al., 2014) dikatakan peran perawat

6
merupakan penentu dalam keberhasilan PPI, dibantu dengan IPCN dan IPCLN
pelaksanaan PPI. secara langsung di unit ruang keperawatan
yang langsung melakukan asuhan
Planning atau perencanaan merupakan
keperawatan kepada pasien.
fungsi dasar dari manajemen keperawatan.
Perencanaan PPI di ruang rawat dipegang Staffing atau ketenagaan meliputi
oleh kepala ruangan. Perencanaan ini rekruitmen, wawancara, memperkerjakan
diawali dengan merumuskan tujuan dan dan mengorientasi staf, menyusun jadwal
rencana tindakan yang akan dilaksanakan, staf, perkembangan staf, sosialisasi
menentukan personal, merancang proses pekerjaan dan team building (Marquis &
dan hasilnya, memberikan umpan balik Huston, 2012). Staf keperawatan di ruang
pada personal dan memodifikasi rencana rawat adalah perawat termasuk kepala
yang diperlukan (Swansburg, 2000). ruangan. Kepala ruangan bertanggung
Hierarki dalam perencanaan terdiri dari jawab dalam mengatur sistem keperawatan
perumusan, misi, filosofi, tujuan, sasaran, secara keseluruhan. Pimpinan seorang
peraturan, kebijakan dan prosedur perawat (kepala ruangan) mencerminkan
(Marquis & Huston, 2012). perawatan yang diberikan dan mendukung
bentuk penilaian kualitas pelayanan.
Organizing atau pengorganisasian adalah
Komitmen dan tanggung jawab yang besar
unit atau kesatuan sosial yang
dari perawat sangat erat kaitannya dengan
dikoordinasikan secara sadar yang terdiri
PPI (Dutra et al., 2015). Perawat harus
dari dua orang atau lebih yang berfungsi
difasilitasi dalam mengembangkan diri
atas dasar yang relatif terus menerus untuk
untuk meningkatkan pengetahuan yang up-
mencapai suatu tujuan bersama atau
to- date dalam meningkatkan kualitas
sekelompok tujuan (Robbins, 2013). Pada
perawatan (Crotty & Doody, 2015)
tahap pengorganisasian di ruang rawat
kepala ruangan sebagai manajer di unit Coordinating atau pengarahan merupakan
ruang rawat berusaha agar semua unsur fungsi yang amat penting dalam PPI.
dapat bekerjasama secara efektif untuk Pengarahan adalah tahapan memerlukan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. tanggung jawab sumber daya manusia
Ditahap ini pekerjaan ditetapkan, dibagi seperti motivasi, mengelola konflik,
dan dikoordinasikan untuk mencapai delegasi, komunikasi dan memfasilitasi
tujuan ruang rawat dalam PPI. Dalam kolaborasi (Marquis & Huston, 2012).
(Pramann, 2010) dikatakan organisasi PPI Kepala ruangan harus memiliki
adalah orang yang paling berperan dalam kemampuan fungsi pengarahan. Dalam
7
(Garrett, 2015) dikatakan dibutuhkan Peran antar pribadi (interpersonal roles)
setidaknya satu orang yang bertanggung kepala ruangan dituntut untuk menjalankan
jawab untuk mengawasi atau mengarahkan tugas-tugas yang sifatnya simbolik,
pelaksanaan PPI bekerjasama dengan memiliki peran kepemimpinan, dan
multidisiplin dan seseorang tersebut harus sebagai penghubung dalam pelaksanaan
mengikuti pelatihan awal dan pelatihan PPI. Dalam peran interpersonal terdapat
penyegaran teratur sesudahnya. Pengawas tiga peran pemimpin yang muncul secara
kegiatan di ruangan adalah seorang kepala langsung dari otoritas formal yang dimiliki
ruangan yang langsung berhubungan pemimpin dan mencakup hubungan
dengan perawat yang melakukan asuhan interpersonal dasar, yaitu: peran sebagai
keperawatan. yang dituakan (Figurehead Role), peran
sebagai pemimpin (Leader Role), dan
Controlling atau pengendalian atau sering
peran sebagai penghubung (Liaison Role)
disebut juga fungsi pengawasan
(Robbins, 2013).
merupakan komponen terakhir yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan fungsi “Di Amerika, peran pemimpin sangat
kepala ruangan khususnya dalam dibutuhkan dalam pelaksanaan pencegahan
pelaksanaan PPI. Semua fungsi terdahulu dan pengendalian infeksi khususnya di
tidak akan efektif tanpa fungsi ruang hemodialisa. Pimpinan perawat
pengawasan. Pada tahap pengawasan harus memantauan kerja perawat saat
kepala ruangan menilai standar melakukan hemodialisa supaya sesuai
pelaksanaan PPI, mengukur hasil dengan protokol atau acuan di unit
pelaksanaan, dan tindakan koreksi hemodialisa sehingga dapat menurunkan
terhadap hasil pelaksanaan berdasarkan infeksi nefrology (Kear, 2015).
standar yang telah ditetapkan Rumah sakit.
Peran informasi (informational roles)
Fayol (1925) dalam (Parmin, 2010)
kepalaruangan dalam pelaksanaan PPI
mendefinisikan kontrol sebagai
adalah mengumpulkan informasi PPI di
pemeriksaan mengenai apakah segala
ruang rawat dan lembaga-lembaga di luar
sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana
Rumah sakit, bertindak sebagai penyalur
yang telah disepakati, instruksi yang
informasi kepada perawat dan menjadi
dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang
juru bicara saat mereka mewakili perawat
ditentukan yang bertujuan menunjukkan
menghadapi pihak luar ruang rawatterkait
kekurangan dan kesalahan agar dapat
pelaksanaan PPI. Tiga peran pemimpin
diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
berikut ini mendiskripsikan aspek
8
informasional, yaitu peran sebagai monitor dalam prosedur keperawatan sehingga
(Monitor Role), peran sebagai dapat mengurangi terjadinya infeksi.
disseminator (Disseminator role), dan
Kesimpulan Dan Rekomendasi
peran sebagai Juru bicara (Spokesman
Role) (Robbins, 2013). Dalam (Tinoco et Salah satu tantangan besar terhadap rumah

al., 2011)dijelaskan bahwa efek dan sakit saat ini yaitu risiko terjadinya

sumber informasi sangat dibutuhkan dalam “Healthcare-associated infections” (HAIs).

mendapatkan informasi tentang PPI sesuai HAIs adalah infeksi yang terdapat dirumah

dengan adverse event. Perawat sangat sakit maupun di fasilitas pelayanan

membutuhkan pengetahuan atau informasi kesehatan lainnya. HAIs tidak terbatas

tentang PPI dalam melakukan asuhan infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi

kepada pasien untuk meminimalkan pada petugas kesehatan yang didapat pada

terjadinya penularan infeksi(Bai, 2015). saat melakukan tindakan perawatan pasien.

Peran keputusan (decisional roles) kepala Pelaksanaan PPI di Rumah sakit sangat

ruangan yaitu mampu membuat suatu membutuhkan fungsi dan peran kepala

pengembangan dan membuat sutu pilihan ruangan walaupun secara koordinasi atau

atau keputusan dalam PPI. Peran garis komando tidak ada dalam struktur

keputusan diidentifikasi dalam empat Rumah sakit. Pelaksanaan PPI berada

peran yang dibutuhkan untuk membuat dalam komite PPI, IPCN dan IPCLN di

pilihan, yaitu: melakukan peran sebagai ruang rawat. Namun dilihat dari hasil-hasil

wirausaha (entrepreneur), menangani penelitian bahwa perawat orang yang

gangguan, (handler disturbance), penyedia sangat berpengaruh dalam pelaksanaan

sumber daya (allocator resources), dan PPI. Dimana perawat yang melakukan

sebagai negosiator (Robbins, 2013). Peran secara langsung asuhan kepada pasien,

keputusan seorang pemimpin dalam sehingga perawat yang secara langsung

penyedia sumber daya bisa dilakukan kontak dan berhubungan melihat kondisi

dengan pemberian kesempatan kepada pasien secara langsung. Perawat berada

perawat untuk mengikuti pelatihan PPI. dalam pengawasan dan merupakan staf

Hal ini didukung dalam (Moureau & kepala ruangan sehingga peran dan fungsi

Flynn, 2015) menjelaskan bahwa perawat kepala ruangan sangat dibutuhkan dalam

perlu di fasilitasi dengan pemberian pelaksanaan PPI di ruang rawat.

pelatihan tentang desinfeksi yang tepat Optimalisasi pelaksanaan fungsi dan peran
karu dalam PPI dilakukan dengan

9
melibatkan pihak manajemen Rumah Sakit organisasi PPI dalam struktur RS, Kepala
sebagai motor penggerak. Rekomendasi bidang keperawatan melakukan
yang diharapkan untuk pihak manajer monitoring dan evaluasi pelaksanaan
keperawatan RS X agar meningkatkan Fungsi dan Peran kepala ruangan dalam
fungsi dan peran karu sebagai manajer PPI di ruang rawat, Kepala bidang
terdepan di ruang rawat melalui dukungan keperawatan melaporkan secara berkala
kebijakan dan fasilitas yang mendukung kepada direktur pelaksanaan Fungsi dan
upaya tersebut, misalnya: Direktur utama Peran kepala ruangan dalam PPI di ruang
mengesahkan buku panduan fungsi dan rawat, Pimpinan/direktur RS menerima
peran kepala ruangan dalam PPI di RS X laporan berkala terkait pelaksanaan fungsi
Jakarta agar dapat diterapkan kepala dan peran kepala ruangan dalam PPI di
ruangan, Direktur menetapkan struktur ruang rawat.

Bai, H. J. (2015). Knowledge and Practice


of Health Care Workers on Infection
DAFTAR PUSTAKA
Control Measures. Asian Journal of
Anderson, D. J., Podgorny, K., Berríos- Nursing Education and Research, 5 (4),
Torres, S. I., Bratzler, D. W., Patchen 518–522. http://doi.org/10.5958/2349-
Dellinger, E., Greene, L., … Kaye, K. S. 2996.2015.00106.8
(2014). Infection Control & Hospital
Crotty, G., & Doody, O. (2015). Practising
Epidemiology Strategies to Prevent
infection control : an evidence-based
Surgical Site Infections in Acute Care
approach. RCNI Journals, 18 (4), 33–37.
Hospitals: 2014 Update Strategies to
Retrieved from journals.rcni.com/r/ ldp-
Prevent Surgical Site Infections in Acute
author-guidelines
Care Hospitals: 2014 Update. Infection
Control & Hospital Epidemiology Darmstadt, G. L., Ahmed, a S. M. N. U.,
Infection, 3535(356), 605–627. Saha, S. K., Chowdhury, M. a K. a, Alam,
http://doi.org/10.1086/676022 M. a, Khatun, M., Santosham, M. (2005).
Infection control practices reduce
Avşar, G. (2015). Hand Washing of
nosocomial infection and mortality in
Nursing Students : An Observational
preterm infants in Bangladesh. Journal of
Study. International Journal of Caring
Perinatology, 25(5), 331–335.
Science, 8(3), 618–625. Retrieved from
http://doi.org/10.1038/sj.jp.7211283
www.internationaljournalofcaringsciences.
org
10
Depkes. (2013). Pedoman Manajerial Marquis B. L., & Houston, C. J. (2012).
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Leadership roles and management function
Rumah Sakit Dan Fasilitas Pelayanan in nursing: theory and application (seventh
Kesehatan Lainnya. edition). Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins
Dutra, G. G., Costa, M. P. da,
Bosenbecker, E. O., Lima, L. M. de, De Moureau, N. L., & Flynn, J. (2015).
Siqueira, H. C. H., & Cecagno, D. (2015). Disinfection of Needleless Connector
Nosocomial infection control: role of the Hubs : Clinical Evidence Systematic
nurse. Journal of Research Fundamental Review. Journal Nursing Research and
Care Online, 7(1), 2159–2168. Practice, 2015, 1–20.
http://doi.org/10.9789/2175- http://doi.org/10.1155
5361.2015.v7i1.2159-2168
Parmin. (2010). Hubungan pelaksanaan
Garrett, J. H. (2015). A Review of the fungsi manajemen kepala ruangan dengan
CDC Recommendations for Prevention motivasi perawat pelaksana di ruang rawat
ofHAIs in Outpatient Settings. AORN inap rsup undata palu. Tesis.
Journal, 101(5), 519–520.
Pegram A, B. J. (2015). Infection
http://doi.org/10.1016/j.aorn.2015.02.007
prevention and control. Journal Art &
Gillies, D.A. (1996). Manajemen Science, 29, 37–42.
keperawatan: suatu pendekatan sistem. Ed
Pramann, S. (2010). The Nurse’s Role in
2. (Dika Sukmana & Rika Widya
the Perioperative Experience, with an
Sukmana, Penerjemah).
Emphasis on Infection Control. JCCC
Kear, T. (2015). Decreasing Infections in Honors Journal, 1(2), 1–9. Retrieved from
Nephrology Patient Populations : Back to http://scholarspace.jccc.edu/honors_journa
Basics. Nephrology Nursing Journal, l Recommended
42(5), 431–445.
Ren, Y., Ma, G., Peng, L., Ren, Y., &
Kemenkes RI. (2011). Pedoman Zhang, F. (2014). Active Screening of
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Multi-Drug Resistant Bacteria Effectively
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Prevent and Control the Potential
Kesehatan Lainnya (Kesiapan Menghadapi Infections. Journal Cell Biochemistry and
Emerging Infectious Disease). Biophysics, 71(2), 1235–1238.
http://doi.org/10.1007/s12013-014-0333-6

11
Robbins, S. (2013). Organizational Husada Karya Jaya, Volume 4, Nomor 1,
Behavior. In Zhurnal Eksperimental’noi i Maret 2018 ISSN 2442-501X
Teoreticheskoi Fiziki (p. 676). Retrieved
from http://scholar.google.com/scholar?
hl=en&btnG=Search&q=intitle:No+Title#
0

Rotti, G., & Sjattar, E. (2014). Hubungan


Fungsi Manajemen Kepala Ruangan
Dengan Pelaksanaan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Pusat Prof R. D
Kandou Manado, 4(1), 69–77.

Sofia, S., Saragih, G. N., Rahayu, B. M.


S., & Alvionia, D. W. (2014). Ruangan
Dengan Kepatuhan Perawat Dalam
Penerapan Pengendalian Infeksi
Nosokomial Di Rumah Sakit Santo Yusup
Bandung. Jurnal Keperawatan Indonesia,
69–78.

Swansburg, R.C. (2000). Pengantar


Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan untuk Perawat Klinis. Alih
Bahasa Suharti Samba dkk. Jakarta: EGC.

Tinoco, A., Evans, R. S., Staes, C. J.,


Lloyd, J. F., Rothschild, J. M., & Haug, P.
J. (2011). Comparison of computerized
surveillance and manual chart review for
adverse events. Journal of the American
Medical Informatics Association : JAMIA,
18(4), 491–7.
http://doi.org/10.1136/amiajnl-2011-
000187 Jurnal Akademi Keperawatan

12

Anda mungkin juga menyukai