Anda di halaman 1dari 8

KEJANG DEMAM

No. Dokumen No. Revisi


Hal. 1 dari 5
RUMAH SAKIT UKRIDA 00

Ditetapkan,
Tanggal Ditetapkan Direktur

dr. Eka Widrian Suradji. Ph.D


Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau
behavior yang bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas
akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu
PENGERTIAN badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena
terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile
convulsion
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu
tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).
PENGKAJIAN 1.Identitas pasien
1.1 Nama
1.2 Jenis kelamin
1.3 Umur
1.4 Agama
1.5 Pendidikan
1.6 Pekerjaan
1.7 Alamat
1.8 Tanggal Masuk Rs
2. Riwayat Penyakit
2.1 Keluhan utama
keluhan yang dirasakan ketika pasien datang
Biasanya mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C,
KEJANG DEMAM

No. Dokumen No. Revisi


Hal. 2 dari 5
RUMAH SAKIT UKRIDA 00

pasien mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan


kejang
demam kompleks biasanya mengalami penurunan
kesadaran.
2.2 Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan kepada keluarga sejak kapan demam terjadi,
berapa lama durasi kejang terjadi
2.3 Riwayat penyakit dahulu
adakah riwayat penyakit yang dimiliki pasien atau
turunan dari keluarga
3. Aktivitas Istirahat
kelemahan intoleransi aktivitas
adakah kelemahan pasien dalam aktivitas atau mobilisasi
4. Sirkulasi saat dilakukan pengkajian apakah pasien
mengalami batuk atau pilek
5. Integrasi
ketika dilakukan pengkajian dilihat turgorkulit normal atau
tidak
6. Makan atau cairan
ketika dilakukan pengkajian tanyakan pasien
menghabiskan porsi makan berapa banyak total cairan
yang diminum berapa banyak
7. Eliminasi
ketika dilakukan pengkajian kaji apakah pasien ada
ganguuan diare
8. Hygiene
9. Nyeri atau ketidak nyamanan
10. Keamanan riwayat jatuh
Kaji apakah pasien pernah mengalami riwayat jatuh
KEJANG DEMAM

No. Dokumen No. Revisi


Hal. 3 dari 5
RUMAH SAKIT UKRIDA 00

sebelumnya
11. Sexsualitas
12. Interaksi sosial
13. Neosensori
kaji apakah pasien mengalami sakit kepala
14. Pemeriksaan fisik
14.1 Keadaan Umum pasien
kaji tingkat kesadaran pada pasien
14.2 TTV
Kaji Tensi, Suhu, RR, Nadi dan SPO2 pada pasien
14.3 Berat badan
Tanyakan pada keluarga apakah ada penurunan berat
badan pada pasien
14.4 Kepala
Kaji adakah tingkat kelainan pada kepala
14.5 Mata
Mata mendelik, skelera tidak ikterik, konjungtifa
sering ditemukan
14.6 Mulut dan lidah
Mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor
14.7 Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili
sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan
pendengaran yang bersifat
sementara, nyeri tekan mastoid.
14.8 Leher
Kaji apakah terjadi pembesaran kelenjar getah bening
KEJANG DEMAM

No. Dokumen No. Revisi


Hal. 4 dari 5
RUMAH SAKIT UKRIDA 00

14.9 Dada
Inspeksi : gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan
Palpasi : vokal fremitus kiri dan kanan sama
Auskultasi : biasanya ditemukan bunyi napas
tambahan seperti
ronchi.
Perkusi : perkusi pada jantung ditemukan pekak
14.10 Jntung
Pada umumnya akan terjadi penurunan atau
peningkatan denyut jantung cek Inspeksi, palpasi,
perkusi, Auskultasi
14.11 Abdomen
Inspeksi : abdomen simetris, umbilikus memusat
Auskultasi :bising usus dalam batas normal
Perkusi :thympani
Palpasi : perut teraba supel
14.12 Genetelia
Pada umumnya tidak ditemukan ganggun pada area
genetalia
1. Cek Laboratorium lengkap
2. Cek Urin
3. Cek tulang belakang (lumbar puncture), untuk
PEMERIKSAAN
mengetahui apakah anak memiliki infeksi sistem saraf
PENUNJANG
pusat.
4. EEG yaitu tes untuk mengukur aktivitas otak

DIAGNOSA D.0130 Hipertermi


KEPERAWATAN D.0017 Risiko perfusi cerebral tidak afektif
D.0136 Risiko cidera
KEJANG DEMAM

No. Dokumen No. Revisi


Hal. 5 dari 5
RUMAH SAKIT UKRIDA 00

L.14134 TERMOREGULASI MEMBAIK


LUARAN KEPERAWATAN L.02014 Perfusi SEREBRAL MENINGKAT
L.14136 TINGKAT CEDERA MENURUN
INTERVENSI 1. Hipertermi D.0130
KEPERAWATAN 1.1 Manajemen hipertermi I.15506
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis, dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan
inkubator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor kadar elektrolit
d) Monitor haluaran urine
e) Monitor komplikasi akibatbhipertermia
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d) Berikan cairan oral
e) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
f) Lakukan pendinginan eksternal (mis,selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
g) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
h) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
KEJANG DEMAM

No. Dokumen No. Revisi


Hal. 6 dari 5
RUMAH SAKIT UKRIDA 00

intravena, jika perlu


2. Risiko perfusi serebral tidak afektif D.0017
2.1. Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
I.06194
Observasi
a) Identifiasi penyebab peningkatan TIK (mis : lesi,
gangguan metabolisme, edema serebral)
b) Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK (mis :
tekanan darah meningkat, tekanan nasi melebar,
bradikardi, pola nafas ireguler, kedasaran
menurun)
c) Monitor status pernafasan
d) Monitor intake dan output cairan
Terapetik
a) Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
b) Berikan posisi semi fowler
c) Cegah terjadinya kejang
d) Hindari pemberian cairan IV hipotonik
e) Pertahankan suhu tubuh normal
a. Kolaborasi
f) Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
g) Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
h) Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
3. Risiko cidera D.0136
3.1 Manajemen keselamatan lingkungan I.14513
Observasi
a) Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis, kondisi
KEJANG DEMAM

No. Dokumen No. Revisi


Hal. 7 dari 5
RUMAH SAKIT UKRIDA 00

fisik, fungsi kognitif dan riwayat perilaku)


b) Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
a. Teraupetik
c) Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
d) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
bahaya dan risiko
e) Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis :
commode chair dan pegangan tangan)
f) Gunakan perangkat pelindung (mis : rel samping,
pintu terkunci)
g) Hubungi pihal berwenang sesuai masalah
komunitas (mis : puskesmas, damkar)
Edukasi
a) Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko
tinggi bahaya lingkungan
1. Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mem-
punyai prognosis baik
2. Memberitahukan cara penanganan kejang
DISCHARGE PLANNING 3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang
efektif tetapi harus diingat adanya efek samping
CLINICAL INSTRUKTUR, MUTU, KOMITE
PENELAAH KLINIS
KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA 1. PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
2. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
3. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
KEJANG DEMAM

No. Dokumen No. Revisi


Hal. 8 dari 5
RUMAH SAKIT UKRIDA 00

4. Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak.


Yogyakarta: Nuha Medika
5. Widagdo, 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit
Infeksi Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai